Proses Produksi dan Subsidi Biodiesel da

Parallel Session IIIB : Energy, Natural Resource & Environment

13 Desember 2007, Jam 09.00-11.30 Wisma Makara, Kampus UI – Depok PROSES PRODUKSI DAN SUBSIDI BIODIESEL DALAM MENSUBTITUSI SOLAR UNTUK MENGURANGI KETERGANTUNGAN TERHADAP SOLAR

Erina Mursanti Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Abstrak

Kenaikan harga minyak mentah di pasar dunia dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan beban subsidi pemerintah yang dianggarkan untuk bahan bakar minyak (BBM) meningkat, hal ini menyebabkan ketergantungan terhadap BBM harus dikurangi. Jenis BBM yang disubsidi pemerintah pada saat ini adalah solar, minyak tanah, dan premium. Penelitian ini akan memfokuskan pada biodiesel sebagai substitusi dari solar untuk mengurangi ketergantungan terhadap solar sebagai sumber energi.

Pemerintah menetapkan harga jual biodiesel tidak boleh melebihi harga jual solar sehingga konsumen diharapkan akan beralih dari solar menjadi biodiesel. Penetapan harga jual biodiesel itu berimplikasi pada penetapan harga input, yaitu harga biji jarak pagar. Apabila harga biji jarak pagar tidak ditetapkan, harga jual biodiesel yang seharusnya akan melebihi harga jual biodiesel yang ditetapkan. Road map pengembangan BBN menargetkan biodiesel mensubstitusi 15% konsumsi solar pada tahun 2015. Apabila pada tahun 2015 harga jual biodiesel melebihi harga jual solar, pemerintah harus mensubsidi biodiesel. Hal tersebut dilakukan agar tidak merugikan petani jarak pagar dan harga jual biodiesel tidak melebihi harga jual solar sehingga program biodiesel dapat dilaksanakan.

Hasil perhitungan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa harga jual biodiesel per liter lebih tinggi daripada harga jual solar per liter. Oleh karena itu, untuk menjalankan program biodisel pada tahun 2015 pemerintah harus menganggarkan subsidi kepada biodiesel berbasis jarak pagar. Penelitian ini merekomendasikan dua alternatif kebijakan subsidi untuk biodiesel berbasis jarak pagar, yaitu kepada petani jarak pagar atau kepada konsumen. Subsidi ini harus dianggarkan pemerintah mengingat biodiesel memiliki competitive advantage dari sisi lingkungan jika dibandingkan dengan solar sehingga berpotensi mendukung tercapainya sustainable development dalam jangka panjang.

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PENELITIAN

PROSES PRODUKSI DAN SUBSIDI BIODIESEL DALAM MENSUBSTITUSI SOLAR UNTUK MENGURANGI KETERGANTUNGAN TERHADAP SOLAR

SEMINAR AKADEMIK EKONOMI IV PROGRAM PASCA SARJANA ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA 2007

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Data Historis Konsumsi Domestik BBM Di Indonesia (1990-2004) ....... 2 Gambar 1-2

Data Historis Harga Minyak Mentah Dunia (1970-2004) ........................ 3

Gambar 2-1 Proses Produksi Biodiesel Berbasis Biji Jarak Pagar ................................ 31 Gambar 2-2

Pemasok Dalam Pasar Monopsoni ……………………………………... 32 Gambar 2-3

Kekuatan Monopsoni : Elastis VS Inelastis …………………………….. 33 Gambar 2-4

Deadweight Loss Yang Timbul Akibat Kekuatan Monopsoni………….. 35 Gambar 2-5

Efek Subsidi Dalam Keseimbangan Pasar ................................................ 36

Gambar 3-1 Tanaman Jarak Pagar Di Desa Karangmangu …………………………

45 Gambar 3-2

46 Gambar 3-3

Prototype Pabrik Biodiesel DKP RI …………………………………...

Skema Perhitungan Biaya Produksi Biji Jarak Pagar Dan Harga Jual Biji Jarak Pagar ................................................................................................ 49

Gambar 3-4 Skema Perhitungan Biaya Proses Produksi FAME ................................... 51 Gambar 3-5

Skema Perhitungan Harga Jual Biodiesel Berbasis Jarak Pagar ............... 53 Gambar 3-6

Skema Perhitungan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Kepada Petani Jarak Pagar ..................................................................................... 54

Gambar 3-7

Skema Perhitungan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Kepada Konsumen ................................................................................................. 54

Gambar 4-1 Proses Produksi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar ....................................... 61 Gambar 4-2

Proses Produksi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Oleh DKP RI ................ 63 Gambar 4-3

Jumlah Konsumsi Solar Untuk Semua Sektor (1990 – 2004) ................... 72 Gambar 4-4

Perhitungan Jumlah Biodiesel B15 Berbasis CJO Pada Tahun 2015 ....... 73 Gambar 4-5

Formula Perhitungan Subsidi Petani Jarak Pagar Pada Tahun 2015 .... … 74 Gambar 4-6

Formula Perhitungan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Kepada Petani Jarak Pagar Pada Tahun 2015 ........................................................ 78

Gambar 4-7

Formula Perhitungan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Kepada Konsumen Pada Tahun 2015 ……………………………………………. 80

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu ekonomi sumber daya alam, positive statement adalah sebuah kalimat yang merefleksikan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam penggunaan suatu sumber daya alam. Sedangkan yang dimaksud normative statement adalah sebuah kalimat yang menyatakan keadaan yang seharusnya terjadi dalam penggunaan suatu sumber daya alam. Pada umumnya kalimat ini merupakan suatu rekomendasi. Dalam membuatnya, diperlukan pengetahuan tentang bagaimana suatu keadaan dapat berubah apabila rekomendasi tersebut telah diimplementasikan.

Positive statement yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Komposisi minyak bumi sebagai sumber energi atau sebagai bahan bakar di Indonesia relatif besar

jika dibandingkan dengan komposisi non minyak bumi”. Jika keadaan ini terus terjadi, Indonesia akan memiliki ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (untuk selanjutnya akan disebut sebagai BBM) atau terhadap minyak bumi sebagai bahan baku dari BBM.

Dari Tabel 1-1 dapat dilihat bagaimana komposisi sumber energi di Indonesia. Komposisi dari minyak bumi masih melebihi 50% dari total energi yang dikonsumsi dalam satu periode. Sebagai informasi tambahan, pada bulan Maret 2005 konsumsi BBM

mencapai 158.900 KL per hari 1 . Komposisi minyak bumi sebagai sumber energi yang lebih besar daripada komposisi non minyak bumi menunjukkan bahwa minyak bumi sebagai

sumber energi sangat dibutuhkan sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki ketergantungan terhadap BBM.

Nusantara dalam Kompas,

30 April, 2005, hal. 28.

Tabel 1-1 Data Historis Komposisi Sumber Energi di Indonesia Jenis Energi

Realisasi 1978/79 Realisasi 1983/84 Proyeksi 1988/89 Proyeksi 2005

37 Minyak bumi

Non minyak bumi

Total energi

Sumber: Blueprint Pengelolaan Energi Nasional oleh Departemen ESDM RI

Minyak bumi (mentah) terbentuk dari endapan fosil yang telah melalui proses dalam skala waktu geologis sehingga BBM dikategorikan sebagai energi fosil (fossil fuel) . Walaupun merupakan bahan bakar yang tidak terbarukan, minyak bumi terus dikonsumsi kendati harganya meningkat. Konsumsi domestik BBM yang cenderung meningkat ditunjukkan dalam Gambar 1-1. Di sisi yang lain, harga minyak mentah dunia sejak periode 1970 cukup berfluktuasi dan juga cenderung mengalami peningkatan, bahkan mencapai angka tertinggi pada periode 2004/2005. Fluktuasi harga minyak mentah tersebut dapat dilihat pada Gambar 1-2.

Gambar 1-1 Data Historis Konsumsi Domestik BBM Di Indonesia (1990-2004) Jumlah Konsumsi BBM di Indonesia

L) 40000000 (K 30000000

konsumsi (KL)

Sumber : CEIC Database yang dipublikasikan oleh IMF

Gambar 1-2 Data Historis Harga Minyak Mentah Dunia (1970-2004)

Sumber : CEIC Database yang dipublikasikan oleh aIMF

Selain diproduksi Pertamina, saat ini pemerintah juga membeli BBM dari badan usaha seperti Petronas, Mitsui, Total, dan lain lain. Dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli, pemerintah harus memberikan subsidi supaya harga jual BBM dapat terjangkau oleh masyarakat. Jenis BBM yang diberikan subsidi adalah premium, minyak tanah, dan solar. Tabel 1-2 memperlihatkan struktur harga dari BBM pada tahun 2006 sehingga diperoleh besaran subsidi yang harus dianggarkan pemerintah.

Tabel 1-2 Perhitungan Subsidi Pada Tahun 2006

Minyak Tanah Solar (Rp/1 US$) (US$/bbl) 9,900

Kurs ICP

Premium

57 a. Harga beli BBM (Rp/liter)

b. Harga jual BBM (Rp/liter)

c. PPN 10% (Rp/liter)

d. PBBKB 5% (Rp/liter)

e. Harga jual bersih (Rp/liter)

f. Subsidi BBM (Rp/liter)

g. Volume BBM (juta KL)

h. Total subsidi BBM (Rp Miliar)

Sumber: Ditjen Migas, Departemen ESDM

Keterangan :  Pembelian BBM dari badan usaha berdasarkan harga pasar (Base formula : MOPS + 15%);  Harga jual eceran BBM tertentu (bersubsidi) sesuai Peraturan Presiden No. 55 Tangggal 30 September 2005;  PPN untuk premium dan solar : 10/115 X harga jual BBM;  PPN untuk kerosene : 10/110 X harga jual BBM;  PBBKB untuk premium dan solar : 5/115 X harga jual BBM.

Ketergantungan ini memiliki dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan. Jika membicarakan dampak ekonomi, yang terkait adalah jumlah subsidi yang dianggarkan pemerintah dan harga dari seluruh barang yang terkait dengan penggunaan BBM.

Meningkatnya konsumsi domestik BBM dan harga minyak mentah dunia adalah dua hal yang meningkatkan pengeluaran pemerintah. Selama BBM disubsidi maka pengeluaran pemerintah akan terus meningkat seiring dengan peningkatan harga minyak mentah dunia. Dalam Tabel 1-3 dapat dilihat bahwa jumlah persentase subsidi BBM terus mengalami peningkatan. Besarnya persentase subsidi terhadap pendapatan dalam negeri terus meningkat sejak periode 1996/1997 sampai periode 2000/2001.

Tabel 1-3 Data Historis Pendapatan Dalam Negeri dan Subsidi BBM di Indonesia (1992-2001)

Tahun Pendapatan Dalam Negeri

Subsidi BBM

Persentase

(Rp milyar)

(Rp milyar)

Sumber : Ditjen Migas, Departemen ESDM.

Keterangan:  Angka-angka tahun 1993/94, 1998/99, 1999/00 adalah termasuk pembayaran kekurangan subsidi tahun sebelumnya;

 Angka subsidi tahun 2000/01 adalah antara April – Desember tahun 2000.

Untuk menghindari beban subsidi BBM, pemerintah menaikkan harga BBM. Namun, kenaikan harga BBM akan meningkatkan harga barang yang terkait dengan penggunaan BBM, seperti sembilan kebutuhan pokok (sembako), sehingga dapat berdampak terhadap kehidupan sosial. Perubahan harga BBM akan mempengaruhi harga sembako yang kemudian akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Dari sisi lingkungan, BBM dikenal sebagai bahan bakar yang tidak ramah lingkungan karena merupakan pemicu polusi udara yang dapat mencemarkan lingkungan. Jika ketergantungan terhadap BBM tidak dapat dikurangi maka BBM akan terus digunakan sehingga kualitas lingkungan akan semakin menurun yang diakibatkan oleh emisi dari proses pembakaran BBM.

Alasan penting yang tidak dapat dilupakan dari pengurangan ketergantungan terhadap BBM adalah cadangan minyak mentah (proven + possible) di Indonesia saat ini mencapai 9 miliar barel sedangkan produksi per tahun adalah 500 juta barel. Proven reserve yakni cadangan yang jumlahnya telah dibuktikan dengan tingkat kepastian yang tinggi atas dasar : analisa kuantitatif log sumur yang dapat dipercaya, penelitian serta pengujian kandungan lapisan yang berhasil, dapat diperkirakan berada di dalam radius pengurasan sumur yang memproduksinya. Sedangkan possible reserve yakni cadangan

dengan tingkat kepastian di bawah 2 proven reserve atas dasar geologi . Jika cadangan minyak mentah terus menerus ditambang dan tidak ada ekplorasi baru karena tidak adanya

perkembangan teknologi yang signifikan maka cadangan minyak hanya dapat mencukupi kebutuhan domestik BBM sampai dengan 18 tahun lagi 3 . Dan pada saat itu pemerintah

harus mengimpor minyak mentah sampai dengan 100%. Menurut data Automotive Diesel Oil, konsumsi BBM Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi dalam negeri. Hal ini mengakibatkan status Indonesia berubah dari net oil exporter menjadi net oil importer.

3 Bachrawi Sanusi, Peranan Migas Dalam Perekonomian Indonesia (Jakarta, 2002), hal. 40-41. Ibrahim Hasyim, Siklus Krisis Di Sekitar Energi (Jakarta, 2005), hal. 31.

Berkaitan dengan ketergantungan terhadap BBM sebagai positive statement , perlu dibicarakan normative statement yang berkaitan dengan positive sta tement tersebut. Normative statement itu berupa rekomendasi kebijakan, yaitu “Peningkatan konsumsi non minyak bumi sebagai substitusi BBM dalam sumber energi di Indonesia adalah salah satu

upaya untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap BBM atau minyak bumi 4 . Beberapa cara mengurangi ketergantungan terhadap BBM bisa dilihat dari aspek

penyediaan dan pemanfaatan. Jika dilihat dari aspek penyediaan, dapat dilakukan dengan cara penemuan teknologi baru untuk meningkatkan kemampuan pasokan energi, mengoptimalkan produksi energi, dan konservasi (penghematan) sumber daya energi. Sedangkan dari aspek pemanfaatan, yaitu program penghematan energi yang dicanangkan pemerintah dan disosialisasikan melalui media massa sehingga penggunaan BBM dapat lebih efisien.

Sebenarnya masih banyak energi alternatif terbarukan ( non fossil fuel) untuk mensubstitusi BBM. Kandungan energi terbarukan ini masih melimpah di Indonesia dan selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga energi ini memiliki peluang untuk dikembangkan. Dilihat dari perkembangannya, pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia ada tiga, yaitu : energi yang sudah dikembangkan secara komersial, seperti biomassa, panas bumi, dan tenaga air; energi yang sudah dikembangkan tetapi masih secara terbatas, sebagai contoh adalah energi surya, dan energi angin; energi yang sudah

dikembangkan, tetapi baru sampai pada tahap penelitian, yaitu energi samudera 5 . Bahan bakar nabati (selanjutnya akan disebut sebagai BBN), adalah contoh energi

terbarukan yang diperoleh dari sumber-sumber hayati. Yang termasuk dalam bahan bakar ini adalah biomassa dengan input dari tumbuhan, hewan dan senyawa organik. Biomassa,

Hal ini sesuai dengan PP Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang mengatur komposisi sumber 5 energi di dalam energy (primer) mix di Indonesia. Dipaparkan lebih jelas dalam Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Energi Hijau )

yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral di Jakarta pada tanggal 22 Desember 2003.

yang meliputi kayu, limbah pertanian, perkebunan atau hutan, kotoran hewan, dan komponen organik dari industri dan rumah tangga, merupakan suatu produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun yang bekerja sebagai sel-sel surya, menyerap energi matahari dan mengkonversi dioksida karbon dengan air menjadi suatu senyawa karbon, hidrogen,

dan oksigen 6 . Senyawa ini merupakan suatu penyerapan energi yang dapat dikonversi menjadi suatu produk lain. Hasil konversi senyawa itu dapat berbentuk arang atau karbon,

alkohol kayu, ter, dan lain lain 7 . Biomassa berbentuk padat dikonversi menjadi energi berbentuk cair, gas, panas, dan listrik. Teknologi konversi biomassa untuk jadi biooil

adalah teknologi pirolisa, yaitu suatu proses memanaskan input dalam sebuah bejana tertutup tanpa oksigen 8 . Teknologi esterifikasi digunakan untuk mengkonversi biomassa

menjadi biokerosene atau biodiesel. Sedangkan teknologi fermentasi untuk menjadi bioetanol, serta teknologi anaerobik digester untuk jadi biogas. Teknologi pembakaran dan gasifikasi mengkonversi biomassa menjadi energi panas yang kemudian dikonversi lagi menjadi energi mekanis dan listrik.

Premium dapat disubstitusi dengan bioetanol yang dibuat dari fermentasi biomassa. Input yang diperlukan untuk proses fermentasi dalam proses produksi bioetanol adalah ubi kayu, jagung, ubi jalar, sagu atau tebu. Penelitian terakhir dari University of Wisconsin, Madison, Amerika Serikat, menyatakan bahwa zat gula dalam jeruk dan apel juga dapat

digunakan sebagai input bioetanol 9 . Minyak tanah juga dapat disubstitusi dengan biomassa yang dibuat melalui proses esterifikasi. Input yang diperlukan dalam proses ini adalah

minyak jarak pagar yang dihasilkan dari proses pengepresan biji jarak pagar. Solar juga dapat disubstitusi oleh biodiesel yang dibuat dari proses esterifikasi dari minyak nabati seperti kelapa sawit atau jarak pagar.

7 Abdul Kadir, Energi : Sumberdaya, Inovasi, Tenaga Listrik, Potensi Ekonomi (Jakarta, 1995)., hal. 232. Hal ini sesuai dengan Hukum Termodinamika yang menyatakan bahwa suatu energi tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat merubah wujudnya dari satu bentuk ke bentuk lainnya. 8 9 Ibid., hal.237. Inovasi dalam

Tempo, 2-8 Juli, 2007, hal. 16.

Sejumlah universitas dan lembaga riset saat ini sedang melakukan berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D) mulai dari riset dasar, uji mesin, pembangunan prototype pabrik. Beberapa institusi yang aktif riset biodiesel adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Puslitbang Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Energi dan Kelistrikan (P3TEK), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan beberapa perguruan tinggi seperti ITB, IPB, UGM, UI, ITS, dan Universitas Parahyangan. Minyak lemak nabati ( fatty oil) dari tumbuh-tumbuhan jadi fokus upaya penelitian dan pengembangan.

Berdasarkan penelitian Robert Manurung dari ITB, diketahui bahwa minyak jarak pagar ternyata dapat mensubstitusi minyak diesel untuk menggerakkan generator pembangkit listrik. Dalam perhitungan matematis dibutuhkan 90 hektar pohon jarak untuk

membangkitkan pembangkit listrik tenaga diesel berkekuatan satu megawatt 10 . Biodiesel juga dapat digunakan sebagai zat additif solar atau dapat dimanfaatkan untuk mesin diesel,

misalnya mesin yang digunakan pada proses produksi, mesin boat, mesin kapal layar, dan mesin kendaraan bermotor di darat tanpa harus modifikasi mesin terlebih dahulu.

1.2 Perumusan Masalah

Indonesia dapat mengembangkan BBN karena keanekaragaman hayati dan juga harga minyak mentah dunia yang meningkat menyebabkan harga domestik BBM ikut meningkat. Harga minyak mentah sampai menyentuh US$ 79 per barrel pada tanggal 14 Juli 2006. Setelah mengalami fluktuasi dalam waktu yang cukup lama, harga minyak

mentah turun sampai menyentuh US$ 65 per barrel pada tanggal 24 Mei 2007 11 . Walaupun harga minyak mentah dunia telah turun, bukan berarti Indonesia tidak perlu melakukan

11 Rieska Wulandari, “Alternatif Energi Baru dari Minyak Jarak,” Suara Pembaruan Daily . Data diperoleh dari http://www.oil-price.net 11 Rieska Wulandari, “Alternatif Energi Baru dari Minyak Jarak,” Suara Pembaruan Daily . Data diperoleh dari http://www.oil-price.net

Pemerintah mengeluarkan PP No. 5 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang mengatur komposisi sumber energi dalam energy (primer) mix Indonesia. Sesuai pasal 2 ayat 1, tujuan PP tersebut untuk mengerahkan upaya mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri. Bersamaan dengan PP tersebut, pada tanggal yang sama diterbitkan Inpres No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan BBN sebagai Bahan Bakar Lain. Kemudian pemerintah menerbitkan KepPres No. 10 Tahun 2006 yang mengatur pengentasan kemiskinan dan produksi BBN. Dengan terbitnya KepPres tersebut, timbul harapan bahwa produksi BBN dapat menjadi salah satu jalan dalam mengentaskan kemiskinan yang dialami oleh masyarakat. Bersamaan dengan KepPres tersebut pemerintah membentuk Tim Nasional (untuk selanjutnya akan disebut sebagai TimNas) BBN untuk menyusun blue print dan road map dari pengembangan BBN. Blue print dan road map mendeskripsikan bagaimana program pemerintah supaya BBN dapat mensubstitusi BBM dalam jangka pendek dan jangka panjang. Roadmap diharapkan dapat mengefektifkan dan mensinkronkan upaya-upaya penelitian dan pengembangan BBN (yang intensitasnya meningkat) dalam arah yang menuju ketertegakan ( the establishment of ) industri BBN yang tangguh di dalam negeri.

Secara umum TimNas BBN menetapkan harga jual biodiesel tidak boleh melebihi harga jual solar sehingga konsumen diharapkan akan beralih dari solar menjadi biodiesel. Pada tahun 2007 harga jual solar (yang disubsidi pemerintah) adalah Rp. 4.300,00 per liter maka harga jual biodiesel (tidak disubsidi pemerintah) ditetapkan Rp. 4.300,00 per liter. Terdapat dua pilihan input di Indonesia yang dapat digunakan untuk produksi biodiesel, Secara umum TimNas BBN menetapkan harga jual biodiesel tidak boleh melebihi harga jual solar sehingga konsumen diharapkan akan beralih dari solar menjadi biodiesel. Pada tahun 2007 harga jual solar (yang disubsidi pemerintah) adalah Rp. 4.300,00 per liter maka harga jual biodiesel (tidak disubsidi pemerintah) ditetapkan Rp. 4.300,00 per liter. Terdapat dua pilihan input di Indonesia yang dapat digunakan untuk produksi biodiesel,

Road map pengembangan BBN menargetkan bahwa 15% konsumsi solar pada tahun 2015 disubstitusi biodiesel. Menurut TimNas BBN, harga jual biodiesel tahun 2015 tidak boleh melebihi harga solar sehingga konsumen beralih kepada biodiesel. Harga jual biodiesel yang ditetapkan tersebut akan berimplikasi pada penetapan harga biji jarak pagar maka produsen biodiesel dapat membeli biji jarak pagar dari petani pada tingkat harga yang ditetapkan. Apabila harga jual biodiesel melebihi harga jual solar tahun 2015, pemerintah harus menganggarkan subsidi untuk biodiesel supaya harga jual biodiesel tidak melebihi harga jual solar sehingga program biodiesel tahun 2015 dapat dilaksanakan.

Pengalihan energi dari solar menjadi biodiesel dengan harga biji jarak pagar yang ditetapkan pemerintah membawa beberapa permasalahan baru, di antaranya : (1) Apakah harga biji jarak pagar dan harga jual biodiesel pada tahun 2007 dan 2015 yang

ditetapkan pemerintah merefleksikan biaya produksi yang seharusnya? (2) Bagaimana skema industri dan struktur biaya produksi biodiesel? (3) Berapa harga jual biodiesel pada tahun 2007 dan 2015 yang telah memperhitungkan

biaya produksi yang seharusnya agar tidak merugikan petani jarak pagar? (4) Berapa besaran subsidi dan kepada siapa subsidi akan diberikan jika pemerintah ingin mendorong penggunaan biodiesel sebagai substitusi solar pada tahun 2015 sesuai dengan blue print pengembangan BBN?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menunjukkan bahwa biodiesel dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap solar. (2) Menghitung nilai ekonomi biodiesel dari sisi biaya produksi dan harga jual. (3) Memberi masukan pada policy maker berapa seharusnya harga biji jarak pagar sebagai

input proses produksi biodesel dan berapa seharusnya harga jual biodiesel pada tahun 2007 dan 2015 agar tidak merugikan petani jarak pagar.

(4) Memberi masukan pada pemerintah tentang besaran subsidi biodiesel supaya harga biodiesel tidak melebihi harga jual solar di pasar pada tahun 2015, dengan asumsi biaya faktor produksi dan harga pada tahun 2007 dan 2015 adalah konstan.

(5) Menunjukkan kepada siapa subsidi sepatutnya diberikan jika pemerintah ingin mendorong penggunaan biodiesel sebagai substitusi solar pada tahun 2015.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang BBN pada umumnya dan biodiesel pada khususnya. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada biodiesel yang menggunakan biji jarak pagar sebagai input proses produksinya. Ada suatu hal yang membedakan jarak pagar dengan kelapa sawit, yaitu jarak pagar merupakan salah satu jenis dari tanaman non edibility (non pangan), sedangkan kelapa sawit merupakan tanaman edibility (pangan).

Road map pengembangan BBN menargetkan bahwa 15% konsumsi solar tahun 2015 disubstitusi biodiesel dan TimNas BBN menetapkan harga jual biodiesel tidak boleh melebihi harga jual solar. Jika melebihinya, pemerintah harus menganggarkan subsidi. Penelitian ini menitikberatkan pada perhitungan jumlah subsidi yang harus dianggarkan Road map pengembangan BBN menargetkan bahwa 15% konsumsi solar tahun 2015 disubstitusi biodiesel dan TimNas BBN menetapkan harga jual biodiesel tidak boleh melebihi harga jual solar. Jika melebihinya, pemerintah harus menganggarkan subsidi. Penelitian ini menitikberatkan pada perhitungan jumlah subsidi yang harus dianggarkan

1.5 Metodologi Penelitian

Penelitian ini disusun dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Pada metode kualitatif peneliti mengumpulkan data dengan studi literatur dan wawancara lapangan langsung. Studi literatur dilakukan dengan pengumpulan makalah dan karangan ilmiah melalui teknologi internet via World Wide Web (WWW). Wawancara dilakukan di Cilacap, Jawa Tengah karena sudah ada petani yang menanam jarak pagar dan telah didirikan prototype pabrik biodiesel berbasis jarak pagar. Dan output telah diujicobakan kepada mesin kapal nelayan untuk menggerakkan kapal ketika melaut mencari ikan.

Dalam metode kuantitatif, digunakan perhitungan aritmatika sederhana dengan bantuan software Microsoft Excel untuk menghitung biaya produksi biodiesel, harga jual biodiesel pada tahun 2007 dan 2015, serta jumlah subsidi yang harus dianggarkan pemerintah untuk mendorong penggunaan biodiesel sebagai substitusi solar pada tahun 2015. Berdasarkan data historis konsumsi domestik solar tahun 1990 –2004, peneliti menggunakan trend line dengan software Microsoft Excel untuk melakukan proyeksi konsumsi domestik BBM Indonesia hingga tahun 2015.

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : (1) Harga biji jarak pagar sebesar Rp. 500,00 per kg yang ditetapkan pemerintah sebagai input proses produksi biodiesel terlalu rendah sehingga merugikan petani jarak pagar.

(2) Harga biji jarak pagar yang melebihi Rp. 500,00 per kg akan meningkatkan harga jual biodiesel yang ditetapkan pemerintah pada tahun 2007 dan 2015, dengan asumsi biaya faktor produksi dan harga pada tahun 2007 dan 2015 adalah konstan.

(3) Pemerintah perlu mensubsidi biodiesel untuk mendorong penggunaan biodiesel sebagai substitusi solar pada tahun 2015 supaya tidak merugikan petani jarak pagar.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan pada penelitian ini terdiri dari : BAB I PENDAHULUAN Bagian ini meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, hipotesa awal, tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. BAB II TINJAUAN LITERATUR Bagian ini merupakan tinjauan mengenai teori-teori dan pemikiran-pemikiran dari literatur dan penelitian sebelumnya yang mendasari analisa penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ini membahas bagaimana peneliti mengumpulkan data beserta pengolahan data tersebut untuk dapat melakukan analisa dan menghasilkan kesimpulan dalam penelitian ini. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Bagian ini membahas hasil dari pengolahan data beserta analisa tentang hasil pengolahan data tersebut. BAB V KESIMPULAN Bagian ini menjawab permasalahan yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, dan peneliti juga memberikan saran kepada penelitian selanjutnya agar dapat melengkapi penelitian ini.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

2.1 Pendahuluan

“Der Gebrauch von Pflanzenol als Kraftstoff mag heute unbedeutend sein. Aber derartige Produkte konnen im Laufe der Zeit ebenso wichtig werden wie Petroleum und diese Kohle-Teer-Produkte von h eute.“ Kalimat yang ditulis Rudolf Christian Karl Diesel tersebut memiliki makna dalam bahasa Indonesia sebagai berikut : Pemakaian minyak nabati sebagai bahan bakar untuk saat ini sepertinya tidak berarti, tetapi pada saatnya nanti akan menjadi penting, sebagaimana minyak bumi dan batubara sekarang.

Kalimat itu dikemukakan sejak tahun 1912 saat Diesel, seorang insinyur dari Jerman, berpidato dalam acara pendaftaran paten mesin atau motor hasil karyanya yang dinamakan sama dengan namanya, yaitu mesin Diesel. Mesin diesel pertama di dunia itu dijalankan dengan bahan bakar dari minyak kacang dan minyak biji mariyuana atau ganja

( 12 Cannabis Sativa ) . Walau sudah dikatakan sejak hampir seratus tahun yang lalu, namun makna dari kalimat itu baru dirasakan kebenarannya pada akhir-akhir ini. Dampak BBM

pada saat ini , seperti adanya global warming, semakin dirasakan masyarakat. Hal ini mendesak peran minyak nabati atau BBN untuk dapat segera mensubstitusi peran BBM. Apalagi dengan mengingat jumlah cadangan minyak mentah di Indonesia yang saat ini relatif menipis, jika dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu, ada baiknya jika BBN makin cepat menggantikan peran BBM sebagai sumber energi bagi masyarakat Indonesia. Jumlah cadangan minyak mentah yang menipis merupakan contoh bahwa ketersediaan sumber daya yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan kita memiliki sifat keterbatasan.

Effendi Syarief, Melawan Ketergantungan pada Minyak Bumi: Bahan Bakar Gerakan Nabati dan Biodiesel sebagai Alternatif & Gerakan (Yogyakarta, 2004), hal. 29.

Waktu merupakan aspek penting dalam mengelompokkan sumber daya alam 13 . Sumber daya terbarukan adalah sumber daya yang dapat digunakan sebagai input dalam

perekonomian tanpa batas waktu. Sedangkan, sumber daya tidak terbarukan adalah sumber daya yang mempunyai persediaan terbatas dalam jangka waktu tertentu. Akan tetapi, sumber daya terbarukan juga dapat menipis dan habis. Sebagai contoh, hewan yang ditangkap melebihi pertumbuhannya dapat punah. Pada dasarnya, yang membedakan sumber daya terbarukan dengan sumber daya tidak terbarukan adalah faktor waktu yang dibutuhkan sumber daya tersebut untuk generasi ( rate of generation ). Semakin lama waktunya, maka sumber daya tersebut dapat dikatakan sebagai sumber daya tidak terbarukan. Selain itu, laju pengurasan sumber daya ( rate of extraction ) tidak boleh melebihi rate of generation karena apabila melebihinya maka sumber daya tersebut dapat habis meskipun sumber daya tersebut termasuk sumber daya terbarukan. Jadi, sumber daya dapat digolongkan menjadi sumber daya terbarukan apabila laju generasinya relatif cepat dan lebih besar dari laju pengurasannya.

2.2 Ketersediaan Sumber Daya

Ada dua pandangan yang menilai tentang ketersediaan sumber daya. Pertanyaan utama yang mendasari perbedaan pandangan ini adalah apakah sumber daya yang tersedia pada saat ini dapat mencukupi kebutuhan ekonomi bagi kita, anak cucu kita dan generasi- generasi selanjutnya? Dua pandangan tersebut terbagi atas dua sisi, yaitu sisi pesimis, dan sisi optimis.

2.2.1 Sisi Pesimis

Sisi pesimis berawal pada pemikiran Thomas Malthus tentang populasi, yaitu pertumbuhan populasi manusia akan melebihi kemampuan alam untuk menyediakan

John M. Hartwick, Nancy D. Olewiler, The Economics of Natural Resource Use, 2th ed. (Reading, Mass., 1998), hal. 4.

makanan bagi pertambahan tersebut 14 . Pemikiran ini lalu dikembangkan pada buku The Limits to Growth 15 pada 1972 oleh Donella H. Meadows, dkk . Lalu direvisi kembali pada

tahun 1992 dengan judul Beyond The Limits oleh Prof. Jay Forrester dari MIT. Ada tiga kesimpulan dari sisi pesimis. (1) Dalam waktu kurang dari 100 tahun, jika tidak ada perubahan yang berarti, masyarakat akan kekurangan konsumsi dari sumber daya yang tidak terbarukan. Pada saat itu sistem ekonomi akan collapse , angka pengangguran tinggi, produksi pangan berkurang, hingga tingkat populasi akan menurun sebagai akibat dari meningkatnya angka kematian; (2) Collapse dari sistem ekonomi tetap terjadi, tapi disebabkan karena tingginya tingkat polusi yang dihasilkan oleh industri sebagai akibat dari ketersediaan sumber daya yang berlimpah. Apabila masalah sumber daya yang dapat habis dan polusi dapat teratasi maka populasi akan bertambah, dan kemudian masalah makanan akan muncul. Sisi ini menggambarkan bahwa pemecahan masalah yang satu akan menimbulkan masalah yang lain; (3) Masalah yang muncul dapat dihindari dengan memecahkan masalah populasi dan polusi, tapi dengan pertumbuhan yang terhambat.

Pertumbuhan yang digambarkan sisi ini bersifat eksponensial, maka semakin tinggi angka pertumbuhan akan mengakibatkan makin cepat sumber daya alam habis. Contoh tingkat pertumbuhan yang eksponensial adalah misal pertumbuhan 3% per tahun, maka pertambahan yang terjadi akan makin besar dari tahun ke tahun bukan tetap 3%.

2.2.2 Sisi Optimis

Dimulai dari Julian Simon yang menentang pemikiran sisi pesimis dalam bukunya yang berjudul The Ultimate Resource yang menolak teori overshoot dan collapse dari

ekonomi 16 . Simon menyimpulkan bahwa taraf hidup akan meningkat seiring bertambahnya

Thomas R. Malthus, An Essay on Population (London, 1798). 15 Donella H. Meadows, et. all., The Limits to Growth: A Report for the Club of Rome’s Project on the Predicament

Mankind 16 (New York, 1972). Julian L. Simon, The Ultimate Resource (New Jersey, 1981).

populasi manusia, dan akan menurunkan biaya. Dengan meningkatnya pendapatan, orang akan berani membayar lebih mahal untuk mendapatkan lingkungan yang lebih rendah polusi. Dan tidak tertutup kemungkinan terciptanya kehidupan yang lebih baik karena

harga bahan baku, makanan, dan energi yang lebih murah 17 . Argumen Simon didasari oleh dua dasar pemikiran. Pertama, sumber-sumber

bacaan yang diperolehnya menyatakan bahwa manusia sejak dulu dapat mengatasi permasalahan yang ada mengenai kelangkaan dan masalah lingkungan yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi. Kedua, Simon menemukan bahwa tidak ada alasan yang kuat yang menyatakan bahwa tren tersebut tidak dapat terus berjalan.

Simon menuliskan beberapa hasil observasi untuk menguatkan pendapatnya 18 :  Jumlah lahan untuk pertanian bertambah, walau di beberapa negara jumlah lahannya

berkurang, produksi pangan terus bertambah. Maka pangan bukanlah suatu masalah;  Sumber daya alam tidak menjadi langka dari waktu ke waktu. Masalah kekurangan

bukanlah karena alam namun karena masalah pada tingkah laku manusianya;  Tingkat polusi menurun seiring dengan tingkat populasi dan pendapatan yang

meningkat. Polusi bukanlah akibat dari aktivitas ekonomi, melainkan suatu hasil dari penempatan suatu investasi.

2.3 Klasifikasi Energi

Klasifikasi energi sama dengan klasifikasi sumber daya alam, antara lain energi tidak terbarukan dan energi terbarukan. Energi terbarukan merupakan energi yang dapat dihasilkan kembali, secara alami atau dengan bantuan manusia. Sedangkan energi tidak

terbarukan merupakan energi yang dapat habis sekali pakai 19 . Klasifikasi ini harus memperhatikan aspek lain, seperti aspek pemakaian ( use ) dan aspek komersial

. hal. 344. 18 Ibid Tom Tietenberg, Environmental and Natura l Resource Economics, 5th ed. (New York, 2000), hal. 8. 19 Sukanto Reksohadiprodjo, dan Pradono, Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Energi, Edisi 2 (Yogyakarta : 1998), hal. 6.

( commercial ). Sumber energi, dilihat dari aspek pemakaian, terdiri atas energi primer dan energi sekunder. Energi primer adalah energi yang diberikan oleh alam dan dapat langsung dikonsumsi walaupun belum diproses lebih lanjut. Sementara itu, energi sekunder adalah energi primer yang telah diproses lebih lanjut. Sebagai contoh, minyak bumi ketika baru digali dari dalam tanah masih merupakan energi primer. Namun, jika minyak bumi diproses lebih lanjut menjadi bahan bakar, maka bahan bakar ini adalah energi sekunder. Demikian pula bila air terjun dipasang alat pembangkit listrik, maka listrik yang dihasilkan merupakan energi sekunder, sedangkan air terjun itu sendiri disebut energi primer.

Bila dilihat dari nilai komersial,maka sumber energi terdiri dari sumber energi komersial, sumber energi non-komersial, dan sumber energi baru. Energi komersial adalah energi sudah digunakan dan diperdagangkan dalam skala ekonomis. Energi non-komersial adalah energi yang sudah dipakai tetapi tidak dalam skala ekonomis. Energi baru adalah energi yang sudah dipakai tetapi masih dalam tahap pengembangan ( pilot project ). Energi baru belum dapat diperdagangkan karena belum mencapai skala ekonomi. Keseluruhan klasifikasi dapat dilihat dalam Tabel 2-1.

Tabel 2-1 Klasifikasi Sumber Energi Berdasarkan

Berdasarkan nilai

ketersediaan

komersial

Berdasarkan pemakaian

1. Tidak terbarukan

1. Komersial

1. Primer

 Minyak bumi

 Minyak bumi

 Minyak bumi

 Batubara

 Gas alam

 Gas alam

 Bijih mineral

 Tenaga air

 Tenaga air

2. Terbarukan

 Panas bumi

 Panas bumi

 Tenaga angin

 Uranium

2. Sekunder

 Tenaga air

2. Non komersial

 Listrik

 Panas bumi

 Kayu bakar

 LPG

 Tenaga surya

 Limbah pertanian

 BBM

 Samudera

3. Energi baru

 Gas alam

 Biomassa

 Tenaga surya

 Briket batubara

 Tenaga angin  Tenaga samudera  Biomassa

Sumber : Dari berbagai sumber

2.4 Energi Biodiesel

Terdapat banyak tanaman yang mengandung minyak dan salah satu kegunaan dari minyaknya yaitu dapat digunakan sebagai input dari proses produksi BBN. Tanaman tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2-2.

Tabel 2-2 Daftar Tanaman Yang Mengandung Minyak

Nama Tanaman Kandungan Minyak per Hektar Setara US Gallon/Acre Inggris

corn (maize) jagung

cashew nut jambu mete

oats gandum

cotton kapas

hemp ganja

soybean kedelai

linseed (flax)

pumpkin seed biji labu

coriander ketumbar

mustard seed

sesame wijen

rice beras

tung oil tree

sunflower bunga matahari

cocoa coklat

peanuts kacang tanah

opium poppy opium

rapeseed lobak

olives zaitun

castor beans jarak kepyar

pecan nuts kemiri

jatropha jarak pagar

macademia nuts

brazil nuts

avocado alpokat

coconut kelapa

palm oil kelapa sawit

Sumber : Effendi Syarief (2004)

Keterangan :  Tabel 2-2 diurutkan menurut kuantitas minyak hasilnya.

 Tanaman yang tidak memiliki nama Indonesia artinya tidak terdapat atau nyaris tak dikenal di Indonesia.  Jika dikonversi menjadi biodiesel, maka rasionya untuk semua minyak dari semua jenis tanaman ini adalah rata-rata

sekitar 0,8 per kilogram atau per liter. Ini adalah perkiraan konservatif, karena memang sangat beragam pada setiap sekitar 0,8 per kilogram atau per liter. Ini adalah perkiraan konservatif, karena memang sangat beragam pada setiap

Beberapa jenis tanaman berumur pendek yang menghasilkan dalam waktu sekitar 4-12 bulan, umumnya adalah tanaman yang menghasilkan biji mengandung minyak, yaitu jarak, wijen, bunga matahari, kacang tanah, kedelai, ganja, dll. BBN dari sumber hewani antara lain: lemak sapi, kambing, babi, dsb. Selain itu, sisa-sisa atau limbah minyak goreng bekas (minyak jelantah) juga dapat dimanfaatkan menjadi BBN.

Dari Tabel 2-2 dapat dilihat bahwa tanaman yang kandungan minyak paling besar, seperti kemiri, alpokat, kelapa, dan kelapa sawit, merupakan tanaman yang sudah dikenal di Indonesia. Semua tanaman ini merupakan perennial crops yang menghasilkan setelah lewat dari 5 tahun. Tanaman ini memerlukan lahan subur, curah hujan tinggi, perawatan cukup intensif, dimana hal ini akan berdampak pada besarnya biaya hingga harga jual akan tinggi, maka perlu beberapa tahun untuk sampai pada titik-impas ( break-even point ).

Biodiesel adalah cairan berwarna kuning terang atau kuning gelap, dengan titik didih tinggi dan tekanan uap rendah. Kepekatannya lebih rendah dari air, yaitu 0.86 g/cm³. Biodiesel yang memiliki kekentalan seperti solar (bahan bakar diesel yang dihasilkan dari petroleum) dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel, atau sebagai zat aditif atau zat tambahan solar untuk melicinkan bahan bakar Ultra-Low Sulfur Diesel (ULSD), namun biodiesel tidak akan meningkatkan sulfur di atas 15 ppm.

Karakteristik biodiesel sama dengan solar, maka biodiesel dapat digunakan secara murni atau dicampur solar untuk menggantikan solar. Biodiesel berasal dari minyak tanaman jarak pagar, bunga matahari, atau kelapa sawit. Namun, biodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa melakukan perubahan mesin. Hal ini yang membedakan biodiesel dengan BBN lainnya, seperti straight vegetable oils (SVO) or waste vegetable oils (WVO). Para pemerhati biodie sel menggunakan huruf “B” untuk menandakan bahwa biodiesel ini Karakteristik biodiesel sama dengan solar, maka biodiesel dapat digunakan secara murni atau dicampur solar untuk menggantikan solar. Biodiesel berasal dari minyak tanaman jarak pagar, bunga matahari, atau kelapa sawit. Namun, biodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa melakukan perubahan mesin. Hal ini yang membedakan biodiesel dengan BBN lainnya, seperti straight vegetable oils (SVO) or waste vegetable oils (WVO). Para pemerhati biodie sel menggunakan huruf “B” untuk menandakan bahwa biodiesel ini

Jika dibandingkan dengan solar, biodiesel memiliki kelebihan sebagai berikut 20 :  Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin karena termasuk kelompok minyak

tidak mengering ( non-drying oil );  Mampu mengeliminasi efek rumah kaca;  Merupakan renewable energy (energi terbarukan) karena terbuat dari bahan alam yang

dapat diperbarui sehingga kontinuitas ketersediaan bahan baku dapat terjamin;  Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal;

21 Keuntungan lingkungan dari biodiesel jika dibandingkan dengan solar adalah :  Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang lebih baik yaitu

free sulphur ( bebas sulfur), smoke number (bilangan asap) rendah dan angka setana cetane number lebih tinggi (> 60) sehingga efisiensi pembakarannya lebih baik;

 Biodiesel mengandung aroma hidrokarbon yang lebih sedikit : benzofluoranthene berkurang 56 % , dan benzopyrenes berkurang 71 %;  Biodiesel mengurangi emisi CO kira-kira 50 % dan CO 2 sebesar 78 % di dalam neto lifecycle karena emisi biodiesel yang berupa karbon didaur ulang dari karbon yang

sudah ada di atmosfir;  Pembakarannya terbakar sempurna (clean burning) hingga tidak menghasilkan racun dan dapat terurai 22 . Ada tiga tanaman yang minyaknya dapat digunakan sebagai input bahan bakar

biodiesel, yaitu jarak pagar, bunga matahari, dan kelapa sawit 23 .

20 Erliza Hambali, et al., Jarak Pagar : Tanaman Penghasil Biodiesel (Jakarta, 2006), hal.7 .

22 http://en.wikipedia.org Departemen Energi AS mengkonfirmasi bahwa racun biodiesel lebih sedikit daripada garam meja dan dapat terurai secepat gula.

2.4.1 Jarak Pagar ( Jatropha curcas Linneaus) Kekurangan jarak pagar adalah pada satuan waktu pemetikan dibandingkan dengan satuan harga jualnya namun kekurangan ini tidak menghilangkan kelebihannya, yaitu dapat hidup mencapai 50 tahun, dan tidak membutuhkan terlalu banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan termasuk paling sedikit di antara tumbuhan lain yang ada di dalam tabel 2-2.

Walaupun hasilnya masih di bawah kelapa sawit, tetapi tanaman ini mampu hidup dalam kekeringan di lahan kritis-minus dengan perawatan sekedarnya saja, sementara ampas perasan minyaknya adalah pupuk organik yang baik untuk reklamasi lahan tandus.

Dibanding dengan jarak jenis lanilla, yakni yang dikenal sebagai jarak kepyar ( Ricinus communis ), jarak pagar memiliki beberapa kelebihan, antara lain :  Hasil minyaknya per hektar lebih banyak;  Jarak kepyar memiliki biji yang dilapisi oleh kulit yang keras, sehingga pada

pengolahannya dibutuhkan pemanasan awal dengan uap panas ( preheated steamed ) untuk melunakkan kulit bijinya yang keras. Hal ini membutuhkan energi tambahan. Sedangkan biji jarak pagar lunak seperti biji kacang tanah, dan tidak memiliki kulit yang keras sehingga dapat diperas dengan alat sederhana ..

2.4.2 Bunga Matahari ( Heliantus annus)

Kekurangan utama bunga matahari adalah hasil per hektarnya relatif rendah di bawah jarak pagar. Kelebihan bunga matahari adalah usia penanaman yang pendek maka tanaman sudah dapat dipanen hanya sekitar 90 hari atau 3 bulan sejak penebaran benih.

Jika ditanam pada dataran luas dan datar, pemetikan dilakukan secara mekanisasi yaitu dengan alat yang disebut combine , yakni alat dengan sistem mencukur batang sekaligus memisahkan batang dengan biji atau buah,. Pemetikan ini memang hanya dapat dilakukan di lahan datar dan luas. Alat ini dipasang di depan traktor untuk mencukur

Syarief, Op. Cit., hal. 115-123.

batang bunga matahari. Akbatnya, combine tidak dapat digunakan untuk memanen jika bunga matahari ditanam di lahan yang berlekuk (kontur tajam) karena traktornya bisa terguling sehingga harus dipanen dengan tangan. Namun, memanen bunga matahari dengan tangan, secara ekonomis, hasilnya di bawah hasil panen jarak pagar.

Minyak bijinya dapat dijadikan minyak goreng, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa sawit, sedangkan minyak jarak pagar tidak dapat dijadikan minyak goreng. Selain itu, ampas perasan minyak bijinya dapat dibuang ke lahan tandus sebagai pupuk alam untuk reklamasi lahan. Ampas dan biji segarnya merupakan pakan ternak bergizi tinggi. Inilah kelebihannya dibanding ampas biji jarak pagar yang mengandung zat curcasine yang beracun dan memabukkan ternak yang memakannya.

Petani yang menanam biji bunga matahari dapat memelihara ternak dengan pakan dari ampas perasan minyak bijinya. Kotoran ternak dijadikan biogas untuk bahan bakar memasak. Limbah biogas merupakan pupuk yang baik untuk reklamasi lahan tandus.

2.4.3 Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis )

Nilai ekonomis komersialnya masih lebih baik dibanding jarak pagar dan bunga matahari. Masalah utamanya adalah tanaman ini memerlukan asupan dengan biaya yang relatif mahal, yaitu untuk bahan kimia pertanian, teknologi pengolahan, serta luas lahan yang (dalam praktiknya selama ini) sering membabat hutan alam menjadi perkebunan besar monokultur dan juga menggusur tanah-tanah masyarakat sekitar, seperti yang terlihat di daerah Asahan, Sumatera Utara dan di pedalaman Sanggau, Kalimantan Barat.

Perlu dipikirkan untuk membangun perkebunan kelapa sawit di lahan kritis yang membutuhkan penyuburan (reklamasi) lahan terlebih dahulu. Jarak pagar dapat menjadi pilihan untuk proses reklamasi ini. Selama beberapa tahun, lahan ini dapat dimuliakan Perlu dipikirkan untuk membangun perkebunan kelapa sawit di lahan kritis yang membutuhkan penyuburan (reklamasi) lahan terlebih dahulu. Jarak pagar dapat menjadi pilihan untuk proses reklamasi ini. Selama beberapa tahun, lahan ini dapat dimuliakan

2.4.4 Suatu Perhitungan Awal

Di atas kertas, perhitungan nilai perennial crops lebih menguntungkan. Misalnya, kelapa sawit panen pada usia 4 tahun, setiap petani memetik satu tandan yang beratnya 10 kg (bernilai sekitar Rp 10.000,00 dengan bekerja beberapa jam), maka ia akan memetik 3-5 tandan per hari (senilai Rp 30.000-50.000), atau 90-150 tandan per bulan (senilai Rp 900.000-1.500.000). Namun, masyarakat yang menanamnya harus merawat selama 4 tahun. Kelapa sawit butuh persyaratan lahan yang subur maka perlu pemupukan intensif sehingga perlu modal yang tidak kecil untuk membeli peralatan tambahan seperti pupuk

dan racun anti hama 24 . Maka alternatifnya adalah tanaman jarak pagar atau bunga matahari. Kedua jenis tanaman ini adalah jenis tanaman jangka pendek yang hanya membutuhkan

waktu 4-8 bulan untuk berbuah dan siap dipanen. Manfaat lainnya adalah dampak positif reklamasi lahan tandus dari pupuk limbah (ampas) bijinya yang telah diperas minyaknya.

Syarief pada tahun 2004 mengusulkan suatu program sebagai gerakan awal dalam memasyarakatkan BBN 25 . Program ini adalah program penanaman jarak pagar pada satu

juta hektar lahan tidur, terutama di wilayah pedesaan berlahan kritis dan minus, maka akan diperoleh 1.892 juta liter BBM nabati per tahun 26 .

Sampai tahun 2003, Indonesia terdiri dari 30 propinsi. Propinsi DKI Jakarta yang nyaris tidak memiliki lahan tidur dikeluarkan dari perhitungan. Maka, satu juta hektar dibagi 29 propinsi, dibagi 5 kabupaten per propinsi, dibagi 10 kecamatan per kabupaten,

akan diperoleh 690 hektar per kecamatan. Jika dibulatkan 700 hektar, berarti 7.000.000 M 2

24 Syarief, Op. Cit., hal. 114. 25 Ibid., hal. 124-126.

26 Satu hektar adalah 100 m X 100 m =10,000 m 2 . Satu km 2 adalah 1,000 m X 1,000 m = 1,000,000 m 2 = 100

hektar. Maka, satu juta hektar adalah 1,000,000/100 = 10,000 km 2 , atau 100 km X 100 km.