Formula Herbal sebagai Suplemen Imunostimulan Pakan Ayam terhadap Serangan Newcastle disease virus (NDV)

FORMULA HERBAL SEBAGAI SUPLEMEN IMUNOSTIMULAN
PAKAN AYAM TERHADAP SERANGAN NEWCASTLE
DISEASE VIRUS (NDV)

LOUAYY AL FAROUQI

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Formula Herbal
Sebagai Suplemen Imunostimulan Pakan Ayam Terhadap Serangan Newcastle
disease virus (NDV) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Louayy Al Farouqi
NIM G84080078

ABSTRAK
LOUAYY AL FAROUQI. Formula Herbal sebagai Suplemen Imunostimulan
Pakan Ayam terhadap Serangan Newcastle disease virus (NDV). Dibimbing oleh
EDY DJAUHARI PK dan WARAS NURCHOLIS.
Newcastle disease adalah penyakit unggas yang disebabkan oleh virus.
Formula herbal berupa temulawak, meniran, temu hitam dan sambiloto dapat
digunakan sebagai bahan suplemen imunostimulan. Penelitian ini bertujuan untuk
membedakan efisiensi konsumsi pakan antara ayam yang diberi pakan
konvensional dengan ayam yang diberi pakan tambahan herbal. Tahap penelitian
dimulai dengan pengelompokan ayam yang diberi pakan konvensional dan ayam
yang diberi pakan tambahan herbal, menghitung nilai FCR (feed convertion ratio),
menghitung laju kematian, serta uji titer antibodi menggunakan uji hemaglutinasi
inhibisi. Ayam tanpa penggunaan suplemen imunostimulan (kontrol) mengalami
laju kematian yang paling tinggi yaitu 42.5%. Sedangkan ayam yang memiki laju

kematian yang paling rendah adalah simplisia dosis 0.5 yaitu 24%. Tingkat titer
antibodi yang tertinggi adalah kontrol yaitu 2.1674 sedangakan tingkat titer
antibodi terendah adalah ekstrak dosis 0.5 yaitu 1.2041. Titer antibodi yang tinggi
menunjukkan ayam tersebut sedang terinfeksi virus. Suplemen imunostimulan
yang efektif adalah kelompok simplisia dosis 0.5, hal ini dikarenakan tingkat
kematian yang rendah serta titer antibodi yang cukup rendah.
Kata kunci: imunostimulan, newcastle disease, suplemen, titer antibodi, virus

ABSTRACT
LOUAYY AL FAROUQI. Herbal Formula as Immunostimulant Supplement for
Chicken's Feed against Newcastle disease virus (NDV) Attacks. Supervised by
EDY DJAUHARI PK and WARAS NURCHOLIS.
Newcastle disease is a poultry disease which is caused by viruses. Herbal
formulas in the form of temulawak, meniran, temu hitam and sambiloto can be
used as immunostimulant supplements. This research purpose to distinguish
consumption efficiency between chicken with conventional feed and chicken with
additional herbs feed. Phase of the research began with grouping chicken with
conventional feed and chicken with supplement herbs feed, value of FCR (feed
convertion ratio), rate of death, as well as the antibody titers test using
hemagglutination inhibition assay. Chicken without the use of immunostimulant

supplement (control) showed the highest depletion rate of 42.5%. Meanwhile the
chicken which had the lowest depletion rate (24%) was the simplisia group with
the dose of 0.5. The highest level of the antibody titer was the control group with
level of 2.1674 meanwhile the lowest level of the antibody titer was the simplisia
group with the extract doses of 0.5 with level of 1.2041. High-titer antibodies
indicated that the chickens were infected by the virus. The most effective dose of
immunostimulant supplement was the simplisia group with the extract dose of
0.5, this was caused by the low depletion rate and the low antibody titer.
Keywords: antibody titer, immunostimulant, newcastle diseases, supplement, virus

FORMULA HERBAL SEBAGAI SUPLEMEN IMUNOSTIMULAN
PAKAN AYAM TERHADAP SERANGAN NEWCASTLE
DISEASE VIRUS (NDV)

LOUAYY AL FAROUQI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia


DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Formula Herbal sebagai Suplemen Imunostimulan Pakan Ayam
terhadap Serangan Newcastle disease virus (NDV)
Nama
: Louayy Al Farouqi
NIM
: G84080078

Disetujui oleh

Drs Edy Djauhari PK, MSi
Pembimbing I

Waras Nurcholis, SSi, MSi

Pembimbing II

Diketahui

Dr Ir I Made Artika, MAppSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 hingga
Desember 2012 ini ialah peternakan. Penelitian dilakukan di Pertenakan
MAgroindustry, Cianjur dan Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
Hewan. dengan judul Formula Herbal sebagai Suplemen Imunostimulan Pakan
Ayam terhadap Serangan Newcastle disease virus (NDV).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs Edy Djauhari PK, MSi
selaku pembimbing I dan Bapak Waras Nurcholis, SSi, Msi selaku pembimbing II,
dan penulis sampaikan kepada drh Mahzhouzh dan drh Brian Koesoema selaku

pemilik peternakan CV. MAgroindustri yang telah membatu penulis dalam
melakukan kegiaatan penelitian selama di lapangan. Tak luput penulis
mengucapkan terimakasih kepada tim penelitian Yanan Nursyahbani Mubin dan
Rinaldy Ardana Harahap yang telah membantu penelitian ini. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga besar biokimia,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk semua pihak
dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2013
Louayy Al Farouqi

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

METODE

2

Bahan dan Alat

2

Prosedur Analisis Data

2

HASIL

4


Laju Kematian Ayam

4

FCR (Feed Convertion Ratio)

5

Analisis Titer Antibodi

6

PEMBAHASAN

7

Hubungan FCR dengan Laju Kematian

7


Hubungan Laju Kematian dengan Titer Antibodi

8

Pemilihan Kadar Imunostimulan pada Pakan yang Efisien dan Efektif

9

SIMPULAN

9

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

12


RIWAYAT HIDUP

13

DAFTAR GAMBAR
1 Laju Kematian Ayam per Pekan
2 Perbandingan Feed Convertion Ratio (FCR) selama 36 hari
3 Analisis GMT Titer Antibodi (Log 2)

5
6
6

DAFTAR LAMPIRAN
1 Angka Kematian Ayam per Pekan
2 Analisis Titer Antibodi

12
12


PENDAHULUAN
Ayam merupakan hewan ternak yang dapat dimanfaatkan daging dan
telurnya sebagai kebutuhan sandang protein hewani. Konsumsi daging ayam lebih
pesat dikarenana harga yang begitu terjangkau dibandingkan dengan daging sapi
maupun kambing (LIPTAN 2007). Namun di saat kebutuhan akan daging ayam
maupun telur ayam meningkat hal ini tidak diimbangi dengan produksi yang
menurun. Penurunan ini diakibatkan dari kematian ayam yang berujung pada
gagal panen. Pada bulan Desember tahun 2012 tercatat 61.580 ekor ayam mati
akibat wabah flu burung dengan 65 kasus di 65 desa yang tersebar di Indonesia
(DITJENNAK 2013).
Imunostimulan merupakan zat yang mendorong dan menopang sistem
kekebalan tubuh dalam merespon benda asing yang masuk ke dalam tubuh
(Baratawidjaja 2002). Zat imunostimulan tersebut dapat berupa alami dan buatan.
Zat imunostimulan alami contohnya dedaunan pada tumbuhan ataupun rimpangan,
sedangkan zat imunostimulan buatan contohnya berupa obat-obatan komersil dan
vaksin (Subowo 1996).
Pemanfaatan zat imunostimulan dalam peternakan sudah ada sejak vaksin
ditemukan. Vaksin digunakan untuk mengatasi penyakit tertentu pada hewan
khususnya penyakit hewan ternak yang dapat mengakibatkan kematian pada
hewan tersebut. Peternak ayam baik ayam broiler dan petelur biasanya akan
melakukan vaksinasi untuk pencegahan awal. Pemberian jenis vaksin bermacammacam karena jumlah penyakit pada ayam yang bervariasi. Pemberian vaksin
dilakukan sesuai jadwal berdasarkan jenis vaksin yang dilakukan (Jacob 2012).
Dampak negatif yang dihasilkan dari pemberian vaksin pada ayam
pedaging adalah terakumulasinya zat-zat vaksin tersebut pada tubuh ayam
sekalipun sudah mati dipanen. Hal ini dapat menyebabkan daging ayam tersebut
berbahaya untuk dikonsumsi oleh manusia. Tak hanya daging ayamnya saja
namun telur yang dihasilkan terancam memberi dampak negatif bila dikonsumsi
(EPA 2013).
Ketika suatu benda asing (parasit) masuk ke dalam tubuh (hewan,
manusia), secara otomatis tubuh akan mengaktifkan sistem tanggap kebalnya
yaitu suatu mekanisme fisiologis tubuh yang memiliki kemampuan untuk
membedakan unsur dasar tubuh normal dengan benda asing dan juga mampu
untuk menetralkan, meniadakan atau memetabolisme benda asing tersebut
(Bellanti 1978). Kemampuan tanggap kebal tubuh ini dapat ditingkatkan melalui
asupan bahan kimia yang memiliki efek imunomodulator (Yasni et al. 1993).
Temulawak, meniran, temu hitam, dan sambiloto merupakan bahan herbal
yang digunakan dalam penelitian ini. Ekstrak temulawak yang dicampurkan ke
pakan ternak ayam dapat meningkatkan ketahanan anak ayam terhadap flu burung
(Rahardjo 2010). Selain itu, temulawak memiliki aktivitas sebagai antioksidan
(Nurcholis 2008). Ekstrak meniran dapat meningkatkan produksi immunoglobulin
M (IgM) dan immunoglobulin G (IgG) (Chodidjah 2003). Temu hitam memiliki
khasiat untuk mengobati beberapa penyakit seperti reumatik, cacingan, luka
menahun, dan pendarahan pada saat haid (Djazuli et al. 2001). Ekstrak temu hitam
secara in vitro cukup kuat untuk dikembangkan menjadi bahan alternatif obat flu
burung (Taha 2009). Sambiloto dapat digunakan untuk pengobatan seperti

2
antivirus, pengobatan HIV, anti-infeksi, hepatoprotektif, antipiretik dan analgesik
(Spelman et al 2006). Sambiloto berperan penting sebagai antibakteri (Effendi
2009) dan juga dapat menghambat pertumbuhan cacing (Muyasaroh 2011).
Sebagai langkah awal dalam pengujian aplikasi ramuan herbal ke dalam
pakan ayam maka dilakukan dengan pengujian ketahanan terhadap virus ND
(newcastle disease) yang merupakan penyakit umum yang terjadi pada hewan
unggas. Di Indonesia penyakit ND dikenal pula dengan sebutan penyakit tetelo.
Patogenisitas virus ND dipengaruhi oleh galur virus, rute infeksi, umur ayam,
lingkungan, dan status kebal ayam saat terinfeksi virus (Alexander 2001).
Keaktifan dan keefektifan ramuan herbal tersebut terhadap serangan virus ND
juga dapat menjadi tolok ukur ramuan herbal yang berpotensi sebagai alternatif
lain dalam menanggulangi penyakit-penyakit lainnya pada unggas termasuk AI
(avian influenza).
Penelitian ini bertujuan untuk membedakan efisiensi konsumsi pakan
antara ayam yang diberi pakan konvensional dengan ayam yang diberi pakan
tambahan herbal. Manfaat penggunaan ramuan herbal sebagai bahan suplemen
pakan ayam yang dapat menggantikan peran vaksinasi dan antibiotik dalam
penanggulangan penyakit ayam.

METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, pakan ayam komersial,
simplisia temulawak, simplisia meniran, simplisia sambiloto, simplisia temu
hitam, ekstrak temulawak, ekstrak meniran, ekstrak sambiloto, ekstrak temu hitam,
vaksin ND, PBS (phosphate buffered saline), RBC (red blood cell), dan antigen
ND.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang ayam,
pemanas ruang kandang, mortar, pisau, blender, maserator, peralatan gelas, rotary
evaporate, penyaring 100 mesh, kandang, tempat pakan, timbangan digital, cawan
porselen, neraca analitik, sudip, saringan, pipet mikro, mikroplate V.
Prosedur Analisis
Formulasi Sedian Pakan Herbal
Bentuk bahan baku yang digunakan adalah dalam bentuk simplisia dan
ekstrak yang dicampur pakan berdasarkan dosis optimal. Simplisia kering dengan
kadar air ≤ 10% dengan ukuran 100 mesh digunakan dalam penelitian ini.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan etanol 70% dengan menggunakan
teknik maserasi (BPOM 2005).
Hewan Uji dan Rancangan Percobaan
Hewan uji yang digunakan adalah ayam broiler dari Day Old Chicken
(DOC). Ayam broiler dipelihara dalam satu atap dan dipetakan berdasarkan
kelompok perlakuan. Ayam diternak selama 36 hari dan bobot badan ayam
ditimbang dua kali seminggu.

3
Hewan uji dibagi menjadi 5 perlakuan dengan 200 ekor ekor dalam setiap
perlakuan. Perlakuan 1 (kontrol) diberi pakan standar. Sedangkan untuk perlakuan
2, 3, 4, dan 5 pakan standar ditambahkan herbal yang masing-masing simplisia 13
gr/Kg pakan pada perlakuan 2, simplisia 7 gr/Kg pakan pada perlakuan 3, ekstrak
7 gr/Kg pakan pada perlakuan 4, dan ekstrak 4 gr/Kg pakan pada perlakuan 5.
Analisis FCR (Jafarnejad 2010)
Feed convertion ratio (FCR) adalah jumlah bobot pakan (dalam satuan kg)
yang dapat membentuk suatu unit bobot ayam (dalam satuan gr). Penghitungan
bobot pakan dan bobot ayam dilakukan setiap 2 minggu sekali. Adapun rumus
untuk menghitung FCR adalah :

Laju Kematian
Selama penelitian dilakukan pengamatan jumlah ayam yang mati dan
jumlah ayam yang masih hidup untuk setiap perlakuan, sehingga dapat dihitung
persentase kematian dan kelangsungan hidup masing-masing kelompok ayam
(Martuti 1989) menggunakan rumus:
x 100
Keterangan :

Z
No
Nt
t

= Koefisien laju kematian (%)
= Jumlah ayam hidup pada awal penelitian
= Jumlah ayam hidup selama periode penelitian
= Waktu (minggu)

Uji Titer Antibodi dengan Metode HI
Preparasi Sampel
Sampel yang dibutuhkan ialah 5 sampel serum darah untuk setiap
kelompok ayam berdasarkan pakannya. Banyak sampel yang dianalisis
disesuaikan dengan rumus Federer (1967) yaitu minimal 5 sampel sudah cukup
secara statistik untuk mewakili setiap kelompok. Pengambilan darah sendiri
dilakukan pada saat minggu ke-5 setelah pemeliharaan. Darah diambil dari vena
auricularia yang berada pada bagian bawah sayap ayam. Darah ditampung dalam
tabung eppendorf, dibiarkan pada suhu 40o C, selama 24 jam. Selanjutnya, darah
di sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm, selama 10 menit, suhu 4 o C. Serum
dikoleksi untuk pengukuran titer antibodi.
Uji Titer Antibodi (Beard 1975)
Titer antibodi diukur dengan cara hemaglutination inhibition (HI). Darah
ayam yang diambil dimasukkan ke dalam tabung steril yang telah berisi
antikoagluan (EDTA) dengan perbandingan 1:5. Darah yang diperoleh kemudian
disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 menit. Bagian supernatan
dibuang dan ke dalam darah dicampur PBS pH 7.0 sebanyak volume sama seperti
volume darah. Campuran disentrifus selama 1 menit, bagian supernatan di buang.
Konsentrasi eritrosit 0.5% diperoleh dengan cara eritrosit tersebut diencerkan
dengan buffer PBS.

4
Analisis Geometri Mean Titer (HI-Log2)
Pembacaan hasil uji titer antibodi menggunakan geometri mean titer
(GMT) menggunakan Log 2. Nilai GMT adalah nilai yang menggambarkan rataan
dari keseluruhan titer antibodi serum pada suatu kelompok hewan. Variasi hasil
titer antibodi ini berkaitan erat dengan respon pembentukan antibodi pada tiap
individu. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut (Selleck 2008):

Keterangan :

N= Jumlah contoh serum yang diamati
t = Titer antibodi pada pengenceran tertinggi (yang masih dapat
menghambat aglutinasi sel darah merah)
S = Jumlah contoh serum yang bertiter t
n = Titer antibodi pada sampel ke-n

HASIL
Laju Kematian Ayam
Sebanyak 5 perlakuan dalam uji aplikasi pakan ayam dengan bahan
tambahan tumbuhan obat sebagai imunostimulan dinyatakan dalam tabel jumlah
data angka kematian pada ayam disetiap perlakuannya (Tabel 1). Hasil
menunjukkan bahwa perlakuan 1 (ayam kontrol) lebih banyak mengalami
kematian, dilanjutkan perlakuan 4 (ekstrak dosis 1) lalu perlakuan 2 (simplisia
dosis 1) kemudian perlakuan 5 (ekstrak dosis 0.5) dan terakhir perlakuan 3
(simplisia dosis 0.5). Hasilnya sangat berbeda bila dibandingkan antara kontrol
(ayam kontrol) yang tidak diberikan bahan tambahan tumbuhan obat dengan ayam
yang diberikan bahan tambahan tumbuhan obat.
Table 1 Jumlah sisa ayam dan persentase angka kematian ayam hingga panen
Perlakuan
Hari ke-

1

2

3

4

5

(kontrol)

(simplisia 1)

(simplisia 0.5)

(ekstrak 1)

(ekstrak 0.5)

0
6
12
18
24
30
37

200
195
193
189
176
148
115

200
197
188
187
179
164
145

200
195
189
187
170
160
152

200
196
195
187
175
151
124

200
194
194
189
174
161
148

Persentase
total angka
kematian

42.5%

27.5%

24%

38%

26.5%

5
12,00%

Laju Kematian

10,00%
Perlakuan 1

8,00%

Perlakuan 2
6,00%

Perlakuan 3
Perlakuan 4

4,00%

Perlakuan 5
2,00%
0,00%
Pekan ke-1 Pekan ke-2 Pekan ke-3 Pekan ke-4 Pekan ke-5

Gambar 1 Laju kematian ayam per pekan
Setiap pekan terdapat ayam yang mengalami mortalitas/kematian (Gambar
1). Kematian ayam pada pekan awal (pekan ke-1 hingga pekan ke-3) kebanyakan
diakibatkan karena ayam tergencet dengan ayam lainnya, ayam mati karena
kedinginan atau bahkan kepanasan saat masa penggunaan pemanas ruangan.
Peningkatan laju kematian yang sangat tinggi terjadi pada pekan ke-4 hingga
pekan ke-5 (panen). Kematian yang paling terlihat menonjol terjadi pada kontrol
dan disusul ekstrak dosis 1, sedangkan simplisia dosis 1, simplisia dosis 0.5, dan
ekstrak dosis 0.5 hampir memiliki peningkatan laju kematian yang rendah dan
hampir tidak jauh berbeda satu sama lain. Laju kematian yang paling cepat dan
tinggi terjadi kontrol, sedangkan laju kematian yang paling rendah adalah
simplisia dosis 0.5.
Feed Convertion Ratio (FCR)
Tingginya nilai rasio konversi pakan menunjukkan bahwa konsumsi pakan
(dalam kg) ayam tersebut semakin meningkat untuk menaikkan bobot badan
(dalam gr) atau efisiensi pakan rendah (Gambar 2). Nilai FCR yang tinggi terdapat
pada perlakuan 1 (kontrol) pada hari awal sedangkan untuk perlakuan 2 (simplisia
dosis 1), perlakuan 3 (simplisia dosis 0.5), perlakuan 4 (ekstrak dosis 1), dan
perlakuan 5 (ekstrak dosis 0.5) hampir tidak jauh berbeda pada awal hari dengan
nilai FCR yang rendah. Begitupun pada hari berikutnya, nilai FCR pada kontrol
kembali meningkat dengan signifikan tepat pada hari ke-9 hingga ke-12,
sedangkan nilai FCR simplisia dosis 1, simplisia dosis 0.5, ekstrak dosis 1, dan
ekstrak dosis 0.5 mengalami peningkatan pada hari ke-5 hingga ke-9 setelah itu
nilai FCR kembali menurun pada hari berikutnya. Kontrol mengalami penurunan
nilai FCR setelah hari ke-23 hingga terus menurun pada saat panen hari ke-36.
Lain halnya dengan simplisia dosis 1, simplisia dosis 0.5, ekstrak dosis 1, dan
ekstrak dosis 0.5 justru mengalami peningkatan pada hari ke-23 hingga hari ke-26,
dan setelah itu nilai FCR kembali menurun hingga hari ke-36 saat panen
terkecuali ekstrak dosis 0.5 yang mengalami penurunan hingga hari ke-30 saja dan
nilai FCR pun hampir sama pada hari berikutnya hingga hari panen.

6

0,8
0,7

Perlakuan 1

0,6
Perlakuan 2

Nilai FCR

0,5
0,4

Perlakuan 3

0,3

Perlakuan 4

0,2
0,1

Perlakuan 5

0
5

9

12

16

20

23

26

30

34

36

Hari ke-

Gambar 2 Perbandingan feed convertion ratio (FCR) selama 36 hari
Analisis Titer Antibodi
Pengujian imunostimulan pada ayam dilakukan dengan menggunakan
pengujian titer antibodi menggunakan metode serologis hemaglutinasi inhibisi
(HI). Pengujian ini bertujuan mengetahui tingkat kekebalan tubuh dari serangan
virus secara spesifik. Pengujian ini menggunakan virus ND (newcastle disease)
sebagai virus spesifik.
Tingkat titer antibodi (Gambar 3) yang paling tinggi terdapat pada perlakuan
1 (kontrol), kemudian perlakuan 2 (simplisia dosis 1), perlakuan 3 (simplisia dosis
0.5), lalu perlakuan 4 (ekstrak dosis 1) dan perlakuan 5 (ekstrak dosis 0.5). Hal ini
menunjukkan tingginya tingkat titer antibodi seperti pada perlakuan 1 dan
perlakuan 2 menunjukkan ayam yang sedang terinfeksi virus ND. Sedangkan
perlakuan 3 dan perlakuan 4 memiliki tingkat titer antibodi sedang dan perlakuan
5 memiliki tingkat titer antobodi yang rendah yang menunjukkan ayam yang
terinfeksi virus sudah kembali ke keadaan normal. Untuk tingkat titer antibodi
yang rendah nilai geometri mean titer (GMT) yaittu kurang dari 1.2041. Tingkat
titer antibodi tinggi memiliki nilai GMT antara 1.2041 hingga 2.1072. Tingkat
titer antibodi yang tinggi dengan nilai GMT lebih dari 2.1072 (Hewajuli 2008).
2,5
2

2,1674

2,0514

1,5

1,6857

1,6255

1

1,2041

0,5
0
Perlakuan 1
(Kontrol)

Perlakuan 2
(Simplisia 1)

Perlakuan 3
(Simplisia 0.5)

Perlakuan 4
(Ekstrak 1)

Keterangan: P