Performa Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN
MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT DENGAN
ATAU TANPA PENYARINGAN

NOVELYN C NAIBAHO

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Ayam Broiler
yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa
Penyaringan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013

Novelyn C Naibaho
NIM D24090150

ABSTRAK
NOVELYN C NAIBAHO. Performa Ayam Broiler yang Diberi Pakan
Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan. Dibimbing oleh
NAHROWI dan RITA MUTIA.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi performa ayam broiler yang
diberi pakan mengandung bungkil inti sawit (BIS) dengan atau tanpa penyaringan.
Sebanyak 200 ekor ayam broiler strain Hubbard dipelihara selama lima minggu.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah : P1=
ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring; P2=
ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring; P3=
ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring + 2% grit

batok bungkil inti sawit; P4= ransum perlakuan mengandung 7.5 % bungkil inti
sawit yang disaring + 2% grit komersil. Pakan dan air minum diberikan ad-libitum.
Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, BIS yang disaring mengalami penurunan serat kasar dari
33.13% menjadi 30.58%. Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan
konversi ransum tidak nyata dipengaruhi oleh penyaringan. Dapat disimpulkan
bahwa penyaringan BIS tidak dapat mempengaruhi performa ayam.
Kata kunci: batok, bungkil inti sawit, penyaringan, performa broiler.

ABSTRACT
NOVELYN C NAIBAHO. Performance of Broiler Fed Diet Containing
Screened or Unscreened Palm Kernel Meal. Supervised by NAHROWI and RITA
MUTIA.
Palm kernel meal (PKM) is a by-product of oil extractions of palm kernel.
The use of PKM in the ration of monogastric animals is limited as a result of high
fibre. The main objective of this study was to evaluated the performance of broiler
fed diet containing PKM with or without screening. Two hundreds DOC were
divided into 20 groups and assigned to one of four diet treatment i.e : P1 =
treatment diet + 7.5% PKM without screening and adding grit; P2 = treatment diet
+ 7.5% screened PKM without adding grit; P3 = treatment diet + 7.5% screened

PKM + 2% shell of PKM; P4 = treatment diet + 7.5% screened PKM + 2%
commercial grit. Data from completely randomized design were analyzed
variance (ANOVA). Feed and water were given ad libitum. The result showed
that screened palm kernel meal decreased crude fibre (from 33.13% to 30.58%).
However, screened PKM did not affect feed intake, body weight gain, and feed
conversion. It is concluded that PKM with ot without screening did not affect
broiler performance.
Keywords: palm kernel meal, performance of broiler, screened, shell

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN
MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT DENGAN
ATAU TANPA PENYARINGAN

NOVELYN C NAIBAHO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Performa Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil
Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan
: Novelyn C Naibaho
: D24090150

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc
Pembimbing I


Dr Ir Rita Mutia, MAgr
Pembimbing II

Dilcetahui oleh

Tanggal Lulus: (

D3 C. .

'u

3

)

Judul Skripsi : Performa Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil
Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan
Nama
: Novelyn C Naibaho

NIM
: D24090150

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc
Pembimbing I

Dr Ir Rita Mutia, MAgr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul “Performa Ayam Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti
Sawit dengan atau tanpa Penyaringan”. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan penulis bulan Maret hingga April 2013 di kandang C Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa ayam broiler yang
diberi pakan mengandung bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar
Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, namun
demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Bogor, Oktober 2013


Novelyn C Naibaho

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

METODE PENELITIAN


1

Bahan

1

Alat

1

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Prosedur Percobaan

2

Pemisahan grit batok inti sawit


2

Persiapan kandang

2

Pelaksanaan pemeliharaan

2

Peubah yang diamati

2

Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN


3

Kondisi Umum Penelitian

3

Komposisi Zat Makanan

4

Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Ayam Broiler

6

Konsumsi Ransum

6

Pertambahan Bobot Badan

7

Konversi Ransum

8

Mortalitas

9

SIMPULAN DAN SARAN

10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

11

RIWAYAT HIDUP

12

UCAPAN TERIMA KASIH

12

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Komposisi ransum broiler starter dan broiler finisher
Komposisi nutrien ransum broiler starter dan broiler finisher
Komposisi nutrien ransum komersil broiler starter dan broiler finisher
Komposisi nutrien BIS dengan dan tanpa penyaringan serta batok BIS
Rataan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi
ransum selama lima minggu pemeliharaan

4
4
5
5
6

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik konsumsi ransum ayam broiler per minggu selama 5 minggu
pemeliharaan
2 Grafik pertambahan bobot badan ayam broiler per minggu selama 5
minggu pemeliharaan
3 Grafik konversi ransum ayam broiler per minggu selama 5 minggu
pemeliharaan

7
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 ANOVA konsumsi ransum ayam selama lima minggu pemeliharaan
2 ANOVA pertambahan bobot badan ayam selama lima minggu
pemeliharaan
3 ANOVA konversi ransum ayam selama lima minggu pemeliharaan

11
11
11

PENDAHULUAN
Penggunaan produk samping hasil industri pertanian sebagai sumber bahan
pakan oleh beberapa negara seperti Indonesia sangat potensial. Salah satunya
yaitu bungkil inti sawit sebagai hasil samping industri pengolahan minyak inti
sawit. Bungkil inti sawit memiliki kandungan karbohidrat dalam bentuk mannan
yang cukup besar yaitu sekitar 22.08% (Yopi et al. 2006). Didukung dengan
beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit
dapat mengurangi ketergantungan penggunaan jagung sampai 50% (Ezhiesi and
Olomu 2008; Esuga et al. 2008; Iyayi and Davies 2005). Dairo and Fasuyi (2007)
menyatakan penggunaan BIS dapat menggantikan bungkil kedelai hingga hampir
50%. Hal ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan pakan yang
bersaing dengan kebutuhan manusia dan dapat menekan cost dalam pembelian
bahan pakan yang mahal.
Potensi yang dimiliki BIS masih belum dapat digunakan secara maksimal
karena kandungan serat kasar yang tinggi sehingga penggunaannya dalam ransum
unggas menjadi terbatas. Unggas merupakan ternak monogastrik yang memiliki
keterbatasan dalam mencerna serat kasar (Dairo and Fasuyi 2007). Menurut Yatno
et al. (2008) serat kasar yang tinggi berasal dari kontaminasi batok dalam BIS.
Dengan demikian perlakuan fisik seperti penyaringan diharapkan dapat
mengurangi kandungan serat kasar dalam bungkil inti sawit.
Batok bungkil inti sawit memiliki tekstur yang keras sehingga
penggunaannya dalam penelitian ini diharapkan dapat menggantikan fungsi grit
pada ayam. Grit merupakan potongan batu kecil, pasir, atau partikel kecil yang
dimanfaatkan unggas untuk membantu proses penggiling makanan menjadi
partikel kecil atau halus didalam gizzard (Mackie 2002). Dengan demikian
pemberian grit diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penyerapan makanan
pada broiler karena makanan dapat dipecah secara halus sehingga lebih gampang
dicerna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa ayam broiler yang
diberi pakan mengandung bungkil inti sawit dengan atau tanpa penyaringan.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah 200 ekor DOC strain Hubbard, ransum
komersil, ransum perlakuan dan bungkil inti sawit, grit komersil dan grit batok
bungkil inti sawit (BIS).
Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang perlakuan,
tempat pakan, tempat minum, lampu pijar 60 watt, termometer digital, timbangan,
karung dan vibrator mill.

2
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kandang C Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2013.
Prosedur Percobaan
Pemisahan grit batok inti sawit
Bungkil inti sawit disaring dengan menggunakan saringan nomor mesh 50
dan 100, setelah itu dilakukan pemisahan batok dari bungkil inti sawit secara
manual. Batok yang telah didapatkan dijadikan sebagai grit yang diberikan secara
terpisah sebanyak 2% dari ransum pada pagi hari. Bungkil inti sawit yang telah
disaring dicampurkan kedalam ransum perlakuan.
Persiapan kandang
Kandang yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan
detergen dan karbol. Setelah itu dilakukan pengapuran pada seluruh dinding
maupun lantai kandang dengan tujuan menghambat dan membunuh pertumbuhan
bibit penyakit. Tempat pakan dan air minum dibersihkan dengan air dan sabun.
Pelaksanaan pemeliharaan
Ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini dipelihara dari DOC (Day
Old Chick) sebanyak 200 ekor, dibagi secara acak dan ditempatkan ke dalam 20
kandang perlakuan, setiap kandang diberikan salah satu perlakuan. Ransum dan
air minum diberikan ad libitum sedangkan grit diberikan sebanyak 2% dari
ransum secara terpisah pada pagi hari ketika umur ayam telah mencapai 1 minggu.
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah :
1. Konsumsi ransum (g-1 ekor-1 minggu-1). Konsumsi ransum dihitung
berdasarkan jumlah ransum yang diberikan dalam seminggu dikurangi sisa
ransum pada akhir minggu tersebut selama penelitian.
2. Pertambahan bobot badan (g-1 ekor-1 minggu-1). Pertambahan bobot badan
ditimbang setiap seminggu sekali selama penelitian, dengan menghitung
selisih bobot badan rata-rata pada minggu terakhir dengan bobot badan ratarata pada minggu sebelumnya.
3. Konversi ransum. Konversi ransum dihitung berdasarkan jumlah konsumsi
ransum rata-rata dibagi dengan pertambahan bobot badan rata-rata tiap
minggu selama penelitian.
4. Mortalitas (ekor). Angka mortalitas dihitung dari pembagian jumlah ayam
yang mati selama penelitian dengan jumlah ayam awal dikalikan 100%.

3
Analisis Data
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
RK = ransum komersil
P1 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring
P2 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring
P3 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring + 2% grit batok
bungkil inti sawit
P4 = ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring + 2% grit
komersil
Model matematik dari rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut :
Yij = μ + τ + εij
Keterangan:
Yij
= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ
= Rataan umum
τ
= Pengaruh pemberian grit ke-i (i = 1, 2, 3)
=μi-μ
εij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j ( j = 1, 2, 3, 4 )
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah RAL (rancangan acak
lengkap). Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan yang setiap
ulangannya terdiri atas 10 ekor ayam. Data yang dihasilkan dianalisis
menggunakan analisis ragam (ANOVA) kecuali pada ransum kontrol yaitu
kontrol positif dilakukan uji deskriptif. Jika didapatkan hasil berbeda nyata maka
dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel and Torrie 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Rataan suhu lingkungan penelitian yaitu 26 oC pada pagi hari, 31 oC pada
siang hari dan 28 oC pada sore hari. Kelembaban lingkungan yaitu 82.5% pada
pagi hari dan 70.9% pada sore hari. Amrullah (2004) menyatakan bahwa suhu
lingkungan diatas 27 oC ayam mulai menggunakan energi lebih banyak sebagai
usaha agar tetap nyaman. Jika suhu lingkungan tinggi, ayam akan mengalami
panting (meningkatkan frekuensi pernapasan). Pada kondisi diatas dapat dilihat
bahwa ayam mengalami cekaman panas terlihat dari ayam yang sering melakukan
panting.

4
Komposisi Zat Makanan
Tabel 1 Komposisi ransum broiler starter dan broiler finisher*
Penggunaan (%)
Bahan Baku
Ransum broiler starter
Ransum broiler finisher
Jagung
53.50
51.8
Dedak halus
2.85
8.0
Bungkil kedelai
15.00
12.0
CGM
9.00
8.0
Tepung ikan
6.00
5.5
Bungkil inti sawit
7.50
7.5
CPO
4.00
5.0
CaCO3
1.10
1.0
DCP
0.20
0.4
Garam
0.20
0.3
DL-Methionine
0.15
0
Premix
0.50
0.5
*

Perhitungan kebutuhan nutrien berdasarkan Lesson and Summer (2005)

Tabel 2 Komposisi nutrien ransum broiler starter dan broiler finisher

Nutrien

BK (%)
Abu(%)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
Beta-N(%)
NaCl (%)
GE (kal g-1)

Kandungan*)
Ransum broiler finisher
Ransum broiler starter
Mengandung
Mengandung Mengandung
Mengandung
bungkil inti
bungkil inti
bungkil inti
bungkil inti sawit
sawit tanpa
sawit tanpa
sawit
disaring
disaring
disaring
disaring
86.33
88.03
87.17
87.01
7.51
7.11
8.11
7.80
19.08
15.55
18.60
19.46
6.42
5.90
6.72
6.63
5.06
5.20
4.22
3.99
48.26
54.27
49.52
49.13
0.23
0.11
0.27
0.12
3 785
3 805
3 804
3 899

*) Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor (2013); BK: bahan kering, PK: protein kasar, LK: lemak kasar, SK: serat kasar, Beta-N:
bahan ekstrak tanpa nitrogen, P: fosfor, GE: gross energy.

5
Tabel 3 Komposisi nutrien ransum komersil broiler starter dan broiler finisher
Nutrien
Abu (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Serat (%)
Ca (%)
P (%)
ME (kkal kg-1)

Ransum
BR11
7
21 – 23
5
5
0.9
0.6
2 820 – 2 920

BR12
7
19 – 21
5
5
0.9
0.6
2 920 – 3 020

BR11: ransum komersil broiler starter, BR12: ransum komersil broiler finisher; ME:
metabolizable energy.

Tabel 4 Komposisi nutrien BIS dengan dan tanpa penyaringan serta batok BIS
Kandungan
Nutrien*
BK (%)
Abu (%)
PK (%)
SK (%)
LK (%)
Beta-N (%)
Ca (%)
P (%)
NaCl (%)
GE (kal g-1)

BIS

BIS disaring

Batok BIS

88.25
5.42
13.57
33.13
5.80
30.33
1.15
1.93
0.15
3 955

89.10
5.21
14.38
30.58
5.64
33.29
0.99
1.47
0.09
4 007

90.7
10.84
7.91
45.73
3.43
22.88
1.10
0.47
0.25
3 809

* Hasil Analisis Proksimat di Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan (2013) ; BK: bahan kering, PK:
protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, Beta-N: bahan ekstrak tanpa nitrogen, Ca:
Kalsium, P: fosfor GE: Gross Energy.

Ransum yang diberikan selama penelitian yaitu ransum komersil dan ransum
perlakuan yang disusun berdasarkan kebutuhan ayam broiler yang
direkomendasikan oleh Lesson and Summer tahun 2005. Perbedaan antara ransum
perlakuan dan ransum komersil yaitu ransum perlakuan dibuat tanpa penambahan
antibiotik dan bahan baku yang berkualitas rendah karena kandungan serat kasar
yang didominasi dengan kandungan lignin. Baik ransum perlakuan dan komersil
keduanya berbentuk crumble. Kandungan nutrien dari masing-masing bahan
pakan yang diberikan disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Terjadi penurunan serat
kasar pada BIS yang disaring dari 33.13% menjadi 30.58% (Tabel 4). Meskipun
telah terjadi penurunan serat kasar namun masih belum dapat memberikan
pengaruh yang nyata pada performa ayam broiler. Hal tersebut karena bentuk
batok BIS yang tidak seragam dari yang kecil, sedang dan besar masih sulit diatasi
dengan vibrator mill yang memiliki keterbatasan.
Pemberian grit diharapkan dapat membantu pencernaan mekanik pada ayam
(Amrullah 2004). Penelitian ini menggunaan grit komersil dan grit batok BIS.
Adapun penggunaan batok BIS sebagai grit karena tekstur yang keras diharapkan
dapat menggantikan grit. Palatabilitas grit batok BIS sangat baik namun belum

6
bisa digunakan sebagai pengganti grit komersil karena kandungan serat kasarnya
yang tinggi.
Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Ayam Broiler
Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan,
konversi ransum dan mortalitas selama lima minggu pemeliharaan disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5 Rataan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi ransum dan
mortalitas selama lima minggu pemeliharaan
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
RK*

Konsumsi ransum
(g ekor-1)
2 207.34 ± 243.93
2 183.42 ± 238.82
2 165.68 ± 231.85
2 209.62 ± 247.07
2 514.74 ± 334.54

Parameter performa
Konversi
PBB (g ekor-1)
ransum
905.59 ± 64.70
2.35 ± 0.83
903.19 ± 61.87
2.31 ± 0.77
885.97 ± 59.00
2.39 ± 0.87
915.21 ± 67.21
2.32 ± 0.78
1 419.07 ± 137.36 1.66 ± 0.47

Mortalitas
(%)
0
2.5
2.5
2.5
2.5

R1= ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring dan tanpa grit batok
bungkil inti sawit, R2= ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring
tanpa grit batok bungkil inti sawit, R3= ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit
yang disaring + 2% grit batok bungkil inti sawit, R4= ransum perlakuan mengandung 7.5 %
*
bungkil inti sawit yang disaring + 2% grit komersil; RK= ransum komersil (kontrol positif) tidak
dimasukkan ke dalam uji statistik, hanya uji deskriptif.

Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum pada penelitian ini berkisar 2 165.68 g ekor-1 – 2 209.62 g
ekor . Hasil penelitian Manurung (2009) menunjukkan bahwa ayam broiler yang
diberi ransum komersil hingga minggu kelima pemeliharaan menghabiskan pakan
sebesar 2 457.9 g ekor-1 maka dapat dilihat konsumsi ransum penelitian ini lebih
rendah. Berdasarkan uji statistik pemberian bungkil inti sawit tidak berpengaruh
nyata terhadap konsumsi ransum ayam pada setiap perlakuan, namun pemberian
bungkil inti sawit yang telah disaring dan penambahan grit komersil pada
perlakuan P4 menunjukkan konsumsi ransum ayam cenderung lebih tinggi bila
dibandingkan dengan yang lain. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hetland et al.
(2005) bahwa pemberian grit dapat mempercepat laju metabolisme sehingga ayam
dapat mengkonsumsi ransum lebih banyak.
Gambar 1 menunjukkan secara deskriptif bahwa konsumsi ransum ayam
yang diberi ransum komersil lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang diberi
perlakuan bungkil inti sawit yaitu sebesar 2 514.74 g ekor-1. Penurunan konsumsi
ransum pada ayam yang diberi perlakuan bungkil inti sawit diduga karena
terkandung lemak kasar yang tinggi dalam ransum sehingga kebutuhan energi
pada ayam lebih cepat terpenuhi dan ayam berhenti makan. Hal ini didukung oleh
penelitian Dairo and Fasuyi (2007) yang melakukan proses fermentasi pada
bungkil inti sawit untuk mengurangi kadar lemak kasar pada bungkil inti sawit.
Sifat BIS yang bulky juga berkolerasi dengan tembolok ayam yang terbatas.
-1

7

Konsumsi ransum rata-rata (g ekor -1)

1200.00

1000.00

800.00

600.00

400.00

200.00

0.00
M1

M2

M3

M4

M5

Gambar 1 Grafik konsumsi ransum ayam broiler (g ekor -1 minggu -1) selama 5
minggu pemeliharaan. RK= ransum komersil, P1= ransum
perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring dan
tanpa grit batok bungkil inti sawit, P2= ransum perlakuan
mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring tanpa grit batok
bungkil inti sawit, P3= ransum perlakuan mengandung 7.5%
bungkil inti sawit yang disaring + 2% grit batok bungkil inti sawit,
P4= ransum perlakuan mengandung 7.5 % bungkil inti sawit yang
disaring + 2% grit komersil; M1= minggu ke-1, M2= minggu ke-2,
M3= minggu ke-3, M4= minggu ke-4, M5= minggu ke-5.
RK

P1

P2

P3

P4

Pertambahan Bobot Badan
Perlakuan bungkil inti sawit tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan
bobot badan, namun ayam yang mendapat perlakuan bungkil inti sawit yang telah
disaring dan penambahan grit (P4) cenderung memiliki pertambahan bobot badan
paling tinggi yaitu sebesar 915.21 g ekor-1. Bila dibandingkan secara deskriptif,
pertambahan bobot badan ayam yang mendapat ransum komersil lebih tinggi dari
pada pertambahan bobot badan ayam yang diberi perlakuan bungkil inti sawit.
Penelitian Manurung (2009) memiliki pertambahan bobot badan sebesar 1 457.71
g ekor-1.
Pertambahan bobot badan ayam yang rendah dikarenakan rendahnya jumlah
ransum yang dikonsumsi dan rendahnya nutrien yang dapat diserap karena
kandungan serat kasar yang tinggi dalam ransum. Hal ini sesuai dengan penelitian
Ezieshi and Olomu (2008) yang menyebutkan bahwa serat kasar yang tinggi
dalam ransum menyebabkan ayam tidak dapat mencerna ransum dengan baik.
Yatno et al. (2008) menyatakan bahwa sekitar 38% protein BIS yang dikonsumsi

8
diekskresikan melalui feses. Kontaminasi batok diperkirakan merupakan salah
satu faktor utama penyebab rendahnya kelarutan BIS (Iskandar et al. 2008).

Pertambahan bobot badan (g ekor -1)

600

500

400

300

200

100

0
M1

M2

M3

M4

M5

Gambar 2 Grafik pertambahan bobot badan ayam broiler per minggu selama 5
minggu pemeliharaan. RK= ransum komersil, P1= ransum
perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring dan
tanpa grit batok bungkil inti sawit, P2= ransum perlakuan
mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring tanpa grit batok
bungkil inti sawit, P3= ransum perlakuan mengandung 7.5%
bungkil inti sawit yang disaring + 2% grit batok bungkil inti sawit,
P4= ransum perlakuan mengandung 7.5 % bungkil inti sawit yang
disaring + 2% grit komersil; M1= minggu ke-1, M2= minggu ke-2,
M3= minggu ke-3, M4= minggu ke-4, M5= minggu ke-5.
RK

P1

P2

P3

P4

Konversi Ransum
Konversi ransum pada ayam yang diberi perlakuan bungkil inti sawit tidak
berbeda nyata antar perlakuan. Bila dibandingkan secara deskriptif, angka
konversi pada ayam yang mendapat ransum komersil lebih kecil bila dibadingkan
dengan ayam yang mendapat perlakuan bungkil inti sawit. Angka konversi RK,
P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut yaitu 1.66, 2.35, 2.31, 2.39 dan 2.32. Angka
konversi ransum yang tinggi pada ayam dengan perlakuan bungkil inti sawit
disebabkan oleh konsumsi ransum tinggi namun tidak sejalan dengan
pertumbuhan (Ezieshi and Olomu 2008).
Pemberian grit batok BIS pada perlakuan P3 dan grit komersil pada
perlakuan P4 diharapkan dapat memperbaiki pencernaan. Grit didalam gizzard
berfungsi untuk mempercepat proses penggilingan makanan menjadi partikel yang
lebih kecil sehingga lebih mudah diserap (North and Bell 1990). Namun hal ini
tidak telihat pada nilai konversi ransum pada P3 dan P4 yang tidak berbeda nyata

9
dengan perlakuan lain. Berbeda dengan penelitian Garipoglu et al. (2006) yang
menyatakan bahwa pemberian grit tidak mempengaruhi performa namun
cenderung menurunkan konversi pakan.
3.5

Konversi ransum (g ekor -1)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
M1

M2

M3

M4

M5

Gambar 3 Grafik konversi ransum ayam broiler selama 5 minggu pemeliharaan.
RK= ransum komersil, P1= ransum perlakuan mengandung 7.5%
bungkil inti sawit tanpa disaring dan tanpa grit batok bungkil inti sawit,
P2= ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang
disaring tanpa grit batok bungkil inti sawit, P3= ransum perlakuan
mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring + 2% grit batok
bungkil inti sawit, P4= ransum perlakuan mengandung 7.5 % bungkil
inti sawit yang disaring + 2% grit komersil; M1= minggu ke-1, M2=
minggu ke-2, M3= minggu ke-3, M4= minggu ke-4, M5= minggu ke-5.
RK

P1

P2

P3

P4

Mortalitas
Mortalitas atau angka kematian merupakan perbandingan antara jumlah
keseluruhan ayam yang mati selama pemeliharaan dengan jumlah ayam yang
dipelihara. Jumlah ayam broiler yang mati selama penemeliharaan yaitu 4 ekor
dari total 200 ekor sehingga nilai mortalitasnya yaitu sebesar 2%. Angka
mortalitas tersebut masih dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bell and Weaver (2002) yaitu mortalitas normal ayam broiler sekitar 4%.
Penyebab kematian ayam tidak dipengaruhi oleh perlakuan bungkil inti sawit
karena ayam yang mati berasal dari P2, P3, P4 dan RK.

10

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penyaringan bungkil inti sawit dapat menurunkan serat kasar namun
pemakaian BIS sebanyak 7.5% dalam ransum tidak dapat memperbaiki performa
ayam broiler.
Saran
Penelitian lebih lanjut dapat mencari metode penyaringan yang lebih efektif
terkait batok yang terdiri atas beberapa besaran yaitu halus, kasar dan sangat kasar
sehingga setiap besaran tersebut dapat disaring.

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-2. Bogor (ID): Lembaga Satu
Gunungbudi.
Bell DD, Weaver JrWD. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production.
5th ed. New York (US): Springer Science Businnes Media.
Dairo FAS, Fasuyi AO. 2007. Evaluation of fermented palm kernel meal and
fermented copra meal proteins as substitute for soybean meal protein in
laying hens diets. JCEA. 9 (1):35-44.
Esuga PM, Sekoni AA, Omage JJ, Bawa GS. 2008. Evaluation of enzyme
(Maxigrain®) supplementation of graded levels of palm kernel meal (PKM)
on the performance of broiler chickens. Pakistan J Nutr. 7(4):607-613.
Ezieshi EV, Olomu MJ. 2008. Nutritional evaluation of palm kernel meal types: 2.
effects on live performance and nutrient retention in broiler chicken diets.
AJB. 7(8):1171-1175.
Garipoglu AV, Erener G, Ocak N. 2006. Voluntary intake of insoluble granite-grit
offered in free choise by broiler : its effect on their digestive tract traits and
performances. Asian-Aust J Anim Sci. 19(4):549-553.
Hetland H, Svihus B, Choct M. 2005. Role of insoluble fibre on gizzard activity in
layers. Poult Sci. 60:415-422.
Iskandar S, Sinurat AP, Trisnamurti B, Bamualim A. 2008. Bungkil sawit
potensial untuk pakan ternak. Warta Penelitian Pengembangan Pertanian.
30:16-17.
Iyayi EA, Davies BI. 2005. Effect of enzyme suplementation of palm kernel meal
and brewer’s dried grain on the performance of broilers. Poult Sci. 4(2):7680.
Lesson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd ed. Ontario
(CN): Ensminger.
Mackie RI. 2002. Mutualistic fermentative digestion in the gastrointestinal tract:
diversity and evolution. ICB. 2: 319-326.
Manurung E J. 2009. Performa ayam broiler pada frekunesi dan waktu pemberian
pakan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

11
North MO, Bell D. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th ed.
London (GB): Chapman and Hall.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Geometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka.
Yatno, Ramli N, Hardjosworo P, Purwadaria T, Setiyono A. 2008. Sifat kimia dan
nilai biologi konsentrat protein bungkil inti sawit hasil ekstraksi kombinasi
fisik-kimiawi. Med Pet. 33:178-185.
Yopi, Purnawan A, Thontowi A, Hermansyah H, Wijakarno A. 2006. Preparasi
mannan dan mannanase kasar dari bungkil kelapa sawit. J Tech. 4:312-319.

LAMPIRAN
Lampiran 1 ANOVA konsumsi ransum ayam selama lima minggu pemeliharaan
DB
JK
KT
F
F0.05
F0.01
SK
3
5097.278 1699.093 0.285568 3.490295 5.952545
Perlakuan
71398.540 5949.879
Eror
12
76495.820
Total
15
SK: sumber keragaman, DB: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: Nilai hitung.

Lampiran 2 ANOVA pertambahan bobot badan ayam selama lima minggu
pemeliharaan
SK
DB
JK
KT
F
F0.05
F0.01
3
1780.405 593.4683 0.345651 3.490295 5.952545
Perlakuan
12
20603.52 1716.9600
Eror
15
22383.93
Total
SK: sumber keragaman, DB: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: Nilai hitung.

Lampiran 3 ANOVA konversi ransum ayam selama lima minggu pemeliharaan
DB
JK
KT
F
F0.05
F0.01
SK
3
0.016475 0.005492 1.047695 3.490295 5.952545
Perlakuan
12
0.062900 0.005242
Eror
15
0.079375
Total
SK: sumber keragaman, DB: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, Fhit: Nilai hitung.

12

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan tanggal 4 November 1990.
Penulis adalah anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak P Naibaho dan Ibu M Hutajulu. Pendidikan penulis
diawali pada tahun 1995 di TK Cahaya, Kabanjahe.
Kemudian dilanjutkan di bangku SD pada tahun 1996 hingga
2002 di SDN 2 Rantau Utara. Penulis melanjutkan pendidikan
selanjutnya yaitu SMP pada tahun 2002 hingga tahun 2005 di
SMPN 2 Rantau Utara. Pendidikan menengah atas penulis
dimulai pada tahun 2005 hingga tahun 2008 di SMAN 3
Rantau Utara. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2009,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama masa studi di IPB penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa
seperti Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) pada tahun 2009-2013,
Persekutuan Mahasiswa Kristen Katolik Fakultas Peternakan (2010-2012) dan
menjabat sebagai bendahara pada Komisi Persekutuan (2011-2012). Pada tahun
2012 penulis melaksanakan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang
Penelitian (PKM-P) yang didanai oleh Direktorat Perguruan Tinggi (DIKTI)
dengan judul “Pemanfaatan Limbah Minyak Nilam untuk Mengurangi Bau
Kotoran pada Ternak Ruminansia dalam Rangka Pembuatan Pupuk Organik”.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih pada Tuhan Yesus Kristus atas
penyertaan-Nya dalam proses penelitian dan proses pembuatan skripsi. Penulis
mengucapkan terima kasih pada pembimbing skripsi pertama Prof Dr Ir Nahrowi
MSc dan pembimbing skripsi kedua Dr Ir Rita Mutia MAgr atas bimbingannya
selama penulis menjalankan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Ir Dwi Margi Suci yang telah memberikan
sarannya saat seminar hasil pada tanggal 19 Juli 2013. Terima kasih kepada Ir
Widya Hermana MSi dan Dr Tuti Suryati SPtMSi yang telah memberikan saran
saat ujian sidang pada tanggal 20 September 2013. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak, Mama, adik Artha dan bang Rico yang telah memberikan
doa dan semangat pada penulis untuk menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan untuk teman-teman satu penelitian
Indri, Kurnia dan Candra yang selalu menemani jalannya penelitian hingga
penulisan skripsi. Pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh teman-teman Nutritiousz 46 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
untuk kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan S1 di departemen
INTP, IPB.