Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di SMK Tunas Pelita Kota Binjai)

(1)

PENGARUH DISHARMONISASI KELUARGA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA

(STUDI KASUS DI SMK TUNAS PELITA KOTA BINJAI)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Sosial

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Disusun Oleh:

GUGUS GIAN LOKA NIM : 060902034

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan nikmatnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW karena perjuangan Beliau kita berada dalam alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berjudul “Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di SMK Tunas Pelita Kota Binjai).

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi, guna meraih gelar sarjana (S-1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini, masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai dari kesempurnaan skripsi ini. Karena itu saran dan koreksi demi perbaikan dan kebaikan kedepannya, penulis sangat harapkan. Namun apapun bentuknya inilah yang terbaik yang penulis bisa berikan. Semoga skripsi ini bisa berartii dan memberikan manfaat.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, tidak terlepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak, baik dalam waktu pengerjaan skripsi ini, ataupun diluar itu semua. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.Si, selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.


(3)

3. Bapak Bengkel Ginting, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk memberikan petunjuk, saran dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan dengan segala jasa-jasanya.

5. Bapak Drs. H. Haniful Choir Nasution, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Tunas Pelita Kota Binjai, yang telah memberikan informasi dan masukan bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Desi Wahyuni, ST, selaku Kepala Sekolah SMK Tunas Pelita Kota Binjai beserta para guru dan staf serta siswa/I SMK Tunas Pelita Kota Binjai ataz informasi dan izin serta juga kerjasama yang baik dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Orang tua tercinta, Ibu Nurmadiah Tarigan yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dorongan dan pemberi semangat terbesar dalam hidupku. Terkhusus buat Ibu tercinta Syamsiah Arifin yang telah mendidik ku sejak kecil dan memberikan memotivasi dalam segala hal, terutama dalam masa perkuliahan. Buat adik ku Geena Mita Fonda dan Risha Oriza terima kasih buat dukungan dan dukungan selama ini, kalian semua sangat berharga dalam hidup ku.

8. Seluruh keluarga besar S.Arifin dan Jahro Tarigan, terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan perhatian yang telah diberikan selama ini.

9. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 06, Ade bunbun, Hammad, Rozi, Beni, Dhe Nartokz, Monica, Pandu, Manuk, Edo, Nanta, Arjun dan


(4)

seluruh stambuk 2006 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Senior dan junior, Semangat dan Sukses selalu.

10. Penghuni parkiran FISIP, Pak Naryo, Bang Lakso, Bang Sukron, dan seluruh penghuni lainnya, terima kasih atas waktu dan tempatnya selama ini.

11. Terakhir kepada siapa saja yang telah member penulis kesempatan untuk menjadi seperti sekarang, mereka yang dengan bangga kusebut teman, yang tidak bisa dipersebutkan satu persatu.

Atas bantuan tersebut penulis hanya dapat berdoa semoga amal baik yang pernah diberikan dengan penuh keikhlasan mendapat balasan dari Allah SWT.

Akhir kata semoga uraian skripsi ini bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan yang sangat bermanfaat bagi kita semua, Amin …..

Medan, Januari 2012 Penulis

Gugus Gian Loka


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….……….. i

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ………. ……….. vi

ABSTRAK ………...vii

BAB I : PENDAHULUAN ………... 1

1.1Latar Belakang ……….. 1

1.2Perumusan Masalah ……….. 7

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ………. 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ………. ……. 8

1.4 Sistematika Penulisan ………... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ………. 10

2.1 Disharmonisasi Keluarga ……… 10

2.1.1 Pengertian Disharmonisasi ………...10

2.1.2 Pengertian Keluarga ……… 10

2.1.2.1 Peranan Dan Fungsi Keluarga ………. 11

2.1.3 Aspek-Aspek Disharmonisasi Keluarga ………. 18

2.2 Remaja ……… 19

2.3 Narkoba ……….. 23

2.3.1 Penyalahgunaan Narkoba ……… 29

2.3.2 Narkoba Sebagai Masalah Sosial ……… 30


(6)

2.5 Kerangka Pemikiran ……… 33

2.6 Hipotesis ………. 34

2.7 Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional ……… 35

2.7.1 Defenisi Konsep ……….. 35

2.7.2 Defenisi Operasional ………... 36

BAB III : METODE PENELITIAN ………... 38

3.1 Tipe Penelitian ……… 38

3.2 Lokasi Penelitian ………. 38

3.3 Populasi ………... 38

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ……….. 39

3.5 Tehnik Analisa Data ……… 40

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ……… 42

4.1 Sejarah Berdirinya SMK Tunas Pelita ……… 42

4.2 Maksud Dan Tujuan Sekolah ………... 43

4.3 Kondisi Sarana Dan Prasarana ……… 45

4.4 Struktur Organisasi SMK Tunas Pelita Binjai ……… 46

4.5 Keadaan Guru Dan Tenaga Administrasi ……… 47

4.6 Kegiatan Dan Potensi Siswa ………... 48

4.7 Hubungan Antara Pihak Sekolah dengan Orangtua Siswa ……. 50

4.8 Upaya Meningkatkan Mutu Sekolah ………... 51

BAB V : ANALISIS DATA ……… 52

5.1 Karakteristik Responden ………. 53

5.2 Variabel Bebas (X) ………... 58


(7)

5.4 Uji Hipotesa ……… 77

BAB VI : PENUTUP ………... 81

6.1 Kesimpulan ……….. 81

6.2 Saran ……… 82 DAFTAR PUSTAKA ……….. LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika ……….. 28 Tabel 2 Kondisi Sarana dan Prasaran SMK Tunas Pelita Binjai …………... 45 Tabel 3 Keadaan Guru dan Tenaga Administrasi SMK Tunas Pelita ...…… 47 Tabel 4 Disribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ………... 53 Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Umur Responden ………….…….. 54 Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Ayah……….. 55 Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir Ibu …………. 56 Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ayah ………... 57 Tabel 9 Distribusi Responden Penghasilan Ayah Perbulan ………... 59 Tabel 10 Distribusi Responden Tentang Cukup Tidaknya Penghasilan Orang

Tua Untuk Memenuhi Kebutuhan ………..…………... 60 Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Ayah Bekerja ………… 61 Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua ………… 62 Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Rekreasi Keluarga … 63 Tabel 14` Distibusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pertengkaraan

Antar Anggota Keluarga ………... 64 Tabel 15 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Komunikasi Antar

Keluarga ……… 65 Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Tolong Menolong

Antar Anggota Keluarga ………... 66 Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Gotong Royong …… 67 Tabel 18 Frekuensi Responden Sejak Kapan Menggunakan Narkoba …….... 69


(9)

Tabel 19 Frekuensi Responden Berapa Kali Menggunakan Narkoba Dalam Satu Hari ……… 70 Tabel 20 Frekuensi Responden Terhadap Jenis Narkoba Yang Digunakan … 71 Tabel 21 Frekuensi Responden Tentang Penyebab Anda Menggunakan

Narkoba ………. 72 Tabel 22 Frekuensi Responden Tentang Ada Tidaknya Dampak Positif Setelah

Menggunakan Narkoba ………. 73 Tabel 23 Frekuensi Responden Pernah Tidaknya Diskors Oleh Pihak

Sekolah ……….. 74 Tabel 24 Frekuensi Responden Tentang Mudah Tidaknya Mendapatkan

Narkoba ………. 75 Tabel 25 Frekuensi Jawaban Responden Darimana Mendapatkan Narkoba ... 76


(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak GUGUS GIAN LOKA

060902034

PENGARUH DISHARMONISASI KELUARGA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA (STUDI KASUS DI SMK TUNAS PELITA BINJAI)

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 25 tabel, 3 lampiran, 20 pustaka)

Masalah penyalahgunaan Narkoba dewasa ini dirasakan semakin meresahkan masyarakat, baik dinegara-negara maju maupun negara berkembang.

Penyalahgunaan Narkoba dapat dikaitkan dari kemungkinan pengaruh disharmonisasi keluarga. Dari beberapa teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara disharmonisasi keluarga dengan munculnya kejahatan dalam konteks penyalahgunaan Narkoba. Anak atau remaja dari latar belakang kondisi keluarga yang berbeda diperkirakan memiliki wawasan berfikir dan berprilaku yang berbeda pula.

Penelitian mengenai Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (studi Kasus di SMK Tunas Pelita Binjai) ini bertujuan untuk mendeskripsikan adalah apakah ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik purposif cluster sampling, jumlah sampel keseluruhan adalah 23 responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi yaitu bertujuan untuk menguji variabel yang dihipotesiskan.

Dari analisa data diketahui koefisien antara disharmonisasi keluarga dengan penyalahgunaan Narkoba (rxy) = 0,14. Koefisien tersebut ternyata lebih kecil dari harga tabel yaitu 0,413, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang tak berarti. Hal ini berarti bahwa disharmonisasi keluarga tidak memberikan banyak kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba. Hal ini terlihat bahwa kondisi disharmonisasi keluarga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba di kalangan siswa-siswi SMK Tunas Pelita Binjai hanya memberikan kontribusi sebesar 1,84 %.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, mengenai pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba (Studi kasus di SMK Tunas Pelita Binjai, menunjukkan kondisi disharmonisasi keluarga ternyata tidak banyak memberikan kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di sekolah ini.

.


(11)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Abstract

GUGUS GIAN LOKA 060902034

INFLUENCE DISHARMONY FAMILY OF DRUGS ABUSE (CASE STUDY IN SMK TUNAS PELITA BINJAI CITY)

(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 25 tables, 3 appendix, 20 libraries) Adult drug abuse problems are felt increasingly disturbing society, both in countries both seveloped and developing countries.

Drug abuse can be attributed to the possible influence of family disharmony. From some of the theories and research results indicate that there is a relationship between family disharmony with the emergence of evil in the context of drug abuse. Child or adolescent from the family backround of the different conditions is estimated to have insight inti the thinking and behaving differntly.

Research on the effect of family disharmony Againts Drug Abuse (case study in SMK Tunas Pelita Binjai City) aims to describe is whether ther is the influence of family disharmony againts drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.

The sampling is done using purposive cluster sampling technique, the overall number of samples is 23 respondents. The method used in this study is the method of explanation that is intended to test the hypothesized variables.

From the analysis ofdata known coefficient between family disharmony with drug abuse (rxy) = 0,14. The coefficient is smaller than yhe price of the table is 0,413, so it can be concluded that there is a positive relationship is insignificant. This means that family disharmony does not give much contribution to drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.

The results showed that many factors that influence drug abuse. It is seen that the conditions of family disharmony as one of the factors that influence drug abuse among vocational school students SMK Tunas Pelita Binjai contributed only 1,84 %. Thus it can be concluded, on the effects of family disharmony agints drug abuse ( Case study in SMK Tunas Pelita Binjai), showing the condition of family disharmony was not much to contribute to drug abuse at this school.


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak GUGUS GIAN LOKA

060902034

PENGARUH DISHARMONISASI KELUARGA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA (STUDI KASUS DI SMK TUNAS PELITA BINJAI)

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 82 halaman, 25 tabel, 3 lampiran, 20 pustaka)

Masalah penyalahgunaan Narkoba dewasa ini dirasakan semakin meresahkan masyarakat, baik dinegara-negara maju maupun negara berkembang.

Penyalahgunaan Narkoba dapat dikaitkan dari kemungkinan pengaruh disharmonisasi keluarga. Dari beberapa teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara disharmonisasi keluarga dengan munculnya kejahatan dalam konteks penyalahgunaan Narkoba. Anak atau remaja dari latar belakang kondisi keluarga yang berbeda diperkirakan memiliki wawasan berfikir dan berprilaku yang berbeda pula.

Penelitian mengenai Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (studi Kasus di SMK Tunas Pelita Binjai) ini bertujuan untuk mendeskripsikan adalah apakah ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik purposif cluster sampling, jumlah sampel keseluruhan adalah 23 responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi yaitu bertujuan untuk menguji variabel yang dihipotesiskan.

Dari analisa data diketahui koefisien antara disharmonisasi keluarga dengan penyalahgunaan Narkoba (rxy) = 0,14. Koefisien tersebut ternyata lebih kecil dari harga tabel yaitu 0,413, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang tak berarti. Hal ini berarti bahwa disharmonisasi keluarga tidak memberikan banyak kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba. Hal ini terlihat bahwa kondisi disharmonisasi keluarga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Narkoba di kalangan siswa-siswi SMK Tunas Pelita Binjai hanya memberikan kontribusi sebesar 1,84 %.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, mengenai pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba (Studi kasus di SMK Tunas Pelita Binjai, menunjukkan kondisi disharmonisasi keluarga ternyata tidak banyak memberikan kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di sekolah ini.

.


(13)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Abstract

GUGUS GIAN LOKA 060902034

INFLUENCE DISHARMONY FAMILY OF DRUGS ABUSE (CASE STUDY IN SMK TUNAS PELITA BINJAI CITY)

(This thesis is composed of 6 chapters, 82 pages, 25 tables, 3 appendix, 20 libraries) Adult drug abuse problems are felt increasingly disturbing society, both in countries both seveloped and developing countries.

Drug abuse can be attributed to the possible influence of family disharmony. From some of the theories and research results indicate that there is a relationship between family disharmony with the emergence of evil in the context of drug abuse. Child or adolescent from the family backround of the different conditions is estimated to have insight inti the thinking and behaving differntly.

Research on the effect of family disharmony Againts Drug Abuse (case study in SMK Tunas Pelita Binjai City) aims to describe is whether ther is the influence of family disharmony againts drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.

The sampling is done using purposive cluster sampling technique, the overall number of samples is 23 respondents. The method used in this study is the method of explanation that is intended to test the hypothesized variables.

From the analysis ofdata known coefficient between family disharmony with drug abuse (rxy) = 0,14. The coefficient is smaller than yhe price of the table is 0,413, so it can be concluded that there is a positive relationship is insignificant. This means that family disharmony does not give much contribution to drug abuse in SMK Tunas Pelita Binjai.

The results showed that many factors that influence drug abuse. It is seen that the conditions of family disharmony as one of the factors that influence drug abuse among vocational school students SMK Tunas Pelita Binjai contributed only 1,84 %. Thus it can be concluded, on the effects of family disharmony agints drug abuse ( Case study in SMK Tunas Pelita Binjai), showing the condition of family disharmony was not much to contribute to drug abuse at this school.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh segenap elemen bangsa. Ancaman nasional tersebut berpotensi besar mengganggu ketahanan diri, keluarga dan masyarakat baik secara fisik, mental dan secara sosial ekonomi.

Masalah penggunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius yang harus dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang menunjukkan akibat dari masalah di atas telah menyebabkan banyak kerugian, baik materi maupun non materi, banyak kejadian seperti perceraian, atau kesulitan lain bahkan kematian yang disebabkan oleh ketergantungan Narkoba.

Indonesia yang semula menjadi negara transit atau tempat pemasaran sekarang sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan merupakan negara eksportir atau negara produsen. Dalam hal ini ternyata Sat Narkoba Poldasu pada Mei 2009 lalu pernah menangkap SSN (40) warga Jakarta, pemilik pabrik ekstasi di Komplek Pergudangan Krakatau Multi Centre (KMC) Medan (http//waspada.com, diakses pada 7 Desember 2010. Pukul 20.30).

Dalam dekade terakhir ini, penyalahgunaan Narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan multidimensional, baik ditinjau dari segi mikro (keluarga),makro (ketahanan


(15)

nasional) yang meningkat dewasa ini, semakin mengkhawatirkan dengan dampak buruk ekonomi dan social yang semakin besar.

Salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para remaja, hal ini disebabkan karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang unik dan labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju dewasa dan sebagainya. Masa remaja ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan.

Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa yang berbahaya, karena pada masa ini seorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat menyebabkan kegelisahan-kegelisahan internal, misalnya perubahan peranan, timbul rasa tertekan, dorongan untuk mendapatkan kebebasan, kegoncangan emosional, rasa ingin tahu yang menonjol, adanya fantasi yang berlebihan, ikatan kelompok yang kuat dan krisis identitas (http//www.bkkbn.co.id, diakses pada 10 November 2010. pukul 20.30).

Oleh karena itu, kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya penyalahgunaan narkoba pada remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai dengan keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan interpersonal antarkeluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan narkoba.

Apapun bentuk ekspresi kejiwaan remaja yang diperlukan adalah tempat penyaluran yang sehat, kebutuhan efektifitas sosial, melakukan sosialisasi


(16)

kelompok yang memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya. Mereka ingin dianggap kehadirannya dalam wujud apresiasif dan butuh penghargaan. Apabila hal ini tidak terwujud maka penyaluran potensi dirinya itu terlepas dalam bentuk kenakalan (http//bkkbn.co.id ,diakses pada, 10 November 2010. pukul 20.31).

Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Remaja juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi kejiwaan yang labil dan remaja mudah terpengaruh. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya. Di berbagai komunitas dan kota besar metropolitan, jangan heran jika hura-hura, seks bebas, menghisap ganja dan adiktif lainnya cenderung mudah menggoda para remaja.

Kasus penyalahgunaan narkoba meningkat hampir 100 persen di tahun ini, lebih dari 17 kasus terjadi pada pelajar SMP dan SMA Surya di Surabaya yang mengkonsumsi narkoba atau turut mengedarkan barang terlarang dengan jumlah yang sangat banyak. Dari tahun 2008 ke 2009 sampai Juni jumlah pelajar di bawah 17 tahun yang ditangkap jajaran Polwiltabes Surabaya meningkat 100 persen. Meningkatnya jumlah pengguna narkoba di kalangan pelajar SMP dan SMA itu terlihat dari acara akselerasi Polisi Masyarakat (Polmas) yang digelar di Ruang Eksekutif Polwiltabes Surabaya. Acara itu sendiri mengambil tema upaya menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari pengaruh narkoba (http//balipost.com diakses pada 25 November 2010. pukul 21.00).


(17)

Berdasarkan data pada tahun 2008, jajaran Polwiltabes Surabaya telah menangkap dan menahan sembilan anak di bawah usia 17 tahun. Kebanyakan mereka mengkonsumsi ganja dengan alasan sekedar coba-coba. Sementara remaja yang usianya 17 tahun sampai 25 tahun yang terlibat perkara narkoba sebanyak 319 orang. Pada tahun 2009, polisi yang terus memerangi peredaran narkoba justru tidak membuat surut para pelajar atau remaja yang terlibat masalah tersebut. Justru di semester awal 2009 Januari sampai dengan Juni dari Sembilan anak yang tertangkap menjadi 17 anak atau meningkat hampir 100 persen. Tidak kalah naiknya, remaja usia 17 tahun sampai dengan 25 tahun yang terlibat perkara narkoba sebanyak 457 orang (http//balipost.com diakses pada 25 November 2010, pukul 21.00)

Kasus penyalahgunaan narkoba yang disidangkan di PN Ternate sampai akhir Mei 2009 tercatat 20 kasus. Pasalnya, jumlah tersebut sudah melampaui kasus penyalahgunaan narkoba yang disidangkan di PN Ternate tahun 2009 yakni 19 kasus. Selain itu, pelaku penyalahgunaan narkoba di tahun 2009 ini sudah melibatkan kalangan remaja. Fakta tersebut harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terkait, baik masyarakat maupun aparat berwajib, karena penyalahgunaan narkoba itu selain melanggar hukum juga dapat merusak moral generasi bangsa. Dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba tersebut, tidak cukup hanya dengan menggunakan pendekatan penegakan hukum, tapi juga harus disertai dengan upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenal bahaya narkoba

kepada masyarakat, terutama kepada remaja. (http


(18)

Bertitik tolak dari pendapat ahli pendidik maka peranan orangtua sangatlah penting dalam membentuk watak dan kepribadian remaja hingga menjelang dewasa. Keluarga merupakan kelompok sosial yang utama dan terutama tempat anak berada dan menjadi manusia sosial. Orang tua yang berhasil menjalankan tugas dan fungsinya dalam keluarga adalah orang tua yang memiliki kemampuan untuk memberikan kesejahteraan pada anaknya. Hal tersebut tidak terlepas dari status hubungan antar anggota keluarga yang dimiliki oleh anggota keluarga itu sendiri (Ahmadi, 1999:244).

Oleh karena itu, kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya penyalahgunaan Narkoba pada remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai dengan keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, hubungan interpersonal antarkeluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta pada penyalahgunaan Narkoba.

Jumlah pelajar atau remaja yang terlibat narkoba diperkirakan lebih besar dari jumlah yang diungkap polisi. Ibaratnya, narkoba yang diungkap polisi hanya bagian permukaan saja atau biasa disebut fenomena Gunung Es. Mereka rata-rata sembunyi-sembunyi saat mengkonsumsi barang haram tersebut.

Penyalahgunaan Narkoba terutama di kalangan pelajar, pada umumnya dilakukan atau diawali dengan coba-coba, lalu ketagihan. Remaja biasanya mencoba memakai Narkoba dengan anggapan Narkoba itu keren. Selain itu, di masa remaja yang labil biasanya mereka membutuhkan tempat untuk mencurahkan masalah mereka. Ketika hal itu tidak ada, maka larinya ke Narkoba. Mereka pun lalu terlibat pergaulan bebas, termasuk mengkonsumsi Narkoba.


(19)

Melalui data dari lapangan yaitu hasil wawancara dengan responden dan guru yang bertugas di Badan Penyuluhan (BP) di SMK Tunas Pelita Binjai menyatakan bahwa pengguna Narkoba di sekolah tersebut kebanyakan adalah anak yang kurang mendapat perhatian karena orang tua sibuk mencari rezeki. Mereka mulai terjerumus dalam penggunaan Narkoba karena tidak mendapat kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Faktor disharmonisasi dalam keluarga adalah salah satu hal penyebab penggunaan Narkoba oleh para pelajar. Seperti, seringnya orang tua bertengkar dan kurangnya perhatian.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berminat mengetahui, membahas dan melakukan suatu penelitian dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul penelitian ”Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus) di SMK Tunas Pelita Kota Binjai”.


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan ke mana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian (Soehartono, 2008 : 23).

Setelah mengetahui dan memahami uraian dari latar belakang masalah diatas maka dirumuskan permasalahannya untuk dikaji lebih dalam lagi. Perumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu : Apakah ada Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di SMK Tunas Pelita Kota Binjai

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya dicari oleh peneliti sehingga memberikan arahan dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Disharmonisasi Keluarga Terhadap Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus di SMK Tunas Pelita Kota Binjai).


(21)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pasti mendatangkan manfaat sebagai tindak lanjut dari apa yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Adapun manfaat penelitian tersebut yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Untuk membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

c. Dapat digunakan sebagai karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Dapat memberi masukan bagi para pihak yang berkepentingan dan referensi bagi penelitian berikutnya.


(22)

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang peneitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, sumber informasi data (informan), teknik pengumpulan data serta teknik menganalisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran untuk lebih mengenal lokasi penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian serta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Disharmonisasi Keluarga 2.1.1. Pengertian Disharmonisasi

Suatu keadaan dikatakan disharmonisasi adalah keadaan yang biasanya mencerminkan suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok dan kelompok ini adalah sekumpulan manusia. Disharmonisasi selalu berkaitan dengan keadaan sebuah rumah tangga atau keluarga. Jadi apabila didalamnya (keluarga/rumah tangga) terdapat sebuah ketidakbahagian, maka keluarga tersebut dinyatakan disharmonisasi ( Gunarsa, 1993 : 34).

Disharmonisasi adalah suatu bentuk tidak terjadinya keselarasan secara keseluruhan yang dianggap mempunyai nilai negatif dengan beberapa aspek penilaian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa disharmonisasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang terlihat tidak bahagia dalam suatu kumpulan manusia dan biasanya itu terdapat dalam suatu keluarga.

2.1.2 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan . Anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan . (http//www.who.com. diakses pada tanggal 28 November 2010 pukul 11.15).


(24)

Menurut Meyer F. Nimkoff, keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara suami dan istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Summer dan Keller merumuskan keluarga sebagai miniatur dari organisasi sosial, meliputi sedikitnya dua generasi dan terbentuk secara khusus melalui ikatan darah ( Gunarsa, 1993:230 ).

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.

2.1.2.1 Peranan dan Fungsi Keluarga

Peranan dan fungsi keluarga sangat luas dan uraian mengenai ini sangat bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Peranan dan fungsi keluarga diantaranya yaitu :

1. Dari sudut biologi, keluarga berfungsi untuk melanjutkan garis keturunan. 2. Dari sudut psikologi perkembangan, keluarga berfungsi untuk

mengembangkan seluruh aspek kepribadian sehingga bayi yang kecil menjadi anak yang besar yang berkembang dan diperkembangkan seluruh kepribadiannya, sehingga tercapai gambaran kepribadian yang matang, dewasa dan harmonis.


(25)

3. Dari sudut pendidikan, keluarga berfungsi sebagai tempat pendidikan informal, tempat dimana anak memperkembangkan dan diperkembangkan kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, sehingga mencapai prestasi yang sesuai dengan kemampuan dasarnya dan memperlihatkan perubahan perilaku dalam berbagai aspeknya seperti yang diharapkan dan direncanakan.

4. Dari sudut sosiologi, keluarga berfungsi sebagai tempat untuk menanamkan aspek sosial agar bisa menjadi anggota masyarakat yang mampu berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Menurut Prof. Dr. J. Verkuyl ada tiga fungsi dan peranan keluarga (orangtua), yaitu :

1. Menguras keperluan materil anak-anak.

Ini merupakan tugas pertama dimana orangtua harus memberi makan, tempat perlindungan dan pakaian kepada anak-anak. Anak-anak sepenuhnya tergantung kepada orang tuanya karena anak belum mampu mencukupi kebutuhannya sendiri.

2. Menciptakan suatu ”home” bagi anak-anak.

Home disini berarti bahwa didalam keluarga itu anak-anak dapat berkembang dengan subur, merasakan kemesraan, kasih sayang, keramah-tamahan, merasa aman, terlindungi dan lain-lain. Di rumah anak merasa tentra, tidak merasa kesepian dan selalu gembira.

3. Tugas pendidikan

Tugas mendidik, merupakan tugas terpenting dari orang tua terhadap anak-anaknya ( Ahmadi, 2001:246 ).


(26)

Dari beberapa penyajian tentang fungsi dan peranan keluarga, nyatalah betapa pentingnya keluarga terutama bagi perkembangan kepribadian seseorang. Keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya, jelasnya apa yang dialami dalam lingkungan keluarganya.

Lingkungan rumah, khususnya orangtua menjadi teramat penting sebagai tempat pentting tempat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh dan berkembang lebih lanjut. Buruk dialami keluarga akan buruk pula diperlihatkan dalam lingkungannya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang diperoleh dari keluarga (Gunarsa, 1993:186).

Terdapat Bentuk-bentuk Keluarga, yaitu : 1. Tradisional

a. Nuclear Family atau Keluarga Inti

Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

b. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.


(27)

c. Niddle Age atau Aging Cauple

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan / meniti karier.

d. Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear Suami istri tanpa anak.

e. Single Parent

Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. f. Dual Carrier

Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak. g. Commuter Married

Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

h. Single Adult

Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin. i. Extended Family

1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga. j. Keluarga Usila

Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah. 2. Non Tradisional :

a. Commune Family

Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang sama, pengalaman yang sama.


(28)

b. Cohibing Coiple

Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin. c. Homosexual / Lesbian

Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri. d. Institusional

Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti. e. Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak. Fungsi Keluarga Menurut WHO (1978) :

1) Fungsi Biologis

a. Untuk meneruskan keturunan b. Memelihara dan membesarkan anak c. Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga 2) Fungsi Psikologis

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga d. Memberikan identitas keluarga

3) Fungsi Sosialisasi

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak


(29)

4) Fungsi Ekonomi

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.

5) Fungsi Pendidikan

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. Fungsi Keluarga menurut Friedman (1998) :

1) Fungsi Affective

a. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara mental saling mengasuh, menghargai, terikat dan berhubungan.

b. Mengenal identitas individu c. Rasa aman

2) Fungsi Sosialisasi Peran

a. Proses perubahan dan perkembangan individu untuk menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan.

b. Fungsi dan peran di masyarakat.


(30)

3) Fungsi Reproduksi

Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup masyarakat. 4) Fungsi Ekonomi

a. Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga

b. Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian dana 5) Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Konsep sehat sakit keluarga

b. Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit tujuan kesehatan keluarga mandiri

Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan :

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara (Friedman, 1981). Membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu :

a. Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak membantu dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.


(31)

2.1.3 Aspek-aspek Disharmonisasi Keluarga

Ada banyak aspek dari disharmonisasi kelurga diantaranya adalah : 1. Kurangnya kasih sayang antara keluarga.

Kasih sayang merupakan kebutuhan manusia yang hakiki, karena sejak lahir manusia sudah membutuhkan kasih sayang dari sesama. Tetapi bila disuatu keluarga tidak terjalin kasih sayang, maka tidak akan terjalin hubungan emosional yang harmonis antara satu dan lainnya.

2. Kurangnya saling pengertian sesama anggota keluarga.

Selain kurangnya kasih sayang, pada umumnya para remaja mengharapkan pengertian dari orang tuanya. Dengan tidak adanya pengertian dari keluarga maka dapat menimbulkan pertengkaran-pertengkaran antar sesama anggota keluarga.

3. Tidak adanya dialog atau komunikasi di dalam keluarga.

Komunikasi adalah cara yang ideal untuk mempererat hubungan antara anggota keluarga. Dengan tidak adanya memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien untuk berkomunikasi, maka tidak dapat diketahui keinginan dari masing-masing pihak dan setiap permasalahan tidak dapat terselesaikan dengan baik.

4. Tidak ada kerjasama antara anggota keluarga.

Kerjasama yang tidak baik antara sesama anggota keluarga sangat dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada saling membantu dan gotong royong akan mendorong anak untuk bersifat tidak toleransi jika kelak bersosialisasi dalam masyarakat. Kurang kerjasama antara keluarga


(32)

membuat anak menjadi malas untuk belajar karena dianggapnya tidak ada perhatian dari orangtua ( Gunarsa, 1993 : 51)

2.2 Remaja

WHO mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 1997:132).

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transpormasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Ali, 2004 : 9)

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tepat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksiamal fungsi fisik maupun psikisnya.


(33)

Pembagian masa perkembangan anak ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajari masa remaja. Perlulah dikemukakan beberapa pendapat dan pembagian masa perkembangan anak dari beberapa ahli :

a. Aristoteles.

Menurut Aristoteles, masa perkembangan anak sampai umur 21 tahun dibagi ke dalam tiga tahap :

1. Umur 0 – 7 tahun adalah tahap bermain (fase egosentris). 2. Umur 7 – 12 tahun adalah tahap sekolah dasar (fase realistis). 3. Umur 12 – 21 tahun adalah tahap pubertas (fase idealistis). b. Prof. Dr. Kohnstam.

Prof. Dr. Kohnstam membagi tiga masa perkembangan : 1. Umur 0 – 7 tahun : masa bayi dan kanak-kanak.

2. Umur 7 – 13 tahun : masa sekolah atau masa intelektual. 3. Umur 12 – 21 tahun : masa sosial.

Masa sosial dibagi lagi ke dalam empat masa yaitu : a) Masa pueral : umur 12 – 14 tahun.

b) Masa prapubertas (awal remaja) : umur 14 – 15 tahun. c) Masa pubertas (remaja) : umur 15 – 18 tahun.

d) Masa adolesensi : umur 18 – 21 tahun . c. Dr. Zakiah Daradjat

Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya, Kesehatan Mental, membagi perkembangan anak ke dalam empat masa yaitu :

1. Masa bayi : umur 0 – 2 tahun.


(34)

3. Masa sekolah : umur 5 – 12 tahun. 4. Masa remaja : umur 12 – 21 tahun.

Setelah meneliti perkembangan anak seperti di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa masa remaja dalam usia perkembangan anak berada dalam usia 12 sampai 21 tahun.

a. Perubahan Fisik

Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormone kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, oestrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan. Dampak dari produksi hormone adalah:

1. Ukuran otot bertambah dan semakin kuat.

2. Menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda kemasakan.

3. Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar kemaluan, ketiak dan muka.

b. Perubahan Emosional.

Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanakkanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja


(35)

umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yangekstrem dan selalu merasa mendapatkan tekanan. Bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil. Ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut (Hurlock, 1999:87):

1. Tidak bersikap kekanak-kanakan. 2. Bersikap rasional.

3. Bersikap objektif

4. Dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut.

5. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. 6. Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi. c. Perubahaan Sosial

Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan perkembangan remaja, menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku.


(36)

Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya (Monks, 2002:122).

2.3 Narkoba

Narkoba merupalan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya. Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah ini muncul sekitar tahun 1998 karena banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang yang termasuk narkotika dan obat-obat adiktif yang terlarang. Oleh karena itu untuk memudahkan orang berkomunikasi dan tidak menyebut istilah yang tergolong panjang, maka kata-kata “narkotika narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya” ini disingkat menjadi “narkoba”. (NO. SE/03/IV/2002/BNN tentang Penggunaan Istilah Narkoba )

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak pikiran, suasana hati, ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ tubuh.

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang populer


(37)

didalam masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu : Narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya.

1. Narkotika

“Narkotika adalah zat-zat obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf sentral. (Prakoso ; 1982 : 15).”

Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngerio dan dapat menimbulkan ketergantungan (BNN, 2009).

Menurut UU No. 35 tahun 2009, narkotika terbagi dalam 3 golongan, yaitu:

A. Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

a. Ganja/cimeng/rumput/mariyuana b. Heroin/Putau

c. Shabu-shabu d. Ekstasi


(38)

B. Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk ujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai tinggi mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

a. Morfin b. Metadon C. Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

a. Kodeina. 2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat-obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU RI Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika).

Menurut UU No. 5 tahun 1997, narkotika terbagi dalam 2 golongan, yaitu: A. Golongan III

Banyak digunakan dalam pengobatan, memiliki potensi sedang dan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : flunitrazepam.


(39)

B. Golongan IV

Sangat luas digunakan dalam terapi, memiliki potensi ringan dan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : diazepam, nitrazepam.

3. Zat adiktif lainnya.

Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan yang dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

A. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol)

Hasil fermentasi/ peragian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava, sari buah anggur, nira.

B. Inhalansia

Zat-zat yang disedot melalui hidung:

- Hidrokarbon alifatis (yang terdapat di lem, pelumas bensin, aerosol, semir sepatu)

- Halogen hidrokarbon (yang terdapat dalam minyak pelumas, freon, pendingin AC, Lemari es)

- Nitrat alifatis (yang terdapat dalam pengharum ruangan) - Keton

- Ester - Glytol


(40)

C. Rokok

Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti :

- Nikotin

- Karbon monoksida - Karbondioksida - Asam biru - Arsenic

- Zat ari belerang - Berbagai amonial


(41)

Berikut ini penulis akan mencantumkan rekap usia pelaku tindak kejahatan narkotika di Sumatera Utara berdasarkan tangkapan kepolisian.

Tabel 1

Rekap Usia Pelaku Tindak Kejahatan Narkotika di Sumatera Utara

U S I A

DAERAH 6-11 12-15 16-18 19-23 24,dst Tidak

Diketahui

JUMLAH

MEDAN 0 4 24 81 506 142 757

BINJAI 0 2 4 19 88 4 117

T. TINGGI 0 1 3 8 49 7 68

P. SIANTAR 0 1 1 5 31 2 40

T. BALAI 0 0 0 3 56 18 77

P. SIDEMPUAN 0 0 0 1 4 8 13

SIBOLGA 0 0 0 3 13 5 21

LANGKAT 0 0 5 15 95 13 128

DELI SERDANG 0 3 1 11 46 1 68

SERGEI 0 0 5 13 52 1 71

SIMALUNGUN 0 0 2 17 55 3 75

ASAHAN 0 0 9 21 94 7 131

LABUHAN BATU 0 0 2 11 48 8 69

TAPSEL 0 0 0 3 12 0 15

MADINA 0 0 1 1 13 0 15

TAPTENG 0 1 1 4 7 0 13

NIAS 0 0 0 0 1 0 1

NIAS SELATAN 0 0 0 0 0 0 0

TAPUT 0 0 0 0 2 0 2

TOBASA 0 0 0 2 5 0 7

SAMOSIR 0 0 0 0 4 0 4

HUMBAHAS 0 0 0 0 0 0 0

KARO 0 0 0 9 31 3 43

DAIRI 0 0 0 3 14 1 18

PAKPAK BARAT 0 0 0 0 0 0 0


(42)

Sumber : Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANSU) tahun 2009.

2.3.1 Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum (Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang Psikotropika dan Pasal 84, 85 dn 86, Undang-undang Nomor 35, tahun 2009, tentang Narkotika).

Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara terus-menerus atau sekali-kali atau kadang-kadang dan berlebihan serta tidak menunjuk petunjuk dokter dan praktek kedokteran. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa seseorang dengan akibat sosial yang tidak diinginkan dan merugikan. ( Widjono, 1981:1).

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang makin meningkat dari taraf coba-coba ke taraf penggunaan untuk hiburan, penggunaan situasional, penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan. Meskipun taraf coba-coba bisa langsung terseret kepada taraf ketergantungan oleh karena sifat narkoba yang mempunyai daya yang menimbulkan ketergantungan yang tinggi.

Penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara ditelan, dirokok, disedot dengan hidung, disuntikkan kedalam pembuluh darah balik (intravena), disuntikkan kedalam otot atau disuntikkan kedalam lapisan lemak di bawah kulit.

Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.


(43)

Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi dosisnya untuk menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya toleransi). Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak terperikan.

Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan mencoba lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa ditinggalkan.

2.3.2 Narkoba Sebagai Masalah Sosial.

Remaja adalah usia yang paling rentan dan merupakan pengonsumsi dominan dalam penyalahgunaan Narkoba, masalah pokoknya biasanya berpangkal pada pencarian identitas diri. Mereka umumnya membutuhkan kejelasan posisi sosial dalam lingkup pergaulan di mana mereka berada. Remaja mengalami krisis identitas seiring dengan transisi masa hidupnya: dari anak-anak yang beranjak dewasa. Masa transisi ini menjadi pertaruhan bagaimana remaja mengendalikan luapan emosinya, misalnya saat merasa tersinggung oleh orang di sekitarnya, serta kemampuan menempatkan diri dengan lingkungan dan komunitas sebaya.

Keluarga menjadi faktor awal instabilitas usia remaja. Realitas menunjukkan bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan bagi semua anggotanya. Banyak keluarga yang mengalami disharmonisasi. Ini ditandai


(44)

dengan relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi antara orangtua dan anak. Disharmonisasi yang terus berlangsung sering berakibat perceraian dan biasanya menjadi awal petualangan remaja di jalanan dan komunitas narkoba.

Faktor disharmonisasi dalam keluarga ternyata memiliki pengaruh yang sangat kuat dengan kenyataan biologis-psikologis kodrati remaja sebagai manusia. Ini berangkat dari asumsi bahwa usia remaja adalah usia yang serba tidak pasti dan penuh gejolak. Pada satu sisi remaja ingin melepaskan diri dari pengaruh orangtua dan di sisi lain belum sepenuhnya berdiri sendiri. Dengan demikian, jika orangtua tidak mampu bertindak sebagai pengayom dan sosok yang dipercaya, otomatis remaja akan mencari tempat sandaran lain.

2.4 Defenisi Kesejahteraan Sosial

Ada beberapa defenisi yang dikembangkan dalam upaya menggambarkan kesejahteraan sosial yaitu sebagai berikut :

Menurut Adi kesejahteraan sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi) masyarakat antara lain melalui pengelolaan masalah sosial; pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, dan pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang (Adi, 2008 : 48).

Wilensky dan Lebeaux, kesejahteraan sosial adalah system yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu individu-idividu dan kelompok-kelompok agar


(45)

mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta hubungan-hubungan personal dan sosial yang member kesempatan kepada individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat (Suud, 2006 : 7).

Sementara menurut Fridlander. Kesejahteraan sosial adalah system yang akan terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat (Muhidin, 1984 : 2).

Dari defenisi-defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan :

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai ilmu dan system yang terorganisir yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara: meningkatkan kemampuan individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam memecahkan masalahnya sehingga dapat berfungsi sosial sebagaimana mestinya.

Di dalam Undang-Undang tentang Kesejahteraan Sosial no 11 tahun 2009 menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.


(46)

2.5 Kerangka Pemikiran

Disharmonisasi keluarga adalah keadaan yang biasanya mencerminkan suatu kondisi dalam situasi yang terjadi dalam sebuah kelompok dan kelompok manusia. Hal ini berkaitan dengan keadaan sebuah rumah tangga atau keluarga. Jadi apabila didalamnya terdapat sebuah ketidakbahagian, maka keluarga tersebut dinyatakan disharmonisasi.

Keluarga terdiri dari beberapa individu, setiap individu berinteraksi dengan individu lainnya dan hal ini berpengaruh terhadap keadaan keadaan harmonis dan tidak harmonisnya pada suatu keluarga. Kelompok paling sering terkena dampak dari disharmonisasi keluarga adalah para remaja, sehingga mengakibatkan remaja sering melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap perilakunya, seperti penyalahgunaan narkoba.

Penyalahgunaan narkoba merupakan pengguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif yang digunakan bukan untuk tujuan pengobatan dan diluar dari resep dan pengawasan serta tanpa mendapat izin dari dokter. Penggunaannya adalah untuk menghilangkan rasa sakit dan psikis, memperoleh kenikmatan/hiburan, penggunaan situasional. Penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan.

Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.

Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan ketergantungan yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi dosisnya untuk menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya toleransi).


(47)

Bila pemakaian narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan menimbulkan gejala putus narkoba, yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang tidak terperikan.

Mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan mencoba lagi sehingga akhirnya timbul ketagihan dan ketergantungan. Pada umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkraman ketergantungan yang tidak bisa ditinggalkan.

Bagan alur pemikiran

2.6. Hipotesa

Hipotesa adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran bilamana setelah diuji ternyata fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut (Nawawi,1983:161).

Berdasarkan acuan dari kerangka pemikiran dalam peneltian ini, peneliti merumuskan hipotesa sebagai berikut :

Disharmonisasi Keluarga :

1. Pekerjaan dan pendapatan orang tua.

2. Faktor disharmoniasi keluarga :

-Kurangnya kasih sayang -Kurangnya saling pengertian

antar anggota keluarga -Tidak ada dialog atau

komunikasi

-Tidak ada kerja sama

Penyalahgunaan Narkoba :

- Lama menggunakan Narkoba - Jenis Narkoba yang

digunakan

- Penyebab menggunakan Narkoba

- Dampak penyalahgunaan Narkoba


(48)

Ha : Ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba oleh siswa-siswi SMK Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.

Ho : Tidak ada pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba oleh siswa-siswi SMK Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai.

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadipusat perhatian. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Singarimbun, 1989: 33).

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan diteliti, maka penulis membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut : 1. Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antara suami

istri, dengan atau tanpa anak.

2. Disharmonisasi menghasilkan perilaku negatif terhadap para pelajar.

3. Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak pikiran, suasana hati, ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ tubuh.

4. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum.


(49)

5. Pelajar lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 16-19 tahun.

2.7.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006 : 46).

Berdasarkan hal tersebut maka di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau unsur yang menentukan ada atau munculnya gejala atau unsur yang lain. Sedangkan variabel terikat merupakan sejumlah gejala atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1983:56).

Variabel bebas (x) yaitu Disharmonisasi Keluarga, diukur dengan indikator berikut :

a. Pekerjaan dan Pendapatan orang tua. b. Faktor disharmonisasi keluarga.

a. Kurangnya kasih sayang antar anggota keluarga.

Bila suatu keluarga tidak terjalin kasih sayang. Maka tidak akan terjalin hubungan emosional antar anggota keluarga.

b. Kurangnya saling pengertian antar anggota keluarga.

Dengan tidak adanya pengertian dari keluarga, maka dapat menimbulkan pertengkaran-pertengkaran antar sesama anggota keluarga.


(50)

c. Tidak ada dialog atau komunikasi didalam keluarga.

Tidak adanya waktu secara efektif dan efisien untuk berkomunikasi, maka tidak dapat diketahui keinginan masing-masing pihak dan setiap masalah tidak dapat diselesaikan dengan baik.

d. Tidak ada kerjasama antara anggota keluarga

Tidak ada saling membantu dan gotong royng akan mendorng anak untuk bersikap tidak toleransi jika kelak bersosialisasi dalam masyarkat. Kurangnya kerjasama, membuat anak menjadi malas untuk belajar karena tidak ada perhatian dari orang tua.

Variabel terikat (y) yaitu Penyalahgunaan Narkoba, diukur dengan indikator sebagai berikut :

1. Berapa lama menggunakan Narkoba. 2. Jenis Narkoba yang digunakan.

3. Faktor – faktor penyalahgunaan Narkoba. 4. Dampak penyalahgunaan Narkoba. 5. Sumber mendapatkan Narkoba


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanasi. Penelitian eksplanasi adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas akan ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan dua atau lebih variabel, untuk mengetahui apakah suatu variabel disebabkan/dipengaruhi atau tidak oleh variabel lainnya (Faisal,2005:21 ).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Yayasan Tunas Pelita Kota Binjai. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena dilatar belakangin oleh kondisi dari siswa-siswi melakukan penyalahgunaan Narkoba yang dapat dipengaruhi oleh faktor disharmonisasi keluarga .

3.3. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti ( Soehartono, 2004:57 ). Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para siswa-siswi di SMK Tunas Pelita Binjai yang melakukan pelanggaran penyalahgunaan Narkoba sesuai dengan data yang didapat melalui Bimbingan


(52)

Penyuluhan dan Konseling (BPK) sekolah. Dari data yang ada maka populasi dalam penelitian ini yakni berjumlah 23 orang.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengumpulan data-data melalui :

1. Studi Kepustakaan, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan melalui buku-buku, majalah-majalah serta tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian. 2. Studi lapangan, yaitu dengan mengumpulkan data-data langsung dari

objek yang diteliti melalui :

a. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang segala hal yang dapat dijadikan bahan penelitian dan dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian. b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan

menyebarkan angket berupa daftar pertanyaan tertutup dan terbuka untuk dijawab oleh sampel.

c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan para sampel untuk melengkapi data yang diperoleh. 3. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari para guru yang terkait


(53)

3.5 Tehnik Analisa Data

Dalam teknik analisa data langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu meneliti kembali catatan yang diperoleh dari penelitian. 2. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya.

3. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban. Hal ini berguna untuk dapat dipahami sebagai data sehingga mudah dianalisa serta disimpulkan dan menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam itu dapat disingkatkan.

4. Tabulasi, dimana data disusun dalam keadaan ringkas dan tersusun dalam suatu tabel tunggal sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.

Untuk mencari korelasi antara variabel digunakan rumus Correlation Product Moment yaitu :

(

)

                  −           −       − =

= = = = = = 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 n i n i n i n i n i n i xy Yi Y n Xi X n Yi Xi XiYi n R Keterangan :

Rxy = Koefisien Korelasi r

X = Skor dalam distribusi variabel X Y = Skor dalam distribusi variabel Y


(54)

Untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan dari Guilford. Yaitu sebagai berikut :

1. + 0,70 – ke atas : Hubungan positif yang kuat 2. + 0,59 - + 0,69 : Hubungan positif yang mantap 3. + 0,30 - + 0,49 : Hubungan positif yang sedang 4. + 0,10 - + 0,29 : Hubungan positif yang rendah 5. + 0,01 - + 0,09 : Hubungan positif yang tak berarti


(55)

BAB 1V

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdirinya SMK Tunas Pelita

SMK Tunas Pelita Binjai didirikan pada tanggal 6 April 1985, melalui izin dari Dirjen Pendidikan Menengah Pusat di Jakarta. SMK ini merupakan bagian dari Yayasan Tunas Pelita yang terdiri dari Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi. SMK ini terletak di dalam gedung Yayasan Tunas Pelita Binjai di berada di Jalan Perintis Kemerdekaan No.166 Binjai.

Sejak berdirinya SMK Tunas Pelita, telah terjalin kerjasama baik dengan individu-individu, lembaga, institusi, serta instansi, balai-balai diklat serta Dunia Usaha (DU)/Dunia Industri (DI) baik di tingkat Kota, Propinsi dan juga sampai ke Luar Negeri, seperti Malaysia dan Singapura. Intensitas kerjasama sangat tinggi mulai pada saat ”Status disamakan”, ”SMK berstandar nasional” dan sekarang menuju sekolah bertaraf Internasional (RSBI). Dengan adanya kerjasama ini, maka diperolah dua manfaat, yaitu :

1. Progam pelatihan dalam rangka peningkatan SDM.

2. Memperoleh media pembelajaran berupa buku teks, word chart, CD, komputer sert mesin dan alat-alat praktek lainnya.

SMK Tunas Pelita Binjai memiliki beberapa bidang atau program keahlian. Adapun bidang keahlian itu, yaitu :


(56)

1. Teknik audio vidio

2. Teknik pemanfaatan tenaga listrik 3. Teknik permesinan

4. Teknik kendaraan ringan 5. Teknik sepeda motor 6. Teknik body otomotif 7. Teknik komputer jaringan 8. Akuntansi

9. Administrasi perkantoran

Secara kwantitas jumlah siswa yang mengikuti pendidikan di SMK Tunas Pelita dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun bila dilihat dari sudut animo siswa terhadap program keahlian yang ditawarkan, ternyata mayoritas (60 %) memilih program keahlian otomotif, diduga hal ini disebabkan kesempatan kerja terbuka luas dan memungkinkan berwiraswasta relatif mudah dan ringan. Namun perlu diketahui bahwa mayoritas siswa dari lapisan menengah kebawah yang tercermin dari sering tersendatnya pelunasan SPP, diharapkan dengan adanya RSBI maka siswa yang kurang mampu tetapi berprestasi akan mendapat peluang untuk menjadi siswa RSBI di SMK Tunas Pelita Binjai.

4.2 Maksud dan Tujuan Sekolah

Adapun maksud dan tujuan didirakannya Yayasan Tunas Pelita seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasar Yayasan Pendidikan Tunas Pelita sebagai berikut :


(57)

1. Membantu manusia susila yang berketuhanan Yang Maha Esa serta mempunyai keinsyafan, bertanggung jawab terhadap usaha mewujudkan suatu masyarakat sejahtera bedasarkan ajaran Pancasila.

2. Membantu pemerintah dalam melaksanakan/mempertinggi pendidikan, pengajaran dan penyebaran ilmu pengetahuan di kalangan anak didik khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya menuju tertib masyarakat ber-Pancasila, segala sesuatu dalam arti kata seluas-luasnya.

Untuk mewujudkan maksud dan tujuan tersebut, disusunlah rencana usaha yang akan dilaksanakan, yaitu :

1. Menerima anak didik sebanyak-banyaknya dengan tidak memandang perbedaan suku dan mempunyai kepercayaan berKetuhanan Yang Maha Esa.

2. Membuka dan membangun taman-taman atau rumah-rumah sekolah dari tingkat kanak-kanak sampai dengan tingkat Universitas.

3. Memberikan subsidi/tunjungan belajar kepada pelajar-pelajar yang mempunyai bakat dan kecakapan guna melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi.

4. Mengusahakan penerbitan, penterjemahan karya ilmiah serta bacaan lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat.

5. Mengadakan hubungan kerjasama di bidang pendidikan dengan negara-negara sahabat dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan nasional dan mengorbankan kepribadian bangsa.


(58)

4.3 Kondisi Sarana dan Prasarana

SMK Tunas Pelita Binjai memiliki luas bangunan 3.704 meter persegi, taman 17.172 meter persegi dan lapangan olah raga 600 meter persegi.

Adapun kondisi sarana dan prasarana SMK Tunas Pelta saat ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Kondisi Sarana dan Prasarana SMK Tunas Pelita Binjai

No Ruang Jumlah Luas (m2)

1 Kantor Kepala Sekolah 1 20

2 Kantor Wakasek 1 40

3 Kantor Tata Usaha 1 40

4 Kantor Guru 1 72

5 Kantor Guru BPK 1 20

6 Kantor Majelis Sekolah 1 20

7 Ruang Belajar 26 72

8 Ruang Praktek :

Mekanik Otomotif 3 280

Mesin 1 200

Perkakas 1 200

Kerja Bangku 1 200

Instalasi Listrik Elektronika 1 200

9 Perpustakaan 1 56

10 Ruang Internet 1 72

11 Toilet 2 4

12 Pengolahan Limbah Padat 1 80

13 Kantin 2 80


(59)

4.4.Struktur Organisasi SMK Tunas Pelita Binjai

Sumber : Dokumen SMK Tunas Pelita Binjai

K EP A LA S EK O LA H K E T UA YAYAS AN K O M ITE S EK O LA H W AKA SAPR AS W AKA MANMUT U W AKA KE SI S W AAN W AKA KUR IKU L UM W AKA HUMASDI KT U KE PAL A PR OGR AM SE MUA ST UDI GUR U B P PE MB INA OSI S KOPE R ASI B AGI AN KE UANGAN GUR U DAN W AL I KE L AS SI SW A


(60)

4.5.Keadaan Guru dan Tenaga Administrasi Tabel 3

Keadaan Guru Dan Tenaga Administrasi SMK Tunas Pelita Binjai

No Mata Pelajaran

Jumlah

Personil per - MP

Kesesuaian dengan latar

belakang pendidikan Keteran

gan Sesuai

Tidak

Sesuai

1 Pendidikan Agama Islam 3 - -

2 PKN 2

3 Bahasa dan Sastra Indonesia 3

4 Sejarah 2

5 Bahasa Inggris 4

6 Bahasa Asing Lain 1

7 Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

2

8 Matematika 5

9 Fisika 3

10 IPA 2

11 Kimia 2

12 IPS 2

13 Produktif Akuntansi 4

14 Produktif Administrasi Perkantoran


(61)

15 Produktif Audio Visual 2 16 Produktif Instalasi Listrik 2 17 Produktif Teknik Mesin 2 18 Produktif Teknik Otomotif

Kendaraan Ringan

5

19 Produktif Body Otomotif 2 20 Produktif Teknik Komputer

Jaringan

3

21 Toolman 4

22 Staf Administrasi 10

Sumber : Dokumen SMK Tunas Pelita Binjai

Dari tabel kita dapat mengetahui bahwa keadaan guru dan tenaga administrasi seluruhnya berjumlah 60 orang, dengan jumlah guru terbanyak adalah bidang studi matematika, produktif administrasi perkantoran dan produktif teknik otomotif kendaraan ringan yaitu berjumlah 5 orang. Setiap guru dan tenaga pendidikan dalam memberikan pengajaran terhadap bidang studi yang disampaikan sesuai dengan latar belakang pendidikan masing-masing.

4.6.Kegiatan dan Potensi Siswa

Selain mengikuti kegiatan belajar sesuai dengan fungsi sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan dan pengajaran, siswa-siswi SMK Tunas Pelita juga aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan extra kulikuler antara lain :


(62)

1. Kegiatan Keagamaan a. Shalat Jum’at b. Kegiatan Ramadhan c. Shalat Id

d. Penyembelihan hewan Qurban e. Pengajian

f. Busana muslim

g. Sayembara keagamaan 2. Kegiatan Umum

a. Bantuan Sosial b. Kunjungan studi c. Pertukaran pelajar d. Olah raga

e. Kunjangan pejabat Tinggi Departemen Pendidikan Nasional f. Keparamukaan

Berbagai kegiatan yang dilakukan siswa-siswi selalu mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari para guru. Siswa-siswi SMK Tunas Pelita Binjai juga sering mengikuti berbagai macam kegiatan perlombaan baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Adapun prestasi yang pernah diraih siswa-siswi SMK Tunas Pelita Binjai adalah sebagai berikut :

1. Bidang Akademik

a. Peringkat I Lomba Keterampilan Siswa Kota Medan Tahun 2003, 2005, dan 2009


(63)

b. Peringkat I Lomba Ketrampilan Siswa Otomotif tingkat Propinsi Tahun 2005 dan 2010

c. Peringkat I Cerdas Cermat Koperasi wilayah III tahun 2005

d. Peringkat I Lomba Ketrampilan Siswa di bidang Body Otomotif dan CADD Tahun 2008

e. Peringkat I Lomba Ketrampilan Siswa debat Bahasa Inggris tingkat Kota Binja tahun 2009

2. Bidang Non Akademik

a. Peringkat I Futsal Puteri Tingkat Sumatera Utara Tahun 2009 b. Peringkat I Futsal Purna Paskibraka Tahun 2010

c. Peringkat I Lomba Tari Tingkat Sumatera Utara Tahun 2009

4.7. Hubungan Antara Pihak Sekolah Dengan Orangtua Siswa

Hubungan antara pihak sekolah dengan orangtua siswa terjalin dengan baik dan berjalan lancar dimana pihak sekolah dalam hal ini bimbingan dan Konsultasi (BK), sering mengadakan pertemuan-pertemuan dengan orangtua siswa dan menjalin komunikasi yang baik terutama untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan siswa, antara lain :

1. Jika ada siswa yang bermasalah dan melanggar tata tertib sekolah, biasanya orangtua siswa dipanggil untuk membicarakan dan membahas permasalahan siswa, baik melalui telepon ataupun surat panggilan yang dikirimkan melalui siswa atau disampaikan langsung oleh petugas yang ditunjuk oleh pihak sekolah. Jika pada panggilan pertama orangtua siswa tidak hadir maka akan disusul dengan panggilan kedua. Jika pada


(64)

panggilan kedua orangtua siswa juga tidak hadir, maka akan disusul dengan panggilan ketiga yang disertai dengan ancaman keras. Jika orangtua tetap tidak hadir maka siswa akan dikeluarkan dari sekolah.

2. Mengenai prestasi disekolah, jika ada siswa yang prestasinya menurun, maka pihak sekolah meminta orangtua untuk lebih memperhatikan lagi perkembangan belajar siswa. Misalnya, menyarankan orangtua agar memanggil guru les privat ke rumah atau memasukkan anak ke pusat-pusat belajar dengan tujuan meningkatkan prestasi siswa di sekolah.

4.8.Upaya Meningkatkan Mutu Sekolah

Adapun upaya yang dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu sekolah terutama para siswanya antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan disiplin siswa di sekolah seperti kehadiran dan memtuhi tata tertib lainnya.

2. Mendisiplinkan guru dan staf lainnya. 3. Memeriksa tugas-tugas siswa.

4. Meningkatkan kerjasama dengan orangtua siswa.

5. Mendatangkan penceramah dari luar sekolah seperti Ustadz pada waktu acara keagamaan, dan mengadakan diskusi dengan memanggil narasumber untuk memberikan penyuluhan mengenai Narkoba dan AIDS.

6. Meminta para alumni yang sudah berhasil untuk memotivasi siswa seperti dari IPDN, AKABRI dan lain sebagainya.


(65)

BAB V ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dibahas data - data yang diperoleh dari lapangan, data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui observasi, wawancara, dan melalui kuesioner. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi suatu bagian – bagian tertentu menurut kelompok data jawaban responden, analisis data yang dimaksud adalah suatu interpretasi langsung yang berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan tetap berpedoman pada tujuan penelitian.

Pada bagian ini penulis mencoba menganalisis data – data yang diperoleh dari hasil koesioner yang diajukan kepada para responden yaitu para siswa – siswi SMK Tunas Pelita Binjai yang jumlah keseluruhan 23 orang. Data yang di analisis pada bab ini adalah :

1. Analisis Karakteristik Responden

2. Analisis Disharmonisasi Keluarga Responden 3. Analisis Penyalahgunaan Narkoba


(1)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ternyata nilai koefisien korelasi (Rxy) atau nilai hitungan lebih besar dari taraf signifikan 5 % dengan N=23 atau nilai tabel (0,136 < 0,413). Hal ini berarti bahwa disharmonisasi keluarga tidak banyak memberikan kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa nol (Ho) yang mengatakan ”tidak ada pengaruh antara dishamonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba” dapat diterima. Sedangkan hipotesa alternatif (Ha) yang mengatakan ”Ada pengaruh antara disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba” tidak dapat diterima (ditolak).

Hasil perhitungan Uji Signifikasi (F Test)

Untuk menguji kesignifikasian Rxy yang telah diperoleh, digunakan dengan rumus F Test. Dengan taraf signifikan yang paling umum yaitu 0,05 (5%) dan N (sampel) = 23, Rxy yang diperoleh adalah 0,136 maka didapatkan hasil dengan rumus dibawah ini :

( )

(

)

( )

2 2 1 2 xy xy r N r F − − =

(

) (

)

(

)

2 2 136 , 0 1 2 23 136 , 0 − − = F 018496 , 0 1 ) 21 ( 018496 , 0 − = F 98 , 0 39 , 0 = F 397 , 0 = F


(2)

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diketahui nilai kesignifikasian untuk harga kritik 5 % dan derajat kebenaran = 1, dengan sampel sebanyak 23 atau nilai tabel adalah 4,28. Dari uji F Test, ternyata harga F temuan lebih kecil dari harga F nilai kritik atau nilai tabel (0,397<4,28), sehingga korelasi dinyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Selanjutnya dicari koefisien determinasi (ceofficient of determination) yang merupakan petunjuk besarnya hasil pengukuran yang sebenarnya, makin tinggi angka korelasi maka makin rendah kesalahan perhitungan.

KP = (

r

xy)2. 100 % KP = (0,136)2.100 % KP = 0,0184. 100 % KP = 1,84 %

Melalui hasil perhitungan diketahui bahwa nilai hitungan KP = 1,84 %. Hal ini berarti bahwa kontribusi disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba adalah sebesar 1,84 %. Sedangkan 98,16 % berasal dari luar disharmonisasi keluarga yaitu rasa ingin tahu atau coba-coba responden.


(3)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab terdahulu, maka pada bab ini penulis membuat kesimpulan dan mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penelitian ini membatasi masalah yang bisa menimbulkan disharmonisasi keluarga seperti pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Berdasarkan uji hipotesa terhadap pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba maka koefisien korelasi product moment nya adalah

r

xy = 0,14, koefisien tersebut ternyata lebih kecil dari harga tabel yaitu 0,413, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang tak berarti. Hal ini berarti disharmonisasi keluarga tidak berpengaruh terhadap penyalahgunaan Narkoba, yang hanya memberikan kontribusi sebesar 1,84 %.

3. Berdasarkan hasil penelitian, mengenai pengaruh disharmonisasi keluarga terhadap penyalahgunaan Narkoba di SMK Tunas Pelita Binjai,


(4)

menunjukkan kondisi disharmonisasi keluarga tidak banyak memberikan kontribusi terhadap penyalahgunaan Narkoba di sekolah ini.

6.2 Saran

Hasil dari penelitian ini pada akhirnya mencoba memberikan masukan atau beberapa saran yang ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan. Disini peneliti mencoba memberikan saran antara lain :

1. Terhadap orang tua dan para pendidik agar lebih mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan diri sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun. Sebaiknya memperbanyak kearifan, kebaikan dan keadilan agar bisa dijadikan panutan bagi para remaja khususnya anak didik demi perkembangan generasi penerus bangsa.

2. Membina hubungan keluarga yang harmonis antara orangtua dan anak, saling memiliki keterbukaan, sehingga orangtua mngerti kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi anak khususnya remaja.

3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang lebih relevan dengan kebutuhan anak muda zaman sekarang, serta ada kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja.

4. Bagi pihak sekolah hendaknya membuat peraturan dan disiplin dengan sanksi yang tegas dan adil dan bisa menggugah berfungsinya hati nurani para siswa-siswi untuk tidak melakukan kenakalan.

5. Bagi para remaja hendaknya mampu memanfaatkan waktu luang dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat, membiasakan hidup teratur dan disiplin.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers

Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.

Ali, Mohammad. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, Suharsini. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

BNN. 2004. Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda. Jakarta : Badan Narkotika Nasional.

BNN. 2009. Jurnal BNN ”Penjelasan Undang-Undang Narkotika. Jakarta : Badan Narkotika Nasional.

Djamarah, S, B. 2004. Pola Komunikasi Orangtua dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Faisal, Sanapiah. 2008. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Gunarsa, Singgih. 1993. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia.

Hurlock, E. 2005. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.

Muhaidin, Syarif, Drs. 1984. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Monks. 2002. Psikologi Perkembangan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Nurdin, Fadly. 1989. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung : Angkasa Bandung.

Salim, Peter, Drs. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Modren English Press.

Sarwono, Wirawan. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta.Raja Grafindo Persada. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES


(6)

Suparian, Y.B. 1989. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Pustaka Pengarang, Yogyakarta.

Suud, Mohammad. 2006. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka

Widjono, Erwin. 1981. Yang Perlu Diketahui Generasi Muda Tentang Penyalahgunaan Obat. Jakarta : Depkes RI. Jakarta.

Sumber Lain :

http//waspada.com, diakses pada 7 November 2010, pukul 20.30 http//www.bkkbn.co.id, diakses pada 10 November 2010. pukul 20.30. http//www.balipost.com diakses pada 25 November 2010. pukul 21.00. http//www.who.com. diakses pada tanggal 28 November 2010 pukul 11.20 http/ diakses pada tanggal 1 Desember 2010 pukul 13.10.