RKT DALAM HUTAN ALAM, RESTORASI EKOSISTEM DALAM HUTAN ALAM

is downloaded from www.aphi-net.com Pasal 7 1 RKUPHHK sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat 1 dievaluasi setiap 5 lima tahun oleh pemegang izin dan hasil evaluasi diajukan kepada Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk. 2 Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana ayat 1 diperlukan untuk merevisi RKUPHHK, usulan revisi diajukan kepada Direktur Jenderal untuk dinilai dan disahkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat 1. Pasal 8 1 Dalam RKUPHHK, pemegang IUPHHK dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi diwajibkan menetapkan sekurang-kurangnya 1000 seribu hektar areal secara proporsional sebagai areal konservasi in-situ jenis asli setempat. 2 Konservasi in-situ setempat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah antara lain jenis-jenis pohon bulian, ramin, ebony, dan merbau. 3 Kepala Dinas Kabupaten melakukan monitoring dan Evaluasi atas konservasi in-situ sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan setiap tahun dilaporkan kepada Direktur Jenderal.

BAB IV RKT DALAM HUTAN ALAM, RESTORASI EKOSISTEM DALAM HUTAN ALAM

PADA HUTAN PRODUKSI Bagian pertama Usulan Rencana Kerja Tahunan Pasal 9 1 Setiap pemegang IUPHHK dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi dan pemegang IUPHHK Restorasi Ekosistem wajib menyusun Buku Usulan RKT. 2 Buku Usulan RKT dalam Hutan Alam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan selambat-lambatnya 2 dua bulan sebelum tahun RKT berjalan; dan atau selambat- lambatnya 3 tiga bulan sejak RKUPHHK dalam Hutan Alam disahkan. 3 Usulan RKT dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, diajukan kepada Kepala Dinas Provinsi, dengan tembusan kepada: a. Direktur Jenderal; b. Kepala Dinas KabupatenKota. is downloaded from www.aphi-net.com Pasal 10 Usulan RKT dalam Hutan Alam sebagaimana dimaksud pada Pasal 9, disusun berdasarkan: a. Peta areal kerja sesuai Keputusan IUPHHK dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi; b. RKUPHHK yang telah disahkan; c. Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising LHC pada Blok Rencana Kerja Tebangan yang telah dibuat oleh perusahaan yang ditandatangani oleh Tenaga Teknis Kehutanan cruiser dan diketahui pimpinan perusahaan; d. Peta hasil penafsiran potret udara skala 1: 20.000 atau citra satelit skala 1 : 50.000 atau 1 : 100.000 berumur maksimal 2 tahun terakhir. Pasal 11 Usulan RKT Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, disusun berdasarkan : a. Peta areal kerja sesuai Keputusan IUPHHK pada Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi; b. RKUPHHK yang telah disahkan; c. Peta hasil penafsiran potret udara skala 1: 20.000 atau citra satelit skala.1 50.000 atau 1 : 100.000 berumur maksimal 2 tahun terakhir; d. Risalah hutan dengan intensitas 10 sepuluh persen pada blok RKT tahun yang akan datang. Pasal 12 Pedoman Penyusunan, Penilaian dan Pengesahan RKT dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi yang disusun oleh pemegang izin sebagaimana Lampiran 3 dan 4 Peraturan ini. Pasal 13 1 Dalam hal pemegang izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat 1 telah mendapat sertifikat pengelolaan hutan lestari secara Mandatory atau Voluntary, pemegang izin dapat mengesahkan RKT sendiri self approval sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 pada Pasal 73 ayat 2, Pasal 73 ayat 5 huruf d, Pasal 75 ayat 2, dan Pasal 75 ayat 3 huruf c. is downloaded from www.aphi-net.com 2 Direktur Jenderal atas nama Menteri melakukan penilaian atas kewenangan pengesahan self approval sebagaimana dimaksud pada ayat 1 setelah dilakukan penilaian kinerja oleh Lembaga Penilai lndependen sesuai dengan peraturan perundangan. 3 Pemegang izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 melaporkan kepada Direktur Jenderal. Bagian Kedua Rencana Produksi Dari IUPHHK Dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi Pasal 14 1 Setiap IUPHK dalam Hutan Alam wajib melaporkan rekapitulasi hasil timber cruising yang dilaksanakan pada Et -2 kepada Direktur Jenderal sebagai salah satu bahan pertimbangan penetapan Rencana Produksi Nasional. 2 Rencana Produksi Nasional kayu bulat ditetapkan oleh Menteri selambat-lambatnya 4 empat bulan sebelum tahun RKT berjalan. 3 Alokasi rencana produksi kayu bulat pada hutan alam untuk setiap Provinsi ditetapkan oleh Direktur Jenderal selambat-lambatnya 3 tiga bulan sebelum tahun RKT berjalan dengan menggunakan pertimbangan Rekapitulasi LHC dan kebijakan teknis di setiap provinsi. 4 Kepala Dinas Provinsi selanjutnya menetapkan pembagian rencana produksi kayu bulat kepada pemegang IUPHHK yang berhak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan tembusan dinas KabupatenKota. 5 Bagi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi telah mendapat Sertifikat Pengelolaan Hutan Alam Lestari SPHAPL skema mandatory atau skema voluntary, diberikan Target Tebangan Tahunan sesuai dengan kemampuan rill IUPHHK yang bersangkutan dan tidak termasuk Rencana Produksi yang dialokasikan untuk Provinsi yang bersangkutan. 6 Berdasarkan Rekapitulasi LHC sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 huruf c dan pembagian rencana produksi sebagaimana dimaksud pada ayat 4, Kepala Dinas KabupatenKota memberikan pertimbangan teknis kepada Kepala Dinas Provinsi selambat-lambatnya akhir bulan November sebelum tahun RKT-UPHHK berjalan. Pasal 15 1 Pemegang IUPHHK dalam Hutan Alam, wajib melaksanakan Timber Cruising dengan Intensitas, Cruising 100 seratus persen pada blokpetak rencana tebangan selambat-lambatnya 2 dua tahun sebelum tahun RKT berjalan. 2 Hasil Timber Cruising sebagaimana dimaksud ayat 1 dibuatkan rekapitulasi LHC dan disampaikan kepada Kepala Dinas KabupatenKota, Kepala Dinas Provinsi, UPT dan Direktur Jenderal sebagai bahan penetapan rencana produksi HPHIUPHHK yang bersangkutan. is downloaded from www.aphi-net.com 3 Berdasarkan laporan rekapitulasi LHC sebagaimana dimaksud pada ayat 2 Kepala Dinas Provinsi dan UPT menyampaikan kepada Direktur Jenderal paling lambat tanggal 31 Desember 1 satu tahun sebelum RKT berjalan sebagai bahan penetapan Rencana Produksi Nasional. Bagian Ketiga Pemeriksaan Sarana Produksi pada RKT Pasal 16 1 Untuk Usulan RKT dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi, Kepala Dinas KabupatenKota melaksanakan pemeriksaan lapangan dengan obyek meliputi rencana blokpetak tebangan, timber cruising, Petak Ukur Permanen PUP, realisasi RKT berjalan dan sarana produksi yang berupa peralatan, TPn, Trase Jalan, dan TPKlogpond yang hasilnya dibuat Berita Acara Pemeriksaan sebagai bahan pertimbangan teknis penilaian dan pengesahan Usulan RKT. 2 Pelaksanaan pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara bersamaan dan tidak dilakukan terpisah-pisah. Bagian Keempat Pertimbangan Teknis, Penilaian dan Pengesahan Pasal 17 1 Pertimbangan teknis RKT dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem disampaikan oleh Kepala Dinas KabupatenKota selambat-lambatnya 30 November sebelum tahun RKT kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada Kepala UPT dilengkapi : a. Berita Acara Hasil Pemeriksaan lapangan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 16 ayat 1; b. Realisasi kegiatan RKT tahun berjalan; c. Realisasi kegiatan pembinaan hutan; d. Realisasi kegiatan pembinaan masyarakat; e. Pemenuhan kewajiban pungutan PSDH dan DR; f. Rencana Produksi yang didasarkan pada Laporan Hasil Cruising LHC; g. Usulan nama petugas P2LHP dan P2SKSKB; h. Peralatan yang digunakan. 2 Pertimbangan teknis RKT Restorasi Ekosistem disampaikan oleh Kepala Dinas KabupatenKota sebagaimana pada ayat 1 dan tidak perlu dilengkapi dengan huruf e, f, g, h. 3 Berdasarkan usulan nama petugas P2LHP dan P2SKSKB tersebut ayat 1 huruf g, Kepala UPT selambat-lambatnya 10 hari kerja menyampaikan pertimbangan teknis kepada Kepala Dinas Provinsi. is downloaded from www.aphi-net.com 4 Berdasarkan pertimbangan teknis dari Kepala Dinas KabupatenKota dan Kepala UPT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2, Kepala Dinas Provinsi melakukan penilaian dan pengesahan Usulan RKT dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi dan RKT Restorasi Ekosistem selambatnya-lambatnya tanggal 31 Desember, dan salinannya disampaikan kepada : a. Direktur Jenderal; b. Kepala Dinas KabupatenKota; c. Kepala UPT. 5 Apabila pertimbangan teknis dari Kepala Dinas KabupatenKota tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kepala Dinas Provinsi melakukan, penilaian dan pengesahan Usulan RKT dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi dan RKT Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi dengan memedoman Rencana Produksi Tahunan untuk RKT dalam Hutan Alam yang telah ditetapkan serta Rekapitulasi LHC yang dibuat oleh perusahaan yang bersangkutan. 6 Perusahaan yang terlambat memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Usulan RKT dalam Hutan Alam dapat disahkan dengan ketentuan : a. Apabila pengesahan pada periode 1 Januari sampai dengan 31 Maret tahun berjalan diberikan target tebangan 90 sembilan puluh persen; b. Apabila pengesahan pada periodik 1 April sampai dengan 30 Juni tahun berjalan diberikan target tebangan 60 enam puluh persen; c. Apabila pengesahan pada periode 1 Juli sampai dengan 30 September tahun berjalan diberikan target tebangan 30 tiga puluh persen; d. Apabila pengesahan pada periode 1 oktober sampai dengan 31 Desember tahun berjalan diberikan target tebangan 0 nol persen. 7 Hal-hal yang sudah tercantum pada buku RKT yang telah mendapat pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 tidak diperlukan lagi pengesahan atau penetapan. Pasal 18 1 Dalam hal pemegang IUPHHK dalam Hutan Alam, Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi belum memperoleh pengesahan RKUPHHK, maka RKT tidak dapat disahkan. 2 RKT Restorasi Ekosistem yang telah disahkan, salah satu tembusannya disampaikan kepada Kepala UPT Direktorat. Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Bagian kelima Masa Berlaku RKT is downloaded from www.aphi-net.com Pasal 19 RKT dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi berlaku untuk jangka waktu 1 satu tahun terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Bagian keenam Penetapan Target Tebangan pada RKT dalam Hutan Alam Pasal 20 1 Target tebangan RKT ditetapkan berdasarkan pertimbangan Rencana Produksi Provinsi, Annual Allowable Cut AAC dengan memperhitungkan faktor keamanan dan faktor eksploitasi serta Rekapitulasi LHC. 2 Sisa blok tebangan RKT 1 satu tahun sebelumnya yang tidak dapat diselesaikan dapat dialihkandilaksanakan penebangan carry over ketahun RKT berikutnya dengan persetujuan Direktur Jenderal c.q. Direktur yang membidangi pembinaan hutan alam produksi.

BAB V PERUBAHANREVISI RKUPHHK DAN RKT DALAM HUTAN ALAN, RESTORASI