MUSIK BECANANG DALAM ADAT MALAM BEGURU PADA MASYARAKAT GAYO, KECAMATAN BEBESEN, KABUPATEN ACEH TENGAH.

MUSIK BECANANG DALAM ADAT MALAM BEGURU PADA
MASYARAKAT GAYO, KECAMATAN BEBESEN,
KABUPATEN ACEH TENGAH

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh:

DARA ARIGUSTIKA.AZ
NIM. 2113340013

PENDIDIKAN MUSIK
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

KATA PENGANTAR


Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang senantiasa menganugerahkan nikmat, taufik dan
hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan

menjadikannya kedalam bentuk Skripsi.
Namun demikian, penulis tetap berupaya semaksima mungkin untuk dapat
menyelesaikan penulisan ini dengan judul ”Musik Becanang Dalam Adat Malam
Beguru Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah (kajian terhadap bentuk
penyajian dan bentuk musik)”. Terselesaikannya penulisan ini adalah berkat
dukungan serta bantuan dari semua pihak yang membantu penulis baik dari awal
penulisan sampai pada akhir penulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd ketua jurusan Sendratasik serta Dosen
Pembimbing Skripsi I
4. Dr. Pulumun P. Ginting,S.Sn.,M.Sn ketua Program Studi Pendidikan
Musik sekaligus Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji

5. Mukhlis hasbullah, S.Pd, M.Sn Dosen Pembimbing Skripsi II.
6. Esra PT Siburian, M.Sn Penguji

ii

7. Dosen, Staf pengajar khususnya Program Studi Pendidikan Musik
yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis selama
proses perkuliahan.
8. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orangtua
Ayahanda Azhar Basri dan Ibunda Zaidar.Sp yang selalu luar biasa
memberi dukungan, semangat, do’a bahkan materi yang tidak terhitung
jumlahnya kepada penulis, begitu juga dengan abang, kakak dan adik
Ariza

Tuahmi.AZ.ST,

Arini

Simahara.AZ.S,Psi,


Julian

Arigastia.AZ.S,Sos, Ari Rizkie Bugeara.AZ, Eva RamadhaniS.Sos,
Said Salman yang telah memberikan semangat tiada hentinya
9. Mukhlis Gayo, Achrial Hasibuan dan Zuhra sebagai narasumber yang
telah

banyak

memberikan

informasi

kepada

penulis

untuk

menyelesaikan penulisan ini.

10. Sahabat-sahabat penulis Elia Zuhra, Amelia Putri Jayanti, Mutiara
Ananda, Arrini Shabrina Anshor, Melan Sari dan Siti Hajar yang
sama-sama berjuang dengan penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.
Kakak dan abang T.Arif Munandar Hrp, Tryani Oktawirna, Rima
Arami, Sarami, Efrina, Yulia, Fitri Annal yang telah memberikan
motivasi, bantuan moral kepada penulis dalam menyelesaikan tulisan
ini.
Medan,

2015

Penulis,

iii

ABSTRAK

Dara Arigustika.AZ. NIM 2113340013. Musik Becanang Dalam Adat Malam
Beguru Pada Masyarakat Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah
(kajian terhadap bentuk penyajian dan entuk musik). Fakultas Bahasa dan Seni.

Universitas Negeri Medan 2015
Penelitian ini merupakan kajian mengenai keberadaan musik becanang terhadap
bentuk penyajian dan bentuk musik becanang pada masyarakat Gayo di Kecamatan
Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah. Tujuan peneltian ini adalah untuk mengetahui
keberadaan musik becanang di Kecamatan Bebesen, bentuk penyajian musik
becanang dan bentuk musik becanang dalam malam adat beguru pada masyarakat
Gayo di Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh tengah.
Penelitian ini berdasarkan landasan teoritis yang menjelaskan pengertian keberadaan,
pengertian bentuk penyajian, pengertian bentuk musik, pengertian musik becanang
dan pengertian malam adat beguru masyarakat Gayo.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif. Sampel dalam
penelitian ini adalah penatuah adat yang mengerti tentang adat budaya tradisi
masyarakat Gayo yang juga merupakan masyarakat Gayo Kabupaten Aceh Tengah.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode observasi atau pengamatan,
wawancara, kerja laboraturium dan studi kepustakaan. Penelitian ini di ambil di
lokasi Kecamatan Bebesen, kabupaten Aceh Tengah dan penelitian ini dilaksanakan
dari bulan Juni 2015 sampai dengan Agustus 2015.
Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan musik becanang di Kecamatan
Bebesen masih berperan penting dalam setiap prosesi perkawinan adat masyarakat
Gayo yang dapat dilihat dari fungsinya terutama dalam acara malam adat beguru

untuk menjadi alat komunikasi dan sebagai tanda bahwa acara beguru akan segera
dimulai. Bentuk penyajian musik becanang dimainkan dengan menggunakan
beberapa alat musik tradisi yaitu terdiri dari Gegedem, canang, memong dan gong,
musik becanang ini memiliki peran yang sangat penting dalam tiap tahapan acara
adat perkawinan masyarakat Gayo khususnya pada malam adat beguru sebagai alat
komunikasi pemanggil masyarakat setempat dan sebagai tanda bahwa malam adat
beguru akan segera dimulai. Bentuk musik becanang hanya memainkan tiga bentuk
ritem yang berbeda saja, ketiga ritem ini dimainkan secara berganti-gantian, yang
paling menonjol membawa motif ritem adalah gegedem, pada instrumen memong,
canang dan gong hanya mengikuti saja, canang digunakan sebagai pengatur tempo.
Kata Kunci : Bentuk penyajian, bentuk musik, musik becanang

i

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….... iv
DAFTAR GAMBAR………………….………………………………………….


vi

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang Masalah……………………………………………………
Identifikasi Masalah………………………………………………………...
Pembatasan Masalah………………………………………………………..
Rumusan Masalah………………………………………………………......
Tujuan Penelitian…………………………………………………………...
Manfaat Penelitian………………………………………………………….

1
5

6
7
8
8

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKAN KONSEPTUAL
A. Landasan Teoritis…………………………………………………………...
1. Teori Keberadaan……………………………………….........…………
2. Teori Musik………………………………………………….........…….
3. Teori Bentuk Musik…………………………………………………….
4. Teori Bentuk Penyajian…………………………………………............
5. Konsep Musik Becanang……………………………………………
6. Teori Alat Musik……………….........………………………………….
7. Konsep Adat Malam Beguru………………………………………..
B. Kerangka Konseptual……………………………………………………….

10
11
11
14

18
19
20
20
21

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A.
B.
C.
D.

Metodologi Penelitian………………………………………………………
Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………….
Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………………….
Teknik Pengumpulan Data………………………………………………….
1. Studi Pustaka……………………………………………………………
2. Observasi Pengamatan………………………………………………….
3. Wawancara……………………………………………………………...
4. Kerja Laboraturium……………………………………………………..


iv

24
25
25
26
27
30
30
31

5. Dokumentasi…………………………………………………………… 32
E. Teknik Analisis Data……………………………………………………….. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Kecamatan Bebesen……………………………………… 34
B. Keberadaan Musik Becanang dalam Adat Malam Beguru Pada
Masyarakat gayo Kecamatan Bebesen, Kabupaten aceh Tengah………….. 37
C. Bentuk penyajian Musik Becanang Dalam Adat Malam Beguru pada

Masyarakat Gayo Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah………… 42
D. Bentuk Musik Becanang………………………………………………… ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………..………………………………………. 68
B. Saran……………………………………………………………………….. 70
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 71
LAMPIRAN

v

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Kecamatan Bebesen, Kabupaten
Aceh Tengah…………………………………….…………………………

35

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1

Bapak Mukhlis Gayo ………………………………………....... 40

Gambar 4.2

Perundingan Keluarga Besar (Jege Kul) ……………………….. 45

Gambar 4.3

Partitur Bentuk Musik Becanang Pada Prosesi Beguru………… 46

Gambar 4.4

Memainkan Musik Becanang Pasa Saat Prosesi
beguru (Pemberian Nasihat)……………………………………. 48

Gambar 4.5

Partitur Bentuk Musik Becanang Pada Prosesi Neik Bei……….. 48

Gambar 4.6

Seorang imem (seseorang yang dituakan menjadi pemimpin)
sedang berpidato di depan tamu-tamu dalam prosesi neik bei….. 52

Gambar 4.7

Bentuk Ritem Variasi 1…………………………………………. 55

Gambar 4.8

Bentuk Ritem Variasi 2…………………………………………. 56

Gambar 4.9

Bentuk Ritem Variasi 3…………………………………………. 56

Gambar 4.10

Partitur Bentuk musik Becanang……………………………….. 59

vi

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai
kesenian satu bangsa maka semakin tinggi nilai budaya yang terkandung
didalamnya. Sebagai salah satu bagian yang paling penting dari kebudayaan,
kesenian tidak pernah lepas dari masyarakat, sebab kesenian juga merupakan
salah satu sarana untuk mewujudkan segala bentuk ungkapan cipta rasa dan karsa
manusia. Budaya dalam setiap suku di Indonesia merupakan budaya yang
diturunkan secara turun temurun dan dilestarikan dengan tetap melaksanakannya
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah budaya pada suku Gayo yang
merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh.
Suku Gayo terdiri dari 4 bagian Gayo Lut, Gayo Lues, Gayo Alas dan
Gayo Serba jadi. Suku Gayo memiliki kebudayaan, adat istiadat dan bahasa yang
sama tetapi juga memiliki perbedaan pada beberapa suku kata yang memiliki arti
yang sama, contohnya aih-wih (air), ucak-kucak (kecil), nang oya-lagu noya
(seperti itu), jaing-jing (pedas), raom-rom (dengan) dan lain sebagainya, demikian
pula pada pakaian tradisionalnya masing-masing Gayo ini memiliki corak dan
motif yang sama tetapi juga memiliki sedikit motif dan corak yang khusus untuk
menjadi khas Gayo-nya tersendiri.

1

2

Kebudayaan masyarakat Gayo ditemukan oleh masyarakat Gayo itu
sendiri dan dijadikan sebagai kebudayaan. Kebudayaan Gayo timbul sejak orang
Gayo bermukim di wilayah Gayo itu sendiri. Kebudayaan Gayo sangat beragam
mulai dari tarian, musik , dan teater. Adat istiadat sebagai salah satu unsur
kebudayaan Gayo yang menganut prinsip keramat mupakat, Behu berdedele
(kemuliaan karena mufakat, Berani karena bersama), Tirus lagu gelas, belut lagu
umut, rempak lagu resi susun lagu belo (bersatu teguh) nyawa sara pelok, ratep
sara anguk (kontak batin) atau tekad yang melahirkan kesatuan sikap dan
perbuatan, ini adalah contoh kata-kata pelambang yang mengandung kebersamaan
dan kekeluargaan serta keterpaduan di adat istiadat Gayo.
Setiap unsur kebudayaan dari tiap suku bangsa memiliki keunikan dan
kekayaan tradisi masing-masing dimana didalamnya juga terkandung nilai-nilai
luhur untuk kemuliaan hidup. Tak terkecuali kebudayaan masyarakat Gayo yang
berada di sekitar kawasan Takengon Aceh Tengah (Gayo Lut) pada saat
mempersiapkan hajatan besar seperti upacara perkawinan harus melewati
beberapa tahapan adat, yang setiap tahapannya tersimpan makna yang sakral
untuk kebahagiaan hidup rumah tangga pasangan pengantin. Beberapa tahapan
prosesi upacara perkawinan masyarakat Gayo antara lain Risik kono (perkenalan
keluarga), Munginte (meminang/melamar), turun Caram (mengantar uang),
Segenap dan Begenap (Musyawarah dan Keluarga), Beguru (Pemberian Nasihat),
Juge Uge (Berjaga-jaga), Belutut dan Bekune (Mandi dan Kerikan), Munalo
(Menjemput Penganti Pria), Mah Bei (Mengarak Pengantin Pria) dan Munenes
(ngunduh Mantu).

3

Beguru yaitu acara yang diadakan sesudah acara malam begenap yaitu
pada pagi hari sesudah sholat subuh. Beguru artinya belajar, yang merupakan
prosesi pemberian nasihat kepada calon pengantin dan biasanya disertai dengan
pepongoten (tangisan) sambil sungkeman kepada orang-orang tua calon
pengantin, calon pengantin akan diberi berbagai nasihat dan petunjuk tentang
bagaimana nantinya mereka bersikap dan berperilaku dalam membina rumah
tangga, sebelum acara beguru dimulai orang-orang tua akan becanang (bermain
canang) di tempat acara tersebut sambil menunggu tamu-tamu datang begitu juga
setelah acara beguru selesai.
Salah satu prosesi upacara perkawinan masyarakat Gayo yang paling
digemari orang-orang tua lanjut usia adalah becanang (bermain canang) pada saat
beguru. Becanang merupakan sebutan untuk sekelompok permainan musik
perkusi, alat musik yang di pakai dalam musik becanang ini antara lain canang,
memong, gong dan gegedem. Biasanya dalam musik becanang malam adat
beguru ini dimainkan oleh 8 orang yang terdiri dari pemain canang 3 orang,
memong 2 orang, gegedem 2 orang dan gong 1 orang.
Becanang adalah salah satu permainan musik tradisi khas Gayo yang
sangat dilestarikan hingga saat ini. Setiap prosesi adat dalam acara penikahan
pada masyarakat suku Gayo selalu menggunakan musik becanang, musik
becanang ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi untuk memanggil
masyarakat setempat agar hadir di acara beguru yang diselenggarakan.
Musik becanang ini dimainkan dengan ritem yang khas seperti ritem
cincah nangka, canang selalu dan ritem redep, Ritem cincah nangka adalah ritem

4

yang sudah mulai di kembangkan, ritem ini merupakan ritem yang terdengar
sangat ceria, menurut ceritanya ritem ini timbul ketika para petani di tanah Gayo
berhasil panen hasi kebunnya dengan hasil yang sangat memuaskan, ritem ini
menggambarkan kesenangan mereka saat mereka merasakan bahagia karena hasil
panenannya, ritem canang selalu adalah ritem yang terdengar sangat monoton dan
dimainkan tidak memakai gegedem sedangkan ritem redep adalah ritem yang
terdengar seperti staccato, ritem ini menggambarkan ketegasan dari masyarakat
Gayo
Pada zaman dahulu ritem ini hanya dimainkan oleh benda-benda alam
seperti batu-batuan dan kayu, lamban laun semakin berkembangnya zaman ritem
ini mulai dikreasikan dan mulai dimainkan dengan alat musik tradisi gayo yang
terbuat dari kulit yaitu gegedem (alat pukul yang terbuat dari kulit).
Di Kecamatan Bebesen memiliki banyak perkampungan, pada zaman
dahulu disemua perkampungan selalu memainkan musik becanang apa bila ada
salah satu warga yang menyelenggarakan acara beguru, becanang ini menjadi
suatu kewajiban di dalam prosesi adat
beguru (memberi nasihat) menjelang akad pernikahan, akan tetapi karena
kehidupan sudah semakin modern dan adanya pengaruh kebudayaan luar
masyarakat suku Gayo mulai meninggalkan kebiasaan becanang ini, sekarang
becanang seperti tidak lagi menjadi kewajiban di beberapa perkampungan
khususnya bebesen, sebagian dari mereka mulai tidak lagi menggunakan musik
becanang apabila ada acara beguru yang diselenggarakan.

5

Musik becanang ini memiliki peran yang sangat yang penting dan sangat
bernilai untuk masyarakat Gayo, becanang juga merupakan salah satu cara untuk
menjalin kekompakan dan persaudaraan, agar musik becanang tidak memudar dan
hilang seharusnya masyarakat Gayo harus selalu melestarikan musik becanang
tersebut.
Berdasarkan masalah ini peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang “Musik Becanang Dalam Adat Malam Beguru Pada Masyarakat
Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah (kajian terhadap
bentuk penyajian,bentuk musik)”.
B. Identifikasi Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian serta masalah yang dihadapi maka
umumnya penelitian menggunakan identifikasi masalah, agar penelitian yang
dilakukan menjadi terarah serta cakupan tidak terlalu luas. Identifikasi masalah
tersebut sesuai dengan pendpat Hadeli (2006:23) yang mengatakan bahwa
“Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi
dua atau lebih factor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan dan yang lain
sebagainya) yang menimbulkan beberapa pertanyaan.”
Dari uraian diatas yang terdapat pada latar belakang masalah, maka
permasalahan penelitian dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan musik becanang dalam adat malam beguru pada
masyarakat Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah?
2. Bagaimana latar belakang musik becanang dalam adat malam beguru pada
masyarakat Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah?

6

3. Apa saja alat musik yang dipakai dalam musik becanang adat malam
beguru pada masyarakat Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh
Tengah?
4. Berapa jumlah pemain musik becanang dalam adat malam beguru pada
masyarakat Gayo, kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah?
5. Bagaimana bentuk penyajian adat malam beguru pada masyarakat Gayo,
Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah?
6. Bagaimana bentuk musik becanang dalam adat malam beguru pada
masyarakat Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah?
7. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap musik becanang dalam adat
malam beguru pada masyarakat Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten
Aceh Tengah?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan
kemampuan teoritis, maka penulis merasa perlu mengadakan pembatasan masalah
untuk memudahkan pecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Hal ini
sejalan dengan pendapat Sugiono (2010:207) yang mengatakan bahwa
pembatasan masalah fokus dengan yang didasarkan pada tingkat kepentingan dan
fasebilitas masalah yang dipecahkan.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis
membatasi ruang lingkup permasalahn sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan musik becanang dalam adat malam beguru pada
masyarakat Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah?

7

2. Bagaimana bentuk penyajian adat malam beguru pada masyarakat Gayo,
Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah?
3. Bagaimana bentuk musik becanang dalam adat malam beguru pada
masyarakat Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah?
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu titik focus dari sebuah penelitian yang
hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk
menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik,
sehingga dapat membantu dan mendukung dalam menemukan jawaban
pertanyaan. Bungin (2011:77) mengatakan bahwa rumusan masalah tidak berarti
sama persis dengan tujuan penelitian, tetapi keduanya tetap berbeda secara
substansial, karena rumusan masalah dibuat dalam konteks mengungkapkan
substansi masalah dengan tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan
keinginan peneliti dalam suatu penelitian.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, maka
rumusan masalah yang akan di bahas dan dipecahkan dalam penelitian ini adalah”
Bagaimana Bentuk Penyajian, dan Bentuk Musik Becanang dalam Adat Malam
Beguru pada Masyarakat Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah?”

8

E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan selalu berorientasi kepada tujuan tertentu. Tanpa adanya
suatu tujuan tertentu yang jelas maka kegiatan tersebut tidak dapat terarah karena
tidak tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilakukan tersebut. Berhasil
tidaknya suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan terlihat pada tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Azril (2008:18)
mengatakan bahwa tujuan penelitian merupakan pernyataan yang mengungkapkan
hal yang diperoleh pada ahli penelitian sehingga dapat dikatakan bahwa “Tujuan
adalah sesuatu yang diharapkan peneliti.” Dalam penelitian ini tujuan yang ingin
dicapai oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui keberadaan musik becanang dalam adat malam beguru
pada masyarakat Gayo, kecamatan Bebesen, kabupaten Aceh Tengah.
2. Untuk mengetahui bentuk penyajian adat malam beguru pada masyarakat
Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah.
3. Untuk mengetahui bentuk musik becanang dalam adat malam beguru pada
masyarakat Gayo, kecamatan Bebesen, kabupaten Aceh Tengah.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan
informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Maka
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Menambah wawasan penulis dalam rangka menuangkan gagasan karya
tulis ke dalam bentuk skripsi.

9

2. Sebagai bahan acuan, refrensi atau perbandingan bagi peneliti berikutnya
yang berniat melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian
ini.
3. Menambah sumber kajian bagi perpustakaan Jurusan Sendratasik Program
Studi Pendidikan Musik Universitan Negeri Medan.
4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan menambah wawasan mengenai
tradisi memainkan canang pada adat malam beguru.
5. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan menambah wawasan mengenai
bentuk penyajian dan bentuk musik becanang dalam adat malam beguru
pada masyarakat Gayo, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah.

10

70

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian tentang permasalahan dan pembahasan yang telah
ditemukan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis mencoba
membuat kesimpulan mengenaqi bentuk dan penyajian musik becanang dalam
malam adat beguru di Kecamatan Bebesen kabupaten Aceh Tengah sebagai
berikut :
1. Keberadaan musik becanang masih berperan penting dalam proesi
upacara adat pernikahan masyarakat Gayo di Kecamatan Bebesen
Kabupaten Aceh Tengah terutama pada malam adat beguru. Malam
adat beguru ini merupakan salah satu prosesi pernikahan masyarakat
Gayo yang sangat penting, setiap masyarakat Gayo yang hendak
melangsungkan pernikahan haruslah mengadakan malam adat beguru.
Didalam malam adat beguru calon mempelai akan diberi nasihatnasihat penting dalam menjalani rumah tangga kelak. Calon mempelai
akan melakukan sungkeman kepada kedua orang tua dan tamu-tamu
yang datang khususnya keluarga, tujuannya untuk meminta do’a restu
dan memohon maaf jika memiliki kesalahan. Malam beguru diadakan
setelah jege kul dan sebelum akad nikah. Dalam malam beguru selalu
menggunakan musik becanang sebagai alat komunikasi pemanggil
masyarakat sekitar dan sebagai tanda bahwa acara malam adat beguru

69

70

akan segera dilaksanakan. Susunan prosesinya tetap sama hanya saja
perbedaan dilihat dari jumlah instrumen musik becanang dan dari segi
penggunaan musik becanang ini.
2. Bentuk penyajian musik becanang merupakan salah satu bagian dari
musik tradisi Gayo yang sangat berperan penting terutama pada prosesi
upacara perkawinan masyarakat Gayo Kecamatan Bebesen, Kabupaten
Aceh Tengah. Musik becanang harus wajib dibunyikan disetiap tempat
yang akan melangsungkan pernikahan di Kecamatan Bebesen, apabila
musik becanang tidak dipersiapkan maka kemungkinan besar pernikahan
juga

tidak akan

dilaksanakan sampai

musik becanang tersebut

dipersiapkan dan untuk dibunyikan kebiasaan ini berlaku di kecamatan
Bebesen kabupaten Aceh Tengah, tahapan upacara adat juga harus
melewati beberapa acara yaitu nyerahen, jege uce, jege kul, beguru dan
neik bei, tidak semua tahapan ini menggunakan musik becanang hanya
pada beguru dan neik bei.
3. Bentuk musik becanang yang selalu dimainkan dalam prosesi upacara
pernikahan masyarakat gayo ini memiliki beberapa ritem khusus yaitu
ritem canang selalu, ritem redep dan ritem cincang nangka,ritem-ritem
inilah yang dimainkan secara berulang-ulang. Dalam ritem-ritem ini
memiliki motif yang berbeda-beda, setiap motif dibawakan oleh gegedem,
setiap motif yang berbeda ini semuanya menggambarkan ritem yang ceria,
canang dan memong sebagai pengatur tempo dan juga sebagai pembawa
suasana, gong sebagai pelengkap yang juga berperan penting.

71

B. Saran
1. Kepada seluruh laisan masyarakat Gayo terutama generasi penerus
jangan pernah melupakan alat-alat musik tradisional. Ketika kita
mempunyai waktu dan kesepatan kita juga harus berusaha mempelajari
cara memainkan alat musik tradisi Gayo tersebut. Khususnya untuk
kaum wanita generasi Gayo supaya tetap menjaga dan mempelajari
berbagai acara adat pada masyarakat Gayo terutama pada prosesi
upacara adat perkawinan masyarakat gayo.
2. Dalam pembahasan ini peneliti sangat sulit untuk mendapatkan buku
tentang masyarakat Gayo sebagai bahan referensi terutama tentang
upacara adat perkawinan masyarakat Gayo, oleh karena itu diharapkan
kepada petuah adat (orang yang mahir dan mengerti tentang adatistiadat etnis Gayo ) untuk menuangkan ilmunya tentang adat-istiadat
etnis Gayo ke dalam tulisan, agar tidak punah begitu saja seiring
dengan berjalannya waktu.

72
DAFTAR PUSTAKA
Al.Sukohardi. 2012. “Teori musik Umum”. Yogyakarta
Azril (2008:18) “Metode Penelitian”. Jakarta : Bumi Pustaka
Banoe,Pono. 2003. “kamus musik”. Yogyakarta : Balai Pustaka
Budilinggono. 1993. “Bentuk dan Analisa Musik”. Jakarta
Bungin, Burhan.2011. “Penelitian Kualitatif”. Jakarta : Kencana
C.Snouck Hurgronje.1996. “GAYO (Masyarakan dan Kebudayaannya Awal Abad
ke-20)”. Jakarta : Balai Pustaka
Dandy sugono.2008. “Teori Singkat Penyajian Musik”.Jakarta
Djelantik. 1999. “penelitian kebudayaan”. Jakarta: Bumi Pustaka
Dubagyo. 2001. “metode penelitian”. Jakata : Balai Pustaka
Endaswara,Suwardi.2006, “Penelitian Kebudayaan”. Yogyakarta : Pustaka
Widyatama
Hadeli. 2006. “Metode Penelitian Kebudayaan”. Jakarta : Bumi Pustaka
Jones, Thaddeus George. 1974. “Music Theory”. USA. Haper k Row Publisher, Inc
Karl Edmud prier Sj. “Ilmu Bentuk Musik”.Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi
Lerin R.Sitohang, 2014. skripsi “Bentuk dan Penyajian Musik Gondang Mangaliat
Dalam Upacara Adat Panangkok saring Saring Di desa Sabulan Kecamatan
Sitiotio Kabupaten Samosir”. Universitas Negeri Medan
Maryeani. 2005. “Metode Penelitian Kebudayaan”. Jakarta : Bumi Pustaka
Miles. 2005. “Metode penelitian Kebudayaan” . Jakarta : Bumi Pustaka
Miller. 2002. “The Role Of Music In the Life” : Quantum teaching
Putri Handayani,2010. skripsi “Peran Musik Pada Pernikahan Ethnis JAwa Di Desa
Dalu Sepuluh, Kecamatan Tanjung Morawa Medan (kajian terhadap bentuk
dan fungsi)”. Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan.
Rohmat Mulyana. 2011. “Mengartikulasi Pendidikan Nilai”. Bandung : Alfabeta

72

73
Sal Murgianto. 1983. “Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan”. Widyatama
Serwinto Tampubolon, 2009.skripsi “Studi Kompratif Fungsi Gondang Hasapi dan
Gondang Sabangunan Pada Masyarakat Batak Toba Di Kota Medan”.
Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan.
Soedargono,2011.”Dasar Permulaan Teori Musik”.Semarang : Yayasan Kanisius
Sugiono. 2009. “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif kualitatif
dan R&B”. Bandung : Alfabeta
Tambajong, Japi.1992. “Ensiklopedi Musik Jilid 1”. Jakarta : Cipta Adi Pustaka
Teodora Sinaga,2013.skripsi “Keberadaan Gondang Naposo Pada Masyarakat
Batak Toba Di Desa Sei Muka Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara.”
Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan.
Wahyuni Suryanita.2012. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”.
Jakarta:Alfabeta
Yuni Irawati,2012. Skripsi “Peranan Musik Pada Upacara adat Perkawinan
Masyarakat Gayo Di Desa Hakim Wih Ilang Kabupaten Bener Meriah.”
Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan.
http://jd.wikipedia.org/wiki/alat-musik
http//www.google.co.id/laboraturium+pdf&aqs

73