Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kemeja di PT Unie Sakinah Busana

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
KEMEJA DI PT UNIE SAKINAH BUSANA

ADITYO WIDIANTO

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Kemeja di PT Unie Sakinah Busana adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Adityo Widianto
NIM H24114019

ABSTRAK
ADITYO WIDIANTO. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kemeja di
PT Unie Sakinah Busana. Dibimbing oleh Eko Ruddy Cahyadi.
Manajemen pengendalian persediaan bahan baku digunakan untuk
mengelola penggunaan bahan baku agar penggunaannya optimal, sehingga tidak
terjadi kekurangan maupun kelebihan bahan baku yang menyebabkan terjadinya
peningkatan biaya persediaan. PT Unie Sakinah Busana memproduksi berbagai
macam kebutuhan fashion, salah satunya adalah kemeja. Tujuan dari penelitian ini
adalah : 1. Memahami manajemen dan permasalahannya sistem persediaan bahan
baku saat ini pada PT Unie Sakinah Busana. 2. Mengidentifikasi bahan baku yang
paling kritis atau memiliki prioritas utama karena memiliki dampak yang besar
terhadap proses produksi di PT Unie Sakinah Busana. 3. Analisis efisiensi biaya

penyimpanan bahan baku pada PT Unie Sakinah Busana. Untuk mengoptimalkan
persediaan bahan baku yang digunakan, maka dilakukan perhitungan dengan
menggunakan analisis ABC, dan metode Economic Order Quantity (EOQ)
dengan menggunakan software POM for windows 3. Berdasarkan perhitungan
analisis ABC, dari sebelas bahan baku penyusun, terdapat dua bahan baku yang
berada pada kategori A yaitu, bahan polyester dan bahan cotton. Perhitungan total
biaya persediaan bahan baku dala setahun keseluruhan untuk kedua bahan baku
tersebut dengan menggunakan metode EOQ dengan bantuan software POM
sebesar Rp. 4 139 866 000, nilai tersebut lebih kecil dibandingkan perhitungan
perusahaan yang sebesar Rp. 4 145 424 009, sehingga perusahaan dapat
melakukan penghematan sebesar Rp. 5 558 009 dalam satu tahun.
Kata Kunci : EOQ, Optimalisasi POM, Pengendalian Bahan Baku

ABSTRACT
ADITYO WIDIANTO. Analysis inventory contolling of raw materials shirt in PT.
Unie Sakinah Busana. Supervised by Eko Ruddy Cahyadi
Management inventory controlling of raw materials shirt is to supervising
use of raw materials optimization, that is not occur deficit or surplus of raw
materials which be able to enhancement inventory cost. PT. Unie Sakinah Busana
is produce various kind of fashion, one of them is shirt. The objectives of this

research are : 1. Understanding the system management and issue of supplies of
raw materials currently in PT Unie Sakinah Busana. 2. Identify the most critical
raw materials of have priority because it has a large effect on the production
process on PT Unie Sakinah Busana. 3. Analysis of cost efficiency the storage of
raw materials at PT Unie Sakinah Busana. To optimizing inventory of raw
materials which it use, the calculation using ABC analysis, and Economic Order
Quantity (EOQ) with software POM for windows 3. Based on calculating using
ABC analysis, there are two raw materials in A category, they are polyester
material and cotton materials. The total cost calculation inventory of raw materials
is Rp 4 139 866 000, the value is smaller than corporation calculation is Rp. 4
145 424 009. That corporation is saving Rp 5 558 009 in a year.
Keywords :EOQ, Optimilization, POM, Raw materials

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
KEMEJA DI PT UNIE SAKINAH BUSANA

ADITYO WIDIANTO

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kemeja di PT
Unie Sakinah Busana
Nama

: Adityo Widianto

NIM

: H24114019


Disetujui Oleh

Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM.
Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr. Mukhamad Najib, STP,MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad SAW, keluarga, dan pengikutnya.
Tema skripsi penulis yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan
Januari 2014 sampai April 2014 ini adalah pengendalian persediaan bahan baku,

dengan judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kemeja di PT Unie
Sakinah Busana.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Eko Ruddy Cahyadi S.Hut.,
MM selaku pembimbing atas saran dan motivasi yang diberikan. Selain itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kiswo selaku manajer HRD PT
Unie Sakinah Busana, dan Bapak Iwan Hadi Siswoyo selaku pembimbing lapang
yang banyak memberikan arahan dan bantuan dalam pengumpulan data. Terima
kasih penulis ucapkan juga kepada orang tua, keluarga, serta seluruh teman-teman
atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, September 2014

Adityo Widianto

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
9
PENDAHULUAN

1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Definisi Industri Garment
3
Definisi Persediaan
3
Faktor Penyebab Munculnya Persediaan
4
Fungsi dan Tujuan Persediaan

4
Jenis-Jenis Persediaan
5
Biaya Persediaan
5
Analisis ABC
6
Jumlah Pemesanan Ekonomis (Economic Order Quantity, EOQ)
6
Penelitian Terdahulu
7
METODOLOGI PENELITIAN
8
Kerangka Pemikiran
8
Lokasi dan Waktu Penelitian
9
Pengumpulan Data
10
Pengolahan dan Analisis Data

10
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Profil Perusahaan
10
Struktur Organisasi
11
Proses Produksi
12
Perencanaan Produksi
13
Prosedur Pemesanan dan Pembelian Bahan Baku
13
Kebutuhan Bahan Baku Kemeja
15
Analisis ABC
15
Biaya Persediaan
16
Economic Order Quantity

17
Reorder Point (ROP)
19
Perbandingan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Antara Metode EOQ Dengan
Perhitungan Perusahaan
21
SIMPULAN DAN SARAN
23
Simpulan
23
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
23

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian
2 Struktur Organisasi
3 Proses Produksi
4 Prosedur Pemesana dan Pembelian Bahan Baku

5 Grafik penerapan ROP pada pengendalian persediaan bahan baku Polyester
6 Grafik penerapan ROP pada pengendalian persediaan bahan baku Cotton

9
11
12
14
20
20

DAFTAR TABEL
1 Biaya dalam sistem persediaan
2 Jumlah Produksi Kemeja Tahun 2013
3 Kebutuhan Bahan Baku yang di Pesan
4 Kebutuhan Bahan Baku Kemeja
5 Analisis ABC Produksi Kemeja
6 Jumlah Pesan Optimum Dengan Menggunakan Metode EOQ
7 Data Bahan Baku
8 Tabel perbandingan bahan baku polyester
9 Tabel perbandingan bahan baku cotton
10 Perbandingan Biaya Total Persediaan Bahan Baku
11 Biaya-Biaya Perusahaan

5
13
15
15
16
17
18
18
18
21
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan Metode EOQ dan Biaya Total Persediaan Menggunakan Software
POM for Windows 3.
28
2 Perhitungan Biaya Pemesanan dan Penyimpanan
26

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan industri garment atau pakaian jadi di Indonesia setiap tahun
selalu memperlihatkan grafik peningkatan yang cukup berarti. Industri garment
juga melihatkan peningkatan yang signifikan dalam meningkatkan nilai ekspor
non migas, selain itu industri garment merupakan industri padat karya yang
mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) dari sekitar 5 130 industri garment dalam skala besar yang
ada pada tahun 2013, mampu menyerap tenaga kerja hingga mencapai 1.53 juta
orang, untuk skala kecil tercatat sebanyak 38 932 unit usaha dan menyerap tenaga
kerja sebanyak 381 901 orang, sedangkan untuk skala rumah tangga tercatat
sebanyak 357 020 unit usaha dan mempekerjakan sebanyak 457 403 orang.
Salah satu unit usaha Garment berskala menengah. PT Unie Sakinah Busana
(USB) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertekstilan atau pakaian
jadi. PT. USB memproduksi kemeja pria/wanita, blouse, wanita, rok, baju anakanak, dan sebagainya. PT Unie Sakinah Busana merupakan salah satu perusahaan
yang cukup mendapat perhatian dari pemerintah karena perusahaan ini termasuk
kedalam perusahaan yang mampu bertahan dan dapat berkembang dengan baik
semenjak tahun 1998. Namun dalam pengelolaan manajemen perusahaan belum
tertata dengan baik, khususnya dalam pengelolaan persediaan bahan baku.
Pengelolaan persediaan bahan baku pada PT USB masih dilakukan secara
sederhana, hal ini seringkali mengkibatkan ketidaksesuaian jumlah bahan baku
dalam proses produksi, kelebihan atau kekurangan bahan baku berdampak pada
pendapatan yang akan dimiliki oleh perusahaan, seperti yang terjadi di USB,
kelebihan bahan baku dapat meningkatkan biaya penyimpanan untuk bahan baku
dan kekurangan bahan baku akan meningkatkan biaya pemesanan karena harus
melakukan pembelian bahan baku kembali. Ada juga masalah lain yang dihadapi
oleh perusahaan dalam persediaan. Kerusakan pada kain yang disebabkan
penyimpanan terlalu lama. Kerusakan kain akan berdampak pada menigkatan
anggaran pembelian bahan baku.
Menurut Gozali (2012), persediaan sangat besar pengaruhnya terhadap
aspek biaya dalam suatu perusahaan. Jika dalam suatu perusahaan memiliki
persediaan yang terlalu besar maka akan sangat merugikan karena membutuhkan
biaya investasi yang besar, namun kurangnya persediaan juga berdampak pada
tingkat layanan yang dapat merugikan pihak perusahaan.
Selain pengelolaan persediaan bahan baku yang masih dilakukan secara
sederhana, PT USB juga mengalami permasalahan dengan persaingan di
lingkungan industri garment di kota Bogor. Hal tersebut terlihat dari banyaknya
pabrik-pabrik garment yang bermunculan di Bogor, peningkatan jumlah
perusahaan garment tersebut menuntut PT USB bersaing dengan perusahaanperusahaan garment yang ada, selain itu PT USB dituntut untuk meningkatkan
daya saingnya, salah satunya dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk
yang USB hasilkan. Menjaga dan meningkatkan kualitas barang yang dihasilkan,
USB perlu memperbaiki sistem persediaan bahan baku agar bahan baku yang
digunakan sesuai dengan jumlah pesanan atau mengoptimalkan penggunaan

2

bahan baku, dengan cara tersebut perusahaan dapat menghemat biaya persediaan,
yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan
Menurut Handoko (2008), persediaan adalah suatu istilah umum yang
menunjukan segala sesuatu atau sumberdaya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Sistem persediaan merupakan
serangkaian kebijakan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan yang
harus dijaga, kapan persediaan yang harus diisi, dan berapa besar pesanan yang
harus dilakukan.
Hal yang perlu dilakukan untuk mengelola persediaan bahan baku adalah
dengan melakukan pengendalian atas persediaan bahan baku yang ada pada USB,
dengan begitu perusahaan dapat mengetahui jumlah bahan baku yang optimal
untuk suatu proses produksi.
Perumusan Masalah
Masalah utama persediaan bahan baku adalah menentukan berapa jumlah
pesanan ekonomis yang akan menjawab persoalan berapa jumlah bahan baku dan
kapan bahan baku itu dipesan sehingga dapat meminimasi ordering cost dan
holding cost. Masalah lain dari persediaan bahan baku adalah terjadinya
penumpukan atau kekurangan bahan baku yang dapat menghambat proses
produksi. Melihat masalah tersebut maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sistem persediaan bahan baku yang sedang berjalan pada PT Unie
Sakinah Busana ?
2. Bagaimana mengoptimalkan persediaan bahan baku agar tidak menghambat
proses produksi pada PT Unie Sakinah Busana ?
3. Bagaimana mengefisiensikan biaya penyimpanan bahan baku pada PT Unie
Sakinah Busana ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memahami manajemen dan permasalahannya sistem persediaan bahan baku
saat ini pada PT Unie Sakinah Busana
2. Mengidentifikasi bahan baku yang paling kritis atau memiliki prioritas utama
karena memiliki dampak yang besar terhadap proses produksi di PT Unie
Sakinah Busana
3. Analisis efisiensi biaya penyimpanan bahan baku pada PT Unie Sakinah
Busana

Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini memiliki manfaat, antara lain :
1. Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
perusahaan dalam pengambilan kebijakan manajemen persediaan bahan baku.
2. Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dalam
melakukan penelitian yang lebih mendalam.

3

3. Penulis berharap penelitian ini dapat membantu penulis mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang didapatkan dari bangku perkuliahan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah mengkaji sistem persediaan bahan
baku dan mengidentifikasi biaya persediaan bahan baku pada produksi kemeja
pria .

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Industri Garment
Menurut Sitekno (2010) Garment adalah proses pembuatan bahan baku
menjadi barang jadi melalui proses jahit. Bahan baku berupa kain atau bahan,
sedangkan prosesnya menggunakan mesin jahit, mesin obras, mesin overdeck,
rajut, dan lain-lain. Industri yang melingkupi produk garment meliputi pabrik
garment, konveksi, maupun home industry. Produk jadi yang dihasilkan berupa
pakaian dan aksesorisnya, berupa pakaian, tas, topi dan sepatu.
Menurut Kania (2012) Industri garment adalah industri yang memproduksi
pakaian jadi dan perlengkapan pakaian. Yang di maksud dengan pakaian jadi
adalah segala macam pakaian dari bahan tekstil untuk laki-laki, wanita, anak-anak
dan bayi. Bahan bakunya antara lain berupa kemeja, blus, rok, kaus, pakaian
dalam, dan lain-lain.
Definisi Persediaan
Menurut Assauri (2008), persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi
barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual suatu periode usaha yang
normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses
produksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam
suatu proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts
yang disediaakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), barang persediaan atau disebut
inventory adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup,
lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik berupa
bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang-barang untuk keperluan
operasi, atau barang-barang untuk keperluan suatu proyek.
Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan
atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang
disimpan untuk diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur, dan
barang jadi yang disimpan untuk dijual. Persediaan memegang peran penting agar
perusahaan dapat berjalan dengan baik (Kusuma, 2009).
Menurut Sumayang (2003), penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai
berikut:

4

a. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian. Untuk menghadapi ketidakpastian
maka pada sistem ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock.
Jika sumber dari ketidakpastian dapat dihilangkan, maka jumlah inventory
maupun safety stock dapat dikurangi.
b. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian. Kadangkadang lebih ekonomis memproduksi barang dalam proses atau barang jadi
dalam jumlah besar atau dalam jumlah paket yang kemudian disimpan sebagai
persediaan.
c. Untuk mengantisipasi perubahan pada demand dan supply. Inventory disiapkan
untuk menghadapi bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan
baku.
Faktor Penyebab Munculnya Persediaan
Menurut Sumayang (2003), penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai
berikut:
a. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian. Untuk menghadapi ketidakpastian
maka pada sistem ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock.
Jika sumber dari ketidakpastian dapat dihilangkan, maka jumlah inventory
maupun safety stock dapat dikurangi.
b. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian. Kadangkadang lebih ekonomis memproduksi barang dalam proses atau barang jadi
dalam jumlah besar atau dalam jumlah paket yang kemudian disimpan sebagai
persediaan.
c. Untuk mengantisipasi perubahan pada demand dan supply. Inventory disiapkan
untuk menghadapi bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan
baku.
Fungsi dan Tujuan Persediaan
Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara
investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan Render 2010).
Sedangkan menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), tujuan mengadakan
persediaan antara lain:
a. Memenuhi kebutuhan normal.
b. Memenuhi kebutuhan mendadak.
c. Memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis.
Menurut Heizer dan Render (2010), persediaan dapat melayani beberapa
fungsi yang menambah fleksibilitas bagi operasi perusahaan. Keempat fungsi
persediaan adalah sebagai berikut:
a. “Decouple”atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai
contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan
mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok.
b. Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan
persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.
Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis eceran.
c. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah
besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang.

5

d. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga.
Jenis-Jenis Persediaan
Menurut Heizer dan Render (2010), untuk mengakomodasi fungsi-fungsi
persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan:
a. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) telah dibeli, tetapi belum
diproses. Persediaan ini dapat digunkan untuk melakukan decouple
(memisahkan) pemasok dari proses produksi.
b. Persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP inventory) adalah
komponen-komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses
perubahan, tetapi belum selesai.
c. MRO adalah persediaan-persediaan yang disediakan untuk persediaan
pemeliharaan, perbaikan, operasi (maintenance, repair, operating-MRO) yang
dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif.
d. Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu
pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan
pelanggan di masa mendatang tidak diketahui.
Biaya Persediaan
Menurut Handoko (2008), biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar
antara 12% - 40% dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan-perusahaan
manufacturing biasanya biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar
25%. Biaya dalam sistem persediaan secara umum dapat diklasifikasikan dalam
Tabel 1.
Tabel 1 Biaya dalam sistem persediaan
Biaya Persediaan
Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Biaya Pemesanan (Order Cost)
Biaya penyiapan (Setup Cost)
Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout
Cost)

Output
Biaya sewa dan pemeliharaan gudang,
biaya listrik, biaya pegawai gudang
Biaya telepon, biaya fax, biaya keperluan
administrasi (printing)
Biaya transportasi, biaya gaji pegawai,
biaya penyusutan mesin
Biaya pemesanan kembali

Sumber : Dasar-dasar Manajemen dan Operasi (2008)

Berdasarkan Tabel 1 diatas, biaya persediaan terdiri dari biaya penyimpanan
(Holding Cost), biaya pemesanan (Order Cost), biaya penyiapan (Setup Cost), dan
biaya kekurangan persediaan (Stockout Cost). Biaya penyimpanan (Holding Cost)
terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas
persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas
bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi.
Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah biaya sewa dan
pemeliharaan gudang, biaya listrik gudang, dan biaya pegawai gudang.

6

Biaya pemesanan (Order Cost) merupakan setiap kali suatu bahan dipesan,
perusahaan menanggung biaya pemesanan. Biaya-biaya pemesanan meliputi biaya
telepon, biaya fax, biaya keperluan administrasi (printing)
Analisis ABC
Menurut Heizer dan Render (2010), analisis ABC membagi persediaan yang
ada menjadi tiga klasifikasi dengan basis volume dollar tahunan. Gagasannya
adalah untuk membuat kebijakan-kebijakan persediaan yang memfokuskan
persediaan pada bagian-bagian persediaan kritis yang sedikit dan tidak pada yang
banyak yang tidak terlalu penting.
Untuk menentukan volume dollar tahunan dari analisis ABC, kita mengukur
permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dikalikan biaya per unitnya.
Barang-barang kelas A adalah barang-barang yang volume dollar tahunannya
tinggi. Walaupun barang-barang ini mungkin hanya merepresentasikan 15% dari
barang-barang persediaan total, mereka merepresentasikan 70% sampai 80% dari
penggunaan uang secara keseluruhan. Barang-barang kelas B adalah barangbarang persediaan dengan volume dollar tahunan sedang. Barang-barang ini
mungkin merepresentasikan sekitar 30% dari barang-barang persediaan dan 15%
sampai 25% dari nilai total. Barang-barang dengan volume dollar tahunan yang
kecil adalah kelas C yang mungkin hanya merepresentasikan 5% dari volume
dollar tahunan, tetapi mereka mewakili 55% barang-barang persediaan total.
Jumlah Pemesanan Ekonomis (Economic Order Quantity, EOQ)
Menurut Heizer dan Render (2010), model kuantitas pesanan ekonomis
(economic order quantity-EOQ) adalah salah satu teknik control persediaan yang
tertua dan paling dikenal, tetapi berdasarkan beberapa asumsi:
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.
2. Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan
diketahui dan konstan.
3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata
lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu
waktu.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas.
5. Biaya variable hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan dan
biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.
6. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan
pada waktu yang tepat.
Menurut Handoko (2008), metode manajemen persediaan yang paling
terkenal adalah model-model economic order quantity (EOQ) atau economic lot
size (ELS). Dalam teori, konsep EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas
pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan
persediaan dan kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.
Rumusan EOQ yang biasa digunakan adalah

7

………………………………………………………………………………………………… 1
Persamaan Biaya Total :
………………………………………………………………………………………………………..(2)

Q
2

adalah persediaan rata-rata,

D
menunjukan jumlah pesanan yang dilakuQ

kan per periode, dengan jumlah setiap kali pesan Q, EOQ adalah kuantitas dimana
biaya penyimpanan dan biaya pemesanan sama atau :
……………………………………………………………………………………………………………….. 3

Dikalikan dengan Q,
………………………………………………………………………………………………………………..(4)

Dikalikan dengan

2
H

………………………………………………………………………………………………………………….(5)
…………………………………………………………………………………………………………….....(6)

Jadi pada

, biaya total adalah minimum.

Dimana :
D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S = Biaya pemesanan (persiapan pesanan dan penyiapan mesin) per pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang efisiensi pada perusahaan telah banyak dilakukan, baik
pada usaha kecil maupun perusahaan besar. Sebagai contoh Saragi (2010), dalam
penelitiannya mengenai analisis pengendalian persediaan bahan baku pada UKM
Waroeng Coklat Bogor, menemukan bahwa metode EOQ mampu melakukan
penghematan persediaan dibanding dengan menggunakan metode sederhana yang
telah diterapkan perusahaan. Namun demikian, penghematan tersebut kurang
signifikan yakni hanya sebesar 2.55% dari metode sebelumnya.
Dalam kasus lainnya, pada penelitian Aryani (2013) mengenai analisis
pengendalian persedian bahan baku pada UKM Papapia, menemukan bahwa
dengan menggunakan metode EOQ perusahaan dapat menghemat biaya
persediaan dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan, namun biaya
yang dihemat hanya sebesar 0.009% dibandingkan dengan menggunakan metode
sebelumnya.

8

Sementara itu dalam usaha besar, metode EOQ nampaknya sangat
signifikan dalam menghemat biaya persediaan. Hal ini ditunjukan dari hasil
penelitian Utami (2012) di PT. Painting Plastik Astra Honda menunjukan bahwa
EOQ mampu menghemat 21.96% dengan nilai total dari Rp 365 000 000.
Dalam kasus yang lain, pada penelitian Pratiwi (2013) mengenai analisis
pengendalian persediaan bahan baku di PT. Citra Abadi Sejati, menemukan
bahwa dengan menggunakan metode EOQ perusahaan dapat menghemat biaya
persediaan sebesar 1.33% dengan nilai total Rp 26 188 930 dibandingkan dengan
metode yang dilakukan perusahaan.
Kesimpulan sementara yang didapat dari contoh, baik usaha kecil maupun
perusahaan besar adalah, dengan menggunakan metode EOQ akan didapatkan
biaya persediaan yang lebih kecil dibandingkan metode sederhana yang telah
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Hasil yang didapat dari metode
EOQ lebih terlihat jelas nilainya pada perusahaan besar dibandingkan dengan
usaha kecil, maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian terhadap perusahaan
menengah.

METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Pengelolaan persediaan bahan baku yang perlu dilakukan oleh PT USB,
yaitu diawali dengan evaluasi pengendalian bahan baku pada PT USB, setelah
melakukan analisis metode bahan baku prioritas dengan menggunakan Analisis
ABC, hal ini dilakukan untuk mengetahui bahan baku apa saja yang merupakan
bahan baku kritis.
Setelah mengetahui bahan baku kritis dilakukan perhitungan terhadap biaya
persediaan optimal dengan menggunakan metode EOQ, yang selanjutnya
dilakukan perbandingan dengan biaya persediaan saat ini. Hasil dari perbandingan
tersebut dilihat, apabila terdapat gap maka harus dihitung kembali dengan metode
EOQ, dan apabila tidak terdapat gap maka keputusan atau metode yang digunakan
tidak sesuai. Kerangka pemikiran terdapat pada Gambar 1.

9

Evaluasi Pengendalian
Bahan Baku pada PT
USB
Metode
ABC

Analisis Metode Bahan
Baku Prioritas

Biaya Persediaan
saat ini

Biaya Persediaan
Optimal

Tidak

Analisis
Gap

Metode
EOQ

Metode
sebelumnya
masih dapat

Ya

Rekomendasi
menggunakan Metode
EOQ
HASIL
DANPemikiran
PEMBAHASAN
Gambar
1 Kerangka
Penelitian

Peneliti mempelajari pengendalian bahan baku yang selama ini perusahaan
gunakan. Setelah mengetahui bahan baku yang kritis, peneliti membandingkan
kembali yang perusahaan selama ini gunsksn dengan metode ABC. Dapatlah
biaya persediaan optimal yang dihasilkan dari mtode EOQ. Dengan ini peneliti
dapat merekomendasikan kepada perusahaan.
Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Unie Sakinah Busana (USB) yang berlokasi di jalan
Nusa Indah No 6, RT 03/09, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat.
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu bulan Januari sampai bulan April
2014. PT USB dipilih karena USB merupakan perusahaan Garment yang
menghasilkan produk kualitas ekspor.

10

Pengumpulan Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari membaca data dan
laporan perusahaan, wawancara, dan observasi langsung. Pada penelitian ini
peneliti membaca data dan laporan perusahaan mengenai data-data tentang jumlah
kebutuhan bahan baku, cara dan waktu pemesanan, rencana produksi, dan lainlain pada bagian Production Planning Inventory Control (PPIC).
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya
dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan sebagainya, sehingga lebih informatif
jika digunakan untuk pihak lain. Data sekunder diperoleh dari pencarian data di
Internet dan studi pustaka yang sesuai dengan penelitian ini, dan juga diperoleh
dari literatur-literatur yang mendukung penelitian, baik dari buku, majalah, data
perusahaan, dan sebagainya.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
membandingkan perhitungan pengendalian persediaan yang telah dilakukan oleh
perusahaan, mendapatkan biaya yang paling minimum dan waktu pemesanan
yang sesuai. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Analisis ABC, dan
metode EOQ perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah pesanan
bahan baku optimum dan total biaya persediaan yang optimum.
Profil Perusahaan
PT Unie Sakinah Busana (USB) merupakan salah satu perusahaan yang
memproduksi pakaian jadi seperti, kemeja, blouse wanita, rok, baju anak-anak,
dan sebagainya. Perusahaan garment yang berdiri di lokasi seluas 700 m2 dan
terletak di Jalan Nusa Indah No 6 RT 03/09, Kecamatan Tanah Sarea, Kota
Bogor, Jawa Barat ini didirikan oleh Unie Aty pada tahun 1998. Awal berdiri PT
USB, perusahaan ini hanya melakukan pembuatan pola yang dipesan oleh
Matahari Group, seiring dengan perkembangannya, PT USB telah di berikan
kepercayaan oleh buyer-buyer terkenal untuk memproduksi produk mereka.
Memberikan kepercayaan kepada buyer dengan cara tepat waktu dalam produksi,
tepat dalam memberikan estimasi waktu, dan tidak menjual produk-produk yang
di pesan oleh buyer.
Pada awal usahanya, Unie Aty hanya mempekerjakan tiga orang karyawan,
dengan dua buah mesin jahit dan satu buah mesin bartek. Setelah mencoba
meningkatkan pesanan dan meningkatkan manajemen yang telah mengalami
banyak perubahan, Unie Aty menambah mesin menjadi 10 mesin, dan terus
bertambah hingga saat ini PT USB memiliki 67 orang karyawan dan 62 mesin.
Manajemen yang dilakukan PT USB mengalami beberapa kali perombakan,
meskipun telah mengalami perombakan, namun manajemen PT USB masih
dikatakan sederhana, karena dilihat dari banyaknya karyawan yang merupakan
saudara dari pemilik.
Produk yang dihasilkan oleh PT USB merupakan produk yang dipesan oleh
buyer, produk tersebut antara lain, kemeja pria, blouse wanita, rok wanita, dress,

11

pakaian anak-anak, dan berbagai macam aksesoris wanita. Buyer yang melakuka
pemesanan kepada PT USB merupakan merek-merek terkenal seperti merek
Personal Style (PS), M2, M2000, Lee Cooper,The Executive, dan Contempo.
Penelitian ini menggunakan produk kemeja sebagai sample.
Struktur Organisasi
Manajemen usaha PT USB pada dasarnya sudah tertata dengan baik, hal ini
dapat dilihat dari struktur organisasinya yang sudah cukup baik untuk sebuah
perusahaan kelas menengah. Akan tetapi, manajemen yang digunakan masih
bersifat sederhana dengan wewenanang penuh masih dari pemilik agar dapat
berjalan dengan yang direncanakan dalam hal mengelola usahanya, berikut
merupakan gambar struktur organisasi PT USB yang disajikan dalam Gambar 2.
PIMPINAN
Unie Aty

SDM & UMUM

MARKETING

PRODUKSI

Kiswo HS

Unie Aty

Acep S

SDM

LOGISTIK

KEUANGAN

Iwan HS

Surtinah

Septiani

POLA &
GRADING

SIE JAHIT
Sumin

Mulyadi

PJ.CUTTING
Yono

FINISHING
Basari

PJ.OBRAS

PJ.PACKING

Ati

Ima

PJ. QC
AWAL

PJ.
KANCING

PJ.SETERI
KA

Tini

Nurul Haq

Agus

PJ. QC
AKHIR
Astrid

Gambar 2 Struktur Organisasi (Bagian SDM PT USB, 2013)

12

Proses Produksi
Dalam menjalankan kegiatan proses produksi, PT USB memerlukan bahan
baku, tenaga kerja, dan juga mesin-mesin pendukung. Produk kemeja diproduksi
dengan menggunakan bahan baku utama kain, dan aksesoris seperi kancing.
Tahapan pertama proses produksi kemeja yaitu, pembuatan pola kemeja yang
sesuai dengan sample yang telah ditentukan. Selanjutnya tahap pemotongan
(Cutting) kain, pemotongan dimulai dengan menggelar bahan yang akan dipotong
dengan menggunakan mesin potong sampai beberapa lipatan, kemudian
mengukur dan menempelkan masing-masing pola diatas lipatan kain yang
disesuaikan dengan luas kain untuk menghasilkan ukuran pakaian yang sesuai.
Bagian press / gambar merupakan tahapan untuk menggambar dan
memasangkan kain keras pada bagian-bagian tertentu seperti, kerah, bagian
lengan, dan sebagainya. Tahap selanjutnya adalah menjahit bagian-bagian yang
sudah dipotong pada tahap sebelumnya disesuaikan dengan model yang
diinginkan. Selanjutnya bagian Quality Control (QC) awal bertugas untuk
melakukan pengecekan terhadap ukuran baju yang disesuaikan dengan size yang
telah ditentukan.
Setelah dilakukan QC awal, bagian finishing melakukan pembersihan sisasisa benang yang menempel, memberi kancing, menggosok, dan mengepress kain
keras. Selanjutnya bagian QC akhir mengecek baju yang kotor, rusak, dan
mengecek kelengkapan baju. Tahapan yang terakhir adalah proses packing,
diantaranya adalah melakukan proses pelipatan dan pengepakan kemeja ke dalam
plastik. Tahapan proses produksi pembuatan produk kemeja berdasarkan bagian
PPIC dapat dilihat pada Gambar 3.
Pattern / Pola
Cutting (Pemotongan)
Press / Gambar
Sewing (Jahit)
QC Awal
Finishing
QC Akhir
Packing

Gambar 3 Proses Produksi
(Bagian PPIC, 2013)

13

Setelah dilakukan QC awal, bagian finishing melakukan pembersihan sisasisa benang yang menempel, memberi kancing, menggosok, dan mengepress kain
keras. Selanjutnya bagian QC akhir mengecek baju yang kotor, rusak, dan
mengecek kelengkapan baju. Tahapan yang terakhir adalah proses packing,
diantaranya adalah melakukan proses pelipatan dan pengepakan kemeja ke dalam
plastik.
Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi dapat dikatakan sebagai pedoman kegiatan produksi
yang akan dilakukan. Perencanaan produksi yang tersusun dengan baik akan
membantu terpenuhinya permintaan konsumen dan memaksimalkan keuntungan
perusahaan. Produksi produk kemeja, dilakukan sesuai dengan pesanan buyer.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data pada tahun 2013 sebagai bahan
penelitian, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah Produksi Kemeja Tahun 2013
Tabel Produksi Kemeja Tahun 2013
Merek

Jumlah Produksi (pcs)

M2

16 960

Personal Style

14 210

Lee Cooper

14 620

The Executive

15 180

Total Produksi Tahun 2013

60 970

Sumber : Bagian PPIC PT USB (2013)

Dalam Tabel 2, diketahui bahwa dalam periode satu tahun PT USB
mendapatkan pesanan Kemeja Pria dari berbagai merek. Pada tahun 2013 PT USB
mendapatkan pesanan untuk empat merek, dengan jumlah produksi yang berbedabeda untuk setiap mereknya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kemeja
sebagai sampel penelitian, dengan jumlah produksi 60 970 pcs pada tahun 2013.
Prosedur Pemesanan dan Pembelian Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku merupakan faktor yang sangat penting untuk
menunjang proses produksi agar dapat berjalan dengan lancar. Jumlah yang dibeli
pun harus sesuai, agar tidak terjadi penumpukan barang di gudang yang nantinya
akan menambah cost perusahaan. Pengadaan bahan baku pada PT USB ditentukan
berdasarkan perjanjian kontrak antara supplier dengan perusahan. Bahan baku
yang digunakan untuk proses produksi kemeja dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bahan baku utama, seperti bahan kain dan benang, dan bahan baku aksesoris
seperti kancing, mute-mute (payet), dan peralatan untuk packing.

14

Bahan baku yang dipesan oleh USB diperoleh dari beberapa supplier, untuk
bahan baku kain seperti PT Suryatex Textile, PT Buanatex, dan PT Soko Lancar,
sedangkan untuk benang, kancing, dan payet diperoleh dari PT Adi Cipta Benang
Mas, PT Interliding Rapitha, PT Sigma Bestari Cipta, dan Istana Mode. Untuk
prosedur pemesanan bahan baku pada PT USB, dapat dilihat pada Gambar 4.

Div.
Marketing

Div.
Produksi

Div.
Logistik
NO
Pemeriksaan
OK

Pembuatan PO

Pembelian

Gambar 4 Prosedur Pemesana dan Pembelian Bahan Baku
(Bagian PPIC, 2013)

Prosedur pemesanan bahan baku di PT USB diawali dengan pembuatan
laporan jumlah produk yang akan di produksi yang dibuat oleh divisi marketing,
yang selanjutnya diserahkan kepada divisi produksi. Divisi produksi kemudian
memeriksa kebutuhan bahan baku yang akan digunakan untuk proses produksi
dan memeriksa stock bahan baku di gudang.
Selanjutnya divisi produksi membuat laporan kebutuhan bahan baku yang
diperlukan, laporan itu diteruskan kepada divisi logistik untuk melakukan
pemesanan kepada supplier. Sebelum divisi logistik melakukan pemesanan,
dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan laporan kebutuhan bahan baku , apabila
dinilai sesuai maka akan dibuat PO (Purchase Order) dan akan dilakukan
pembelian, apabila dinilai tidak sesuai akan dikembalikan ke divisi produksi, dan
dilakukan pemeriksaan ulang.
Pemesanan bahan baku yang dilakukan oleh PT USB, didasarkan pada
kontrak kerjasama per lima tahun antara pihak PT USB dengan pihak supplier.
Selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2012 hingga 2017 mendatang PT
USB memesan bahan baku untuk produksi kemeja dengan jumlah yang sama
setiap tahunnya. Jumlah bahan baku yang dipesan PT USB setiap tahunnya dapat
dilihat pada tabel 3.

15

Tabel 3 Kebutuhan Bahan Baku yang di Pesan
Bahan Baku

Jumlah Kebutuhan Bahan Baku yang
Dipesan

Kain (Polyester)
Kain (Cotton)
Kain (Linen)
Kain Keras
Benang
Kancing
Pid Label
Care label
Price Ticket
Poly Bag
Kardus

61 950 meter
51 150 meter
39 325 meter
21 339.5 meter
280 462 meter
548 730 buah
60 970 buah
60 970 buah
60 970 buah
60 970 buah
6 097 buah

Sumber : Bagian Produksi PT USB (2013)

Jumlah pesanan tersebut, dipesan setiap tahunnya dengan jumlah yang sama
dan dilakukan pemesanan hanya sebanyak satu kali pemesanan selama satu tahun.
Artinya, PT USB memesan langsung semua bahan baku kemeja secara sekaligus,
hal tersebut dilakukan PT USB agar dapat menghemat waktu tunggu pemesanan
bahan baku
Kebutuhan Bahan Baku Kemeja
Kebutuhan bahan baku merupakan kebutuhan utama dalam pelaksanaan
proses produksi kemeja, bahan baku Kemeja diperoleh dari beberapa supplier
tetap yang dimiliki oleh USB. Bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi
kemeja pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan data kebutuhan bahan baku, diketahui terdapat sebelas bahan
baku pembentuk kemeja. Kesebelas bahan baku ini terdiri dari bahan baku
pembentuk utama, aksesoris, dan untuk proses packing.
Tabel 4 Kebutuhan Bahan Baku Kemeja
Bahan Baku

Kain (Polyester)
Kain (Cotton)
Kain (Linen)
Kain Keras
Benang
Kancing
Pid Label
Care label
Price Ticket
Poly Bag
Kardus

Jumlah Produksi
tahun 2013 (Pcs)
24 780
20 460
15 730
60 970
60 970
60 970
60 970
60 970
60 970
60 970
60 970

Kebutuhan
Bahan Baku /
Kemeja
2.5 meter
2.5 meter
2.5 meter
0.35 meter
4.6 meter
9 buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
0.1 buah

Total Kebutuhan
Bahan Baku
Tahun 2013
61 950 meter
51 150 meter
39 325 meter
21 339.5 meter
280 462 meter
548 730 buah
60 970 buah
60 970 buah
60 970 buah
60 970 buah
6 097 buah

Harga Bahan
Baku / Satuan
(Rp)
38 570
33 780
22 900
6 500
33.67
700
250
300
388
700
1 685

Sumber : Bagian Keuangan PT USB (2013)

Analisis ABC
Analisis ABC ialah salah satu metode yang digunakan untuk membagi
persediaan menjadi tiga klasifikasi berdasarkan volume rupiah tahunan. Analisis

16

ABC mengelola persediaan kritis yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu
produk. Analisis ABC untuk produk kemeja memasukan sebelas bahan baku
yang digunakan. Dengan menggunakan Analisis ABC, kita dapat mengetahui
klasifikasi bahan baku kemeja yang memiliki sifat kritis. Sifat kritis disini berarti
bahan baku mana yang merepresentasikan penggunaan uang paling tinggi.
Analisis ABC dengan menggunakan software POM for windows 3 dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5 Analisis ABC Produksi Kemeja
Item Name
Polyester
Cotton
Linen
Kancing
Kain Keras
Poly Bag
Price Ticket
Care Label
Pid Label
Kardus
Benang
TOTAL

Demand
Price
61 950 38 570
51 150 33 780
39 325 22 900
548 730
700
21 339.5 6 500
60 970
700
60 970
388
60 970
300
60 970
250
6 097 1 685
280 462 33.67
1 252 934

Rupiah
Volume (Rp)
2 389 412 000
1 727 847 000
900 542 500
384 111 000
138 706 800
42 679 000
23 656 360
18 291 000
15 242 500
10 273 450
9 443 155

Percent
of Rp-Vol
42.21
30.53
15.91
6.79
2.45
0.75
0.42
0.32
0.27
0.18
0.17

Cumultv
Rp-vol%
42.21
72.74
88.65
95.44
97.89
98.64
99.06
99.38
99.65
99.83
100

Category
A
A
B
B
B
C
C
C
C
C
C

5 660 205 000

Berdasarkan perhitungan analisis ABC dengan menggunakan software POM
for Windows 3, diketahui bahwa bahan baku yang termasuk dalam kategori A
adalah kain Polyester dengan persentase 42,21% dan kain Cotton dengan
persentase 30,53%. Sedangkan bahan baku yang termasuk kedalam kategori B
adalah kain Linen dengan persentase 15,91%, kancing dengan persentase 6,79%,
dan kain keras dengan persentase 2,45%. Kategori C terdapat enam jenis bahan
baku yang termasuk dalam kategori ini, yaitu Poly Bag dengan persentase 0.75%,
Price Ticket dengan persentase 0.42%, Care Label dengan persentase 0.32%, Pid
Label dengan persentase 0.27%, kardus dengan persentase 0.18%, dan benang
dengan persentase 0.17%. Berdasarkan analisis ABC yang telah dibuat, penelitian
ini hanya menggunakan bahan baku yang masuk kedalam kategori A saja, yaitu
Polyester dan Cotton.
Biaya Persediaan
Menurut Puspita dan Suryani (2012), persediaan merupakan salah satu
aspek yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan, terutama bagi perusahaan
manufaktur. Hal ini dipicu oleh adanya pengeluaran yang ditimbulkan dalam
aktivitas persediaan, atau sering disebut sebagai biaya persediaan. Pengadaan
inventori memililiki fungsi penting bagi perusahaan ketika terjadi hal-hal yang
dapat menghambat proses produksi, seperti jika terjadi permintaan tak terduga,
permintaan musiman, jika terjadi kenaikan harga dan jika terjadi fluktuasi
permintaan.

17

Biaya persediaan merupakan biaya yang timbul karena adanya persediaan
bahan baku. Biaya persediaan terdiri dari, biaya pemesanan (Ordering Cost atau
Setup Cost), dan biaya penyimpanan (Holding Cost). Biaya pemesanan timbul
akibat adanya biaya yang dikeluarkan untuk pemesanan bahan baku, sedangkan
biaya penyimpanan adalah biaya yang di keluarkan untuk penyimpanan bahan
baku di gudang. Biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh PT USB terdiri dari
biaya telepon, biaya fax, biaya printing, dan biaya transportasi. Total biaya
pemesanan sebesar Rp 2 868 250. Sedangkan untuk biaya penyimpanan yang
dikeluarkan terdiri dari biaya gaji pegawai gudang kain, biaya listrik gudang kain,
baiya penyusutan bangunan, dan suku bungan. Total keseluruhan biaya
penyimpanan sebesar Rp 420 untuk bahan baku polyester, dan Rp 367.9 untuk
bahan baku cotton. Untuk perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
terdapat pada Lampiran 1
Economic Order Quantity
Economic Order Quantity (EOQ) digunakan untuk menganalisa jumlah
pemesanan bahan baku ekonomis yang masuk kategori A, dalam penelitian ini
bahan baku yang masuk ke dalam kategori A adalah Polyester dan Cotton. Selain
itu EOQ juga digunakan untuk menganalisa total biaya optimum dari
pengendalian persediaan bahan baku Polyester dan Cotton. Analisis EOQ
membutuhkan beberapa komponen perhitungan, komponen tersebut adalah
permintaan bahan baku tahunan, biaya pemesanan, biaya peyimpanan, dan harga
bahan baku per unit. Satuan unit yang digunakan dalam bahan baku Polyester dan
Cotton adalah meter, hasil pesanan optimum dengan menggunakan software POM
for Windows 3 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah Pesan Optimum Dengan Menggunakan Metode EOQ
Bahan Baku
Polyester

Permintaan
Tahunan
(Meter)

Biaya
Pemesanan
(Rp/Pesan)

61 950

Biaya
Penyimpanan
(Rp/Tahun)

Q*
(Meter/Pesan)

420

29 088.38

367.9

28 241.09

2 868 250
Cotton

51 150

Berdasarkan perhitungan dengan metode EOQ menggunakan software POM
for Windows 3, didapatkan jumlah pesanan optimal (Q) masing-masing bahan
baku yang termasuk kedalam kategori A yaitu bahan baku Polyester dan Cotton.
Jumlah Pesanan optimal untuk bahan baku Polyester sejumlah 29 088.38 meter
per pesan, sedangkan untuk bahan baku Cotton didapatkan jumlah pesanan
optimal sebesar 28 241.09 meter per pesan.
Untuk perhitungan total biaya persediaan juga dengan menggunakan
software POM, sehingga dihasilkan total biaya persediaan yang minimum.
Rincian perhitungan EOQ dan total biaya persediaan dengan menggunakan
software POM terdapat pada Lampiran 2.

18

Setelah mengetahui jumlah pesanan optimum, perusahaan perlu mengetahui
berapa kali perusahaan harus memesan jumlah pesanan optimum, perhitungan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Data Bahan Baku
Bahan Baku

Q*
(meter/pesan)

Permintaan
(D)

Polyester
29 088.38
61 950
Cotton
28 241.09
51 150
Sumber : Bagian Produksi PT USB (2013)

Σ Hari Kerja
2013

Σ Pesan/ Tahun
(D/Q*)

264

2
2

Dengan menggunakan rumus D/Q*, maka dapat diketahui berapa kali
perusahaan harus melakukan pemesanan pesanan optimal. Dari hasil yang
didapatkan, perusahaan harus memesan bahan baku polyester yang memiliki
jumlah pesanan optimum 29 088.38 meter sebanyak dua kali dalam setahun.
Sedangkan untuk bahan baku cotton yang memiliki jumlah pesanan optimum 28
241,09, perusahaan juga harus memesan dua kali pesanan dalam satu tahun. Data
mengenai perbedaan antara perhitungan perusahaan dan perhitungan EOQ dapat
dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8 Tabel perbandingan bahan baku polyester
Perusahaan saat ini
EOQ
Q
61 950 meter
29 088.38 meter
N
1kali
2,13 kali
biaya simpan tahunan
Rp 13 009 500
Rp 6 108 560
biaya pesan tahunan
Rp 2 868 250
Rp 6 108 560
total biaya
Rp 15 877 750
Rp 12 217 120
Tabel 9 Tabel perbandingan bahan baku cotton
Perusahaan saat ini
EOQ
Q
51 150 meter
28 241.09 meter
N
1 kali
1,81 kali
Biaya simpan tahunan
Rp 9 409 042.5
Rp 5 194 948
Biaya pesan tahunan
Rp 2 868 250
Rp 5 194 948
Total biaya
Rp12 277 292.5
Rp 10 389 896
Dari data pada tabel 8 dan tabel 9 dapat diketahui, bahwa pada bahan baku
polyester, perusahaan melakukan pemesanan bahan baku sebanyak satu kali
setahun, dengan jumlah pesanan 61 950 meter. Sedangkan dengan perhitungan
EOQ, dapat dilakukan pemesanan sebanyak dua kali setahun, dengan jumlah
pesanan optimal 29 088.39 meter per pesan. Untuk selisih biaya didapatkan dari
biaya simpan dan pesan, dengan total biaya biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan, untuk perhitungan perusahaan sebesar Rp 15 877 750, dan untuk
perhitungan EOQ sebesar Rp 12 217 120, sehingga dengan menggunakan
perhitungan EOQ akan menghemat total biaya pemesanan dan penyimpanan
untuk bahan baku polyester adalah sebesar Rp 3 660 630.
Sedangkan untuk perhitungan bahan baku cotton, perusahaan melakukan
pemesanan bahan baku sebanyak satu kali setahun, dengan jumlah pesanan 51 150
meter. Sedangkan dengan perhitungan EOQ, dapat dilakukan pemesanan

19

sebanyak dua kali setahun, dengan jumlah pesanan optimal 28 241.09 meter per
pesan. Untuk selisih biaya didapatkan dari biaya simpan dan pesan, dengan total
biaya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, untuk perhitungan perusahaan
sebesar Rp 12 277 292.5, dan untuk perhitungan EOQ sebesar Rp 10 389 896,
sehingga dengan menggunakan perhitungan EOQ akan menghemat total biaya
pemesanan dan penyimpanan untuk bahan baku polyester adalah sebesar Rp 1 887
396.5.
Reorder Point (ROP)
Reorder Point (ROP) atau titik pemesanan kembali merupakan titik jumlah
pemesan kembali bahan baku. Dalam penelitian ini ROP dapat digunakan untuk
mengetahui kapan perusahaan harus melakukan pemesanan, dengan melihat
persediaan bahan baku di gudang. Dengan menggunakan ROP, perusahaan dapat
mengetahui pada saat jumlah bahan baku berapa perusahaan harus melakukan
pembelian kembali agar tidak terjadi kekurangan bahan baku di gudang.
Komponen yang digunakan untuk perhitungan ROP adalah permintaan tahunan
(D), jumlah hari kerja 264 hari, lead time atau waktu tunggu dari pemesanan
sampai barang sampai di gudang adalah 3 hari dan permintaan harian (d) .
Perhitungan ROP dapat dihitung sebagai berikut.
Permintaan harian Polyester :

Permintaan harian Cotton :

ROP Polyester :

ROP Cotton :

Grafik penerapan ROP pada pengendalian persediaan bahan baku Polyester
dan Cotton, dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

20

Q

Pesanan
diterima
6 bulan

29.088,38

1 tahun

Pesanan
dilakukan

N= 2,13

ROP = 705

Waktu
L = 3 Hr

L = 3 Hr

Gambar 5 Grafik penerapan ROP pada pengendalian persediaan bahan baku Polyester

Berdasarkan grafik pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa pada saat bahan
baku Polyester di gudang berjumlah 705 meter, maka perusahaan harus
melakukan pemesanan kembali sesuai dengan jumlah pesanan optimal (Q).
Pemesanan ulang yang dilakukan dapat diterima setelah waktu tunggu (lead time)
selama 3 hari.
Q

28.241,09

Pesanan
diterima

Pesanan
dilakukan

6 bulan

1 tahun

N= 1,81
ROP = 582 M

Waktu
L = 3 Hr

L = 3 Hr

Gambar 6 Grafik penerapan ROP pada pengendalian persediaan bahan baku Cotton

Pada saat bahan baku Cotton berjumlah 582 meter di gudang maka
perusahaan harus melakukan pemesanan kembali di sesuaikan dengan jumlah
pesanan optimal (Q). Diharapkan dengan perhitungan ini, tidak terjadi kekurangan
bahan baku yang dapat menghambat proses produksi.

21

Perbandingan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Antara Metode EOQ
Dengan Perhitungan Perusahaan
Hasil total biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ berbeda
dengan kondisi sebelumnya yang telah diterapkan oleh perusahaan. PT USB tidak
menerapkan teori khusus untuk melakukan pengendalian persediaan bahan baku
kemeja. Periode pesanan tidak ditentukan secara baku karena pesanan hanya akan
dilakukan kembali jika persediaan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan
produksi. Setelah dilakukan perhitungan total cost dengan software POM,
selanjutnya dapat dilakukan perbandingan dengan perhitungan total cost yang
dilakukan oleh perusahaan, hasil perbandingan antara perhitungan