2.2.1 Tatanama Refrigerant
Umumnya refrigerant mempunyai nama kimia yang cukup panjang dan kompleks, misalnya CCl2FCClF2. DuPont mengusulkan sistem penamaan dengan
menyingkat dengan huruf depan “R” atau kadang ditulis “Freon” dan diikuti beberapa angka. Sistem ini diusulkan untuk umum sejak tahun 1956 dan masih
digunakan sampai saat ini. 1. Angka pertama dari kanan adalah jumlah atom Fluorin dalam ikatan
2. Angka kedua dari kanan adalah jumlah atom Hidrogen ditambah 1 3. Angka ketiga dari kanan adalah jumlah atom Karbon dikurangi 1 Jika nol tidak
dipakai 4. Angka keempat dari kanan adalah jumlah ikatan unsaturated karbonkarbon
senyawa Jika nol tidak digunakan tambahan:
a. Jika atom Bromin ada pada tempat Klorin, rumus yang sama dapat digunakan dengan menambahkan huruf B setelah nama induknya. Huruf B diikuti dengan
angka yang mengatakan jumlah atom Bromin yang ada. b. Huruf kecil yang mengikuti nama suatu refrigerant Misalnyahuruf ”a” pada R
134a adalah menyatakan kecenderungan isomer simetri yang terbentuk. Urutannya dimulai dari a, b, dan c. Huruf c menyatakan ketidak simetrian.
Contoh: 1. CHClF2 Atom F =2, Atom H+1 = 2, Atom C – 1 = 0 Ditulis R-22.
2. CCl3F Atom F = 1, Atom H+1 = 1, Atom C-1 = 0 Ditulis R-11. 3. CF3CH2F Atom F=4, Atom H+1=3, Atom C-1=1 Ditulis R-134a, karena
kehadiran polimer yang cenderung simetri.
2.2.2 Keamanan Refrigerant
Refrigerant dirancang untuk ditempatkan didalam siklus tertutup atau tidak bercampur dengan udara luar. Tetapi, jika ada kebocoran karena sesuatu hal yang
tidak diinginkan, maka refrigerant akan keluar dari system dan bisa saja terhirup manusia. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka refrigerant harus
dikategorikan aman atau tidak aman. Ada dua faktor yang digunakan untuk mengklassifikasikan refrigerant berdasarkan keamanan, yaitu bersifat racun
Universitas Sumatera Utara
toxicity dan bersifat mudah terbakar flammability. Berdasarkan toxicity, refrigerants dapat dibagi dua kelas, yaitu kelas A bersifat tidak beracun pada
konsentrasi yang ditetapkan dan kelas B jika bersifat racun. Batas yang digunakan untuk mendefinisikan sifat racun atau tidak adalah sebagai berikut.
Refrigerant dikategorikan tipe A jika pekerja tidak mengalami gejala keracunan meskipun bekerja lebih dari 8 jamhari 40 jamminggu di lingkungan
yang mengandung konsentrasi refrigerant sama atau kurang dari 400 ppm part per million by mass. Sementara kategori B adalah sebaliknya. Berdasarkan
flammability, refrigerant dibagi atas 3 kelas, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Yang disebut kelas 1 jika tidak terbakar jika diuji pada tekanan 1 atm 101 kPa
temperature 18,30C. Kelas 2 jika menunjukkan keterbakaran yang rendah saat konsentrasinya lebih dari 0,1 kgm3 pada 1 atm 21.10C atau kalor pembakarannya
kurang dari 19 MJkg. Kelas 3 sangat mudah terbakar. Refrigerant ini akan terbakar jika konsentrasinya kurang dari 0,1 kg kgm3 atau kalor pembakarannya
lebih dari 19 MJkg. Berdasarkan defenisi ini, sesuai standard 34-1997, refrigerants diklassifikasikan menjadi 6 kategori, yaitu:
1. A1: Sifat racun rendah dan tidak terbakar 2. A2: Sifat racun rendah dan sifat terbakar rendah
3. A3: Sifat racun rendah dan mudah terbakar 4. B1: Sifat racun lebih tinggi dan tidak terbakar
5. B2: Sifat racun lebih tinggi dan sifat terbakar rendah 6. B3: Sifat racun lebih tinggi dan mudah terbakar
2.3 Siklus Kompresi Uap dengan Water Heater