Metodologi Penelitian Hasil Penelitian danPembahasan Kesimpulan dan Saran

Bab V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

72 5.2 Saran 72 Daftar Pustaka 73 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kata-kata kerja kognitif untuk indikator 12 Tabel 2.2 Sintaks pembelajaran berbasis masalah 21 Tabel 2.3 Hasil penelitian terdahulu 24 Tabel 3.1 Control Grup Pretest-Postest Design 49 Tabel 3.2 Kisi – kis tes hasil belajar siswa 52 Tabel 3.3 Kriteria kemampuan siswa 53 Tabel 4.1 Data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 59 Tabel 4.2 Uji normalitas data pretes 60 Tabel 4.3 Uji homogenitas data pretes 60 Tabel 4.4 Uji hipotesisi data pretes 61 Tabel 4.5 Data nilai potes kelas eksperimen dan kelas kontrol 61 Tabel 4.6 Uji normalitas data postes 62 Tabel 4.7 Uji homogenitas data postes 63 Tabel 4.8 Uji hipotesis data postes 63 Tabel 4.9 Peningkatan hasil belajar kognitif 64 Tabel 4.10 Penilaian afektif kelas eksperimen 65 Tabel 4.11 Penilaian afektif kelas kontrol 65 Tabel 4.12 Penilaian Psikomotorik 66 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Hasil yang diperoleh pembelajaran berbasis masalah 23 Gambar 2.2 Tampilan judul macromedia flash 30 Gambar 2.3 Simulasi macromedia flash 31 Gambar 2.4 Aliran arus pada partikel 34 Gambar 2.5 Aliran garis arus 35 Gambar 2.6 Sebuah tabung yang dialiri air 35 Gambar 2.7 Aliran fluida melalui pipa dengan diameter berbeda 36 Gambar 2.8 Pipa mendatar yang dialiri air 38 Gambar 2.9 Aliran air menyempit di bagian bawah 39 Gambar 2.10 Aliran fluida pada persamaan Bernoulli 39 Gambar 2.11 Lubang kebocoran pada alas tangki 41 Gambar 2.12 Jarak jangkauan mendatar semprotan 42 Gambar 2.13 Venturimeter tanpa manometer 43 Gambar 2.14 Tabung Pitot 44 Gambar 2.15 Penyemprot parfum 44 Gambar 2.16 garis arus dibagian sayap pesawat 45 Gambar 3.1 Skema prosedur penelitian 51 Gambar 4.1 Diagram batang data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 59 Gambar 4.2 Diagram batang data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 62 Gambar 4.3 Diagram batang data postes dan pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 64 Gambar 4.4 Diagram batang data penilaian afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol 66 Gambar 4.5 Diagram batang data penilaian psikomotorik kelas ekperimen 67 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP I 76 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP II 93 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP III 110 Lampiran 4 Lembar Kegiatan Siswa LKS I 125 Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa LKS II 128 Lampiran 6 Lembar Kegiatan Siswa LKS III 132 Lampiran 7 Tabel kisi – kisi tes hasil belajar 136 Lampiran 8 Tes hasil belajar 156 Lampiran 9 Penilaian aspek kognitif 163 Lampiran 10 Penilaian aspek afektif 165 Lampiran 11 Penilaian aspek psikomotorik 169 Lampiran 12 Lembar observasi siswa angket 172 Lampiran 13 Rekapitulasi hasil belajar 176 Lampiran 14 Rekapitulasi penilaian afektif kelas kontrol 184 Lampiran 15 Rekapitulasi penilaian afektif kelas eksperimen 190 Lampiran 16 Rekapitulasi penilaian psikomotorik 196 Lampiran 17 Perhitungan rata-rata, simpangan baku dan varian nilai hasil belajar siswa 202 Lampiran 18 Uji normalitas data 207 Lampiran 19 Uji homogenitas pretes dan postes 211 Lampiran 20 Uji hipotesis 214 Lampiran 21 Dokumentasi penelitian 218

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus– menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka proses kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik. Interaksi atau hubungan timbal balik dalam peristiwa belajar- mengajar tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa saja, tetapi berupa interaksi edukatif. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Melalui proses kegiatan belajar mengajar yang optimal diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Beberapa ahli menyatakan pengajaran yang baik dapat dilakukan, seperti yang dikatakan oleh Dewey dalam Joyce, 2009 :30, pengertian klasik tentang pengajaran adalah merancang dan menciptakan lingkungan– lingkungan. Siswa belajar dengan cara berinteraksi dengan lingkungan mereka dan mereka belajar bagaimana cara belajar how to learn dengan baik. Suatu model pengajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi perilaku guru saat model tersebut diterapkan. Sedangkan menurut Soemosasmito dalam Trianto, 2011 : 20, Guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman. Dalam proses pentransferan informasi dari guru kepada siswa yang menjadi subjek pembelajaran, seharusnya tidak hanya guru yang aktif memberikan informasi, siswa juga dituntut untuk aktif dalam menerima informasi. Namun fakta dilapangan tidaklah demikian, siswa yang menjadi subjek pembelajaran bersifat pasif saat proses belajar mengajar berlangsung. Seiring dengan hal ini Arends 2012, menyatakan :”it is strange that we expect student to learn yet seldom teach then about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach then about problem solving,” yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharunya menyelesaikan masalah. Uraian di atas menjelaskan bahwa belajar itu sendiri menjadi hal membosankan bagi siswa. Siswa akan semangat belajar saat pelajaran atau bidang studi yang disukainya. Sejalan dengan hal di atas, sebagai salah satu metode pengajaran yang direkomendasikan kurikulum SMA adalah metode penyelesaian masalah. Salah satu bidang studi yang membutuhkan penyelesaian masalah saat pembelajaran adalah bidang studi Fisika. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis, dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Fisika dapat dijelaskan berdasarkan pada tiga aspek Fisika atau dimensi Fisika, yakni: isi Fisika, sikap Fisikawan dan metode Fisika. Berdasarkan aspek isi Fisika, pada dasarnya Fisika adalah konsep, hukum, dan teori. Aspek sikap Fisikawan adalah ahli dalam melakukan kegiatan Fisika. Dengan perkataan lain kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah- langkah ilmiah. Sikap ilmiah dalam menyelesaikan masalah Fisika, yakni: sikap ingin tahu, kritis, obyektif, menemukan, menghargai karya orang lain, tekun dan terbuka. Metode Fisika merupakan metode yang digunakan