LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI DAN REVIEW LITERATUR

2. Manfaat Akademis Memberikan konstribusi pemikiran bagi dunia akademis dan agar dapat menjadi acuan dasar bagi penelitian yang selanjutnya, yaitu penelitian yang berkaitan dengan kasus-kasus narkoba. 3. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan sumbangan pemikiran mengenai pentingnya dukungan, motivasi, kepercayaan dan pekerjaan bagi pemakai narkoba agar mereka dapat kembali menata hidupnya dan dapat kembali ke tengah-tengah masyarakat tanpa merasa diasingkan.

E. LANDASAN TEORI DAN REVIEW LITERATUR

1. LANDASAN TEORI

Weber mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Kedua hal itulah yang menurutnya menjadi pokok persoalan sosiologi. Inti tesisnya adalah “tindakan yang penuh arti” dari individu. Yang dimaksudkannya dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Sebaliknya tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati atau objek fisik semata tanpa dihubungkannya dengan tindakan orang lain bukan merupakan tindakan sosial. Tapi tindakan tersebut dapat berubah menjadi tindakan sosial bila dimaksudkan untuk menimbulkan reaksi dari orang lain. Secara definitive Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami interpretative understanding tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal. Dalam definisi ini terkandung dua konsep dasarnya. Pertama konsep tindakan sosial. Kedua konsep tentang penafsiran dan pemahaman. Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu : 1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata. 2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subjektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu. 5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber membedakannya ke dalam empat tipe. Semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah dipahami. 1. Zwerk rational Yakni tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan dalam zwerkrational tidak absolute. Ia dapat juga menjadi cara dari tujuan lain berikutnya. Bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka mudah memahami tindakannya itu. 2. Werktrational action Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan yang lain. Ini menunjuk kepada tujuan itu sendiri. Dalam tindakan ini memang antara tujuan dan cara-cara mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan yang diinginkan. Tindakan tipe kedua ini masih rasional meski tidak serasional yang pertama. Karena itu dapat dipertanggungjawabkan untuk dipahami. 3. Affectual action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami. Kuarng atau tidak rasional. 4. Traditional action Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu saja. Ritzer ,2004: 38-41 Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori Aksi menurut Parson. Secara konsisten Parsons melihat kenyataan sosial dari suatu perspektif yang sangat luas, yang tidak terbatas pada tingkat struktur sosial saja. Berulang kali dia menunjuk pendekatannya sebagai suatu teori mengenai tindakan yang bersifat umum. Sistem sosial hanya salah satu dari sistem-sistem yang termasuk dalam perspektif keseluruhan, sistem kepribadian dan sistem budaya merupakan sistem-sistem yang secara analitis dapat dibedakan, juga termasuk didalamnya seperti halnya dengan organisme perilaku. Dalam analisanya yang terakhir, sistem-sistem sosial terbentuk dari tindakan-tindakan sosial individu. Johnson,1986:103 Teori Aksi Parsons dipengaruhi oleh Durkheim, Marshall dan Pareto maupun Weber menekankan faktor-faktor situasional yang membantu tindakan individu. Tetapi perlu diingat bahwa masalah utama bagi Parsons sebagai ahli teori makro bukanlah tindakan individual, tetapi norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur tingkah laku. Kondisi-kondisi objektif ciri-ciri struktural disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai untuk perkembangan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Polloma, 2004: 170 Teori ini sepenuhnya mengikuti karya Weber tetapi dewasa ini mengalami perkembangan. Beberapa asumsi fundamental Teori Aksi dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut : 1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek. 2. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpna tujuan. 3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya. 5. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan yang telah dilakukannya. 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan. 7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakain teknik penemuan yang bersifat subjektif seperti metode verstehen imajinasi, sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri vicarious experience . Ritzer,2004: 46 Talcott Parsons seperti pengikut teori aksi lainnya menginginkan pemisahan antara Teori Aksi dengan aliran behaviorisme . Dipilihnya istilah “ action ” bukan “ behavior ” secara tidak langsung menyatakan kesesuaian secara mekanik antara perilaku respons dengan rangsangan dari luar stimulus . Sedangkan istilah “ action ” menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, kreativitas dan proses penghayatan dari individu. Dari semula Parsons menjelaskan bahwa teori Aksi memang tidak dapat menerangkan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun teori Aksi berurusan dengan unsur-unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial namun ia mengakui bahwa unsur-unsur yang mendasar itu tidaklah berurusan dengan keseluruhan struktur sosial. Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut : 1. Adanya individu selaku aktor 2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu. 3. Aktor mempunyai alternative cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya. 4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa kendala situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. 5. Aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternative untuk mencapai tujuan. Ritzer:2004,48-49 Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternative cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditetukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai voluntarism . Konsep voluntarisme Parsons inilah yang menempatkan teori Aksi ke dalam Paradigma Definisi Social. Aktor menurut konsep voluntarisme ini adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternative tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternative tindakan. Berbagi tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya membatasi kebebasan aktor. Tetapi di sebelah itu aktor adalah manusia yang aktif, kreatif dan evaluatif. Dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan social merupakan suatu proses dimana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinan-kemungkinannya oleh sistem kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial.Ritzer:2004,50-51

2. REVIEW LITERATUR