Analisis Hubungan Akses Fisik, Akses Ekonomi, Dan Pengetahuan Gizi Terhadap Konsumsi Pangan Mahasiswa IPB

ANALISIS HUBUNGAN AKSES FISIK, AKSES EKONOMI, DAN
PENGETAHUAN GlZl TERHADAP KONSUMSI PANGAN
MAHASISWA IPB

IPAH RAHMAH

PROGRAM STUD1 GlZI MASYARAKAT DAN
SUMBERDAYAKELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
IPAH RAHMAH. Analisis Hubungan Akses Fisik, Akses Ekonorni, dan
Pengetahuan Gizi terhadap Konsumsi Pangan Mahasiswa IPB (Dibimbing oleh
IKEU TANZIHA).
Penelitian ini secara urnurn bertujuan untuk rnenganalisis hubungan akses
fisik (jarak ternpat tinggal dari warung rnakan terdekat), akses ekonorni
(pengeluaran pangan), dan pengetahuan gizi terhadap konsumsi pangan
mahasiswa program studi pangan & gizi (PG) dan program studi non pangan &
gizi (NPG). Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi

karakteristik contoh dan keluarga contoh PG dan NPG; 2) Menganalisis
perbedaan uang saku, pengeluaran pangan, jarak ternpat tinggal dari warung
rnakan terdekat, pengetahuan gizi, kebiasaan rnakan, dan konsurnsi pangan
antara contoh PG dan NPG; 3) Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan
frekuensi rnakan contoh; 4) Menganalisis hubungan jarak ternpat tinggal dari
warung rnakan terdekat, pengeluaran pangan, dan pengetahuan gizi dengan
konsurnsi pangan contoh.
Desain penelitian ini adalah crossectional study. Penelitian dilakukan di
karnpus dan lingkungan Kampus IPB Drarnaga. Responden penelitian ini adalah
rnahasiswa IPB Angkatan 2003 yang tinggal secara rnandiri, dan berasal dari
program studi pangan & gizi (PG) dan program studi non pangan & gizi (NPG).
Penelitian dilakukan selarna 3 (tiga) bulan, sejak bulan April sarnpai Juni 2006.
Data yang dikurnpulkan dalarn penelitian ini terdiri atas data primer dan
sekunder. Jenis data primer yang dikurnpulkan adalah karakteristik sosial
ekonorni keluarga contoh (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orang tua
serta besar keluarga), karakteristik contoh (urnur, daerah asal, jenis ternpat
tinggal, dan uang saku), pengeluaran pangan selarna sebulan, jarak ternpat
tinggal ke warung makan terdekat, pengetahuan gizi, kebiasaan rnakan serta
konsurnsi pangan selarna dua hari. Sedangkan data sekunder berupa profil
urnurn IPB serta narna dan jurnlah program studi.

Data statistik diolah dengan rnenggunakan program SPSS 13.0 for
windows dan Microsoft Exel. Independent .Samp:e T Test digunakan untuk
rnelihat perbedaan kedua kelornpok penelitian pada variabel uang saku,
pengeluaran pangan, jarak warung rnakan terdekat, pengetahuan gizi, kebiasaan
rnakan, dan konsurnsi pangan. Uji korelasi Pearson digunakan untuk rnelihat
hubungan antara pengetahuan gizi dengan frekuensi rnakan dan hubungan jarak
ternpat tinggal dari warung rnakan terdekat, pengeluaran pangan, serta
pengetahuan gizi dengan konsurnsi pangan contoh.
Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara urnur ayah, urnur ibu, serta besar keluarga contoh pada kedua program
studi. Lebih dari separuh ayah contoh pada kedua program studi berpendidikan
perguruan tinggi. Sebanyak 43.3% ibu contoh NPG berpendidikan perguruan
tinggi dan sebanyak 48.3% ibu contoh PG berpendidikan SMU. Sebanyak 53.4%
ayah contoh NPG dan 76.7% ayah contoh PG rnerniliki pendapatanlsxc3 juta
rupiah. Sebanyak 46.7% ibu contoh NPG dan 62.1% ibu contoh PG bekerja
sebagai ibu rurnahtangga. Lebih dari 30% ayah contoh pada kedua program
studi bekerja sebagai PNS.
Lebih dari separuh contoh pada kedua program studi berurnur 21 tahun.
Proporsi terbanyak (36.7%) contoh PG berasal dari DKI Jakarta dan proporsi
terbanyak (36.7%) contoh NPG berasal dari Jawa Barat. Secara keseluruhan

(70%) contoh lebih rnernilih rurnah kost sebagai ternpat tinggal dibandingkan
jenis ternpat tinggal lainnya. Rata-rata uang saku contoh sebesar Rp

612.900+172.505. Sebanyak 53.4% contoh NPG dan 70% contoh PG memilki
pengeluaran pangan berkisar antara Rp 231.734 sld Rp 398.741 per bulan. Hasil
uji statistik menunjukkan tidak ada pebedaan yang nyata antara uang saku dan
pengeluaran pangan contoh pada kedua program studi. Sebagian besar (90%)
contoh pada kedua program studi memiliki tempat tinggal yang berjarak dekat
dengan warung makanlsurnber pangan (466.3rn). Sebanyak 70% contoh NPG
berpengetahuan gizi sedang, sedangkan pada program studi PG sebanyak 70%
contoh memiliki pengetahuan gizi tinggi. Hasil uji statistik rnenunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang nyata antara jarak tempat tinggal dari warung makan
serta pengetahuan gizi contoh kedua program studi.
Sebagian besar (80%) contoh PG dan sebanyak 46.7 % contoh NPG
biasa rnengkonsurnsi makanan pokok dengan frekuensi 3 kali sehari. Sebanyak
76.7% contoh PG biasa mengkonsumsi lauk dengan frekuensi tiga kali sehari
sedangkan sebanyak 60% contoh NPG biasa mengkonsumsi lauk dengan
frekuensi dua kali sehari. Sebanyak 46.7% contoh PG biasa mengkonsurnsi
sayur dengan frekuensi tiga kali sehari, sedangkan sebanyak 46.7% contoh NPG
biasa mengkonsumsi sayur dengan frekuensi dua kali sehari. Sebanyak 56.7 %

contoh PG dan sebesar 46.7% contoh NPG biasa rnengkonsumsi buah dengan
frekuensi satu kali sehari. Lebih dari separuh contoh (56.7%) pada kedua
program studi biasa mengkonsumsi susu dengan frekuensi 1-2 kali sehari. Lebih
dari separuh contoh NPG biasa sarapan pagi sebelum rnelakukan aktivitas
sedangkan jumlah contoh PG yang biasa sarapan pagi sebelum melakukan
aktivitas adalah sebanyak 73.3%. Hasil uji statistik menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata antara frekuensi makan makanan pokok, lauk, dan sayur
contoh pada kedua program studi. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara
frekuensi rnakan buah, minum susu, dan kebiasaan sarapan pagi contoh pada
kedua program studi. Sebanyak 67.7% contoh NPG dan 77.8% contoh PG tidak
rnelakukan sarapan pagi karena jadwal kuliah yang padat.
Rata-rata tingkat kecukupan energi, protein, vitamin A, Fe, dan kalsium
contoh PG cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan contoh NPG. Meskipun
demikian konsumsi energi, vitamin C, zat besi, dan kalsiurn contoh pada kedua
program studi masih jauh dari angka kecukupan yang dianjurkan. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara konsurnsi
protein, vitamin A, dan kalsiurn contoh pada kedua program studi. Separuh
contoh (50%) pada kedua program studi memprioritaskan rasa sebagai kriteria
pertama dalam memilih pangan dan sebanyak 43.3% contoh pada kedua
program studi mernilih kebersihan sebagai prioritas pertarna dalam memilih

tempat makan.
Hasil uji statistik mernperlihatkan tidak adanya hubungan yang signifikan
antara pengetahuan gizi dengan frekuensi makan makanan pokok, sayur, buah,
dan susu, tetapi terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengetahuan
gizi dengan frekuensi makan lauk. Terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara jarak tempat tinggal ke warung makan dengan tingkat konsumsi energi
dan protein contoh. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara
pengeluaran pangan dengan tingkat konsumsi energi, protein, dan kalsium
contoh. Terdapat hubungan positif signifikan antara pengetahuan gizi dengan
tingkat konsumsi protein, vitamin A, dan kalsium contoh.
Melihat peran penting akses fisik, ekonomi, dan pengetahuan gizi
terhadap tingkat konsumsi pangan mahasiswa, maka upaya perbaikan konsumsi
pangan melalui peningkatan akses pangan baik secara fisik rnaupun ekonomi
serta peningkatan pengetahuan gizi harus dilakukan secara terpadu dengan
melibatkan pihak-pihak yang terkait seperii pemerintah daerah, institusi
kemahasiswaan, pihak swasta, serta masyarakat.

ANALISIS HUBUNGAN AKSES FISIK, AKSES EKONOMI, DAN
PENGETAHUAN GlZl TERHADAP KONSUMSI PANGAN
MAHASISWA IPB


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor

Oleh:
IPAH RAHMAH
A54102013

PROGRAM STUD1 GlZl MASYARAKAT DAN
SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Judul

:


Nama
Nomor Pokok

:
:

ANALISIS HUBUNGAN AKSES FISIK, AKSES
EKONOMI, DAN PENGETAHUAN GlZl TERHADAP
KONSUMSI PANGAN MAHASISWA IPB
lpah Rahmah
A54102013

+
Disetujui

Dosen pembimbing

Dr Ir. lkeu Tanziha. MS
NIP. 131628329


.
,

.

.,.

.

Diketahui

*,:-'.

"
"
;

"


" -*

*>,~

an:fakultas Pertanian

NIP. 130 422 698

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Juni 1984.

Penulis

rnerupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayip Ali Alhabsyi dan
lpah Mas'at Assegaf. Pendidikan SD diternpuh dari tahun 1990 sarnpai tahun
1996 di SDN 21 Serang. Tahun 1996 penulis melanjutkan sekolah di SLTPN 1
Cipocok Jaya tahun 1999. Pada tahun yang sarna penulis melanjutkan sekolah
di SMUN 1 Serang dan lulus pada tahun 2002.
Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2002 rnelalui jalur
USMl di Departernen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas
Pertanian. Selarna rnenyelesaikan studinya di IPB, penulis pernah rnenjadi

anggota HMI 2002/2003, pengurus BINDES(Bina Desa) tahun 2003 sampai
2005.

PRAKATA
Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat rnenyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Hubungan Akses Fisik, Akses Ekonomi, dan Pengetahuan Gizi
terhadap Konsumsi Pangan Mahasiswa IPB. Penulis rnengucapkan terirnakasih
kepada Dr.lr. lkeu Tanziha, MS telah membimbing penulis dari awal pembuatan
proposal hingga selesainya skripsi ini, juga atas dukungan baik rnoril rnaupun
semangat yang telah diberikan. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada

Dr. Ir. Faisal Anwar selaku dosen pemandu dan lr.Retnaningsih, MS selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi penyempurnaan
skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Aba, Umi, Ama, Ila, Haidar, Wulan atas doa, kasih sayang, perhatian dan

dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Asril Siregar atas waktu, perhatian, dan bantuannya

3. Aa Hendrayana, terima kasih atas waktu, bantuan, dan kebaikannya.
4. Mbak Mega, Agustin Susilo, dan Benny lrawan yang telah membantu penulis

dalam pengolahan data.

5. Vivi, lin, Ade, Tyas, Dian, Heda, Mideh, Achi, Rico, Sita, Hany, terima kasih
atas bantuannya.
6. Teman-teman 40 GMSK, TPG, TEP, STK, SEI, MNH, EKBANG atas
kesediannya untuk diwawancarai dan kemudahan dalam mengambil data.
7.

M:; lovely peer group, Meta, Midah, Maul, Inggrit, Fina, dan Aya.

8. Teman-teman KKP Brebes ceria, Liza, Ade, Mia, Endank, Ema, Astri.
9. Teman-teman 39 : Bwie, Genta, Dewi titi, Lyana, Mboku woro, Bude Munce,
Deni Alam, Eva, Eki, Dikfa, Mamieh, Rian, Ninot, dan teman-teman lain yang
tidak bisa saya ucapkan satu persatu atas kebersamaan kita di GMSK.
10. Gardenia girls : Maul. Nene (Putri). Heda (monti), lpeh, ido, Anggi, Mba

Pippo, Mba Eyi. Mba Liza, Mba Ocha atas kenangan indah dan
kebersamaan kita.
11. Staf GMSK untuk semua kebaikan dan bimbingannya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat.
Bogor, Juli 2006

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................

ii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

V

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................
Tujuan ...............................................................................................
Kegunaan .........................................................................................
Hipotesis...........................................................................................

1
2
2
3

TINJAUAN PUSTAKA
Konsumsi Pangan ............................................................................
4
5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan .................
. .
Penlla~anKonsumsi Pangan.............................................................. 10
10
Kecukupan Energi .......................................................................
Kecukupan Protein .......................................................................
11
Kecukupan Vitamin ......................................................................
12
Kecukupan Fe .............................................................................
13
13
Kecukupan Kalsium.....................................................................
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................

14

METODE PENELlTlAN
Desain. Tempat. dan Waktu Penelitian .............................................
Cara Pengambilan Contoh ................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................
Pengolahan dan Analisis Data..........................................................
Definisi Operasional .........................................................................

16
16
17
18
21

HASlL DAN PEMBAHASAN
Garnbaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................
Karakteristik Keluarga Contoh ...........................................................
Karakteristik Contoh ..........................
Uang Saku Contoh ............................
Pengeluaran pangan .........................................................................
Jarak Tempat Tinggal dari Warung Makan ........................................
. . .
lnformas~GIZI ....................................................................................
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan Makan.......................
Konsumsi Pangan
Hubungan Penge
Hubungan Jarak Warung Makan dengan Konsumsi Pangan.............
Hubungan Pengeluaran Pangan dengan Konsumsi Pangan .............
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Pangan ..................

22
23
32
33
34

51
53
53

KESIMPULAN DAN SARAN
55
56
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

58

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Rangkuman hasil angka kecukupan gizi yang dianjurkan
2004 .........................................................................................

13

2

Jenis dan cara pengumpulan datd ............................................

18

3

Narna fakultas. depaternen. dan program studi ........................

22

4

Sebaran orang tua contoh berdasarkan umur ..........................

24

5

Sebaran ayah contoh berdasarkan pendapatan .......................

24

6

Sebaran ibu contoh berdasarkan pendapdtan ..........................

25

7

Sebaran ayah contoh berdasarkan pendidikan .......................

25

8

Sebaran ibu corltoh berdasarkan pendidikan............................

26

9

Sebaran ayah contoh berdasarkan pekerjaan ..........................

26

10 Sebaran ibu contoh berdasarkan pekerjdan .............................

27

11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ..........................

28

12 Sebaran contoh berdasarkan umur ..........................................

29

13 Sebaran contoh berdasarkan daerah asdl ................................

29

14 Sebaran contoh berdasarkan jenis tempat tinggal ....................

30

15 Sebaran contoh uang saku.......................................................

31

16 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan ..................

32

17 Sebaran contoh berdasarkan jarak ternpat tinggal dari
warung rnakan..........................................................................

33

18 Sebaran contoh
berdasarkan
jawaban pertama kali
. .
..
...............................................................
rnendengar lstllah g121

34

19 Sebaran. contoh
berdasarkan jawaban asal memperoleh
. .
inforrnasl glzr ..........................................................................

34

20 Sebaran
contoh berdasarkan aktivitas mecari informasi
. .
glzl............................................................................................

35

21 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pengetahuan gizi
yang benar dan salah ..............................................................

36

22 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi ..........

37

23 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan rnakan makanan
p6kgk. lauk. dan sayur.............................................................

39

24 Separqn contoh berdasarkan kebiasaan rnakan buah ..............

40

25 S&baran contoh berdasarkan kebiasaan rninum susu ..............

41

26 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan pagi ............

41

27 Sebaran contoh berdasarkan alasan tidak sarapan pagi ..........

42

28 Sebaran
. . contoh berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan
zat g121
......................................................................................

49

29 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dan
frekuensi rnakan ......................................................................

51

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan kerangka pernikiran hubungan akses fisik, akses
ekonomi, dan hubungan pengetahuan gizi terhadap konsumsi
rnahasiswa IPB...............................................................................

. ......................

15

2

Bagan penarikan contoh

3

Sebaran contoh berdasarkan prioritas pertarna rnernilih pangan..

43

4

Sebaran contoh berdasarkan prioritas kedua rnernilih pangan .....

44

5

Sebaran contoh berdasarkan prioritas ketiga rnernilih pangan .....

44

6

Sebaran contoh berdasarkan prioritas keernpat memilih pangan.

45

7

Sebaran contoh berdasarkan prioritas pertama rnernilih ternpat
rnakan ........................................................................................

46

Sebaran contoh berdasarkan prioritas kedua rnernilih ternpat
makan ...................................................................................

46

Sebaran contoh berdasarkan prioritas ketiga rnernilih ternpat
rnakan
.......

47

8
9

16

10 Sebaran contoh bardasarkan prioritas keernpat rnernilih ternpat
rnakan ..............................................................................

47

I 1 Sebaran contoh berdasarkan prioritas kelirna rnernilih tempat
rnakan ..........................................................................................

48

12 Sebaran contoh berdasarkan jarak warung rnakan dan tingkat
konsumsi ......................................................................................

52

13 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran pangan dan tingkat
konsurnsi ....................................................................................

53

14 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dengan tingkat
konsurnsi ......................................................................................

54

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

I

Lampiran Kuesioner ...................................................................... 62

2

...............................................................................
Hasil Deskr~pt~f

68

3

Hasil Uji Beda /dependent Sample T Test ......................................

69

4

Uji Korelasi Pearson.......................................................................

69

.

.

PENDAHULUAN
Latar belakang
Papalia & Olds (1986) rnernbagi rnasa dewasa rnenjadi dewasa awal(20-40
tahun), dewasa menengah (40-65 tahun), dan dewasa lanjut (>65 tahun). Dengan
dernikian rnahasiswa yang berada pada tingkat dua ke atas dapat dikelornpokan
pada kategori usia dewasa awal. Menurut Nasution dan Riyadi (1995) pada rnasa ini
baik pria rnaupun wanita setengah dari kehidupannya dipakai untuk aktivitas fisik
yang kuat, sehingga rnemerlukan konsurnsi zat gizi yang cukup untuk mengimbangi
aktivitasnya. Mahasiswa sebagai generasi rnuda juga berpotensi besar sebagai
penggerak pernbangunan. Agar akivitas dan potensi tersebut dapat berjalan dan
digunakan secara optimal, rnaka keadaan gizi dan kesehatan rnahasiswa saat ini
harus diperhatikan. Unsur gizi rnerupakan salah satu faktor yang rnemegang
peranan penting terhadap perkembangan mental, perkembangan fisik, produktivitas,
dan kesanggupan kerja rnanusia yang sernuanya rnernpengaruhi kesanggupan
ekonorni yang akan berdampak pada pembangunan (Berg 1986).
Keadaan gizi seseorang merupakan garnbaran apa yang dikonsumsinya.
Kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi sangat rnenentukan pemenuhan
kebutuhan zat gizi tubuh. Hasil penelitian Lubis (1993) menyatakan bahwa rata-rata
konsurnsi energi, protein, dan zat besi pada rnahasiswa asal Tapanuli Selatan di
IPB rnasih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Hasil yang sarna
diperoleh dari hasil penelitian Mustopa (2003) pada rnahasiswa Universitas Pakuan
Bogor. Hal ini rnengindikasikan bahwa keadaan gizi yang rneng~hawaiirkandapat
terjadi pada rnahasiswa sebagai generasi penerus bangsa jika ha1 ini tidak segera
ditangani secara serius.
Konsurnsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah
pengetahuan gizi dan aksesibilitas secara ekonomi maupun fisik untuk mernperoleh
pangan. Menurut Arifin (2004) walaupun pangan tersedia cukup, tetapi jika akses
individu untuk mernenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan
pangan dapat dikatakan masih rapuh. Artinya bahwa individu tersebut tidak dapat
mendapatkan pangan untuk mernenuhi kebutuhan pangannya baik secara kuantitas
maupun kualitas. Aspek distribusi pangan sampai ke pelosok tentunya mencakup
fungsi tempat, ruang, dan waktu juga tidak kalah pentingnya dalam memperkuat
strategi ketahanan pangan. Mahasiswa biasanya tidak rnernasak sendiri, sehingga
untuk rnencukupi kebutuhan pangannya rnereka sangat tergantung pada
pasarlwarung rnakan yang ada. Narnun penelitian rnengenai hubungan akses fisik

(jarak tempat tinggal dari warung rnakan) terhadap tingkat konsurnsi pangan
mahasiswa sarnpai saat ini belurn dilakukan. Mengingat rnasih rendahnya tingkat
konsumsi zat gizi pada beberapa rnahasiswa maka penelitian rnengenai faktorfaktor yang berperan dalarn konsurnsi pangan rnahasiswa penting untuk dilakukan.
Selain faktor ekonomi dan pengetahuan gizi, penelitian mengenai akses fisik dilihat
dari jarak ternpat tinggal rnahasiswa dengan warung rnakan juga penting
diperhatikan untuk melihat hubungan jauh dekatnya ternpat tinggal dengan surnber
pangan terhadap tingkat konsurnsi pangan mahasiswa.
Adapun sasaran dalarn penelitian ini adalah mahasiswa yang berasal dari
program studi yang berbeda, yaitu rnahasiswa program studi PG (pangan & gizi)
dan NPG (non pangan & gizi). Perbedaan rnateri ilmu yang diajarkan pada kedua
program studi tersebut diduga mengakibatkan perbedaan tingkat pengetahuan di
bidang pangan dan gizi. Mahasiswa dari program studi pangan dan gizi diharapkan
merniliki pengetahuan gizi yang lebih baik sehingga pada akhirnya juga rnerniliki
kualitas konsurnsi pangan yang lebih baik pula.
Tujuan
Tujuan Urnum
Menganalisis hubungan jarak ternpat tinggal dari warung rnakan terdekat
(akses fisik), pengeluaran pangan (akses ekonorni), dan pengetahuan gizi terhadap
konsumsi pangan mahasiswa program studi PG dan program studi NPG.
Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh PG dan NPG.
2. Menganalisis perbedaan uang saku, pengeluaran pangan, jarak warung
makan terdekat dari ternpat tinggal, pengetahuan gizi, kebisaan rnakan, dan
konsurnsi pangan antara contoh PG dan NPG

@

Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dan frekuensi rnakan contoh.

4. Menganalisis hubungan jarak tempat tinggal dari warung; rnakan terdekat,
pengeluaran pangan, dan pengetahuan gizi dengan konsumsi pangan
contoh.
Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan
jarak tempat tinggal dari warung rnakan, pengeluaran pangan, dan pengetahuan gizi
mahasiswa terhadap konsumsi pangannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan dan bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain perguruan tinggi dan
pernerintah daerah dalarn penyusunan program dan kebijakan dalarn upaya
perbaikan konsurnsi pangan dan gizi rnahasiswa. Perbaikan konsurnsi pangan
rnahasiswa dapat dilakukan rnelalui penyuluhan pangan &

gizi

maupun

pengernbangan warung rnakan yang rnudah dijangkau, rnurah, serta rnenyediakan
rnakanan bergizi secara lengkap dengan citarasa yang lebih baik. Perbaikan
konsurnsi pangan rnahasiswa rnerupakan salah satu upaya dalarn rnewujudkan
upaya perbaikan gizi masyarakat.
Hipotesis
Dalarn penelitian ini akan dikernukakan beberapa hipotesis yang dapat
digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya. Hipotesis-hipotesis yang akan diuji
dalarn penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan pengetahuan gizi, kebiasaan rnakan, dan konsurnsi pangan
antara contoh PG dan NPG
2. Terdapat hubungan negatif signifikan antara jarak tempat tinggal dari warung
rnakan terdekat dengan tingkat konsurnsi pangan contoh.
3. Terdapat hubungan positif signifikan antara pengetahuan gizi dan pengeluaran

pangan dengan tingkat konsurnsi konsurnsi pangan contoh.

TlNJAUAN PUSTAKA
Konsumsi pangan
Konsurnsi pangan adalah inforrnasi pangan yang dirnakan (dikonsurnsi)
seseorang atau kelornpok, baik berupa jenis rnaupun jurnlahnya pada waktu
tertentu, artinya konsurnsi pangan dapat dilihat dari aspek jurnlah rnaupun jenis
pangan yang dikonsurnsi (Hardinsyah & Suhardjo 1990). Menurut Riyadi (1996)
ada tiga tujuan sesorang rnengkonsurnsi pangan, yaitu tujuan fisiologis,
psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah untuk rnernenuhi rasa lapar
atau keinginan rnernperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis
rnerupakan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan untuk rnernenuhi
kepuasan ernosional ataupun selera seseorang. Tujuan sosiologis adalah
berhubungan dengan upaya rnernelihara hubungan antar rnanusia dalarn
kelornpok kecil rnaupun kelornpok besar.
Keragaan konsurnsi pangan rnasyarakat dapat diketahui dari pola
konsurnsi pangan di daerah yang bersangkutan, yaitu rnencakup ragarn jenis
pangan dan jurnlah pangan yang dikonsurnsi serta frekuensi dan waktu rnekan,
yang

secara kuantitatif kesernuanya rnenentukan jurnlah pangan yang

dikonsumsi. Apabila keragaan konsurnsi pangan berada di bawah anjuran, rnaka
tingkat konsurnsi rnasyarakat perlu ditingkatkan rnelalui peningkatan pendapatan,
pengetahuan pangan dan gizi, serta peningkatan ketersediaan pangan sesuai
dengan kondisi dan potensi surnberdaya yang dirniliki oleh daerah yang
bersangkutan (Anonirn 2005).
Konsurnsi pangan berkaitan erat dengan gizi & kesehatan, kesejahteraan,
pengupahan serta perencanaan ketersediaan dan produksi pangan (Hardinsyah
& Suhardjo 1990). Menurut Harper, Deaton, dan Driskel (1985) ada 4 faktor

utarna yang rnempengaruhi konsurnsi pangan sehari-hari yaitu, produksi pangan
untuk keperluan rurnahtangga, pengeluaran uang untuk pangan rurnahtangga,
pengetahuan gizi, dan tersedianya pangan. Sedangkan rnenurut Hardinsyah,
Suhardjo, dan Riyadi (1988) faktor-faktor yang rnernpengaruhi konsurnsi pangan
seseorang atau rnasyarakat, diantaranya adalah aksesibilitas, kebiasaan rnakan,
pola rnakan, pernbagian rnakanan dalarn keluarga, dan besar keluarga.
Konsurnsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor pernilihan jenis rnaupun
banyaknya pangan yang dirnakan, narnun tiga diantara yang terpenting rnenurut

Suhardjo (1989) adalah jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan
tersedia, tingkat pendapatan, dan pengetahuan gizi.
Oleh karena konsurnsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor rnaka
analisis pengaruh masing-masing faktor rnenjadi kompleks. Analisis harus
dilakukan sedernikian rupa sehingga sernua faktor yang diharapkan berpengaruh
diasumsikan konstan kecuali faktor yang dipelajari. Apabila tidak demikian, maka
pengaruh masing-masing faktor penting yang mernbatasi kecukupan konsurnsi
pangan tidak dapat diternukan (Hardinsyah, Suhardjo & Riyadi 1988). Beberapa
faktor yang rnernpengaruhi konsumsi pangan diantaranya dapat diuraikan
sebagai berikut.
Aksesibilitas
Tingkat Pendapatan
Pendapatan rnerupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas makanan. Akses pangan hanya dapat terjadi bila rurnah tangga
berpenghasilan cukup. Konsumsi pangan akan sangat rnenentukan apakah
seluruh anggo?a rurnah tangga bisa rnencapai derajat kesehatan optimal
(Khornsan 2005).
Terdapat hubungan yang erat antara pendapatan dan gizi. Adanya
pertarnbahan pendapatan akan berdarnpak pada kualitas kesehatan dan gizi
keluarga, dan pendapatan yang rendah atau peningkatan pendapatan yang
rendah dapat menyebabkan daya beli rnasyarakat lernah sehingga kualitas
konsurnsi pangannya juga rendah dan otornatis menghalangi upaya perbaikan
gizi yang efektif (Berg 1986).
Menurut Harper, Deaton, dan Driskel (1985), jika tingkat pendapatan
naik, jurnlah dan jenis rnakanan cenderung rnembaik juga, akan tetapi rnutu
rnakanan tidak selalu rnernbaik. Adanya peningkatan pendapatan rnungkin tidak
digunakan untuk rnernbeli pangan atau ada juga yang rnernbeli cukup pangan
tetapi tidak dapat rnernilih jenis pangan yang dibeli, sehingga berakibat pada
kurangnya rnutu dan keragarnan yang diperoleh. Hal ini bisa rnenyebabkan
adanya masalah gizi kurang.
Tingkat pendapatan juga rnenentukan pola rnakan atau jenis pangan apa
yang dibeli. Orang rniskin biasanya akan rnembelanjakan sebagian besar
pendapatan tarnbahannya untuk rnakanan, sedangkan pada orang kaya porsi
pendapatan untuk pernbelian pangan lebih rendah. Porsi pendapatan yang dibeli

untuk jenis pangan padi-padian akan rnenurun tetapi untuk rnakanan yang
berasal dari susu akan bertambah jika pendapatan keluarga rneningkat. Semakin
tinggi

pendapatan,

sernakin

besar

pula

persentase

pertambahan

pernbelanjaannya ternasuk untuk buah, sayur, dan jenis-jenis rnakanan lainnya
(Berg 1986).
Akses Fisik
Akses pangan menunjukkan adanya jarninan bahwa setiap individu
rnernpunyai surnberdaya yang cukup untuk rnengakses kebutuhan

pangan

sesuai norrna gizi. Ada tiga kornponen utarna dalam ketahanan pangan, yaitu
ketersediaan dan stabilitas harga, kemudahan rnemperoleh pangan, dan
pemanfaatan pangan (Setiawan 2004). Menurut Arifin (2004), konsep ketahanan
pangan minimal terdiri dari ketersediaan pangan dan aksesibilitas rnasyarakat
terhadap bahan pangan. Jika salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi rnakan
rnaka tidak dapat dikatakan tahan pangan. Walaupun pangan tersedia cukup,
tetapi jika akses individu untuk rnernenuhi kebutuhan pangannya tidak rnerata,
rnaka ketahanan pangan dapat dikatakan rnasih rapuh. Aspek distribusi pangan
sarnpai ke pelosok tentunya rnencakup fungsi tempat, ruang, dan waktu juga
tidak kalah pentingnya dalarn mernperkuat strategi ketahanan pangan.
Akses pangan rneliputi akses fisik dan ekonomi. Akses fisik akan
rnenentukan apakah surnber pangan yang dikonsurnsi dapat diternui dan rnudah
diperoleh. Kernudahan dalarn mernperoleh pangan di tunjang oleh tersedianya
sarana fisik yang cukup dalarn mernperoleh pangan (Penny 1990). Rimbawan
dan Baliwati (2004) rnenyatakan bahwa salah satu kelornpok masyarakat yang
rawan terhadap pangan dan gizi adalah rnasyarakat yang tinggal di lokasi atau
ternpat yang terpencil.
Pengetahuan Gizi
Selain pendapatan, peningkatan pendidikan, serta pengetahuan tentang
pangan dan gizi diperlukan agar rnasyarakat dapat rnernperbaiki konsurnsi
pangan dan gizi sekaligus kesehatan mereka. Pengetahuan didefinisikan sebagai
ingatan terhadap rnaterilbahan yang telah dipelajari sebelurnnya yang rnencakup
sernua ha1 dari fakta-fakta yang sangat khusus sampai sernua teori yang sangat
kornpleks. Pengetahuan merupakan hasil belajar yang rendah tingkatannya
(Bloom 1956 diacu dalarn Pranadji 1988). Riyadi (1996) rnenyatakan bahwa
beberapa faktor yang rnernpengaruhi jumlah dan jenis rnakanan yang dikonsurnsi

adalah banyaknya inforrnasi yang dirniliki seseorang rnengenai kebutuhan tubuh
akan zat gizi; kernarnpuan seseorang untuk rnenerapkan pengetahuan gizi ke
dalarn pernilihan pangan dan cara pernanfaatan pangan yang sesuai; dan
keadaan kesehatan seseorang.
Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan baik buruknya
kualitas gizi dari rnakanan yang dikonsurnsi. Dengan pengetahuan yang benar
rnengenai gizi, rnaka orang akan tahu dan berupaya untuk rnengatur pola
rnakannya sedernikian rupa sehingga seirnbang, tidak kekurangan dan tidak
berlebihan. Jadi, rnasalah gizi yang tirnbul apakah itu gizi kurang atau gizi lebih
sebenarnya disebabkan oleh perilaku yang salah, yakni tidak adanya
ketidakseirnbangan antara konsurnsi gizi dan kecukupan gizinya (Karyadi 1997).
Pengetahuan gizi, sikap terhadap gizi, dan keterarnpilan gizi secara bersarnasarna akan rnenentukan perilaku gizi (Pranadji 1988).
Sikap seseorang terhadap gizi akan dapat rnernperkirakan perilaku
gizinya. Perilaku gizi seseorang atau kelornpok sangat dipengaruhi oleh
kebiasaan yang berkaitan dengan gizi.

Pola konsurnsi pangan sangat

dipengaruhi oleh adat istiadat seternpat, terrnasuk didalarnnya pengetahuan
mengenai pangan, sikap ierhadap pangan, dan kebiasaan rnakan sehari-harinya.
Tercukupinya kebutuhan gizi individu rnerupakan hasil akhir yang diharapkan
akan meningkatnya pengetahuan, sikap, dan keterarnpilan gizi (Pranadji 1988).
Suatu ha1 yang rneyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada tiga kenyataan, yaitu

1. Status gizi yang

cukup

adalah

penting, bagi

kesehatan dan

kesejahteraan.

2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika rnakanan yang dirnakannya
rnampu rnenyediakan zat gizi yang diperlukan untuk perturnbuhan yang
optimal, perneliharaan, dan energi.

3. llmu gizi rnernberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar rnenggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.
Kurangnya pengetahuan dan kesalahan konsepsi tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah urnum disetiap negara. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi rnerupakan faktor penting didalarn
rnasalah kurang gizi. Gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi
atau kernarnpuan untuk rnenerapkan inforrnasi tersebut dalarn kehidupan seharihari (Harper, Deaton, dan Driskel 1985).

Kebiasaan Makan
Konsurnsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan rnakan seseorang
(Suhardjo 1989). Kebiasaan rnakan berasal dari kata kebiasaan dan rnakan.
Kebiasaan adalah poia perilaku yang diperoleh dari pola praktek. Kebiasaan
makan rnerupakan tindakan rnanusia (what people do, practice) terhadap
makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan (what people think) dan perasaan
atau apa yang dirasakan (what people feel) serta persepsi (what people
perceive) (Khurnaidi 1988).
Perilaku konsurnsi pangan rnasyarakat dilandasi oleh kebiasaan rnakan
(food habit) yang turnbuh dan berkernbang dalarn lingkungan keluarga rneialui
proses sosialisasi. Keadaan gizi seseorang sangat dipengaruhi oleh konsurnsi
rnakanannya sehari-hail. Kebiasaan rnakan tersebut dapat dipengaruhi oleh
lingkungan ekologi (ciri tanarnan pangan, ternak, dan ikan yang tersedia dan
dapat dibudidayakan seternpat), lingkungan budaya, dan sistern ekonorni.
(Anonirn 2005).
Kebiasaan rnakan dapat diartikan sebagai cara individu atau keiornpok
individu rnemilih pangan dan rnengkonsurnsinya sebagai reaksi terhadap
pengaruh-pengaruh fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya (Hardinsyah,
Suhardjo & Riyadi

1988). Kebiasaan terbentuk dalarn diri seseorang akibat

proses sosialisasi yang diperoleh dari lingkungannya (Pranadji 1988). Kegiatan
budaya suatu keluarga, suatu kelornpok rnasyarakat suatu negara atau suatu
bangsa rnempunyai pengaruh kuat dan kekal terhadap apa, kapan, dan
bagaimana penduduk makan. Kebudayaan tidak hanya rnenentukan pangan
apa, tetapi untuk siapa, dan dalarn keadaan bagairnana pangan tersebut
dirnakan. Pola kebudayaan yang berkenaan dengan suatu rnasyarakat dan
kebiasaan pangan yang rnengikuti berkernbang di sekitar arti pangan dan
penggunaannya (Hardinsyah, Suhardjo & Riyadi 1988).
Krondl dan Lau (1985) diacu dalarn Susanto (1995) rnengatakan bahwa
dalarn upaya rnernperkenalkan kebiasaan rnakan yang baik, perlu diperhatikan
beberapa faktor yang rnernpengaruhinya, yaitu persepsi (wawasan konsumsi
rnakan, termasuk pengetahuan, sistem kepercayaan, prestise, rasa, dan
keterbiasaan), faktor dalarn (jenis kelarnin, urnur, kegiatan) dan faktor luar
(budaya, ekonomi, dan ciri masyarakat). Sernua faktor tersebut pada gilirannya
akan rnernpengaruhi seseorang dalarn rnernilih rnakanan.

Besar Keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata
pada masing-masing keluarga. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga
yang miskin, adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota
keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh
kekurangan pangan. Hal ini terjadi pada sebagian masyarakat karena dengan
bertarnbahnya jumlah keluarga, maka pangan untuk setiap anak berkurang.
Banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda
memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua.
Akibatnya banyak anak-anak yang kekurangan pangan (Suhardjo 1989).
Faktor Pribadi
Jika berbagai pangan yang berbeda tersedia dalam jumlah yang cukup,
biasanya orang memilih pangan yang telah dikenal dan yang disukai. Disamping
banyak faktor yang mempengaruhi tersedianya pangan dan pola sosial budaya
yang berkaitan dengan cara makan, juga terdapat faktor pribadi dan kesukaan
yang mempengaruhijumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, diantaranya:

-

Banyaknya informasi yang dirniliki seseorang tentang kebutuhan akan zat
gizi.

-

Kemarnpuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi kedalam
pemilihan pangan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang
sesuai.

-

Hubungan keadaan kesehatan seseorang dengan kebutuhan akan
pangan untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit
(Harper, Deaton, dan Driskel 1985).
Ketersediaan Pangan
Masalah penyusutan pangan baik karena kerusakan, tercecerlhilang,

kadar air dan lain-lain selarna dalam penanganan sejak bahan rnakanan dipanen
sampai siap dikonsumsi juga merupakan ha1 yang sangat penting untuk diatasi
selain produksi pertanian yang rendah yang menjadikan pembatas bagi usahausaha

untuk

mernperbaiki

keadaan

gizi

penduduk.

Sementara

itu

ketidakmerataan lahan pertanian juga merupakan hambatan yang harus
diperhitungkan dalam upaya perbaikan gizi penduduk (Harper, Deaton, dan
Driskel 1985).

Aspek ketersediaan pangan bergantung pada surnber daya alarn, fisik,
dan manusia. Pemilikan lahan yang ditunjang iklirn yang rnendukung disertai
SDM yang baik akan rnenjarnin ketersediaan pangan yang kontinu (Khornsan
2005).
Penilaian Konsumsi Pangan
Pada prinsipnya penilaian jurnlah konsurnsi zat gizi berdasarkan pada
data konsumsi pangan dan data kandungan zat gizi bahan rnakanan (pangan)
atau

Daftar Kornposisi Bahan Makanan (DKBM).

DKBM menunjukkan

kandungan berbagai zat gizi dari berbagai jenis pangan atau makanan dalam
seratus gram bagian yang dapat dirnakan (Bdd). DKBM sangat penting sebagai
alat untuk rnenilai konsumsi pangan, rnerencanakan menu, rnerencanakan
ketersediaan, dan produksi pangan yang sesuai dengan kebutuhan gizi
(Hardinsyah & Martianto 1992).
Dengan menggunakan DKBM, jurnlah dan komposisi zat gizi yang
diperoleh seseorang atau kelompok orang dapat dihitung atau dinilai konsumsi
pangannya dari jurnlah pangan yang dikonsurnsinya (Hardinsyah & Martianto
1992). Secara umurn, penilaian zat gizi tertentu yang dikonsurnsi dapat dihitung
dengan rurnus :
Gij
Ket:
Kgij

BPj
100

Bddj
100

= -X-XKGij

= Kandungan zat gizi tertentu (i) dari pangan (j) atau rnakanan yang
dikonsumsi dengan satuannya.

Bpij
Bddj

= Berat pangan atau rnakanan j yang dikonsurnsi.
= Bagian yang dapat dimakan (dalam persen atau gram dari 100 gram

pangan atau makanan j).
Gij

= Zat gizi i yang dikonsurnsi dari pangan atau makanan j.

Kecukupan Energi
Selama ini ada dua cara yang digunakan untuk menaksir angka
kebutuhan energi seseorang rnelalui penelitian. Pertama, diperoleh dengan
rnengetahui energi yang digunakan tubuh untuk berbagai aktivitas (internal dan
eksternal) dan kegunaan lainnya bagi tubuh seperti untuk pertumbuhan,
pencernaan, dan metabolisme. Kadangkala hasil pengukuran seperti pada cara
yang pertarna tidak tersedia atau sulit dilakukan, maka dapat dilakukan
pendekatan dengan cara yang kedua, yaitu dengan mengetahui jurnlah energi

yang dikonsurnsi oleh seseorang yang sehat dan rnarnpu rnernpertahankan
kesehatannya. Biasanya angka kecukupan energi dinyatakan dalarn satuan
Kalori (Hardinsyah & Martianto 1992).
Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsurnsi dari
pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelornpok urnur, jenis
kelarnin, ukuran tubuh, dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat
rnelakukan kegiatan ekonorni dan sosial yang diharapkan.
Sekurang-kurangnya setengah dari kehidupan rnasa dewasa awal baik
pria ataupun wanita telibat dalarn rnasa kerja fisik yang kuat. Kerja rnernerlukan
energi pengeluaran energi tarnbahan. Cukup rnakanan sangat dibutuhkan untuk
rnengirnbangi energi yang dikeluarkan untuk bekerja. Kalau tidak, rnaka protein
dan lernak tubuh yang disirnpan akan digunakan untuk rnernenuhi kebutuhan
tubuh (Nasoetion & Riyadi 1995).
Kecukupan Protein
Kecukupan protein ditentukan dari rata-rata kebutuhan protein seseorang
ditarnbah sejumlah tertentu yang biasanya dua kali sirnpangan baku atau kirakira 20-30 persen. Ada dua alasan yang rnendasari kecukupan protein dihitung
berdasarkan rata-rata kebutuhan ditambah dua kali sirnpangan baku. Pertarna,
protein tidak dapat disirnpan di dalam tubuh. Apabila konsurnsi protein kurang
dari kebutuhannya, maka pernenuhan kebutuhan tersebut diarnbil dari protein
jaringan yang rnasih aktif. Dengan dernikian penetapan kecukupan protein
jaringan pada rata-rata kebutuhan suatu kelornpok rnasih rnerupakan batas kritis
terhadap kernungkinan kekurangan protein. Kedua, penentu kecukupan protein
dengan rnenarnbah dua standar deviasi tidak rnernbahayakan kesehatan, karena
sarnpai batas tertentu kelebihan konsurnsi protein akan diubah rnenjadi energi
dan sisa perombakan protein dibuang rnelalui air seni, tinja, dan keringat
(Hardinsyah & Martianto 1992).
Walaucun sebagian besar tubuh sudah berhenti perturnbuhannya pada
akhir remaja, ukuran tubuh dan jaringan harus tetap dipelihara. Tubuh rnanusia
rnerupakan bentuk dinamis dari kehidupan dan zat gizi yang sarna diperlukan
untuk penggantian jaringan pada rnasa dewasa (Nasoetion & Riyadi 1995).
Secara urnum faktor yang rnernpengaruhi dan perlu dipertirnbangkan
dalarn penetapan kecukupan protein adalah urnur, jenis kelarnin, ukuran tubuh,
keadaan fisiologis, dan iklirn atau altitude. Faktor lain yang turut rnernpengaruhi

Angka Kecukupan Protein (AKP) adalah rnutu protein dan tingkat konsumsi
energi.
Kecukupan Vitamin
Vitamin rnerupakan zat organik yang pada urnurnnya tidak dapat dibentuk
di dalam tubuh. Vitamin berperan sebagai katalisator organik, serta pengatur
proses rnetabolisme dan fungsi

normal tubuh.

Masing-masing vitamin

rnempunyai peran khusus dan tidak dapat digantikan oleh vitamin atau zat gizi
lain.
a. Vitamin A
Penilaian konsumsi atau diit vitamin A rnerupakan indikator status vitamin
A yang agak kasar pada tahap populasi. Pada tahap individu interpretasi data
asupan bahkan lebih rneragukan. Hal ini disebabkan keragaman antar
individu dalarn kebutuhan dan asupan dari hari ke hari. Catatan jangka
pendek seperti recall 2 X 24 jam rnernang kurang teliti, narnun dapat rnenjadi
alternatif dalam ha1 waktu dan biaya untuk mengidentifikasi kelompok
beresiko tinggi (Berg 1996 diacu dalam Muhillal & Sulaernan 2004). Vitamin
A sangat efisien disimpan dalam hati dan orang yang menyusui dengan baik,
sedikitnya beberapa bulan sebelumnya rnenyuplai vitamin A ke dalarn
tubuhnya. Keracunan bagi orang dewasa tampak dengan konsurnsi lebih dari
15.000 RE untuk jangka waktu yang panjang, sedangkan bila lebih dari 7500
RE per hari tidak menjadi masalah. Kelebihan konsurnsi karoten tidak
berbahaya tetapi rnenyebabkan warna kuning pada kulit (Hardinsyah &
Martianto 1992).
b. Vitamin C
Kebutuhan vitamin C pada manusia sudah diperkirakan dalam jumlah
yang dapat rnencegah tejadinya penyakit scurvy, jumlah yang dapat
dimetabolisir tubuh, serta jumlah yang dapat rnemelihara sirnpanan vitamin C
dalam jumlah cukup (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Vitamin C yang
diperlukan rnanusia tergantung pada faktor usia, jenis kelamin, konsumsi
obat-obatan, kebiasaan merokok dan penggunaan kontrasepsi. Vitamin C
yang diperlukan wanita dewasa umumnya tidak sebesar yang diperlukan pria
dewasa karena adanya perbedaan fisiologi pada metabolisrne vitamin C
wanita dan pria (Hardinsyah & Martianto 1992). Asupan vitamin C dalam
bentuk makanan (buah dan sayur) dapat rnenurunkan insiden kanker.

Asupan vitamin C yang tinggi dapat meningkatkan resiko timbulnya batu
ginjal

Kecukupan Mineral
a. Zat besi (Fe)
Faktor yang rnernpengaruhi kebutuhan zat besi adalah keasarnan
lambung, bioavailibilitas, serta faktor pernacu dan penghambat penyerapan
besi. Kekurangan zat besi dapat rnenyebabkan anemia gizi besi sedangkan
kelebihan zat

besi dapat

rnenjadi fatal

bagi

penderita

parkinson,

hernosidorisis, dan talesimia. Pada pria dewasa, kecukupan besi adalah 13
mglhari sernentara untuk wanita dewasa adalah 26 mglhari. Untuk wanita
menopause, karena tidak lagi kehilangan zat besi akibat rnenstruasi sehingga
kecukupan besi adalah 12 rnglhari (Soekatri & Kartono 2004).
b. Kalsiurn (Ca)
Diantara sekian banyak mineral yang dibutuhkan tubuh, kalsium
merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan tubuh dalarn jurnlah banyak.
Hal ini disebabkan karena kalsium sangat penting sebagai kornponen tulang
(Hardinsyah & Martianto 1992). Menurut Alrnatsier (2002) konsurnsi kalsium
hendaknya jangan rnelebihi 2500 rng sehari. Kelebihan kalsiurn dapat
rnenirnbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Kelebihan kalsiurn bisa terjadi
bila menggunakan suplemen berupa tablet atau bentuk lainnya. Sedangkan
kekurangan kalsium dapat rnenyebabkan osteoporosis dan osteomalasia
atau riketsia pada orang dewasa. Kadar kalsiurn darah yang sangat rendah
dapat rnenyebabkan tetani atau kejang
Tabel 1 Rangkurnan hasil angka kecukupan gizi yang dianjurkan 2004
Umur

19-29

Jenis

BB

TB

AKE

AKP

AKVitA

AKVitC

AKFe

AKCa

Kelamin
Pria

(kg)

(cm)

(Kkal)

(g)

(RE)

(mg)

(mg)

(mg)

60

165

2550

60

600

90

13

800

52

?55

1900

50

500

75

26

800

Wanita

Surnber: (Hardinsyah & Tarnbunan 2004).

KERANGKA PEMlKlRAN
Mahasiswa adalah salah satu unsur rnasyarakat yang berpotensi besar
sebagai penggerak pernbangunan. Mahasiswa yang berkualitas rnerupakan
salah satu surnberdaya penting bagi investasi pernbangunan nasional. Menurut
Khornsan (2002a), terdapat sejurnlah faktor yang rnenentukan terciptanya
surnberdaya rnanusia yang berkualitas, salah satu diantaranya adalah pangan
yang bergizi.
Konsurnsi pangan yang baik diperlukan untuk rnencapai suatu taraf gizi
dan kesehatan yang optimal. Konsurnsi pangan dan taraf gizi serta kesehatan
yang baik rnerupakan unsur penting dalarn rneningkatkan kualitas hidup
rnanusia. Konsurnsi pangan yang bergizi dan seirnbang dapat rneningkatkan
daya tahan tubuh dan konsentrasi belajar rnahasiswa sehingga rnahasiswa dapat
belajar secara efektif.
Harper, Deaton, dan Driskel (1985) rnengatakan bahwa faktor-faktor yang
berperan dalarn konsurnsi pangan antara lain adalah pengeluaran uang untuk
pangan rurnahtangga, pengetahuan gizi, dan tersedianya pangan. Sedangkan
Hardinsyah, Suhardjo, dan Riyadi (1988) rnenyatakan beberapa faktor yang
rnempengaruhi konsumsi pangan seseorang atau rnasyarakat, diantaranya
adalah aksesibilitas dan kebiasaan rnakan. Aksesibilitas (akses) pangan
rnenunjukkan adanya jarninan bahwa setiap individu rnernpunyai surnberdaya
yang cukup untuk rnengakses kebutuhan pangan sesuai norrna gizi. Akses
pangan meliputi akses fisik dan ekonorni. Akses fisik akan rnenentukan apakah
surnber pangan yang dikonsurnsi dapat diternui dan rnudah diperoleh sedangkan
akses ekonorni akan menentukan daya beli seseorang terhadap pangan baik
secara kualitas rnaupun kuantitas. Selain itu rnenurut Martianto dan Ariani (2004)
adanya peningkatan pengetahuan gizi rnernungkinkan pengelolaan sumberdaya
secara lebih baik sehingga seseorang dapat rnernilih jenis-jenis pangan yang
berrnutu gizi tinggi dengan harga terjangkau.
Jadi selain akses pangan secara fisik dan ekonorni, pengetahuan gizi
juga rnempunyai peranan penting dalarn menentukan konsurnsi pangan
rnahasiswa. Secara lebih lengkap, faktor-faktor yang berperan dalarn konsurnsi
pangan rnahasiswa dapat dilihat pada Garnbar 1.

Pengeluaran pangan-akses
ekonomi
4

I.......................*

Pengetahuan gizi

n
Uang saku

Kebiasaan makan
(frekuensi rnakan,
sarapan pagi, prioritas
memilih pangan dan
tempat rnakan )

.*

4

Sosek keluarga( pendapatan,
pendidikan, pekerjaan orang tua dan
besar keluarga)

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan fisik, akses ekonomi, dan pengetahuan
gizi terhadap konsumsi pangan mahasiswa IPB.

Keterangan :

-

.............
:............
..........9

= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang diteliti
= Hubungan yang tidak diteliti

METODE PENELITIAN
Desain,Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan rnenggunakan desain cross sectional study,
yaitu pengurnpulan paparan dan outcome pada satu waktu. Penelitian ini
dilakukan selarna tiga bulan dari bulan April sarnpai dengan bulan Juni 2006 di
karnpus dan lingkungan Karnpus IPB Drarnaga. Pernilihan ternpat dilakukan
secara purposive dengan pertirnbangan Karnpus IPB Drarnaga rnerupakan pusat
aktivitas sebagian besar rnahasiswa IPB.
Cara Pengambilan Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah rnahasiswa IPB angkatan 2003 yang
tinggal di Bogor secara rnandiri. Artinya bahwa contoh tidak tinggal dengan orang
tua atau keluarga. Jumlah contoh ada 60 orang, 30 orang berasal dari program
studi PG dan 30 orang berasal dari program NPG yang diarnbil secara acak dari
masing-masing program studi. Program studi NPG berasal d