BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari Kenduri Blang
Iskandar Norman mengatakan, Kenduri blang adalah tradisi masyarakat aceh, apalagi masyarakt di daerah dekat dengan pemukiman persawahan dimana mata
pencarian mereka adalah sebagai petani, kenduri blang disini untuk mempersakutan masyarakat tani agar dapat memperoleh hasil padi yang ditanam akan lebih memulih
hasil yang baik. Bertani mempunyai nilai yang tinggi dalam tatanan masyarakat Aceh dan
memiliki aturan tersendiri. Sehingga ditunjuklah seorang keujeuren blang, yang khusus menangani pertanian. Biasanya keujeuren blang akan di pilih oleh keuchik. Masyarakat
Aceh dulu juga berpendapat bahwa bertani adalah puncak dari semua kerja, seperti yang tersebut dalam sebuah ungkapan peng ulee buet ibadat, pang ulee hareukat meugoe
puncak segala perbuatan adalah ibadah dan puncak segala usaha adalah bertani. Karena itu juga masyarakat mengatur tata cara bertani yang baik sesuai musim.
Di kabupaten Aceh Besar dulunya hampir setiap gampong ada keujeuren blang. Tugasnya mulai dari menentukan masa tanam, pembagian air sawah sampai
menyelesaikan sengketa pembagian hasil panen. Makanya seorang keujeuren blang haruslah orang yang dapat dipercaya, bijaksana dan menguasai keuneunong atau ilmu
falak agar dapat menentukan masa tanam yang tepat. Agar suplai air untuk setiap sawah lancar, para petani dan keujeuren blang melakukan meusueraya atau gotong-royong
bersama. Gotong-royong ini dilakukan pada masa tak bulee atueng membersihkan sawah dari hama yang mengganggu tanaman padi. Walaupun peran keujeuren blang
8
penting, tapi ia tidak digaji. Ia hanya mendapatkan pajak hasil pertanian yang diberikan secara suka rela oleh petani yang disebut bruek umeng. Tapi ini tidak semuanya diambil
oleh keujeuren blang. Semua hasil dari bruek umeng akan dikumpulkan di meunasah lebih dulu. Keuchik dan imam meunasah yang akan membaginya. Ada yang disisihkan
untuk kas meunasah dan dikelola untuk pembangunan dan kesejahteraan meunasah, sementara sebagian lagi diberikan kepada keujeuren blang sebagai jasa atas
pekerjaannya. Pajak bruek umeng ini berbeda dengan zakat, karena zakat hasil pertanian akan dikutip terpisah. Hal lain yang menarik dalam tradisi bercocok tanam orang Aceh
adalah soal keunenong atau hitung-hitungan waktu untuk bercocok tanam. “Kalau orang sekarang lebih mengenalnya dengan perkiraan cuaca,”.
Mencari keuneunong itu ada rumusnya tersendiri, tidak dapat dilakukan sembarangan. Beberapa orang yang saya temui hampir semuanya lupa dengan rumus
yang dipakai untuk mencari keuneunong. Ibrahim, 2007-25
Tgk. Muhammad Idris sebagai salah satu pemimpin di kenduri blang tersebut mengatakan bahwa kenduri blang adalah sebuah tradisi masyarakat aceh yang dari
nenek moyak dulunya menjadi aliran hingga sekarang ini. Dimana Tgk, Muhammad Idris juga mengatakan kenduri blang ini tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan
masyarakat kami sekitar dan ini akan menjadi sebuah kebudayaan kami yang akan kami teruskan kepada anak-anak cucu kami, karena disini kami melihat keakraban dan
kekeluargaan dalam melakukan cocok tanam disetiap tahunnya.
2.2 Tujuan Dari Kenduri Blang