Umum Switching Butterfly SWITCHING BUTTERFLY

BAB III SWITCHING BUTTERFLY

3.1 Umum

Telah banyak topologi yang diusulkan selama bertahun – tahun, hampir semua jaringan telah dibangun menggunakan topologi berasal dari dua keluarga utama yaitu jaringan butterfly dan jaringan tori. Jaringan switching butterfly adalah sebuah jaringan klasik tidak langsung dimana model jaringan berbentuk seperti kupu – kupu. Switching butterfly memiliki jumlah input yang sama dengan jumlah output pada setiap switch. Fungsi dari setiap switch pada switching butterfly adalah menghasilkan dua buah jalur yang memiliki laju transfer yang sama. Setiap node pada switching butterfly berfungsi hanya untuk melewatkan setiap paket yang datang kepadanya. Alamat yang akan dituju pada switching butterfly ditentukan oleh nilai bit – bit pada setiap switch. Pada switching butterfly proses pentransferan paket data dari setiap terminal masukan ke terminal tujuan memungkinkan terjadinya kemacetan paket internal, dalam arti bahwa ada kemungkinan suatu paket akan terbuang atau dihilangkan akibat collision, nilai utility, bandwidth yang terbatas, dan sebagainya.

3.2 Switching Butterfly

Universitas Sumatera Utara Jaringan switching butterfly terdiri dari n-fly k-ary dimana n-fly k-ary mengandung node k n terminal input, n tingkat dari k n-1 k x k jaringan switching crossbar, dan berakhir di k n terminal output. Nilai k adalah nilai radix yang dikehendaki dalam mendesain jaringan switching butterfly, dan n adalah tingkatan atau level dari jaringan switching butterfly. Pada Tugas Akhir ini, digunakan nilai radix sama dengan 2 sehingga setiap switch memiliki jumlah input sama dengan 2 begitu juga pada outputnya. Sebagai contoh jika ingin membuat sebuah jaringan dengan jumlah level sama dengan 4, maka nilai k adalah 4, sehingga 2 4-1 sama dengan 8, maka didapat model jaringan butterfly 2-ary 4-fly yang memiliki nilai radix 2, 4 tingkat dan 8 baris seperti pada Gambar 3.1. 0000 0001 0010 0011 0100 0101 0110 0111 1000 1001 1010 1011 1100 1101 1110 1111 0000 0001 0010 0011 0100 0101 0110 0111 1000 1001 1010 1011 1100 1101 1110 1111 B it – bi t di ha si lka n m engguna ka n pe rhi tunga n t e rt e nt u Gambar 3.1 Jaringan switching butterfly 16x16 2-ary 4-fly Jaringan switching butterfly memiliki dua kelemahan utama. Pertama, switching butterfly tidak memiliki banyak jalur. Hanya ada satu jalur dari setiap titik sumber ke setiap titik tujuan. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini Output Input Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan menambahkan jumlah tingkat kepada switching butterfly. Tingkat tambahan ini menaikkan keragaman jalur jaringan, sekaligus mempertahankan diameter jaringan[1]. Kedua, jaringan switching butterfly tidak dapat dibangun tanpa kabel panjang yang harus melintasi setidaknya setengah diameter mesin. Karena kecepatan transmisi kabel menurun dua kali dengan jarak yang dilaluinya. Sehingga membuat jaringan switching butterfly jarang digunakan untuk jaringan interkoneksi berukuran sedang dan besar. Namun, proses routing dari jaringan switching butterfly telah membuat banyak variasi yang populer dari jaringan interkoneksi untuk banyak aplikasi[1]. Jaringan switching butterfly dapat dibangun dari jaringan switching crossbar 4x4. Tetapi, jaringan switching crossbar memiliki banyak crosspoint yang tidak dimiliki oleh jaringan switching butterfly. Setiap titik pada jaringan crossbar terhubung dengan titik yang lain. Pada jaringan switching butterfly setiap jalur sudah diberi alamat – alamat yang dituju. Oleh karena itu untuk jaringan yang memiliki beban trafik yang tinggi akan menurunkan kinerja dari jaringan switching butterfly.

3.3 Topologi Jaringan