Penderita dikatakan mengalami trombositopeni jika jumlah trombosit kurang daripada 100.000mm
3
dan biasanya ini ditemukan di antara hari ke-3 hingga 7 sakit. Pemeriksaan ulang perlu dilakukan
sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita
DBD, bila normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun. f
Hemokonsentrasi peningkatan hematokrit Pemeriksaan hematokrit secara teratur perlu dilakukan karena
penderita DBD selalunya mengalami peningkatan hematokrit yang merupakan tanda terjadinya perembesan plasma. Pada umumnya
peningkatan hematokrit didahului oleh penurunan trombosit. g
Gejala klinis lain Gejala klinis lain seperti nyeri otot, anoreksia, lemah, mual,
muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia yang disertai kejang dan penurunan
kesadaran sehingga sering didiagnosis sebagai ensefalitis. Keluhan sakit perut yang hebat seringkali timbul mendahului perdarahan
gastrointestinal dan renjatan. Departemen Kesehatan RI, 2005 dalam Pratiwi D.S., 2009
2.6 Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO 1997 yang dikutip oleh Chen K. et al. 2009, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ini terpenuhi:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa;
hematemesis dan melena.
Universitas Sumatera Utara
3. Trombositopenia jumlah trombosit 100.000ml. 4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
• Peningkatan hematokrit 20 dibandingkan standar sesuai
umur dan jenis kelamin. •
Penurunan hematokrit 20 setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
• Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites,
hipoproteinemia, hiponatremia. Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD WHO, 1997 dalam Chen K. et
al., 2009, yaitu: Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah uji torniquet. Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit
dan perdarahan lain. Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun 20 mmHg atau kurang atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab,
tampak gelisah. Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
2.7 Pengobatan
Masih tidak ada pengobatan yang bisa memendekkan jangka waktu demam Dengue, DBD ataupun sindrom renjatan Dengue
Dengue Shock Syndrome. Obat yang diberikan hanyalah simptomatik, yaitu obat penurun panas antipiretik dan obat tahan sakit analgetik
untuk nyeri otot dan nyeri kepala. Cairan diberi secara intravena untuk mengelakkan penderita daripada komplikasi dehidrasi. Transfusi darah
Universitas Sumatera Utara
mungkin diperlukan jika berlaku perdarahan yang berat. Oksigen perlu diberikan kepada penderita yang mengalami renjatan shock Gale
Encyclopedia of Medicine, 2008. Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas
adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan Depkes RI, 2001. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga jika
ada salah satu atau lebih anggota keluarganya diduga DD atau DBD yakni member minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah
dimasak seperti air susu, teh atau oralit. Untuk menurunkan demam, beri kompres air dingin atau air es dan berikan obat penurun panas
misalnya parasetamol dengan dosis untuk anak-anak sebanyak 10-20 mgkg dalam 1 hari dan untuk dewasa 3x1 tablet tiap hari. Setelah itu
jangan lupa dibawa segera ke dokter atau petugas puskesmas pembantu atau bidan desa atau perawat atau ke PuskesmasRumah Sakit terdekat
Depkes RI, 1995.
2.8 Pencegahan DBD