BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fotografi Klinis
Fotografi klinis telah berubah dalam beberapa tahun terakhir dengan adanya pengenalan desain kamera yang sesuai dengan kebutuhan fotografer dental. Fotografi
klinis tidak hanya berguna sebagai alat diagnostik, tetapi juga penting sebagai alat perekam yang akurat, evaluasi kasus dan memonitor perkembangan perawatan.
Fotografi klinis ini juga berguna dalam pertukaran informasi antara klinisi dalam hal pendidikan dan tujuan medis. Foto yang diambil harus memenuhi standarisasi
sehingga dapat dibandingkan dengan foto serupa yang diambil selama atau setelah perawatan.
1,16
Perintis pertama di University of Washington di Seattle pada pertengahan tahun 1990 dalam fotografi ortodonti telah menetapkan gold standard untuk fotografi
klinis yang baik. Hal ini termasuk persyaratan dalam memposisikan pasien, retraksi jaringan lunak yang adekuat, posisi kamera dan lapangan pandang serta teknik yang
lebih detail seperti pengaturan kamera, focal length lensa dan depth of field yang dihasilkan. Survey terbaru yang dilakukan oleh Angle Society of Europe
menunjukkan bahwa 60 ortodontis mengambil foto sendiri, 35 meminta orang lain mengambil foto, dan 5 menggunakan fotografer profesional.
16
Fotografi ortodonti dibagi menjadi fotografi intraoral dan fotografi ekstraoral. Fotografi intraoral atau didalam mulut mencakup rongga mulut pasien seperti gigi-
geligi, lidah, gingiva dan sebagainya. Sedangkan, fotografi ekstraoral atau diluar mulut melingkupi kepala, wajah dan rahang.
3,17,18
2.1.1 Fotografi Intraoral
Fotografi intraoral dianggap belum penting sebagai alat rekam diagnostik bukan karena fotografi ini mudah diambil, dipertahankan dan disimpan, melainkan
karena fotografi intraoral tidak terstandarisasi dan tidak tiga dimensi. Terdapat 5
standar foto yang diambil dalam fotografi intraoral, yaitu foto sisi kanan bukal right buccal, foto depan front, foto sisi kiri bukal left buccal, oklusal maksila
maxillary occlusal dan oklusal mandibula mandibular occlusal.
16,17
Lima standar foto yang diambil dalam fotografi intraoral terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. Fotografi Intraoral. A. Sisi Kanan Bukal Right Buccal, B. Depan Front, C. Sisi Kiri Bukal Left Buccal, D. Oklusal Maksila Maxillary
Occlusal, E. Oklusal Mandibula Mandibular Occlusal
17
Adapun fungsi fotografi intraoral adalah sebagai berikut:
17
a. Mencatat struktur dan warna enamel gigi. b. Memotivasi pasien.
c. Menilai dan mencatat gigi dan struktur jaringan lunak dalam keadaan sehat atau sakit.
d. Memantau perkembangan perawatan. e. Untuk studi hubungan sebelum, selama dan beberapa tahun setelah
perawatan.
2.1.2 Fotografi Ekstraoral
Fotografi ekstraoral dianggap sebagai catatan penting dan seharusnya dilakukan sebelum memulai perawatan dan setelah perawatan selesai dilakukan.
Fotografi ekstraoral memiliki berbagai macam fungsi, yaitu:
17
1. Evaluasi dari hubungan dan proporsi kraniofasial sebelum dan sesudah perawatan
2. Menilai profil jaringan lunak 3. Analisis proporsi wajah dan analisis fotografik AM Schwarz
4. Memantau perkembangan perawatan 5. Untuk studi longitudinal perawatan dan follow-up post retensi
6. Mendeteksi dan mencatat ketidakseimbangan otot 7. Mendeteksi dan mencatat asimetris wajah
8. Mengidentifikasi pasien Dalam fotografi ortodonti, direkomendasikan 4 standar pengambilan foto
ekstraoral yaitu foto wajah penuh full face, foto wajah tersenyum face smiling, foto profil kanan right profile, dan foto oblik ¾ three quarter views. Keempat foto
ini memberi informasi pada klinisi tentang bentuk wajah dan jaringan lunak pasien, proporsi wajah dan senyuman yang estetik.
16,17
Keempat foto ini terlihat pada gambar 2 dan 3.
Gambar 2. Fotografi Ekstraoral. A. Wajah Penuh Full Face, B. Wajah Tersenyum Face Smiling
17
Gambar 3. Fotografi Ekstraoral. A. Profil Kanan Right Profile, B. Oblik ¾ Three Quarter Views
17
Pedoman fotografi ekstraoral dari American board of orthodontist adalah sebagai berikut:
17
1. Cetakan foto terstandarisasi dan berkualitas baik berwarna ataupun hitam putih
2. Kepala pasien terorientasi secara akurat pada 3 dataran ruang dan pada dataran frankfurt horizontal
3. Satu foto pandangan lateral, menghadap ke kanan, ekspresi serius, bibir tertutup ringan untuk melihat ketidakseimbangan dan ketidakharmonisan otot
4. Satu foto pandangan depan, ekspresi serius 5. Satu foto pandangan lateralprofil dan pandangan depan dengan bibir terbuka
6. Satu foto pandangan depan, tersenyum 7. Latar belakang foto bebas dari gangguan
8. Pencahayaan yang berkualitas sehingga menggambarkan kontur wajah tanpa bayang di latar belakang
9. Telinga harus terlihat 10. Mata terbuka dan pandangan lurus ke arah kamera dan kacamata harus
dilepaskan
2.1.2.1 Fotografi Ekstraoral Wajah Mengahadap ke Depan dengan Bibir Istirahat
Foto ini biasanya pertama kali diambil karena paling mudah untuk dilakukan. Walaupun begitu, ada pedoman yang harus diikuti dalam pengambilan foto.
19
Pasien harus berada pada jarak tertentu dari latar belakang dengan kepala pada natural head
position, dengan mata melihat lurus kearah lensa kamera. Gigi dan rahang pasien berada dalam posisi istirahat rest position serta bibir berkontak dalam posisi
istirahat. Kamera harus berada dalam orientasi potrait untuk semua jenis foto ekstraoral.
19,20
Pengambilan framing Gambar 4A, harus mencakup seluruh wajah dan leher pasien, dengan batas tepi ruang yang cukup. Pastikan kepala pasien tidak miring atau
wajah pasien menghadap ke arah lain. Midline wajah tegak lurus dengan lantai Gambar 4B. Sangat penting untuk memastikan garis khayal interpupil mata pasien
rata Gambar 4C.
19,20
Gambar 4. Foto Frontal Wajah. A. Framing Shots, B. Kepala Pasien Tegak, C.Garis Interpupil Rata
19
2.1.2.2 Fotografi Ekstraoral Wajah Mengahadap ke Depan dengan Bibir Tersenyum
Prinsip yang digunakan pada pengambilan foto ini sama dengan saat pengambilan foto wajah frontal. Hanya saja pada pengambilan foto ini pasien
diharuskan tersenyum dengan gigi terlihat Gambar 5 sehingga dapat menggambarkan senyum estetik pasien dan proporsi jaringan lunak pasien ketika
tersenyum.
19,20
Gambar 5. Foto Frontal Wajah
dengan Tersenyum
19
2.1.2.3 Fotografi Ekstraoral Wajah Menghadap ke Samping dengan Bibir Istirahat
Profile
Foto profil mempunyai nilai diagnostik tinggi bagi ortodontis. Setelah dilakukan pengambilan foto frontal wajah, pasien diminta untuk menghadap ke
samping kiri, sehingga bagian kanan wajah pasien menghadap ke arah klinisi Gambar 6. Kepala harus berada pada natural head position. Mata terfokus pada titik
tertentu dengan ketinggian yang sama dengan matanya atau pantulan matanya di cermin. Idealnya, seluruh sisi kanan wajah harus jelas terlihat tanpa ada gangguan
seperti rambut, topi atau scarf.
19,20
Gambar 6. Foto Profil Wajah
19
2.1.2.4 Fotografi Ekstraoral Profil Wajah Oblik 45
o
dengan Bibir Tersenyum
34 Profile
Foto ekstraoral yang terakhir diambil adalah foto profil wajah ¾ Gambar 7. Foto ini menggambarkan pasien seperti dalam interaksi sosial, dan dapat memberi
nilai informasi tentang perubahan senyum estetik sebelum dan sesudah perawatan. Dari posisi foto profil, pasien diminta untuk memiringkan kepalanya sedikit ke arah
kanan sekitar ¾ putaran, sedangkan tubuh tetap pada saat seperti pengambilan foto profil. Pasien kemudian diinstruksikan untuk tersenyum. Sangat penting bagi pasien
untuk memperlihatkan giginya dengan jelas ketika tersenyum. Jika tidak, foto yang dihasilkan akan memberikan sedikit manfaat.
19,20
Gambar 7. Foto Oblik Wajah 45
o
Three Quarter
Views
19
Dalam melakukan fotografi ekstraoral sebaiknya digunakan latar belakang
yang berwarna putih ataupun berwarna gelap seperti biru tua. Pengambilan foto ekstraoral dengan pasien duduk di kursi dental atau dengan berbagai objek pada latar
belakang harus dihindari. Operator berdiri beberapa kaki dari pasien dan jika memungkinkan operator berada pada ketinggian mata yang sama, serta pasien yang
lebih muda atau lebih pendek dapat berdiri pada pijakan untuk mencapai ketinggian tertentu.
19
2.1.3 Natural Head Position NHP
Natural head position dianggap sebagai acuan yang paling tepat untuk diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. Posisi ini NHP terstandarisasi dan
sangat banyak dilakukan oleh orang dewasa dan anak-anak, baik pria maupun wanita.
21,22
Konsep natural head position diperkenalkan pada tahun 1861 oleh Von Baer dan Wagner, diikuti oleh Broca pada tahun 1862, yang mendefinisikan natural head
position sebagai posisi kepala seseorang yang sedang berdiri, dimana pandangannya
terorientasi secara horizontal. Dengan kata lain, pasien diminta untuk duduk tegak dan melihat lurus ke depan pada suatu titik pada jarak tertentu. Titik tersebut dapat
berupa suatu titik pada dinding di depan pasien atau sebuah cermin sehingga pasien dapat melihat ke arah matanya sendiri.
2,22
Natural head position merupakan posisi yang paling relevan untuk menilai hubungan skeletal dan kelainan pada wajah. Pemeriksaan pada pasien yang tidak
menggunakan natural head position dapat menyebabkan diagnosis yang tidak benar dan menghasilkan kesalahan rencana perawatan. Posisi ini penting digunakan untuk
fotografi wajah klinis, radiografi sefalometri dan 3D scans.
2,7
Pada gambar 8 terlihat kepala pasien pada natural head position.
Gambar 8. Posisi Kepala A. Menunduk, B. Natural Natural Head Position, C. Terangkat
7
2.2 Tipe Wajah
Analisis jaringan lunak memiliki peranan penting dalam mengetahui perubahan wajah. Khususnya bagian mulut dan bibir yang menjadi kunci utama
wajah dari semua sudut pandang, baik secara anatomis, fungsional dan estetis. Setiap individu memiliki wajah yang berbeda, bahkan kembar identik sekalipun. Perbedaan
yang sangat kecil pada bagian dagu dan rahang bawah, tulang pipi, mulut dan rahang atas, hidung dan kedua mata dalam hal proporsi dari jaringan lunak dan keras yang
menyebabkan setiap wajah berbeda.
23,24