Metode Izod Metode Charpy Faktor penyebab terjadinya perpatahan material pada pengujian Impact

a. Metode Izod

Pengujian metode ini biasa digunakan Di Inggris. Pada benda uji Izod mempunyai penampang lintang bujur sangkar dan bertakik V di dekat ujung yang dijepit sehingga takikan berada di dekat penjepitnya. Bandul yang diayunkan dari ketinggian tertentu akan memukul ujung yang lain dari arah takikan.

b. Metode Charpy

Benda uji pada pengujian metode Charpy diletakan ke arah mendatar oleh penahan dan bandul alat uji Impact berayun akan memukul batang uji tepat dibelakang takikan, pada ujung batang pemukul dipasang pemukul yang diberi pemberat. Batang uji diletakan di bagian bawah mesin dan takikan tepat berada pada bidang lintasan pemukul. Pada pengujian ini bandul pemukul dinaikan sampai ketinggian tertentu, dari posisi ini pemukul dilepaskan dan berayun bebas memukul batang uji hingga patah. Selisih antara energi awal dengan energi akhir adalah energi yang dibutukan untuk mematahkan batang uji. Keterangan : W = berat dari pendulum kgf m = massa kgm h = tinggi awal m h 1 = tinggi akhir m L = panjang lengan m � = sudut awal o β = sudut akhir o Titik putar pendulum Gambar 2.10 ilustrasi uji Impact Pengujian ini didasarkan pada “standard method of tention testing metalic materials” dari ASTM Designation E23 “Annual Book Of ASTM Standars” American Society For Testing And Materials. Rumus Impact Strenght adalah: Is =EA ……………………………………………… 2.1 Dimana : Is = Impact strenght Nmmm 2 E = energi yang diserap Nm A = luas penampang benda uji mm 2 Dimana : E = E 1 – E ………………………………………….. 2.2 E = energi yang diserap Nm E 1 = energi akhir Nm diukur saat ada benda uji E = energi awal Nm diukur tanpa benda uji E 1 = W . h = W . L 1 – Cos � …………………. 2.3 E = W . h 1 = W . L 1 – Cos β …………………. 2.4

c. Faktor penyebab terjadinya perpatahan material pada pengujian Impact

 Takikan Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena adanya perbedaan distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing takikan tersebut yang mengakibatkan energi Impact yang dimilikinya berbeda- beda pula.  Kadar Karbon Material yang memiliki kadar karbon yang tinggi memiliki sifat yang kuat dan getas sehingga membutuhkan energi yang tidak besar sedangkan material yang kadar karbonnya rendah memiliki sifat yang ulet dan lunak sehingga membutuhkan energi yang besar dalam perpatahannya.  Beban Semakin besar beban yang diberikan, maka energi Impact semakin kecil yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen, dan demikianpun sebaliknya. Hal ini diakibatkan karena suatu material akan lebih mudah patah apabila dibebani oleh gaya yang sangat besar.  Temperatur Semakin tinggi temperatur dari spesimen, maka ketangguhannya semakin tinggi dalam menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya, dengan temperatur yang lebih rendah. Namun temperatur memiliki batas tertentu dimana ketangguhan akan berkurang dengan sendirinya.  Transisi ulet rapuh hal ini dapat ditentukan dengan berbagai cara, misalnya kondisi struktur yang susah ditentukan oleh sistem tegangan yang bekerja pada benda uji yang bervariasi, tergantung pada cara pengusiaannya.sehingga harus digunakan system penekanan yang berbeda dalam berbagai persamaan.  Efek komposisi ukuran butir Ukuran butir yang besar memiliki ikatan antara batas butir yang lebih lemah dibanding dengan ukuran butir yang lebih kecil halus hal ini dapat diamati secara detail melalui pengamatan struktur mikro. Ketika butir mengalami beban geser melebihi batas kemampuan ikatan antar butir, maka batas antar butir tidak mampu menahan tegangan geser akibat beban cyclic yang terjadi.  Perlakuan panas dan perpatahan perlakuan panas umumnya dilakukan untuk mengetahui atau mengamati besar- besar butir benda uji dan untuk menghaluskan butir. Sedangkan untuk menambah keuletan suatu bahan dapat dilakukan dengan penambahan logam.  Pengerasan kerja dan pengerjaan radiasi pengerasan kerja terjadi yang ditimbulkan oleh adanya deformasi plastis yang kecil pada temperatur ruang yang melampaui batas atau tidak luluh dan melepaskan sejumlah dislokasi serta adanya pengukuran keuletan pada temperatur rendah. Pengerasan kerja ini akan menimbulkan berapakah pada logam karena peningkatan komplikasi akibat pembentukan dislokasi yang saling berpotongan. Adapun Jenis-jenis perpatahan pada pengujian Impak :

a. Perpatahan ulet