menyelenggarakan peraturan-peraturan mengenai perlindungan penemuan dan penciptaan.
Dengan demikian, sesuai dengan Keputusan Menteri Kehakiman tersebut Direktorat Urusan Paten tidak saja menangani urusan bidang merek dan bidang
paten tetapi juga menangani bidang hak cipta. Tahun
1966, Presidium
Kabinet mengeluarkan
keputusan no.
75UKep111966 tentang Struktur Organisasi dan Pembagian tugas Departemen. Dalam Keputusan ini Direktorat Urusan Paten berubah menjadi Direktorat Paten,
Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan dan Perundang-undangan, yang terdiri dari:
1. Dinas Pendaftaran merek
2. Dinas Paten
3. Dinas Hak Cipta
Pada tahun 1969 melalui Keputusan Presiden no. 39 Tahun 1969 dibentuk Direktorat Jenderal Pembinaan Badan-badan Peradilan. Dengan dibentuknya
Direktorat Jenderal yang baru tersebut, Direktorat Jenderal Pembinaan Badan badan Peradilan dan Perundang-undangan dipecah menjadi Direktorat Jenderal.
b. Visi dan Misi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia antara lain sebagai
berikut: Visi:
Terciptanya sistem Hak Kekayaan Intelektual HKI yang efektif dan efisien dalam menopang pembangunan nasional.
Misi: Mengelola sistem HKI dengan cara:
1. Memberikan perlindungan, penghargaan dan pengakuan atas kreatifitas;
2. Mempromosikan teknologi, investasi yang berbasis ilmu pengetahuan dan
pertumbuhan ekonomi; dan 3.
Merangsang pertumbuhan karya dan budaya yang inovatif dan inventif
2. Dampak Penarikan Sertifikat Merek Dagang Buddha Bar di Indonesia
Dengan adanya penarikan sertifikat merek dagang Buddha Bar di dalam penulisan Hukum ini dilakukan wawancara kepada Pegawai Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektula dengan Hasil: Sekitar 200 umat Budha yang tergabung dalam Majelis Agama Buddha
Thervada Indonesia Magabudhi berunjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia pada hari sabtu tanggal 14 Maret 2009 dan di depan restoran Buddha-Bar, umat Budha
menuntut penutupan restoran dan penggantian nama Buddha-Bar karena memakai nama dan simbol agama untuk kepentingan komersial. Umat Budha keberatan jika
simbol agama dijadikan simbol restoran komersial, yang menjual wine dan daging. Sementara itu, dalam surat edaran nomor DJ.VI2BA.002022009 Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Budha tidak memberikan rekomendasi terhadap usaha dagang dan hiburan yang akan menggunakan nama Buddha, seperti Buddha Bar, Buddha
Spa, Buddha Cafe, dan lainnya. Penggunaan nama Buddha-Bar dinilai telah menimbulkan keresahan di lingkungan umat Budha. Pendekatan secara persuasif pada
Gubernur DKI Jakarta dan pada pengelola restoran untuk mengganti nama Budha-Bar dengan nama lainnya telah dilakukan dan pimpinan PT Nireta Vista Creative sebagai
pengelola Buddha-Bar telah menyanggupi untuk mengganti nama usahanya dengan nama lain yang tidak menggunakan kata Buddha.
FORUM ANTI BUDDHA BAR FABB yang terbentuk di Jakarta pada tanggal 22 Febuari 2009, adalah forum lintas organisasi Buddhis dan perseorangan yang
dibentuk untuk mengartikulasikan aspirasi Umat Buddha di Indonesia yang berkeberatan atas penggunaan kata Buddha dan simbol-simbol Buddhis pada Buddha
Bar. Penggunaan nama agama pada usaha komersial tentu tidak pantas dan tidak dapat diterima oleh agama manapun.
Berdasarkan hal tersebut di atas, FABB mendesak hal-hal sebagai berikut: a.
Meminta pihak Buddha Bar untuk tidak lagi menggunakan nama Buddha sebagai nama kegiatan komersialnnya. Penggunaan nama Buddha tersebut
telah menodai dan menista Agama Buddha, melanggar Pasal 156a KUHP tentang penodaan agama “ Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
5 tahun, barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:
1. Yang ada pada pokoknya besifat permusuhan, penyelahgunaan, atau
penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;