Analisa Kandungan Senyawa dalam Biodiesel Perbandingan jenis senyawa yang terkandung dalam biodiesel menggunakan GC.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL

Dalam penelitian ini biodiesel diperoleh setelah melalui tiga proses yaitu transesterifikasi, pemisahan, dan pencucianpengeringan. Setelah biodiesel dihasilkan maka langkah selanjutnya adalah menganalisa dengan cara membandingkan pada biodiesel standar produksi BPPT. Parameter-parameter yang menjadi pembanding adalah kandungan senyawa, turbiditas, dan viskositas kinematik pada biodiesel.

IV.1.1 Analisa Kandungan Senyawa dalam Biodiesel

Analisa kandungan senyawa dalam biodiesel ditujukan untuk mengetahui apakah biodiesel yang dihasilkan sudah sesuai dengan biodiesel standar. Pengukuran kandungan senyawa dilakukan dengan menggunakan instrumen UVVis spektrofotometer SP8-400 dan GC. IV.1.1.1 Perbandingan senyawa yang terkandung dalam biodiesel menggunakan radiasi berkas elektromagnetik pada UVVis spektrofotometer SP8-400. Pada pengukuran kandungan senyawa terjadi penyerapan radiasi berkas elektromagnetik pada panjang gelombang 200–450 nm. Hasil pengukuran ini secara lebih jelas ditampilkan pada gambar 4.1 di bawah ini. 34 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.1 Grafik hubungan serapan biodiesel terhadap berkas radiasi elektromagnetik. Gambar 4.1 menunjukkan grafik hubungan serapan biodiesel standar dan biodiesel sampel terhadap panjang gelombang radiasi berkas elektromagnetik dengan panjang gelombang 200-450 nm pada berbagai sampel biodiesel. Secara umum bentuk grafik yang dihasilkan memiliki bentuk yang sama. Ini terlihat pada panjang gelombang 200-450 nm besarnya serapan pada biodiesel standar dan sampel adalah sama.

IV.1.2 Perbandingan jenis senyawa yang terkandung dalam biodiesel menggunakan GC.

Pengukuran ini ditujukan untuk membandingkan jenis senyawa biodiesel sampel dengan senyawa biodiesel standar menggunakan GC. Pada pengukuran ini, sampel yang dinjeksikan kedalam GC mengalami dua proses, yaitu interaksi dengan fase diam dan pemisahan rantai karbon. Hasil dari pengukuran kandungan senyawa dalam biodiesel ini tampak pada gambar 4.2 sampai gambar 4.10 di bawah ini. Gambar 4.2 Grafik tegangan terhadap waktu tanggap detektor pada jelantah. Gambar 4.3 Grafik tegangan terhadap waktu tanggap detektor pada biodiesel sampel 1. Gambar 4.4 Grafik tegangan terhadap waktu tanggap detektor pada biodiesel sampel 2. Gambar 4.5 Grafik tegangan terhadap waktu tanggap detektor pada biodiesel sampel 3. Gambar 4.6 Grafik tegangan terhadap waktu tanggap detektor biodiesel sampel 4. Gambar 4.7 Grafik tegangan terhadap waktu tanggap detektor pada biodiesel sampel 5. Gambar 4.8 Grafik tegangan terhadap waktu tanggap detektor pada biodiesel sampel 6. Gambar 4.9 Grafik tegangan terhadap waktu tanggap detektor pada biodiesel sampel 7. Gambar 4.10 Grafik tegangan terhadap waktu tanggap detektor pada biodiesel standar. Gambar 4.2 grafik tegangan terhadap waktu tanggap detektor pada jelantah, menggambarkan komponen yang ada pada jelantah. Grafik ini berbeda dengan gambar 4.3 sampai gambar 4.10. Perbedaan bentuk grafik ini menunjukkan bahwa senyawa penyusun jelantah berbeda dengan senyawa penyusun biodiesel sampel dan biodiesel standar. Perbedaan senyawa menunjukkan bahwa biodiesel berbeda dengan jelantah. Sedangkan untuk gambar 4.3 sampai gambar 4.10 secara umum tidak terdapat perbedaan. Ini menunjukkan bahwa senyawa yang ada pada biodiesel sampel sama dengan biodiesel standar. Pengukuran kandungan senyawa ini dilakukan pada kondisi yang sama yaitu pada suhu kolom 180 C, suhu injektor 260 C, dan suhu detektor 260 C dengan lamanya waktu pengukuran adalah 2000 sekon. Pengukuran pada kondisi yang sama ini juga dilakukan pada seluruh biodiesel sampel, yang datanya dilampirkan pada lampiran.

IV.1.3 Pengukuran turbiditas dan viskositas kinematik biodiesel.