Bahan krimino makalah

Kemajuan-kemajuan yang dicapai di era reformasi cukup memberikan harapan yang lebih baik,namun di
sisi lain masih ada masalah yang memprihatinkan khususnya menyangkut perilakusebagian generasi
muda kita yang terperangkap pada penyalahgunaan NARKOBA/NAZA(Narkotika, Alkohol dan Zat
adiktif lainnya) baik mengkonsumsi maupun mengedarkannya. Halitu mengisyaratkan kepada kita untuk
peduli dan memperhatikan secara lebih khusus untuk menanggulanginya, karena bahaya yang
ditimbulkan dapat mengancam keberadaan generasimuda yang kita harapkan kelak akan menjadi pewaris
dan penerus perjuangan bangsa di masa-masa mendatang.Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta,
Surabaya, Denpasar termasuk Yogyakarta duludikenal hanya merupakan daerah transit peredaran
narkoba, namun seiring perkembanganglobalisasi dunia, kota-kota besar di Indonesia sudah merupakan
pasar peredaran narkoba.Sasaran pasar peredaran narkoba sekarang ini tidak terbatas pada orang-orang
yang brokenhome, frustasi maupun orang-orang yang berkehidupan malam, namun telah merambah
kepada para mahasiswa, pelajar bahkan tidak sedikit kalangan eksekutif maupun bisnisman
telahterjangkit barang-barang haram tersebut.Meskipun diakui bersama bahwa narkoba di satu sisi
merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang pengobatan, pelayanan kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan,namun di sisi lain dapat pula menimbulkan addication (ketagihan dan
ketergantungan) tanpaadanya pembatasan, pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama dari
pihak yang berwenang.Dalam upaya pananggulangannya, masyarakat mempunyai kesempatan yang luasluasnya untuk berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba. Untuk itulah dalam tulisan ini akan dikemukakan masalah penyalahgunaan
narkoba dalam tinjauan yuridis, terutama didasarkan pada UU No. 22 Tahun
1997 tentang Narkotika dan UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Diharapkan
dengandisosialisasikannya masalah ini kepada masyarakat luas, dapat digunakan sebagai salah satuupaya

preventif (pencegahan) serta untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang bahayanya narkoba
.4. Tempat dan sasaran peredaranTempat peredaran narkoba pada mulanya di
tempat-tempat hiburan, seperti pub, diskotik,karaoke. Namun karena tempat
tersebut dinilai tidak aman maka tempat transaksinya berpindah- pindah supaya
terhindar dari petugas kepolisian. Demikian pula sasaran peredaran narkoba
padamulanya juga terbatas pada kalangan tempat hiburan malam, tetapi kemudian
merambah kepadamahasiswa, pelajar, eksekutif, bisnisman dan masyarakat luas

. Upaya PenanggulangannyaUpaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan
melalui beberapa cara, sebagai berikut ini :a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk
masyarakat yang mempunyai ketahanan dankekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah
lebih baik dari pada pemberantasan.Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti pembinaan
dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah
danmasyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh
pihak keamanan, pengawasan distribusi obat-obatan ilegal dan melakukan tindakan-tindakan lain
yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan
Narkoba. b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba
melalui jalur hukum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat keamanan yang
dibantu olehmasyarakat. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak

berwajib dantidak boleh main hakim sendiri.c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan
para korban baik secara medis maupun denganmedia lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan
tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitasi pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati,

pesantren-pesantren, yayasan Pondok BinaKasih dll.d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar
setelah pengobatan selesai para korban tidak
kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan memperlakukan
secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan
sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar
dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba
http://www.academia.edu/4091703/PENYALAHGUNAAN_NARKOBA_DAN_UPAYA_PENA
NGGULANGANNYA

1. Latar Belakang Masalah
Pengaturan narkotika berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 (UU No.35 tahun 2009),
bertujuan untuk menjamin ketersedian guna kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan,
mencegah penyalahgunaan narkotika, serta pemberantasan peredaran gelap narkotika.
Penyalahgunaan narkotika di Indonesia sudah sampai ketingkat yang sangat mengkhawatirkan,
fakta dilapangan menunjukan bahwa 50% penghuni LAPAS (lembaga pemasyarakatan)
disebabkan oleh kasus narkoba atau narkotika. Berita kriminal di media masa, baik media cetak

maupun elektronik dipenuhi oleh berita penyalahgunaan narkotika. Korbannya meluas kesemua
lapisan masyarakat dari pelajar, mahasiswa, artis, ibu rumah tangga, pedagang , supir angkot,
anak jalanan, pejabat dan lain sebagainya. Narkoba dengan mudahnya dapat diracik sendiri yang
sulit didiktesi. Pabrik narkoba secara ilegalpun sudah didapati di Indonesia.
Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika telah banyak dilakukan oleh aparat
penegakan hukum dan telah banyak mendapatkan putusan hakim di sidang pengadilan.
Penegakan hukum ini diharapkan mampu sebagai faktor penangkal terhadap merebaknya
peredaran perdagangan narkoba atau narkotika, tapi dalam kenyataan justru semakin intensif
dilakukan penegakan hukum, semakin meningkat pula peredaran perdagangan narkotika
tersebut.

Tindak pidana narkoba atau narkotika berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 (UU
No.35 tahun 2009), memberikan sangsi pidana cukup berat, di samping dapat dikenakan
hukuman badan dan juga dikenakan pidana denda, tapi dalam kenyataanya para pelakunya justru
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh faktor penjatuhan sangsi pidana tidak memberikan
dampak atau deterrent effect terhadap para pelakunya.
Gejala atau fenomena terhadap penyalahgunan narkotika dan upaya penanggulangannya saat ini
sedang mencuat dnan menjadi perdebatan para ahli hukum. Penyalahgunaan narkoba atau
narkotika sudah mendekati pada suatu tindakan yang sangat membahayakan, tidak hanya
menggunakan obat-obatan saja, tetapi sudah meningkat kepada pemakaian jarum suntik yang

pada akhirnya akan menularkan HIV.
Perkembangan kejahatan narkotika pada saat ini telah menakutkan kehidupan masyarakat.
Dibeberapa negara, termasuk indonesia , telah berupaya untuk meningkatkan program
pencegahan dari tingkat penyuluhan hukum sampai kepada program pengurangan pasokan
narkoba atau narkotika.
Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan Narkotika ini, maka perlu diingat beberapa
dasar hukum yang diterapkan menghadapi pelaku tindak pidana narkotika berikut ini:
1. Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
2. Undang-undang RI No. 7 tahun 1997 tentang Pengesahan United Nation Convention
Against Illicit Traffic in Naarcotic Drug and Pshychotriphic Suybstances 19 88
( Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap narkotika dan Psikotrapika,
1988)
3. Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika sebagai pengganti UU RI No.
22 tahun 1997.
3. Penegakan Hukum Pidana Dalam Tindak Pidana Narkotika

Berbicara mengenai penegakan hukum pidana, dapat dilihat dari cara penegakan hukum pidana
yang dikenal dengan sistem penegakan hukum atau criminal law enforcement sebagai bagian
dari criminal policy atau kebijakan penanggulangan kejahatan. Dalam penanggulangan kejahatan
dibutuhkan dua sarana yakni menggunakan penal atau sanksi pidana, dan menggunakan sarana

non penal yaitu penegakan hukum tanpa menggunakan sanksi pidana (penal).
Penegakan hukum dengan mempunyai sasaran agar orang taat kepada hukum. Ketaatan
masyarakat terhadap hukum disebabkan tiga hal yakni:
a)

takut berbuat dosa;

b)
takut karena kekuasaan dari pihak penguasa berkaitan dengan sifat hukum yang bersifat
imperatif;

c)
takut karena malu berbuat jahat. Penegakan hukum dengan sarana non penal mempunyai
sasaran dan tujuan untuk kepentingan internalisasi.[4]
Keberadaan Undang-Undang Narkotika merupakan suatu upaya politik hukum pemerintah
Indonesia terhadap penanggulangan tindak pidana narkotika dan psikotropika. Dengan demikian,
diharapkan dengan dirumuskanya undang-undang tersebut dapat menanggulangi peredaran gelap
dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, serta menjadi acuan dan pedoman kepada
pengadilan dan para penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan yang menerapkan
undang-undang, khususnya hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap kejahatan yang

terjadi. Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba meneliti tentang kebijakan hukum pidana
yang tertuang dalam Undang-Undang Psikotropika dan Undang-Undang Narkotika serta
implementasinya dalam penangulangan tindak pidana narkotika dan psikotropika
penegakan hukum salah satunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menghambat
berjalannya proses penegakan hukum itu sendiri. Adapun faktor-faktor tersebut, adalah sebagai
berikut:[5]
1. Faktor hukumnya sendiri, yang dalam hal ini dibatasi pada undangundang
aja;
2.

Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membuat atau membentuk
maupun yang menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
4. Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan;
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut di atas saling berkaitan, hal ini disebabkan esensi dari penegakan hukum

itu sendiri serta sebagai tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum
https://ibelboyz.wordpress.com/2011/06/04/makalah-penanggulangan-tindak-pidana-narkotikadalam-perspektif-hukum-pidana/

Para pengguna narkotika pada umumnya menurut A.W. Widjaja. “Asal mula kecanduan pertama
kali tidak merasakan apa-apa, sedikit pening, timbul “keberanian” dan badan terasa ringan.
Mula-mulanya hanya sekedar coba-coba, kemudian menjadi ketergantungan yang akhirnya
menjadi bagian dari kehidupannya yang tidak akan mudah dilepaskannya”. 1 Ketergantungan
mengkonsumsi obat terlarang (narkotika) bisa menyebabkan si pemakai :
1. Secara Fisik akan mengakibatkan antara lain berat badan turun drastis, mata cekung dan
merah, muka pucat dan bibir kehitaman, buang air kurang lancar, sembelit atau sakit
perut tanpa alasan yang jelas, dan tangan berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk
dan ada bekas luka sayatan serta terdapatnya perubahan warna kulit di tempat bekas
suntikan.
2. Secara Rohani akan berakibat sangat sensitif dan sangat bosan, jika ditegur atau dimarahi
malah membangkang dan emosinya naik turun serta tidak ragu untuk memukul atau
berbicara kasar kepada orang di sekitarnya. Akibat ketergantungan bisa membentuk
kebiasaan yang sangat mengikat, berarti si pemakai berkeinginan untuk terus berusaha
memenuhi secara rutin dan tetap. Dari sinilah awal kecanduan sehingga berakibat bahagia
bagi seseorang.
Dengan demikian jelas bahwa penyalahgunaan narkotika sangat berbahaya, sebab narkotika

merupakan bahan atau obat yang sangat berbahaya khususnya untuk kalangan remaja. Oleh
karena itu penanggulangannya merupakan tanggungjawab setiap warga negara, terutama para
penegak hukum yang harus lebih waspada terhadap bahaya narkotika.

A.W. Widjaja, Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika , PT
Armaco, Bandung 1985, hal 57.

Menurut
RM.
Surachman.
Pada dasarnya narkotika biasa dibagi menjadi dua golongan yaitu:

Menyatakan:

1. Bahan-bahan yang berasal dari tanaman alami atau hasil pemrosesannya. Seperti:
Opiat (Opium, Morfin, Heroin), Kokain dan Cannabis (ganja).
2. Zat-zat hasil kimiawi sintesis maupun semisintesis yang berupa “Psychotropic
Substance”, (Depressant, Stimulant, Hallusinogens)

RM. Surachman “Kejahatan Narkotika dan Psikotropika”, PT. Sinar Grafika Jakarta,

1994 Cet. 1 hal 15.

Penyalahgunaan diartikan tindakan atau perbuatan yang tidak sebagaimana mestinya atau
menyimpang atau juga bertentangan dengan seharusnya. Masalah penyalahgunaan narkotika
disini melibatkan hidup dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.
Alasan dan sebab yang menjadikan seseorang mengkonsumsi narkotika banyak ragamnya. Dari
sudut pandang penulis, penyalahgunaan narkotika sangat dipengaruhi oleh:
- Faktor kepribadian
- Faktor keluarga
- Faktor lingkungan sosial dan budaya
- Faktor kepribadian

Dalam melaksanakan fungsi penegak hukum, perlu dikaitkan dengan instansi terkait
yang mempunyai kewenangan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
kegiatan instansi atau departemen yang terkait dalam penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya. Penegakan hukum terhadap perkembangan
tindak pidana narkotika dengan modus operandi dan mempergunakan teknologi
canggih, harus diantisipasi dengan peningkatan kualitas penegak hukum dan
kelengkapan perangkat hukum serta tatanan hukum yang dilandaskan kepada
konsep penegak hukum yang tepat juga berdaya guna dan berhasil guna yang

mengutamakan kepentingan untuk melindungi masyarakat nasional, bahkan
Internasional.

3. B. Simandjuntak, “Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Cet. IV. Tarsito Bandung
1981, hal. 163
4. Widarso Gondodiwiryo, “Penyalahgunaan Narkotika dan Pembinaan Generasi Muda”,
Humas UNIBRAW Malang 1987. Hal. 30



UPAYA PENCEGAHAN dan PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
Setelah mengetahui apa itu narkoba,penyebab,dan akibat-akibatnya, sekarang
membahas upaya pencegahan nya.

upaya pencegahan dan penanggulangan
Penyalahgunaan narkoba dapat dicegah.Adalah lebih baik mencegah dari
pada mengobati atau menanggulangi.Pencegahaan merupakan upaya yang sangat
penting,bahkan terpenting.Untuk mencegah remaja dari penyalahgunaan narkoba hal yang paling
penting adalah membentengi diri sendiri dengan imtaq(iman taqwa). selain itu ada hal-hal lain

diantaranya :
1. Menjaga diri sendiri dan teman terdekat dari hal yang menjurus ke narkoba
2. Pendekatan pada siswa disekolah
3. Latihan peningkatan percaya diri
4. Melatih remja mengelola situasi sehari-hari melalui pendekatan pemecahan masalah dan
curhat
5.Memberi kegiatan yang cocok pada kehidupan remmaja
6.Mendorong partisipasi pada kegiatan yang positif
7.Memberi kesempatan agar remaja mengembangkan kegiatannya
8.Membentuk perkumpulan dalam gerakan anti narkoba (say no to drugs)
9.Saling memberi dukungan dan kasih sayang
10.Meningkatkan keterampilan dasar
11.Mencoba mengubah kebiasaan buruk, dan menjauh dari hal-hal yang negatif
12.dan yang paling penting adalah selalu waspada, karena banyak modus-modus pengedar
narkoba.
13.jika ada remaja yang sudah menjadi pecandu,harus diberi pengertian sedikit demi sedikit,

dan tidak dijauhi atau di acuhkan di masyarakat.
14.Melaporkan ke pihak yang berwajib jika mengetahui pengedar/bandar narkoba
15.Memberikan program, terapi dan rehabilitasi
16.Menyediakan sarana konseling untuk para pemakai n pengedar narrkoba.
17. Menciptakan rasa takut mengulang kembali.
Lebih baik mencegah dari pada menyembuhkan. Mencegah para remaja maupun orang dewasa
dari penyalahgunaan narkoba sebetulnya tidak rumit sama sekali, asal kita tahu benar apa yang
harus kita lakukan dan apa yang kita hadapi. Berikut adalah 7 langkah pencegahan untuk
menghindarkan seseorang dari pemakaian dan penyalahgunaan zat-zat berbahaya tersebut.
1. Menanamkan pemahaman hidup sehat anak usia dini
Sebagai orang tua, kita harus dapat menerangkan dengan menarik untuk menanamkan perilaku
hidup bagi anak-anak kita. Misalnya asupan makanan/minuman apa yang baik bagi tubuh
mereka dan asupan makanan/minuman apa yang berbahaya bagi tubuh mereka. Ini akan
mempertajam kesadarannya akan tubuhnya sendiri yang harus ia rawat dengan baik bagian luar
dan dalamnya. Pengetahuan mengenal fungsi dan kekuatan/kelemahan tubuhnya sendiri, harus
diberitahu.
Perilaku hidup sehat akan paling manjur hasilnya bila diajarkan sedari anak kita masih kecil,
sedini mungkin. Karena apa saja yang ia pelajari sewaktu kecil akan melekat selamanya di
memori otaknya. Menanamkan kesadaran hidup sehat dengan berolah raga secara rutin (yang
tentunya harus juga diterapkan oleh kedua orang tua mereka), menjadi kelanjutan dari langkah
sebelumnya tadi.
Orang tua seyogianya menjadi role-model bagi anak-anak mereka, harus memberikan contoh
yang baik bila ingin anaknya berperilaku baik. Sering kali kita sebagai orang tua lupa bahwa
anak kita belajar dari tingkah laku dan perilaku kita yang mereka lihat dan perhatikan setiap
harinya dari bayi sampai remaja. Anak-anak kita belajar, meniru, dari orang yang sehariannya
berada paling dekat dengan mereka. Maka seharusnya kita tidak merokok atau minum minuman
beralkohol bila kita tidak mau anak-anak kita meniru kita atau bahkan mencoba-coba dan
menyalahgunakan narkoba.
2. Pemahaman akan adanya racun di sekeliling kita
Memberikan pemahaman sedini mungkin akan adanya racun di alam sekeliling kita, akan sangat
bermanfaat dan dapat menyelamatkan anak-anak kita dari penggunaan zat-zat berbahaya.
Penerangan bahwa ada racun pada tumbuh-tumbuhan seperti jamur dan tumbuhan lainnya yang
beracun, racun pada gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang lainnya yang berbisa, juga
racun yang secara sengaja maupun tak sengaja diproduksi oleh manusia, seperti polusi asap dari
knalpot mobil, asap dan limbah beracun dari pabrik-pabrik, asap rokok, dlsb.

Mendidik meraka untuk sadar (aware) bahwa zat-zat yang sangat berbahaya bagi tubuh kita (bagi
kelangsungan hidup kita) ada di sekitar kita dan setiap zat yang membahayakan kesehatan kita
harus dijahui (avoid) atau terkadang dimusnahkan. Jadi bila suatu saat ia akan berhadapan
dengan narkoba (biasanya ditawarkan oleh lingkungan teman-teman terdekatnya), maka kita
harapkan ia akan menolak untuk mengkonsumsi narkoba, zat yang asing yang dapat
membahayakan kesehatan dan hidupnya. Maka dari itu informasi mengenai racun di sekeliling
kita, juga narkoba, harus diberikan kepada mereka sedetail dan sejelas mungkin.
3. Memberikan informasi yang akurat dan jelas
Memberikan informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya dari setiap jenis narkoba
merupakan kewajiban bila kita ingin membentengi/menyelematkan anak-anak kita (atau pun
orang lainnya) dari bahaya narkoba. Tanpa informasi yang akurat dan jelas, seorang anak belum
tentu menyadari narkoba yang ditawari temannya itu berbahaya bagi kehidupannya. Tetapi bila ia
mendapat informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya narkoba, pasti ia akan menolaknya.
Seharusnya pemberian informasi yang akurat dan jelas harus juga diberikan oleh sekolah-sekolah
sebagai salah satu sub-kurikulum yang wajib diikuti oleh setiap anak. Informasi mengenai jenisjenis narkoba. Dampak bila menggunakannya, dampaknya bagi organ-organ tubuh kita serta
dampak dari segi hukumnya bila tertangkap memiliki, menggunakan atau mengedarkan narkoba;
Penyakit yang dapat diderita sebagai akibat pemakaian narkoba (infeksi klep kanan jantung,
kerusakan hati atau cirrhosis, HIV/AIDS, dan lainnya)
Hampir dapat dipastikan bila seorang sudah mendapatkan informasi mengenai narkoba yang
akurat dan jelas, daya tarik narkoba yang seindah apapun akan lansung amblas, sirna,
dibandingkan dengan dashatnya dampak kerusakan yang akan diakibatkan oleh zat-zat narkoba
itu kepada penggunannya.
4. Bekerjasama dengan tempat pendidikan (sekolah atau universitas)
Bekerjasama dengan sekolah ataupun universitas di mana anak-anak kita menuntut ilmu, untuk
merancang program pemantauan, pencegahan, dan juga program penanggulangan narkoba secara
holistic yang spesifik dengan pusat-pusat pendidikan tersebut (yang sebetulnya hanya berbeda
sedikit saja dari satu sekolah ke sekolah yang lainnya)
Kerjasama yang terkoordinir dengan baik yang melibatkan setiap sendi dalam kehidupan di
sekolah ataupun kampus seperti: Dosen, guru-guru, guru BK (bimbingan konseling), Osis,
Satpam/security, penjaga kantin, dan karyawan lainnya di lingkungan sekolah/kampus (yang
sering mendapatkan para siswa/mahasiswanya memakai narkoba di WC/toilet), dan yang
lainnya.
5. Tanggap lingkungan
Orang tua selalu tanggap lingkunga di rumah mereka sendri, di mana anak-anak mereka tumbuh.
Orang tua harus selalu sadar akan perubahan-perubahan kecil dari perilaku sang anak.
Perubahan-perubahan masa puber dan peralihan anak menjadi remaja, remaja menjadi dewasa,

tidak sama dengan perubahan perilaku seorang anak yang mulai ter ekspos pada narkoba, atau
yang sudah kecanduan narkoba.
6. Bekerjasama dengan lingkungan rumah
Kita sebaiknya bekerjasama dengan lingkungan rumah kita seperti dengan ketua RT, RW, dsb.
Terutama dengan tetangga yang mempunyai anak seusia atau yang lebih tua dari anak kita.
Menjalin hubungan yang baik dengan para tetangga selalu mendatangkan kenyamanan dan
keamanan bagi kita.
Kita bisa membuat sistem pemantauan keamanan bersama tetangga lainnya yang juga
melibatkan ketua RT untuk memantau keamanan umum dan memantau bila ada anak-anak di RT
kita yang disinyalir menggunkan narkoba. Bila sistem yang dibangun bersama para tetangga itu
kuat, dijamin gejala-gejala penyalahgunaan narkoba di pemukiman kita akan terdeteksi dan dapat
tertanggulangi dengan cepat dan baik
7. Hubungan interpersonal yang baik
Hubungan interpersonal yang baik dengan pasangan dan juga dengan anak-anak kita, akan
memungkinkan kita melihat gejala-gejala awal pemakaian narkoba pada anak-anak kita.
Kedekatan hubungan batin dengan orang tua akan membuat anak merasa nyaman dan aman,
menjadi benteng bagi keselamatan mereka dalam mengarungi kehidupan mereka nanti.
Bila orang tua sering ribut, cekcok, maka itu bisa memengaruhi sang anak secara psikologis.
Kegalauan ini bisa memancingnya untuk mencoba narkoba dengan berbagai macam alasan yang
dicarinya sendiri. Misalnya supaya diperhatikan, sikap masa bodoh terhadap hidupnya, untuk
mengatasi kemarahan, ketidaksenagan, atau kesedihan yang timbul dari melihat orang tua
mereka yang selalu bertengkar.

Pencegahan primer, ditujukan kepada individu, kelompok, komunitas atau masyarakat luas, yang
belum nampak tanda-tanda adanya kasus penyalahgunaan narkotika, meliputi kegiatan alternatif
untuk menghindarkan individu, kelompok atau komunitas dari penyalahgunaan narkotika, serta
memperkuat kemampuannya untuk menolak narkotika. b.
Pencegahan sekunder, ditujukan kepada individu, kelompok, komunitas atau masyarakat luas
yang rentan terhadap atau telah menunjukkan adanya gejala kasus penyalahgunaan narkotika,
melalui pendidikan dan konseling kepada mereka yang sudah mencoba-coba menggunakan
narkotika, agar mereka menghentikannya dan mengikuti perilaku yang lebih sehat. c.
Pencegahan tertier, merupakan pencegahan yang ditujukan kepada mereka yang sudah menjadi
pengguna biasa (habitual) atau yang telah menderita ketergantungan, melalui pelayanan
perawatan dan pemulihan dan pelayanan untuk menjaga agar tidak kambuh. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009, peran serta masyarakat, antara lain :
13 1)
Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membantu
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 104). 2)
Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika (Pasal 105). 3)
Hak masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika dan prekursor narkotika diwujudkan dalam bentuk : a)
Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika. b)

Memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi tentang adanya
dugaan telah terjadi tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika kepada penegak hukum atau
Badan Narkotika Nasional (BNN) yang menangani perkara tindak pidana narkotika dan
prekursor narkotika. c)
Menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum atau BNN
yang menangani perkara tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. d)
Memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak hukum
atau BNN.
14 e)
Memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan haknya atau
diminta hadir dalam proses peradilan. (Pasal 106) 4)
Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau BNN jika mengetahui
adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika (Pasal 107).
Upaya hukum pencegahan dan penanggulangan permasalahan narkotika
merupakan tindakan antisipatif yang meliputi pencegahan primer, pencegahan
sekunder dan pencegahan tertier dengan beberapa pola pencegahan dan
penanggulangan yang dapat dilakukan oleh semua pihak dan lapisan masyarakat,
antara lain baik dari pemerintah dalam hal ini Polri, dosen dan guru dalam
lingkungan kampus dan sekolah, orang tua, serta seluruh masyarakat

Pemberantasan secara langsung

Pemberantasan secara langsung dilakukan oleh penegak hukum, dimana penyalahgunaan
narkotika terjadi. Pemberantasan itu berupa :


Mengadakan patroli-patroli menyeluruh di daerah pelabuhan, bandara udara dan zonazona bebas lainnya. pengawasan efektif perlu dilakukan oleh penegak hukum, sebab
tanpa adanya pengawasan terus-menerus (full time) maka tempat-tempat pemasukan
seperti itu menjadi rawan. Oleh karena itu selalu diadakan operasi pada tempat rawan
seperti serta mengadakan pembasmian penanaman tumbuhan narkotika dengan
melakukan pelacakan secara langsung dan seksama terhadap ladang dan sawah atau
tempat dimana diduga adanya penanaman narkotika.



Mengadakan pengawasan, pengontrolan dan penggeledahan kepada seluruh warga negara
yang akan berangkat keluar negeri. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan
terjadinya penyelundupan yang dilakukan oleh pengedar narkotika.



Mengadakan operasi pada tempat yang diduga obat-obatan itu diproses (diproduksi) dan
diperjualbelikan (dipasarkan) serta memeriksa bahan-bahan yang dipergunakan dalam
pabrik-pabrik mengenai narkotika atau bahan-bahan psikotropika lainnya, agar
persediaan obat-obatan tersebut tidak disalahgunakan dan tidak menyimpang cara
penggunaannya serta membatasi atau mengurangi persediaan obat-obat narkotika tersebut
untuk pemakaian medis yang sah.



Mengadakan penggeledahan-penggeledahan terhadap mereka-mereka yang dicurigai
memiliki narkotika atau bahan-bahan obat-obatan terlarang jenis lainnya. Mengadakan
pengamanan bagi mereka yang sudah tertangkap, menjatuhkan hukuman yang seberatberatnya supaya mereka menjadi sangat jera dan kemudian menjadikan gerak langkah
pengedar-pengedar lainnya yang belum tertangkap menjadi terbatas.

Dengan cara yang disebutkan diatas, maka sedikit menutup kemungkinan menyebarnya
penyalahgunaan narkotika.

2) Pemberantasan secara tidak langsung
Pemberantasan secara tidak langsung adalah dimana tindakan pemberantasan yang dilakukan
bukan pada tempat dimana operasi penyalahgunaan narkotika itu dilaksanakan.
Pemberantasan berupa :


Membuat dan menyebarkan pengumuman dan selebaran yang secara jelas ditempatkan di
konsulat, di kedutaan, bandar udara, pelabuhan laut dan perlintasan perbatasan agar
memperingatkan para wisatawan akan akibat-akibat yang berat, bagi peredaran gelap
serta mereka yang diketahui mengadakan pelanggaran-pelanggaran narkotika dapat
dikenakan tindakan hukum.



Memperluas lingkup pengawasan atas wilayah udara dan daerah-daerah terpencil agar
supaya dapat melindungi masyarakat terhadap kegiatan jahat yang dilakukan oleh
pengedar narkotika.



Instansi penegak hukum juga harus dapat mempertimbangkan kemungkinan mengadakan
sambungan "hotline" yang bebas dari bayaran yang dihubungkan dengan kantor yang
setiap saat dapat melancarkan operasi sehingga setiap orang dapat melaporkan kejadian
yang berkaitan dengan narkotika tanpa merasa takut mendapat balasan.



Mempertegas hukum yang berlaku bagi mereka yang sudah jelas-jelas terbukti telah
menyalahgunakan narkotika untuk kepentingan memperkaya diri sendiri.



Mengadakan perluasan-perluasan kerja sama dan saling mernbantu dengan bentuk-bentuk
serta badan penegak hukum yang lain. Antara lain dengan mengadakan hubungan dengan
negara-negara lain untuk meningkatkan tindakan koordinasi didalam kerja sama
internasional serta pentingnya memperkuat dan meningkatkan sarana hukum yang efektif.

Ada sebagian masyarakat yang bersifat tidak bijaksana terhadap para pecandu narkotika. Mcrcka
biasanya menjadi sasaran utama untuk diberi predikat buruk dan dikucilkan oleh masyarakat, hat
itu disebabkan karena pada umumnya mereka sering melakukan perbuatan yang mengancam
ketentraman masyarakat. Kekerasan yang ditimbulkan pecandu narkotika sebenarnya menjadi
tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Dipandang dari satu sudut, masyarakat juga terlibat
langsung didalamnya dan juga memikul beban kerugian. Oleh karena itu suatu hal yang layak
apabila di dalam menanggulangi kejahatan narkotika pada remaja, masyarakat juga bertanggung
jawab secara moral. Keterlibatan masyarakat di dalam memerangi kejahatan Narkotika adalah :
a. Mengadakan seminar.
1. Mengadakan seminar dalam hal ini bisa bekerja sama dengan universitasuniversitas dan lembaga-lembaga hukum.
2. Seminar itu bertujuan untuk membahas tentang masalah bahaya narkotika yang
tentunya sangat berguna bagi mereka yang tidak tahu sama sekali tentang
narkotika.
b. Mengadakan Lembaga Konsultasi.
1. Memberi nasehat secara langsung kepada anak yang bersangkutan.
2. Membicarakannya dengan orang tua atau wali dari anak yang bersangkutan dan
kemudian dicarikan jalan keluar untuk menyadarkan anak tersebut.
3. Langkah yang terakhir adalah masyarakat harus berani melaporkan kepada pihak
yang berwenang tentang adanya penyalahgunaan narkotika sehingga segera
dilakukan langkah-langkah menyeluruh. Laporan hendaknya disertai bukti-bukti

yang nyata, sehingga bukti itu dapat menjadi dasar yang kuat bagi pihak yang
berwenang didalam kasus penyalahgunaan narkotika.
Masyarakat memiliki peranan yang besar dalam menanggulangi masalah penyalahgunaan
narkotika, peran tersebut berupa kontrol sosial. Kedewasaan masyarakat didalam menanggulangi
masalah ini dan keberanian tiap-tiap anggota masyarakat melaporkan adanya penyalahgunaan
narkotika kepada pihak yang berwenang, merupakan partisipasi konstruktif didalam
menanggulangi penyalahgunaan narkotika.
a. Mendirikan panti rehabilitasi
1. Melalui Pendidikan, badan yang berwenang perlu mendirikan suatu unit yang
bersifat multi disiplin, dimana para pendidik yang telah menerima training tentang
narkotika dapat berperan didalamnya. Badan tersebut merekomendasikan atau
menginstruksikan kepada semua tingkat pendidikan tentang perkembangan materi
pengajaran yang berkaitan dengan pencegahan penyalahgunaan obat-obat
psikotropika atau penyalahgunaan narkotika dan memberikan tekanan pada
keuntungan-keuntungan dalam menjalani suatu hidup yang sehat dan bebas dari
narkotika. Menyiapkan bahan pendidikan dan training bagi kaum penganggur
yang kurang dengan pendidikan khususnya kaum remaja, agar mereka
mengembangkan ketrampilan khusus dengan bidang wiraswasta. Menyiapkan
program dan informasi untuk mendorong pelaksanaan olahraga yang bebas dari
narkotika, melakukan kegiatan budaya dan fasilitas juga kegiatan waktu
senggang.
2. Mengadakan pemulihan dan penyuluhan.Instansi yang bersangkutan bekerja sama
dengan organisasi non pemerintah dengan mempertimbangkan untuk memberikan
bimbingan dalam pengembangan dan melaksanakan program perawatan
penyalahgunaan narkotika. Memberikan penyuluhan untuk mencegah dan
mengurangi ketergantungan narkotika serta untuk memasyarakatkan kembali
penderita narkotika dalam kehidupan sosial dan lingkungan pekerjaan.
3. Mengadakan pendidikan moral agama dengan melalui ceramah-ceramah
keagamaan yang berguna untuk menambah iman dan moral. Mengadakan
pengajian-pengajian untuk mengisi waktu-waktu yang senggang dengan
melibatkan tokoh-tokoh agama yang sudah dipercaya oleh masyarakat.
Untuk mengetahui masalah pengobatan narkotika akan penulis bahas dibawah ini dalam hal
rehabilitasi.13

H. Rehabilitasi
Dalam proses rehabilitasi, perhatian dititik beratkan pada pemanfaatan tahap perkembangan
pribadinya agar dapat dikembalikan kepada masyarakat umum. Peran serta masyarakat sangat

berarti untuk membantu mantan pecandu secara fisik, psikologi, sosial, sehingga mereka dapat
hidup
di
tengah
masyarakat
umum
dalam
suasana yang menguntungkan. Mantan pecandu harus dipersiapkan untuk melakukan perbaikan
sikap dan martabatnya sebagai manusia normal. Karena luasnya ruang lingkup program
pemanfaatan, maka sudah jelas diperlukan dana yang tidak sedikit untuk mempersiapkan
program rehabilitasi dan harus benar-benar memperhatikan sumber daya atau perangkat–
perangkatnya dalam program tersebut. Yang dapat menunjang adanya program rehabilitasi itu
antara lain, terapi psikoterapi, terapi sosial, terapi tingkah laku atau kerja agar para mantan
pecandu dapat menjadi manusia yang produktif dalam pembangunan. Dalam proses terapi yang
ingin dicapai adalah mengatasi kondisi keracunan fisik, komplikasi medik dan mencegah
kegagalan kepribadian dalam menciptakan suatu kondisi agar pecandu dapat hidup secara wajar.
Yang dibutuhkan adalah kesabaran ketekunan,keuletan serta kerelaan dari dirinya sendiri untuk
mengikuti tahap pemanfaatan dalam program rehabilitasi ini. Tahap-tahap pemanfaatan tersebut
adalah :
a. Pemanfaatan
fisik
Pemanfaatan fisik adalah meliputi segala upaya yang bertujuan meningkatan perasaan
sehat jasmani dan mentalnya, sebab kondisi mental individu disini sangat berperan dalam
kasus ketergantungan obat narkotika ini.
b. Pemanfaatan
keagamaan
Pemanfaatan keagamaan adalah meliputi segala upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan ketaqwaan kepada,Tuhan Yang Maha Esa, melalui pendidikan keimanan
dengan menghayati ajaran agama. Rasa kesadaran keagamaan harus perlu ditanamkan
dengan sungguh-sungguh, karena akan banyak menunjang terwujudnya kehidupan yang
damai dan tentram ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Pemanfaatan keagamaan
disini untuk memperbaiki dan meluruskan watak atau tabiat jelek manusia ke arah tujuan
yang benar.
c. Pemanfaatan
sosial
Pemanfaatan sosial adalah meliputi segala upaya untuk memupuk, memelihara,
membimbing dan meningkatkan rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial bagi
pribadinya, keluarga dan masyarakat pada umumnya dengan memperbaiki kembali
kehidupan masa lalunya ketika masih kecanduan narkotika.
Faktor-faktor lainnya yang juga ikut memperlancar pemanfaatan tersebut adalah kondisi
masyarakat yang harus diperbaiki dan diberi kesadaran untuk ikut berperan dalam tanggung
jawab sosial, yaitu ikut membimbing mantan pecandu yang dipertahankan keberhasilan dalam
rehabilitasi. Hal ini sangat diperlukan sebab pengalaman telah membuktikan ada banyak
kesulitan dan kejanggalan setelah mantan pecandu menempuh rehabilitasi. Kenyataannya sampai
saat ini sebagian masyarakat belum siap menerima kehadiran mereka, lingkungan keluarga,
sekolah, kelompok bermain, kampus bahkan tempat kerjapun masih sangsi menerima pekerja
mantan pecandu narkotika di tengah-tengah lingkungan mereka. Kenyataan–kenyataan seperti
itulah yang akibatnya akan menimbulkan kekecewaan didalam hati mereka dan bukan tidak
mungkin akan mengakibatkan kambuhnya kembali dengan ketergantungan obat yang selama ini
sudah mereka tinggalkan, untuk mengobati kekecewaan mereka. Melihat keadaan tersebut, maka

perlu diberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat menerima kehidupan mantan
pecandu narkotika dengan secara wajar tanpa menunjukkan sikap kebencian. Pecandu narkotika,
bukanlah penjahat, melainkan orang sakit yang perlu disembuhkan.
Pecandu yang nyata-nyata sudah menjadi korban narkotika akibat tekanan batin, keputus asaan
karena kurangnya perhatian dari orang tua, perlu ditolong supaya mereka sadar dan insyaf
dengan semua yang mereka perbuat. Rehabilitasi kepada korban narkotika harus memiliki cara
yang efektif dan efisien supaya mereka tidak merasa tertekan dan juga tidak merasa terlalu
bebas. Para mantan pecandu harus benar-benar dibantu supaya menjadi manusia yang penuh
percaya diri dan cakap dalam segala hal. Masyarakat harus memberi kesempatan kepada korban
narkotika yang sudah direhabilitasi itu dengan memberi mereka ketrampilan yang produktif
untuk hidup ditengah-tengah masyarakat itu sendiri dan untuk masa depannya. Ketrampilan yang
harus dimiliki adalah jenis dan coraknya yang relevan dan konsisten dengan kondisi geografis.
Keterampilan berorientasi kepada kebutuhan masyarakat dan menunjuk pada kekayaan alam
sekitar dan lingkungan hidup terpadu. Ketrampilan produktif misalnya di bidang pertanian dan
peternakan, karena secara global ketrampilan tersebut relevan dengan rasio lahan yang cukup
memadai di negara kita. Kreativitas yang positif dan produktif, memberi peluang yang baik
dengan terwujudnya situasi yang memungkinkan mantan pecandu narkotika menjadi tenaga kerja
yang potensial serta berpartisipasi aktif didalam meningkatkan mutu kerja pada masyarakat.
Departemen atau instansi lainnya terkait dalam program rehabilitasi ini, bersama-sama dengan
instansi lain dan badan - badan sukarela seperti organisasi orang tua perlu memprakarsai atau
memperluas program-program yang melibatkan keluarga. Apabila pemantapan ini berjalan
dengan baik, maka korban pecandu narkotika akan menjadi manusia yang bertanggung jawab
dalam arti tumbuh kesadaran bahwa ia wajib menghindar atau menjauhi dari segala hal yang
negatif dan berupaya mendidik dirinya sendiri agar selalu berbuat baik serta melakukan hal-hal
yang bermanfaat bagi masyarakat, pandai menempatkan diri dalam pergaulannya di lingkungan
masyarakat luas, juga dapat menyesuaikan diri di dalam keluarganya.
Ada satu hal yang harus diperhatikan didalam program rehabilitasi ini yaitu, karena keberhasilan
dari perawatan dan rehabilitasi penderita ketergantungan narkotika baru dapat dievaluasi dengan
melihat sejauh mana kerugian yang disebabkan penyalahgunaan narkotika telah berkurang, juga
berdasarkan sejauh mana penderita telah berintegrasi ke dalam masyarakat dan ke dalam
lingkungan yang bebas narkotika di rumah maupun di tempat kerja, karena bahaya akan
timbulnya kambuh selalu terjadi apabila kurang adanya fasilitas dan sumber dana bagi pasca
rawat, maka instansi yang bersangkutan perlu menjamin agar pelayanan pasca rawat diberikan
dalam skala yang sebanding dengan kebutuhan, termasuk pula bantuan dari pekerja sosial.
Dalam hal ini, apabila membicarakan masalah fasilitas dan dana maka pemerintah dalam hal ini
dipandang perlu mempertimbangkan kemungkinan mendukung usaha-usaha swasta seperti
asosiasi "Swa-daya" (Self-help Associations) yang telah terbukti amat berguna dalam memberi
bantuan terhadap penderita narkotika atau bagi orang-orang yang rawan jadi penderita narkotika
atau bagi orang-orang yang telah menjalani perawatan dan perlu dilindungi terhadap kambuhan
(relaplase). Usaha-usaha seperti ini dapat meringankan hambatan-hambatan yang dialami oleh
lembaga-lembaga kesehatan pemerintah dan dapat dipandang "Cost effective" (hemat biaya).
Berdasarkan adanya pengaruh yang merusak karena pengangguran terpaksa diantara kaum muda,
maka departemen atau instansi yang berkaitan dengan penempatan tenaga kerja perlu
memperhatikan dalam mengeluarkan kebijaksanaan tentang penempatan kerja agar lebih banyak

memberikan kesempatan kerja dan latihan kerja bagi orang-orang yang rawan terhadap bahaya
penyalahgunaan narkotika yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti usia, lingkungan sosial,
tidak punya ketrampilan atau karena faktor lain. Departemen bersangkutan perlu memikirkan
melalui konsultasi dengan organisasi pekerja untuk membuat latihan khusus termasuk (on the
job training) bagi orang-orang demikian dan apabila mungkin perlu memberi bantuan dana atau
bantuan lainnya.
Departemen atau instansi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat harus memberi instruksi
kepada lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta, klinik, rumah sakit, dan pusat-pusat
perawatan lainnya agar data yang diberikan pada pusat-pusat perawatan atau lembaga yang
bersangkutan oleh seorang dokter atau penderita sendiri, jangan dibocorkan ke orang atau
instansi yang tidak berhak dan tidak boleh digunakan dalam cara apapun yang dapat
menimbulkan rasa praduga (prejudice) terhadap kesempatan si penderita dalam meneruskan
suatu kedudukan di masyarakat atau dalam mencari kerja. Yang penting, si pemakai narkotika
yang telah direhabilitasi dapat belajar memberi arti hidup pada hidupnya, dia belajar menentukan
hubungan yang sehat dengan sesamanya serta belajar menghadapi kesukaran dalam
kehidupannya sehari-hari tanpa berpaling kepada narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.
http://spocjournal.com/hukum/390-peran-penegak-hukum-dalam-upaya-pencegahan-danpemberantasan-penyalahgunaan-narkotika-bagian-3.html

Penanggulangan dan pencegahan terhadap penyalahgunaan NARKOTIKA merupakan tanggung
jawab bangsa Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya berada pada pundak kepolisian ataupun
pemerintah saja. Namun, seluruh komponen masyarakat diharapkan ikut perperan dalam upaya
penanggulangan tersebut. Setidaknya, itulah yang telah diamanatkan dalam pelbagai perundangundangan negara, termasuk UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika
pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran, ingatan, hati, jiwa, mental
dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh karena itu maka Narkoba juga termasuk dalam
kategori yang diharamkan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Mardani.2007.Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta:Rajawali Pers.
Sunarso, siswantoro.2004.Penegakan Hukum Psikotropika. Jakarta:Rajawali Pers.
Makarao, taufik, et.al.2003 Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sunarso, Siswantoro. 2004. Penegakan Hukum Dalam Kajian sosiologis. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Hambatan-hambatan dalam penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana narkotika di wilayah
hukum Kepolisian Resor Kota Denpasar dapat ditinjau dari faktor hukum, faktor penegak hukum,
faktor sarana dan fasilitas dalam penegakan hukum, faktor masyarakat dan faktor kebudayaan.
Secara umum, Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika lebih komprehensif dalam
mengatur tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengungkap jaringan narkotika. Hambatan
justru berasal dari faktor kurangnya kualitas (tidak menguasai teknik dan penggunaan alat dalam
mengungkap kasus, kesulitan dalam berkomunikasi jika menghadapi pelaku yang
berkewarganegaraan asing) dan kuantitas sumber daya aparat penegak hukum (polisi), seringnya
terjadi pergantian anggota di reserse narkotika, keterbatasan sarana dan prasarana dalam menjaring
pelaku yakni dalam penyediaan perangkat teknologi dan dana operasional, faktor masyarakat yakni
paradigma masyarakat yang justru menjadikan
peredaran narkotika sebagai bisnis yang menguntungkan serta transformasi budaya barat yang tidak
sesuai dengan budaya bangsa melalui pariwisata dimana kebiasaan menggunakan narkotika di negara
mereka tidak dilarang.

saran
Diperlukan pelatihan bagi kepolisian dalam menggunakan teknologi untuk mengungkap modus
kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan pendidikan bahasa asing yang dapat
menunjang pengungkapan kasus yang dilakukan oleh jaringan internasional. Kapolri hendaknya
menyediakan anggaran dalam melaksanakan penanggulangan dan pemberantasan terhadap tindak
pidana narkotika. Masyarakat hendaknya melakukan hal-hal yang positif guna menghindari
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika
Perlu adanya rekonstruksi upaya penanggulangan dan pemberantasan narkotika. Dalam upaya
menanggulangi dan memberantas tindak pidana narkotika hendaknya lebih mengutamakan kebijakan
non penal sebab kebijakan non penal pada dasarnya mengarah pada upaya-upaya preventif. Edukasi
mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika hendaknya dicantumkan dalam kurikulum pendidikan di
tingkat pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi