Persentase Organ Pencernaan Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan

PERSENTASE ORGAN PENCERNAAN BROILER YANG DIBERI
PAKAN MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT
DENGAN ATAU TANPA PENYARINGAN

KURNIA RAHMAWATI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persentase Organ
Pencernaan Broiler yang Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan
atau tanpa Penyaringan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013

Kurnia Rahmawati
NIM D24090119

ABSTRAK
KURNIA RAHMAWATI. Persentase Organ Pencernaan Broiler yang
Diberi Pakan Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan.
Dibimbing oleh NAHROWI dan RITA MUTIA.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh pakan yang
mengandung bungkil inti sawit yang disaring atau tidak disaring pada
perkembangan organ pencernaan broiler berumur 35 hari. Sebanyak 200 DOC
broiler strain Hubbard dialokasikan pada empat perlakuan pakan, yaitu P1= pakan
perlakuan mengandung bungkil inti sawit tidak disaring; P2= pakan perlakuan
mengandung bungkil inti sawit yang disaring; P3= pakan perlakuan mengandung
bungkil inti sawit yang disaring dan batok bungkil inti sawit; P4= pakan perlakuan
mengandung bungkil inti sawit yang disaring dan grit komersial. Rancangan yang

digunakan adalah RAL (rancangan acak lengkap). Pakan dan air minum diberikan
ad libitum. Peubah yang diukur adalah persentase berat proventrikulus, gizzard,
usus halus, usus besar, dan seka serta panjang relatif usus halus, usus besar, dan
seka. Persentase berat proventrikulus, gizzard, usus halus, usus besar dan seka
tidak berbeda nyata antar perlakuan. Perlakuan juga tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap panjang relatif jejunum, usus besar, dan seka. Dapat
disimpulkan bahwa penyaringan bungkil inti sawit tidak mempengaruhi
persentase berat dan panjang relatif organ pencernaan broiler.
Kata kunci: batok, broiler, bungkil inti sawit, organ pencernaan, penyaringan

ABSTRACT
KURNIA RAHMAWATI. Percentage of Digestive Organs of Broiler
Chickens Fed Diet Containing Sieved or Unsieved Palm Kernel Meal. Supervised
by NAHROWI and RITA MUTIA.
The objective of current study was to investigate the effect of feeding diet
containing sieved or unsieved palm kernel meal on the development of the
digestive organs in 35-day old broilers. Two hundreds day old chicken strain
Hubbard were allocated to four dietary treatments i.e : P1 = treatment diet
containing unsieved palm kernel meal; P2 = treatment diet containing sieved
palm kernel meal; P3 = treatment diet containing sieved palm kernel meal plus

shell of Palm Kernel Meal (PKM) as grit; P4 = treatment diet containing sieved
palm kernel meal plus commercial grit in completely randomized design. Feed
and water were given ad libitum. Variables measured were weight percentage of
proventriculus, gizzard, small intestine, caeca, colon, relative length of small
intestine, colon and caeca. The result showed that weight percentage of
proventriculus, gizzard, small intestine, and colon were not affected by the
treatments. Relative length of jejunum, colon, and caeca were also not affected by
the treatments. It is concluded that sieving palm kernel meal did not affect weight
percentage and relative length of digestive organs of broiler chicken.
Keywords: broiler chickens, digestive organs, palm kernel meal, shell, sieving

PERSENTASE ORGAN PENCERNAAN BROILER YANG DIBERI
PAKAN MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT
DENGAN ATAU TANPA PENYARINGAN

KURNIA RAHMAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan

pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Persentase Organ Pencemaan Broiler yang Diberi Pakan
Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan
: Kumia Rahmawati
Nama
: D24090119
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Rita Mutia, MAgr
Pembimbing II


Prof Dr Ir Nahrowi, MSc
Pembimbing I

ermana MScA

···Kerua Departemen

Tanggal Lulus: (

Judul Skripsi : Persentase Organ Pencernaan Broiler yang Diberi Pakan
Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan
Nama
: Kurnia Rahmawati
NIM
: D24090119

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc

Pembimbing I

Dr Ir Rita Mutia, MAgr
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu
wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian ini ialah pengurangan serat kasar dalam bungkil inti
sawit, dengan judul Persentase Organ Pencernaan Broiler yang Diberi Pakan
mengandung Bungkil Inti Sawit dengan atau tanpa Penyaringan.

Bungkil inti sawit merupakan salah satu hasil samping dari produksi
minyak sawit yang memiliki potensi untuk dijadikan salah satu bahan pakan
ternak karena memiliki kandungan energi dan protein yang tinggi, namun
kandungan serat kasar didalam bungkil inti sawit juga tinggi. Penulis akan
mempelajari metode untuk menurunkan kandungan serat kasar dalam bungkil inti
sawit sehinga dapat digunakan sebagai pakan ternak khususnya unggas dalam
jumlah yang lebih optimal.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap hasil
penelitian ini dapat berguna bagi pembaca dan dunia peternakan. Terima kasih.

Bogor, Oktober 2013

Kurnia Rahmawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

METODE PENELITIAN

1

Bahan

1


Alat

3

Lokasi dan Waktu Penelitian

3

Prosedur Percobaan

4

Persiapan Grit Batok Inti Sawit

4

Persiapan Kandang

4


Pelaksanaan Pemeliharaan

4

Pemanenan dan Pengambilan Sampel

4

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Saluran Pencernaan Broiler

6


Persentase Berat Proventrikulus dan Gizzard

6

Persentase Berat dan Panjang Relatif Duodenum, Jejunum, dan Ileum

7

Persentase Berat dan Panjang Relatif Usus Besar, dan Seka

9

SIMPULAN DAN SARAN

10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

12

RIWAYAT HIDUP

14

UCAPAN TERIMA KASIH

14

DAFTAR TABEL
Komposisi ransum broiler starter dan broiler finisher
Komposisi nutrien ransum perlakuan broiler starter dan broiler finisher
Komposisi nutrien ransum komersil broiler starter dan broiler finisher
Komposisi nutrien bungkil inti sawit tidak disaring, bungkil inti sawit
disaring, dan batok inti sawit
5 Rataan bobot potong, berat, dan persentase proventrikulus dan gizzard
6 Rataan bobot potong, berat, persentase, dan panjang relatif duodenum,
jejunum, dan ileum
7 Rataan bobot potong, berat, persentase, dan panjang relatif usus besar,
dan seka

1
2
3
4

2
2
3
3
6
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap persentase bobot potong
2 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap persentase berat proventrikulus
3 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap persentase gizzard
4 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap persentase berat duodenum
5 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap persentase berat jejunum
6 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap persentase berat ileum
7 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap persentase berat usus besar
8 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap persentase berat seka
9 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap panjang relatif duodenum
10 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap panjang relatif jejunum
11 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap panjang relatif ileum
12 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap panjang relatif usus besar
13 Hasil ANOVA pengaruh pemberian bungkil inti sawit dengan atau tanpa
penyaringan terhadap panjang relatif seka

12
12
12
12
12
12
13
13
13
13
13
13
13

PENDAHULUAN
Bungkil inti sawit merupakan salah satu hasil samping industri minyak
kelapa sawit yang ketersediaannya semakin meningkat dan sudah banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pakan. Berdasarkan data BPS (2010), pada tahun
2010 jumlah produksi minyak sawit kasar (CPO) adalah sebesar 14.038 juta ton,
maka potensi bungkil inti sawit yang dihasilkan dari total produksi kelapa sawit
adalah sebesar 1.6 juta ton (11.83%). Bungkil inti sawit mengandung protein
kasar 15.85%, total asam amino 12.64%, dan serat kasar 32.95% (Yatno 2011).
Ketersediaan bungkil inti sawit yang meningkat belum diikuti dengan
tingkat pemakaian yang tinggi dalam ransum unggas, hal ini disebabkan oleh
kandungan serat kasar yang tinggi karena adanya batok inti sawit dengan jumlah
9.1% - 22.8% (Chin 2002; Sinurat et al. 2009). Kandungan serat kasar yang tinggi
menyebabkan level penggunaan bungkil inti sawit bervariasi, yaitu antara 5% 10% pada ransum broiler (Sinurat et al. 2009). Kadar serat kasar pada bungkil inti
sawit yang telah mengalami penyaringan diharapkan dapat berkurang karena
batoknya telah dipisahkan. Selanjutnya batok yang mempunyai tekstur yang
serupa dengan batu kerikil diharapkan dapat digunakan sebagai grit untuk
membantu pencernaan mekanik pada gizzard. Penggunaan grit yang berasal dari
batok inti sawit belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini
akan mengevaluasi nilai nutrien bungkil inti sawit hasil penyaringan dan
kemampuan batok bungkil inti sawit dalam menggantikan grit komersial pada
ayam broiler dilihat dari pengaruhnya pada organ pencernaan broiler.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh penggunaan bungkil
inti sawit dengan atau tanpa penyaringan serta grit batok asal bungkil inti sawit
terhadap persentase bobot proventrikulus, gizzard, usus halus, usus besar, seka,
dan panjang relatif usus halus, usus besar, dan seka broiler.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC ayam broiler strain
Hubbard sebanyak 200 ekor, sekam padi, disinfektan, kapur, ransum komersil,
dan ransum perlakuan broiler starter dan finisher. Ransum komersil tersusun atas
bahan pakan jagung, dedak halus, bungkil kedele, bungkil kelapa, tepung daging
dan tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun kanola, kalsium,
fosforus, vitamin, trace mineral, dan anti oksidan. Ransum perlakuan tersusun atas
bahan pakan jagung, dedak halus, bungkil kedele, CGM, tepung ikan, DCP,
garam, DL-Methionin, bungkil inti sawit, CPO, CaCO3, dan premix. Komposisi
ransum perlakuan, komposisi nutrien ransum perlakuan dan komposisi nutrien
ransum komersil disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3. Grit yang
digunakan adalah grit batok inti sawit yang diperoleh dari proses pemisahan
bungkil inti sawit dengan batok dan biogrit yang tersusun atas kerabang telur dan
kulit kerang. Komposisi nutrien bungkil inti sawit yang disaring dan tidak disaring

2
serta batok inti sawit ditampilkan pada Tabel 4. Penelitian ini juga menggunakan
Vitachick yang dicampurkan ke dalam air minum.
Tabel 1 Komposisi ransum broiler starter dan broiler finisher*
Penggunaan (%)

Bahan baku

Ransum broiler starter

Jagung

Ransum broiler finisher

53.50

51.80

2.85

8.00

15.00

12.00

CGM

9.00

8.00

Tepung ikan

6.00

5.50

Bungkil inti sawit

7.50

7.50

CPO

4.00

5.00

CaCO3

1.10

1.00

DCP

0.20

0.40

Garam

0.20

0.30

DL-Methionine

0.15

0.00

Dedak halus
Bungkil kedelai

Premix
0.50
Perhitungan kebutuhan nutrien berdasarkan Lesson and Summer (2005)

0.50

*

Tabel 2 Komposisi nutrien ransum perlakuan broiler starter dan broiler finisher
Kandungan*
Ransum broiler starter
Mengandung
Mengandung
bungkil inti
bungkil inti sawit
sawit tanpa
disaring
disaring
86.33
88.03

Nutrien

BK (%)

Mengandung
bungkil inti sawit
tanpa disaring

Mengandung
bungkil inti sawit
disaring

87.17

87.01

Abu(%)

7.51

7.11

8.11

7.80

PK (%)

19.08

15.55

18.60

19.46

LK (%)

6.42

5.90

6.72

6.63

SK (%)

5.06

5.20

4.22

3.99

Beta-N(%)

48.26

54.27

49.52

49.13

NaCl (%)

0.23

0.11

0.27

0.12

3 785

3 805

3 804

3 899

-1

GE (kal g )
*

Ransum broiler finisher

Hasil Analisis Proksimat di Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan (2013); BK: bahan kering, PK:
protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, Beta-N: bahan ekstrak tanpa nitrogen, Ca: kalsium,
P: fosfor, NaCl: natrium klorida, GE: gross energy

3
Tabel 3 Komposisi nutrien ransum komersil broiler starter dan broiler finisher
Ransum komersil

Nutrien
BR11

BR12

7.0

7.0

Protein (%)

21 - 23

19 – 21

Lemak (%)

5.0

5.0

Serat (%)

5.0

5.0

Ca (%)

0.9

0.9

0.6

0.6

2 820 – 2 920

2 920 – 3 020

Abu (%)

P (%)
-1

ME (Kkal kg )

BR11: ransum komersil broiler starter, BR12: ransum komersil broiler finisher; ME:
metabolizable energy.

Tabel 4 Komposisi nutrien bungkil inti sawit tidak disaring, bungkil inti sawit
disaring, dan batok inti sawit
Kandungan nutrien*
Bahan
baku
BIS
tidak
disaring
BIS
disaring
Batok
inti
sawit

BK
(%)

Abu
(%)

PK
(%)

SK
(%)

LK
(%)

Beta-N
(%)

Ca
(%)

P
(%)

NaCl
(%)

GE
(kal g-1)

8.25

5.42

13.57

33.13

5.80

30.33

1.15

1.93

0.15

3 955

89.10

5.21

14.38

30.58

5.64

33.29

0.99

1.47

0.09

4 007

90.79

10.84

7.91

45.73

3.43

22.88

1.10

0.47

0.25

3 809

*

Hasil Analisis Proksimat di Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan (2013); BK: bahan kering, PK:
protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, Beta-N: bahan ekstrak tanpa nitrogen, Ca:
kalsium, P: fosfor, NaCl: natrium klorida, GE: gross energy

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang sistem litter,
lampu pijar 60 watt, karung, timbangan digital, plastik, vibrator mill nomor mesh
50 dan 100 dengan ukuran 0.589 mm dan 0.149 mm, tempat pakan, dan tempat
minum. Perlengkapan untuk pengolahan organ pencernaan terdiri dari pisau,
pinset, dan gunting operasi.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2013 di kandang
C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat pakan
dilakukan di Laboratorium Bahan Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan

4
Teknologi Pakan. Pengukuran organ pencernaan dilakukan di Laboratorium
Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Percobaan
Persiapan grit batok inti sawit
Sebanyak 60 kg bungkil inti sawit disaring menggunakan vibrator mill
nomor mesh 50 dan 100. Bungkil inti sawit yang tertinggal di mesh tersebut
dipisahkan dari batok secara manual. Batok yang telah terpisah dijadikan sebagai
grit, diberikan secara terpisah sebanyak 2% dari ransum.
Persiapan kandang
Kandang yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan detergen dan
karbol. Kemudian dilakukan pengapuran pada seluruh dinding maupun lantai
kandang dan sekat serta penyemprotan disinfektan pada sekam dengan tujuan
menghambat pertumbuhan dan membunuh bibit penyakit. Tempat pakan dan air
minum dibersihkan dengan sabun dan air.
Pelaksanaan pemeliharaan
DOC (day old chick) strain Hubbard sebanyak 200 ekor dipelihara selama 5
minggu dan ditempatkan pada kandang dengan sistem litter. DOC ditempatkan
pada 20 petak kandang dengan 10 ekor DOC pada tiap kandang. Perlakuan pakan
yang diberikan adalah P1 (ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit
tanpa disaring), P2 (ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang
disaring), P3 (ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang
disaring dan grit batok bungkil inti sawit) serta P4 (ransum perlakuan
mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan grit komersil). RK
(ransum komersil) diberikan sebagai kontrol positif. Pemberian grit diberikan
sejak umur 1 minggu hingga umur 5 minggu. Pemberian grit dilakukan secara
terpisah dari ransum dan diberikan pada pagi hari setelah pemberian pakan
sebanyak 2% dari pakan. Air minum diberikan ad libitum.
Pemanenan dan pengambilan sampel
Pemanenan dilakukan pada hari ke-35. Sampel diambil sebanyak 1 ekor dari
tiap ulangan berdasarkan rataan bobot hidup terdekat. Organ pencernaan dari tiap
ayam dikeluarkan, dipisahkan dari lemak kemudian ditimbang beratnya dan
diukur panjangnya serta dihitung presentasenya terhadap bobot hidup sebelum
dipotong. Presentase organ pencernaan didapatkan dari perhitungan sebagai
berikut :
1. Persentase proventrikulus
Persentase proventrikulus diperoleh dari pembagian antara bobot
proventrikulus dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.
2. Persentase gizzard
Persentase gizzard diperoleh dari pembagian antara bobot gizzard dengan
bobot badan akhir dikalikan 100%.

5
3. Persentase duodenum
Persentase duodenum diperoleh dari pembagian antara bobot duodenum
dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.
4. Persentase jejunum
Persentase jejunum diperoleh dari pembagian antara bobot jejunum dengan
bobot badan akhir dikalikan 100%.
5. Persentase ileum
Persentase ileum diperoleh dari pembagian antara bobot ileum dengan bobot
badan akhir dikalikan 100%.
6. Persentase usus besar
Persentase usus besar diperoleh dari pembagian antara bobot usus besar
dengan bobot badan akhir dikalikan 100%.
7. Persentase seka
Persentase seka diperoleh dari pembagian antara bobot seka dengan bobot
badan akhir dikalikan 100%.
8. Panjang relatif duodenum, jejunum, ileum, usus besar, dan seka
Panjang relatif usus halus, usus besar, dan seka dinyatakan dalam panjang per
gram bobot badan (cm g-1 bobot badan).
Analisis Data
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan
4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
P1 = Ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring
P2 = Ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring
P3 = Ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan
grit batok bungkil inti sawit
P4 = Ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang disaring dan
grit komersil
Model matematik dari Rancangan Acak Lengkap menurut Matjik dan
Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut :
Yij = μ + τ + εij
Keterangan
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ
= Rataan umum
τ
= Pengaruh pemberian bungkil inti sawit ke-i (i = 1, 2, 3)
=μi-μ
εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j ( j = 1, 2, 3, 4 )
Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA). Sebelum
dilakukan analisis, data persentase yang nilainya terletak antara 0 dan 20 atau 80
dan 100, ditransformasi terlebih dahulu ke dalam arcsin √x. Ransum Komersil
(RK) sebagai kontrol positif, tidak dilakukan uji statistik dan hanya dibandingkan
secara deskriptif dengan perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan rataan perlakuan
satu dengan yang lainnya dilakukan uji Duncan.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Saluran Pencernaan Broiler
Saluran pencernaan broiler terdiri dari mulut, esophagus, crop atau
tembolok, proventrikulus, gizzard, usus halus yang meliputi duodenum, jejunum,
dan ileum, usus besar, seka, dan kloaka (Amrullah 2003). Gambar 1 menjelaskan
bagian-bagian organ pencernaan broiler.

Gambar 1 Saluran pencernaan broiler
(Gambar direproduksi dari Gauthier (2002) dengan seizin penerbit Puerto
Vallarta)
Persentase Berat Proventrikulus dan Gizzard
Rataan bobot potong, berat, dan persentase berat proventrikulus serta
gizzard broiler umur 5 minggu ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan bobot potong, berat dan persentase proventrikulus dan gizzard
Peubah
Bobot potong
(g ekor-1)
Proventrikulus
(g)

P1
1 052.5±53.77b

P3
955±41.23a

P4
1 035±50b

7.075±0.62

6.475±0.80

5.950±0.58

6.850±0.62

6.725±1.82

0.687±0.03

0.784±0.06

0.801±0.03

0.847±0.050

0.799±0.11

(g)

26.35±3.99

21.675±0.62

21.200±4.00

22.675±3.22

24.025±1.58

(%)

1.317±0.07

1.436±0.05

1.511±0.15

1.538±0.09

1.524±0.07

(%)
Gizzard

a

RKb
1 495±99.83

Perlakuana
P2
925±59.72a

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); P1 = ransum perlakuan
mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring, P2 = ransum perlakuan mengandung 7.5%
bungkil inti sawit yang disaring, P3 = ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti sawit yang
disaring dan grit batok bungkil inti sawit, P4 = ransum perlakuan mengandung 7.5% bungkil inti
sawit yang disaring dan grit komersil. bRK= ransum komersil (kontrol positif) tidak dimasukkan
kedalam uji statistik, hanya uji deskriptif.

7
Berdasarkan uji statistik, rataan persentase berat proventrikulus dan gizzard
pada perlakuan tidak berpengaruh nyata. Nilai rataan persentase proventrikulus
pada broiler umur lima minggu yaitu 0.784% - 0.847%, Persentase berat
proventrikulus berturut-turut P1, P2, P3, P4 sebesar 0.784%; 0.801%; 0.847%;
dan 0.799%. Nilai rataan persentase berat gizzard sebesar 1.436% - 1.538%.
Sedangkan berdasarkan uji deskriptif, ransum komersil (RK) menunjukkan rataan
persentase berat proventrikulus dan gizzard yang lebih kecil dibandingkan dengan
perlakuan lain yaitu sebesar 0.687% dan 1.317%.
Persentase berat proventrikulus selama 5 minggu pemeliharaan memiliki
nilai yang lebih besar dari rataan persentase proventrikulus yang diteliti oleh
Gonzales-Alvrado et al. (2007) yaitu sebesar 0.52% - 0.58% dan Uchegbu et al.
(2004) dengan persentase sebesar 0.34% - 0.56%. Sedangkan rataan nilai
persentase gizzard yang dihasilkan pada penelitian ini lebih kecil dari persentase
berat gizzard pada penelitian Syukron (2006) yaitu sebesar 1.99% dan penelitian
Soltan (2009) dengan persentase berat gizzard sebesar 2.14% - 3.12%. Penelitian
(Sinurat et al. 2006) juga menghasilkan persentase berat gizzard yang lebih besar
yaitu 1.49% - 1.70%. Ransum yang digunakan mengandung serat kasar sebesar
5%. Menurut Hetland dan Svihus (2001), tingginya kandungan serat kasar dapat
menyebabkan peningkatan persentase berat organ pencernaan. Hal ini juga sesuai
dengan Gonzales-Alvrado et al. (2007) yang menyatakan berat proventrikulus
meningkat dengan pakan yang mengandung serat tinggi. Gizzard berfungsi
menggiling atau memecah partikel makanan agar ukurannya menjadi lebih kecil
(Pond et al. 1995). Menurut Anaeto et al. (2009), berat gizzard meningkat seiring
dengan peningkatan penggunaan level bungkil inti sawit dalam ransum hingga
30% karena kandungan serat kasar yang tinggi. Persentase berat gizzard yang
dihasilkan pada penelitian ini sesuai dengan yang diperoleh Okeudo et al. (2005)
yang menggunakan bungkil inti sawit dengan level 10%, 20%, dan 30% dalam
ransum menghasilkan presentase berat gizzard yang tidak berbeda nyata, namun
lebih besar dibandingkan ransum yang tidak menggunakan bungkil inti sawit.
Serat yang tinggi juga dapat menstimulasi fungsi gizzard (Hetland et al. 2005).
Selain itu struktur pakan yang keras juga meningkatkan perkembangan muskular
dan ukuran organ (Gonzales-Alvadro et al. 2007). Batok inti sawit memiliki
kandungan serat kasar yang tinggi dan struktur yang keras, sehingga persentase
gizzard pada P3 menjadi lebih besar dibandingkan yang lain yaitu sebesar 1.538%.
Persentase Berat dan Panjang Relatif Duodenum, Jejunum, dan Ileum
Usus halus berperan dalam proses penyerapan zat-zat makanan. Usus halus
terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum (Amrullah 2003).
Rataan persentase berat duodenum dan ileum berturut-turut yaitu 0.792% 0.977% dan 0.971% - 1.145%. Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
persentase berat duodenum dan ileum. Rataan persentase berat jejunum yaitu
1.118% - 1.483%. Perlakuan berbeda nyata terhadap persentase berat jejunum.
Secara deskriptif, ransum komersil (RK) menghasilkan berat jejunum terendah
yaitu 1.118%. Perlakuan berpengaruh nyata (P