Transliterasi Naskah Kepustakaan yang relevan

22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kepustakaan yang relevan

1.1.1 Transliterasi

Transliterasi merupakan salah satu tahaplangkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah lama dalam sastra Indonesia dan sastra daerah sebagian besar ditulis dengan huruf Arab atau huruf daerah. Dalam rangka penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf Arab atau huruf daerah itu perlu terlebih dahulu teks itu ditransliterasikan ke huruf lain. Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Misalnya, pengalihan huruf dari huruf Arab- Melayu ke huruf Latin atau dari huruf Jawa ke huruf Latin atau sebaliknya Djamaris 2002:19. Transliterasi didefinisikan sebagai pemindahan dari satu tulisan ke tulisan lain; transliterasi lebih disukai daripada transkripsi yang hanya menyalin dari satu tempat ke tempat lain Robson 1994:24. Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001 Ketiga pengertian transliterasi diatas memiliki makna yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa transliterasi adalah pengalihan huruf dari satu huruf ke huruf yang lain. Ada dua tugas pokok peneliti filologi dalam transliterasi ini, yaitu tugas pokok pertama ialah menjaga kemurnian bahasa Universitas Sumatera Utara 23 lama dalam naskah khususnya penulisan kata. Penulisan kata yang menunjukkan ciri ragam bahasa lama dipertahankan bentuk aslinya, tidak disesuaikan penulisannya dengan penulisan kata menurut Ejaan Yang Disempurnakan EYD, supaya data mengenai bahasa lama dalam naskah itu tidak hilang. Tugas pokok kedua ialah menjanjikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi naskah.

1.1.2 Naskah

Yang dimaksud dengan naskah disini adalah semua bahan tulisan tangan peninggalan nenek moyang yang ditulis pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Tulisan tangan pada kertas itu biasanya dipakai pada naskah-naskah yang berbahasa Melayu dan yang berbahasa Jawa. Lontar banyak dipakai pada naskah-naskah berbahasa Jawa dan Bali, kulit kayu, bambu dan tulang biasa digunakan pada naskah-naskah berbahasa Batak. Dalam bahasa Latin, naskah ini disebut codex, dalam bahasa Inggris disebut manuscript, dan dalam bahasa Belanda disebut handscrift. Naskah merupakan perbendaharaan pikiran dan cita-cita para nenek moyang kita. Dengan mempelajari naskah-naskah itu kita bisa mendekati dan menghayati pikiran serta cita-cita yang dulu menjadi pedoman kehidupan mereka Robson 1994:3 Universitas Sumatera Utara 24 Baried 1977:20 mengatakan bahwa naskah merupakan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau. Naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Naskah mengandung isi bermacam-macam, diantaranya naskah mengandung unsur peristiwa penting dalam sejarah, sikap dan pikiran serta perasaan masyarakat, ide kepahlawanan, sikap bawahan terhadap atasan dan sebaliknya. Ada pula naskah yang menguraikan sistem pemerintahan, tata hukum, adat istiadat, kehidupan keagamaan, ajaran moral, perihal pertunjukan beserta segenap peralatannya Darusuprapta 1995:137. Dari ketiga pengertian naskah diatas, dapat disimpulkan bahwa naskah ialah tulisan tangan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, sebagai hasil budaya pada masa lampau. Mengingat bahan naskah seperti tersebut di atas, jelaslah bahwa naskah itu tidak dapat bertahan beratus-ratus tahun tanpa pemeliharaan yang cermat dan perawatan yang khusus sebagaimana dapat kita jumpai diluar negeri. Pemeliharaan naskah agar tidak cepat rusak dapat dilakukan dengan cara mengatur suhu udara tempat naskah itu disimpan,sehingga naskah tidak cepat lapuk, melapisi kertas-kertas yang sudah lapuk dengan kertas yang khusus untuk itu sehingga kertas bisa kuat kembali, dan menyemprot naskah-naskah itu dalam jangka waktu tertentu dengan bahan kimia yang dapat membunuh bubuk-bubuk yang memakan kertas itu. Cara lain yang dilakukan untuk memelihara naskah ini adalah memotret naskah itu halaman demi halaman dalam bentuk makrofilm maupun mikrofilm. Universitas Sumatera Utara 25 Usaha ini cukup banyak dilakukan. Dapatlah dibayangkan bahwa apabila naskah-naskah tidak dirawat dengan cermat akan cepat sekali hancur dan tidak bernilai lagi sebagai warisan budaya nenek moyang. Semua teks di dalam naskah itu dianggap sebagai hasil sastra lama atau sastra tradisional dan isi naskah itu bermacam-macam. Isi naskah itu ada yang tidak dapat digolongkan dalam karya sastra seperti undang-undang, adat- istiadat, cara membuat obat, dan cara membuat rumah. Sebagian besar isi naskah dapat digolongkan dalam karya sastra dalam pengertian khusus, seperti cerita- cerita dongeng, legenda, mite, pantun, syair, dan gurindam. 2.2 Teori Yang Digunakan 2.2.1 Filologi