Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Beras Merah Organik (Studi Kasus; UD Sirtanio Banyuwangi, Jawa Timur)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BERAS
MERAH ORGANIK (STUDI KASUS: UD SIRTANIO,
BANYUWANGI, JAWA TIMUR)

RIZQI ARDHINI QOHAR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Beras Merah Organik (Studi Kasus: UD Sirtanio
Banyuwangi, Jawa Timur) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Rizqi Ardhini Qohar
NIM H34090109

ABSTRAK
RIZQI ARDHINI QOHAR. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Beras
Merah Organik (Studi Kasus: UD Sirtanio Banyuwangi, Jawa Timur). Dibimbing
oleh TINTIN SARIANTI.
Beras merah organik merupakan beras sehat yang kaya serat alami dan
ramah lingkungan. Salah satu daerah penghasil beras merah organik di Jawa
Timur adalah Kabupaten Banyuwangi. UD Sirtanio merupakan salah satu usaha
beras merah organik yang didirikan atas dasar adanya informasi mengenai
tingginya permintaan beras merah organik di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan
sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pengembangan
usaha beras merah organik UD Sirtanio ditinjau dari aspek finansial dan aspek
non finansial serta menganalisis nilai pengganti terhadap kenaikan harga gabah
dan penurunan nilai rendemen. Sebelumnya telah dilakukan analisis leasing yang
hasilnya menunjukkan bahwa rencana pengembangan usaha lebih menguntungkan

daripada kondisi saat ini. Rencana pengembangan usaha dalam penelitian ini
terdiri dari dua skenario dengan sumber modal yang berbeda. Skenario I
menggunakan sumber modal sendiri, sedangkan skenario II menggunakan sumber
modal kombinasi antara modal sendiri dengan modal pinjaman bank. Berdasarkan
hasil analisis aspek finansial dan aspek non finansial dapat disimpulkan bahwa
pengembangan usaha beras merah organik UD Sirtanio layak untuk direalisasikan.
Dari pengembangan usaha skenario I diperoleh NPV sebesar Rp2 924 093 674,
Net B/C sebesar 4.771, IRR sebesar 54 persen, dan tingkat pengembalian selama 2
tahun 9 bulan 28 hari. Sedangkan dari pengembangan usaha skenario II diperoleh
NPV sebesar Rp1 498 919 714, Net B/C sebesar 7.255, IRR sebesar 94 persen,
dan tingkat pengembalian selama 2 tahun 17 hari. Selain itu, usaha ini lebih
sensitif terhadap penurunan nilai rendemen daripada kenaikan harga gabah, yaitu
sebesar 0.705759509 pada skenario I dan 0.752592975 pada skenario II.
Kata kunci: beras merah organik, kelayakan usaha, leasing, pengembangan usaha

ABSTRACT
RIZQI ARDHINI QOHAR. Feasibility Analysis of Organic Brown Rice Business
Development (Case Study: UD Sirtanio, Banyuwangi, Jawa Timur). Supervised
by TINTIN SARIANTI.
Organic brown rice is a healthy rice with high natural fibre and ecofriendly. One of the organic brown rice producing area in East Java is

Banyuwangi. UD Sirtanio is one of the organic brown rice company that
established due to the information about high demand of organic brown rice in
Banyuwangi and its surroundings. The purpose of this research is to analyze the
feasibility of organic brown rice business development in UD Sirtanio through
financial and non financial aspects with the switching value toward the mark-up
of grain and decline of yield value. Leasing analysis has previously been done and

the results show that the business development plan more profitable than current
conditions. The business development plant in this research consists of two
scenarios with different capital sources. Scenario I uses its own capital resources,
while scenario II uses capital source combination of its own capital with bank
loans capital. Based on the results of the analysis of the financial and non
financial aspects can be concluded that organic brown rice business development
in UD Sirtanio is feasible to be realized. From the business development of
scenario I, the NPV earned is Rp2 924 093 674, Net B/C is 4.771, IRR is 54
percent, and the payback period for 2 years 9 months 28 days. While the business
development of scenario II, the NPV earned is Rp1 498 919 714, Net B/C is
7.255, IRR is 94 percent, and the payback period for 2 years 17 days. In addition,
this business is more sensitive toward the decline of yield value than the mark-up
of grain, which is 0.705759509 for scenario I and 0.752592975 for scenario II.

Keywords: business development, feasibility analysis, leasing analysis, organic
brown rice

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BERAS
MERAH ORGANIK (STUDI KASUS: UD SIRTANIO
BANYUWANGI, JAWA TIMUR)

RIZQI ARDHINI QOHAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014


Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Beras Merah Organik
(Studi Kasus; UD Sirtanio Banyuwangi, Jawa Timur)
Nama
: Rizqi Ardhini Qohar
NIM
: H34090109

Disetujui oleh

Tintin Sarianti, SP, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan
Usaha Beras Merah Organik (Studi Kasus: UD Sirtanio Banyuwangi, Jawa
Timur)”. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Mei 2013 sampai Juli 2013. penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan
pengembangan usaha baik dari aspek finansial maupun non finansial, serta
menganalisis besarnya pengaruh kenaikan harga gabah dan penurunan nilai
rendemen terhadap kelayakan usaha.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran, serta Ibu Dr. Ir. Anna
Fariyanti, MS dan Ibu Eva Yolynda, SP, MM selaku dosen penguji yang telah
banyak memberikan saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini. Di
samping itu, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada para staf dan dosen
Departemen Agribisnis yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian
skripsi, Abdurrahman Jauhari, Shohib Qomadillah, dan Abdul Malik selaku
pemilik usaha yang telah bersedia memberikan informasi serta menjadi tempat
penelitian penulis, serta teman-teman yang telah memberikan bantuan, dukungan,
dan saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Abah Abdul Kohar,
Umi Istikomah, Mas Luthfi, Mas Farid, Ulin, Rizal, Ikmal, Mbak Ukis, Mbak
Lela, Ayzar, penghuni Gemezz (Fita, Riris, dan Ira), teman-teman

Womenpreneur, dan Agribisnis 46 atas doa, dukungan, bantuan serta sarannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Rizqi Ardhini Qohar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Beras Merah untuk Peningkatan Mutu Pangan
Persepsi Produsen terhadap Beras Merah Aek Sibundong dalam
Menciptakan Peluang Pasar

Penelitian Kelayakan Penambahan Investasi
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Leasing
Analisis Kelayakan Non Finansial
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis Switching Value
Asumsi Dasar Penelitian
GAMBARAN UMUM USAHA BERAS MERAH ORGANIK
Profil Perusahaan
Informasi Produk
Struktur Organisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbandingan Keuntungan Sewa dan Beli Aset Produksi

Aspek Non Finansial Kelayakan Pengembangan Usaha
Aspek Finansial Kelayakan Pengembangan Usaha
Analisis Switching Value
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
ix
ix
1
1
4
6
6
7
7

7
8
8
10
10
20
23
23
23
23
23
24
24
24
26
27
28
28
29
29

30
30
32
40
51
53
53
54
55
57
78

DAFTAR TABEL
1 Penyediaan dan penggunaan beras tahun 2009 - 2011 serta prediksi
tahun 2012 - 2014
2 Sebaran lahan tanam padi merah organik Kabupaten Banyuwangi 2013
3 Leasing aset
4 Biaya investasi bangunan
5 Biaya investasi, nilai sisa, dan penyusutan
6 Biaya reinvestasi
7 Biaya variabel tahun pertama
8 Biaya variabel tahun ke-2 hingga tahun ke-16
9 Biaya tetap skenario I
10 Biaya tetap skenario II
11 Rincian pinjaman dan modal sendiri
12 Penjadwalan hutang
13 Hasil analisis laporan laba rugi
14 Kriteria kelayakan investasi skenario I
15 Kriteria kelayakan investasi skenario II
16 Hasil analisis switching value skenario I dan skenario II

1
3
30
36
42
43
44
45
46
47
47
48
49
50
51
52

DAFTAR GAMBAR
1 Fungsi investasi
2 Hubungan antara NPV dan IRR
3 Kerangka pemikiran operasional analisis pengembangan usaha beras
merah organik UD SIrtanio
4 Beras merah dan beras merah putih
5 Struktur organisasi UD Sirtanio
6 Kemasan beras merah organik
7 Perbandingan peningkatan dan penurunan retur per bulan
8 Saluran pemasaran beras merah organik UD Sirtanio
9 Alur kegiatan produksi UD Sirtanio
10 Mesin vacuum packaging
11 Mesin penggilingan padi
12 Pemberdayaan masyarakat setempat

10
19
22
29
30
32
33
34
37
38
38
40

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi padi menurut
wilaah 2010 - 2012
2 Analisis leasing
3 Proyeksi volume produksi berdasarkan nilai rendemen dan retur

57
59
60

4
5
6
7
8
9
10
11

Layout
Siklus budidaya dan panen
Proyeksi penjualan (Rp) per bualan setiap tahunnya
Proyeksi laba rugi skenario I
Proyeksi laba rugi skenario II
Proyeksi cash flow skenario I
Proyeksi cash flow skenario II
Analisis switching value skenario I terhadap kenaikan harga gabah
sebesar 1.555229745
12 Analisis switching value skenario I terhadap penurunan nilai rendemen
sebesar 0.705759509
13 Analisis switching value skenario II terhadap kenaikan harga gabah
sebesar 1.466844655
14 Analisis switching value skenario II terhadap penurunan nilai rendemen
sebesar 0.752592975

61
62
63
64
65
66
68
70
72
74
76

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Salah
satunya adalah beras yang merupakan bahan pangan pokok penduduk Indonesia.
Hal ini menjadikan tingkat kebutuhan konsumsi beras Indonesia terus meningkat
sementara peningkatan produksi beras belum mampu menyeimbangi peningkatan
kebutuhan konsumsi tersebut. Untuk menutupi ketidakseimbangan tersebut, maka
pemerintah melakukan kebijakan impor beras.
Tabel 1 Penyediaan dan penggunaan beras tahun 2009 – 2011 serta prediksi
tahun 2012 - 2014
No

Uraian

2010
40 239
38 830
683
-726
40 239
39 139
1 100
162.08

Tahun
2011*
2012**
41 073
41 517
38 437
40 373
2 745
2 405
1
1
108
1 261
41 073
41 517
39 953
40 352
1 120
1 165
163.02
165.23

2013**
2014**
Penyediaan (000 ton)
42 165
42 265
Produksi
40 112
40 134
Impor
2 473
2 637
Ekspor
1
1
Perubahan stok
419
500
Penggunaan (000 ton)
42 165
42 265
Bahan makanan
41 008
41 110
Lainnya
1 157
1 159
Ketersediaan
per
165.76
166.18
kapita per tahun (kg)
Sumber : Neraca Bahan Makanan (NBM) Kementerian Pertanian, diolah Pusdatin dalam Respati
et al. (2013)
Keterangan : *) Angka sementara
**) Angka prediksi Pusdatin
A
1
2
3
4
B
1
2
C

2009
37 454
37 665
245
2
448
37 454
36 441
1 018
157.50

Berdasarkan data di atas komponen total penyediaan beras merupakan
angka produksi beras ditambah impor, dikurangi ekspor dan perubahan stok pada
tahun yang bersangkutan. Data ekspor dan impor tersedia hingga tahun 2012,
sementara perubahan stok baru tersedia hingga tahun 2011, dan kemudian
dilakukan prediksi hingga 2014. Pada tahun 2009, produksi beras sebesar 37.67
juta ton, kemudian ditambah impor beras sebesar 245 ribu ton, dikurangi ekspor
sebesar 2 ribu ton dan dikurangi perubahan stok sebesar 448 ribu ton, sehingga
total ketersediaan beras tahun 2009 mencapai 37.46 juta ton. Setelah periode
tahun 2009, impor beras Indonesia menunjukkan pola meningkat hingga menjadi
sebesar 2.41 juta ton pada tahun 2012, serta diprediksikan menjadi sebesar 2.47
juta ton pada tahun 2013 dan kembali naik menjadi 2.64 juta ton pada tahun 2014
(Respati et al. 2013).
Pada awalnya, pemenuhan kebutuhan pangan hanya terfokuskan pada
kecukupan jumlah tanpa memperhatikan segi asupan gizi dan dampak yang akan
ditimbulkan pada lingkungan. Namun saat ini hampir seluruh penduduk dunia
memperhatikan ketiga hal tersebut seiring dengan berkembangnya trend hidup
back to nature. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembalikan kondisi
lingkungan menjadi lebih baik dengan menerapkan sistem pertanian organik.
Pertanian organik menurut Nasahi (2010) merupakan sistem manajemen produksi
yang dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan

2

produksi tanaman. Pelaksanaan pertanian organik dititikberatkan pada
penggunaan input yang dapat diperbaharui, bersifat alami, dan menghindari
penggunaan input sintesis maupun produk rekayasa genetika.
Sebagian besar sistem pertanian yang diterapkan di Indonesia adalah
pertanian non organik (konvensional). Pestisida merupakan zat pembunuh atau
pengendali hama yang biasa digunakan dalam pertanian konvensional.
Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat mengakibatkan keracunan hingga
kematian. Menurut WHO dalam Raini (2007) diperkirakan setiap tahun terjadi
kasus keracunan pestisida sekitar 25 juta kasusatau sekitar 68 493 kasus setiap
hari. Kematian akibat keracunan pestisida pernah terjadi di Indonesia tepatnya di
Desa Kanigoro, Kecamatan Ngablak, Magelang pada bulan Juli 2007.
Berdasarkan laporan Harian Republika tanggal 26 September 2007 dalam Raini
(2007), hasil pemeriksaan Laboratorium Kesehatan dipastikan akibat keracunan
pestisida.
Selain dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida
sintetis, pertanian konvensional juga memberikan dampak negatif akibat
penggunaan pupuk anorganik. Menurut Sulistyowati dalam penggunaan kimia
mengakibatkan tanah menjadi keras, sehingga dibutuhkan energy yang lebih berat
untuk mengolah tanah. Cacing-cacing tanah yang seharusnya berfungsi
menggemburkan tanah secara alami tidak mampu mengikuti kecepatan
penguraian yang diperlukan manusia. Oleh karena itu diperlukan penerapan
sistem pertanian organik untuk mengembalikan kondisi tanah.
Salah satu prinsip yang mendasari pertanian organik adalah prinsip
kesehatan. Dalam IFOAM (2005) disebutkan bahwa pertanian organik harus
melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia, dan
bumi sebagai kesatuan tak terpisahkan. Tujuan dari pertanian organik adalah
menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung
pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam pertanian
organik dihindari penggunaan pupuk non organik, pestisida, dan obat-obatan yang
dapat berdampak merugikan kesehatan.
BIOCert (2006) menyebutkan bahwa pada tahun 2005 pasar beras organik
Indonesia mengalami pertumbuhan sekitar 22 persen pertahunnya yang mencapai
angka Rp28 milyar. Dan diikuti juga dengan peningkatan volume produksi dari 1
180 ton di tahun 2001 menjadi hampir 11 000 ton di tahun 2004. Adanya
peningkatan pasar ini juga diimbangi dengan peningkatan jumlah petani organik
di Indonesia yang pada tahun 2001 berjumlah 640 orang menjadi 1 700 orang di
tahun 2004. Peningkatan jumlah petani organik ini juga didukung oleh harga jual
beras organik yang lebih tinggi daripada harga beras non organik.
Beberapa waktu terakhir ini muncul jenis beras organik yang mulai
dibudidayakan di Indonesia, yaitu beras merah organik. Beras merah dikenal
sebagai beras sehat yang kaya serat alami dan cocok sebagai makanan penunjang
diet. Hasil penelitian Cina dalam Suardi (2005) menunjukkan bahwa ekstrak
larutan beras merah mengandung protein, asam lemak tidak jenuh, beta-sterol,
camsterol, stigmasterol, isoflavones, saponin, Zn dan Fe, lovastatin, dan
mevinolin-HMG-CoA. Unsur mevinolin-HMG-CoA merupakan reduktase
inhibitor yang dapat mengurangi sintesis kolesterol di hati.
Menurut penelitian Suardi (2005), beberapa galur persilangan F6 dari
BP140F/Silugonggo//Oryza glaberrima///Silugonggo memperlihatkan varietas

3

dengan warna beras merah yang bervariasi dengan kadar protein relatif tinggi,
tanaman pendek, umur sangat genjah, dan relatif toleran kekeringan. Pemasaran
beras merah masih terbatas dan harganya relatif tinggi dibandingkan beras putih.
Dalam Suardi (2006) disebutkan bahwa pada tahun 2005 beras merah menjadi
kontributor tunggal produk pangan berserat tinggi dan merupakan pangan olahan
alami yang sehat dengan tingkat pertumbuhan sebesar 21 persen serta mampu
mencapai nilai penjualan sebesar Rp70 milyar. Dan hingga saat ini permintaan
terhadap beras merah terus meningkat.
Mengetahui peningkatan pertumbuhan dan besarnya manfaat beras merah
bagi kesehatan yang didukung dengan penerapan pertanian organik, maka terdapat
potensi yang besar untuk mengembangkan usaha beras merah organik.
Diperkirakan di tahun 2013 ini, jumlah produksi beras merah organik masih
belum bisa memenuhi jumlah permintaan yang ada. Hal ini dapat dilihat dari
jauhnya selisih harga di pasar antara beras putih dengan beras merah. Namun
hingga saat ini penelitian mengenai pengembangan usaha beras merah organik di
Indonesia masih jarang dilakukan, sehingga belum dapat dipastikan seberapa
besar potensi tersebut. Hal ini didukung dengan fakta sulitnya mencari informasi
mengenai jumlah produksi dan tingkat konsumsi, lahan budidaya, dan rataan
harga dasar beras merah di Indonesia. Penelitian tentang beras merah yang selama
ini telah dilakukan hanya sebatas mengenai penemuan variatas, kandungan gizi,
manfaat, serta tingkat kesadaran dan konsumsi konsumen saja. Selain itu, data
mengenai daerah-daerah yang menjadi sentra beras merah di Indonesia juga masih
belum tersedia.
Salah satu daerah penghasil beras merah organik di provinsi Jawa Timur
adalah Kabupaten Banyuwangi. Potensi yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi
untuk menjadi salah satu sentra beras merah didukung dengan kesuburan tanah
dan ketersediaan lahan sawah yang luas. Berikut ini merupakan data sebaran lahan
tanam padi beras merah organik di Kabupaten Banyuwangi tahun 2013.
Tabel 2 Sebaran lahan tanam padi merah organik Kabupaten Banyuwangi tahun
2013
Lokasi
Luas lahan (Ha)
Bangunsari, Songgon
1.8
Kalibaru Kulon
0.75
Kalibaru Manis
0.2
Kalibaru Wetan
0.62
Kembiritan
0.9
Lemahbang Kulon
0.75
Macan Putih, Kabat
2.225
Padang, Singojuruh
1.63
Singojuruh
0.7
Sragi, Songgon
0.5
Sumberbaru, Singojuruh
2
Tegalharjo, Glenmore
0.85
Temurejo
0.4
Sumber: P4S Banyuwangi (2013)

4

UD Sirtanio merupakan salah satu produsen beras merah organik yang
didirikan atas dasar adanya informasi mengenai tingginya permintaan beras merah
organik di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan sekitarnya. Usaha ini didirikan di
Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Usaha ini terus mengalami pertumbuhan setiap bulannya, dimana dapat dilihat
dari peningkatan produksi dan penjualan. Pada awal berdiri volume produksi dan
penjualan kurang dari 1.5 ton, sedangkan di tahun 2013 volume produksi dan
penjualan mencapai 6 ton per bulan. Akan tetapi selama ini sebagian hampir
semua aset produksi yang digunakan masih sewa, sehingga terdapat
ketidakpastian dalam kontinuitas usahanya, yaitu apabila pemilik aset sudah tidak
mau menyewakan aset-aset produksinya tersebut.

Perumusan Masalah
Mayoritas masyarakat menganggap beras merah merupakan beras mahal
untuk kalangan ekonomi atas. Sebagai salah satu produsen baru dalam industri
beras merah, UD Sirtanio mempunyai visi untuk merubah pola pikir masyarakat
mengenai konsumsi beras merah. Dalam menjalankan bisnisnya, UD Sirtanio
bermitra dengan lembaga-lembaga pendukung yang ada, seperti lembaga P4S dan
laboratorium penelitian Sucofindo. Kemitraan dengan P4S berupa penyediaan
petani mitra yang merupakan anggota dari P4S. Selain itu, P4S juga berperan
dalam penjamin mutu beras merah organik yang dihasilkan dengan melakukan
pengawasan dan pengontrolan standard budidaya para petani mitra. Sedangkan
Sucofindo berperan dalam kegiatan quality control.
Sistem budidaya yang digunakan para petani mitra telah mengikuti
standard dan persyaratan pertanian organik. Hal ini dikarenakan setiap kegiatan
budidaya yang dilakukan mulai dari pengolahan lahan hingga pasca panen selalu
dilakukan pengontrolan secara kontinu. Saat ini lahan produksi petani mitra beras
merah organik telah mencapai 13.625 Ha yang tersebar di beberapa kecamatan di
Banyuwangi.
Sebelum bermitra dengan seorang petani, terlebih dahulu dilakukan uji
peta denah dan lokasi lahan milik petani tersebut. Tujuan dari pengujian tersebut
adalah untuk menjamin kondisi lahan yang akan digunakan bebas dari
kontaminasi pestisida dan pengaruh dari lahan pertanian non organik. Biasanya
petani yang baru bergabung menjadi mitra tidak langsung lolos sertifikasi organik,
sehingga untuk sementara waktu masih dalam masa transisi dan beras yang
dibudidayakan masih beras putih. Sedangkan petani yang telah lolos uji sertifikasi
organik masuk ke dalam golongan mitra tani prima dan diperkenankan
membudidayakan beras merah organik. Bertambahnya petani yang ingin menjadi
mitra tani dari UD Sirtanio ini dikarenakan harga beli gabah yang ditawarkan
lebih tinggi dibandingkan sebelum menjadi mitra dan selalu di atas harga pasar.
Data rata-rata harga gabah tahun 2012 – 2013 menurut kualitas, komponen, mutu,
dan HPP di tingkat petani Indonesia dapat dilihat pada lampiran 1.
Keuntungan yang diterima setelah menjadi mitra tani UD Sirtanio adalah
adanya jaminan kontrak harga untuk mengantisipasi terjadinya fluktuasi harga
pasar, sehingga mitra tani tidak merasa khawatir apabila harga beras di pasar

5

turun. Dengan adanya kontrak pembelian ini berdampak positif terhadap
peningkatan kesejahteraan petani.
UD Sirtanio merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang
peningkatan nilai tambah dari gabah kering panen hingga menjadi beras merah
organik yang siap jual dan memasarkannya. Sumber bahan baku utama berasal
dari petani-petani mitra yang kemudian akan digiling dan diberi penambahan
nilai. Untuk mengangkut gabah dari sawah menuju gudang penyimpanan, UD
Sirtanio masih menggunakan mobil sewa. Proses penyimpanan, penjemuran dan
penggilingan padi juga dilakukan dengan menyewa lantai jemur dan mesin
penggilingan milik koperasi pertanian setempat. Setelah digiling dilakukan sortasi
untuk memisahkan beras dengan kotoran. Proses terakhir adalah pengemasan
menggunakan mesin vacuum agar beras lebih tahan lama jika disimpan. Hingga
saat ini mesin vacuum yang biasa digunakan juga masih sewa.
Sebagaimana kondisi suatu bisnis yang sedang berkembang, UD Sirtanio
memerlukan biaya modal yang besar untuk memenuhi kebutuhan investasi dan
operasional. Akan tetapi modal yang dimiliki UD Sirtanio sangatlah terbatas,
sehingga hampir semua peralatan produksi, bangunan, dan kendaraan operasional
(mobil) yang digunakan UD Sirtanio masih sewa hingga saat ini. Untuk ke
depannya UD Sirtanio berencana mengembangkan usahanya dengan memiliki
peralatan produksi, bangunan, dan kendaraan operasional sendiri. Hal ini
dikarenakan tidak adanya kepastian bahwa pemilik selamanya bersedia
menyewakan aset-aset produksinya tersebut. Maka rencana pembelian aset-aset
produksi perlu dilakukan untuk menjaga kontinuitas produksi ke depannya. Untuk
mengetahui apakah rencana membeli aset-aset produksi sudah tepat daripada
menyewa, maka perlu dilakukan analisis leasing.
Studi kelayakan rencana pengembangan usaha juga perlu dilakukan baik
dari aspek finansial maupun non finansial. Hal ini bertujuan memastikan bahwa
rencana pengembangan usaha beras merah organik layak untuk dijalankan. UD
Sirtanio merupakan usaha yang belum lama berdiri tetapi telah mengalami
keberhasilan yang cukup menjanjikan. Rencana pengembangnab usaha ini terdiri
dari dua skenario dengan komposisi sumber modal yang berbeda. Sumber modal
skenario I berasal dari modal sendiri. Sedangkan skenario II menggunakan
kombinasi modal pinjaman dan modal sendiri.
Seperti halnya bisnis pada umumnya, UD Sirtanio tidak akan lepas dari
lingkungan bisnis yang senantiasa mengalami perubahan. Beberapa ketidakpastian
faktor produksi menjadi penyebab terjadinya perubahan-perubahan yang akan
mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha beras merah organik. Salah satu
ketidakpastian dapat berasal dari penurunan nilai rendeman gabah yang akan
berpengaruh langsung terhadap jumlah produksi beras merah organik. Peristiwa
ketidakpastian lainnya dapat dilihat pada kenaikan BBM yang baru saja terjadi
dan berpengaruh terhadap kenaikan harga beli gabah, sehingga mengakibatkan
kenaikan pada biaya produksi lainnya dan pada akhirnya juga meningkatkan harga
jual produk. Adanya potensi perubahan harga bahan baku dan produk tersebut
dapat mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha dari aspek finansial. Oleh
karena itu, perlu dilakukan analisis switching value untuk melihat kepekaan usaha
beras merah organik pada UD Sirtanio dari adanya perubahan-perubahan terhadap
kondisi input dan output produksi. Analisis ini akan dilakukan terhadap variabelvariabel terpenting yang berpengaruh terhadap usaha. Pada usaha beras merah

6

organik UD Sirtanio variabel-variabel terpenting dan paling berpengaruh adalah
penurunan nilai rendeman gabah dan kenaikan harga gabah.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana tingkat perbandingan keuntungan yang akan diperoleh antara
rencana pengadaan aset berupa tanah, banguna produksi, mesin-mesin
produksi, dan kendaraan operasional dengan sewa aset yang selama ini
dilakukan oleh UD Sirtanio?
2. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha beras merah organik pada UD
Sirtanio berdasarkan aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, teknis,
manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan?
3. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha beras merah organik pada UD
Sirtanio berdasarkan aspek finansial?
4. Bagaimana tingkat toleransi usaha beras merah organik pada UD Sirtanio
terhadap penurunan nilai rendeman gabah dan kenaikan harga gabah yang
dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis tingkat perbandingan keuntungan yang akan diperoleh antara
rencana pengadaan aset berupa tanah, banguna produksi, mesin-mesin
produksi, dan kendaraan operasional dengan sewa aset yang selama ini
dilakukan oleh UD Sirtanio.
2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha beras merah organik pada UD
Sirtanio berdasarkan aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, teknis,
manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
3. Menganalisis kelayakan usaha beras merah organik pada UD Sirtanio
berdasarkan aspek finansial.
4. Menganalisis tingkat toleransi usaha beras merah organik pada UD Sirtanio
terhadap penurunan nilai rendeman gabah dan kenaikan harga gabah yang
dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain:
1. Sebagai sarana latihan dan pengembangan wawasan bagi peneliti dalam
menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan tentang agribisnis
yang telah dipelajari selama perkuliahan di Institut Pertanian Bogor.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pengusaha beras merah
organik tentang kelayakan usaha dan pembuatan rencana usaha selanjutnya.
3. Memberikan tambahan informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.

7

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan di UD Sirtanio yang berlokasi di Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur. Penelitian ini membahas mengenai pemberian nilai
tambah terhadap beras merah mulai dari gabah kering panen menjadi beras hingga
proses pemasarannya. Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji mengenai
sistem leasing yang diterapkan oleh UD Sirtanio, aspek-aspek finansial, dan non
finansial.Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan. Sedangkan aspek
finansial terdiri atas kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV),
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period. Hasil perhitungan pada aspek finansial menggunakan cash flow
yang akan diolah menggunakan software Microsoft Excel. Hal ini dilakukan untuk
meneliti kelayakan pengembangan usaha beras merah organik pada UD Sirtanio.

TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Beras Merah untuk Peningkatan Mutu Pangan
Penelitian Suardi (2005) mengenai perbaikan mutu padi beras merah
melalui persilangan antar varietas sehingga diharapkan munculnya padi beras
merah varietas unggul yang berpotensi dalam meningkatkan mutu pangan. Selain
sebagai makanan pokok, beras merah sangat bermanfaat bagi kesehatan seperti
menyembuhkan penyakit kekurangan vitamin A (rabun ayam) dan vitamin B
(beri-beri) serta dapat mengatasi masalah kekurangan gizi. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa pigmen antosianin yang merupakan sumber pewarna merah
pada beras merah berperan sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai
penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes, dan hipertensi. Meskipun
memiliki banyak manfaat, namun tingkat produktivitas padi beras merah pada
umumnya rendah serta penelitian padi beras merah belum menjadi prioritas.
Pemasaran beras merah juga terbatas dan harganya relatif tinggi. Oleh karena itu
potensi padi beras merah akan digali lebih intensif melalui penelitian ini.
Hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa varietas
Oryza glaberrima dengan warna merah berpeluang menjadi tetua dalam
pemuliaan untuk mendapatkan padi beras merah yang toleran terhadap
kekeringan, umur genjah, kadar protein tinggi, dan sebagai sumber pigmen
antosianin dengan beras berwarna merah. Beberapa galur persilangan F6 dari
BP140F/Silugonggo//Oryza glaberrima///Silugonggo memperlihatkan varietas
dengan warna beras merah yang bervariasi dengan kadar protein relatif tinggi,
tanaman pendek, umur sangat genjah, dan relatif toleran kekeringan. Dari galurgalur turunan F6 dan seterusnya diharapkan dapat diperoleh varietas padi yang
sesuai untuk lahan sawah tadah hujan yang beriklim kering, sehingga produksi
beras merah dapat ditingkatkan. Selain itu, varietas padi ini juga dapat
memperbaiki konsumsi gizi dan menambah koleksi plasma nutfah padi.

8

Persepsi Produsen terhadap Beras Merah Aek Sibundong dalam
Menciptakan Peluang Pasar
Penelitian Indrasari dan Adnyana (2007) mengenai pelepasan galur
BP1924-1e-5-2 dengan nama varietas Aek Sibundong yang dilakukan oleh Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi. Untuk mangkaji persepsi produsen terhadap beras
merah yang ditawarkan, dilakukan penelitian di tujuh provinsi, yaitu Sumatera
Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, dan Sulawesi Selatan.
Data yang dikumpulkan adalah persepsi produsen terhadap produksi beras merah
relatif terhadap komoditas pesaingnya dalam hal produktivitas, biaya produksi,
risiko kegagalan ketahanan penyakit, umur, dan kemudahan dalam pemeliharaan,
serta dasar pertimbangan produsen secara umum dalam memilih komoditas yang
akan ditanam. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara tatap muka
menggunakan kuesioner sebagai pedoman. Jumlah responden yang diwawancarai
sebanyak 700 orang yang terdiri dari petani produsen, konsumen, dan pengusaha.
Tanggapan produsen terhadap beras merah Aek Sibundong yang sedang
dipromosikan dibandingkan dengan beras yang biasa ditanam petani cukup
beragam di antara provinsi yang dikaji. Namun, secara umum sebanyak 11-56
persen petani mengatakan beras merah Aek Sibundong lebih baik dibanding padi
jenis lainnya. Keunggulan komoditas ini terutama pada aspek produktivitas dan
ketahanan terhadap penyakit, biaya produki yang dibutuhkan, umur panen, dan
kemudahan dalam pemeliharaan hampir sama dengan komoditas padi lainnya.

Penelitian Kelayakan Penambahan Investasi
Beberapa penelitian terdahulu yang melakukan penelitian mengenai studi
kelayakan pengembangan usaha dengan penambahan investasi, yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Maulana (2008) mengenai analisis kelayakan usaha
pembuatan bandeng isi pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat, penelitian Widiyanthi (2007) mengenai analisis kelayakan
investasi penambahan mesin vacuum frying untuk usaha kecil pengolahan kacang
(studi kasus di PD Barokah Cikijing Majalengka Jawa Barat), dan penelitian
Novianti (2010) mengenai kelayakan investasi usaha penggilingan padi pada
kondisi risiko (studi kasus di penggilingan padi skala kecil Sinar Ginanjar,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Dari penelitian-penelitian terdahulu ini
terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu jenis komoditi
yang diteliti, lokasi penelitian, serta permasalahan yang dihadapi. Sedangkan
persamaannya dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu menganalisis
kelayakan penambahan investasi dilihat dari aspek finansial dan non finansial.
Dalam penelitian ini komoditi yang diteliti adalah beras merah organik di UD
Sirtanio Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dengan permasalahan rencana
pengembangan usaha dengan penambahan investasi berupa lantai jemur, ruang
produksi, mesin penggilingan padi, mesin vacuum packaging, dan kendaraan
operasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2008) memiliki tiga skenario
dimana skenario II adalah ekspansi usaha dengan penambahan bahan baku dan

9

alat produksi sebesar dua kali lipat dari kapasitas normal. Berdasarkan analisis
non finansial usaha bandeng isi pada BANISI layak untuk dilaksanakan karena
tidak ditemukannya faktor penghambat pada tiap aspek.Hasil kelayakan finansial
pada skenario II diperoleh nilai NPV Rp213 884 273; Net B/C 5.4296; IRR 91
persen dan Payback Period selama 2 tahun 1 bulan. Analisis finansial terhadap
ketiga skenario menunjukkan bahwa hanya skenario I dan II yang layak untuk
dijalankan.Dari kedua skenario tersebut, skenario II merupakan skenario yang
paling layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis switching value usaha ini
sensitif terhadap penurunan harga jual, kenaikan harga bandeng, dan penurunan
tingkat penjualan.
Widiyanthi (2007) menganalisis kelayakan usaha pengolahan kacang PD
Barokah apabila terjadi penambahan mesin vacuum frying. Analisis kelayakan
non finansial penambahan mesin vacuum frying layak untuk dijalankan. Aspek
kelayakan finansial dilakukan terhadap aspek finansial kelayakan usaha dan aspek
finansial kelayakan penambahan mesin vacuum frying. Secara finansial
penambahan penambahan mesin vacuum frying juga lebih layak untuk dijalankan
dibuktikan dengan nilai kriteria investasi, yaitu NPV Rp553 843 037; Net B/C
2.76; IRR 47.70 persen dan Payback Period selama 2 tahun 6 bulan. Analisis
finansial kelayakan usaha juga layak untuk diusahakan dengn nilai NPV Rp1 405
678 570; Net B/C 1.98; IRR 32.22 persen; dan payback period selama 3 tahun 10
bulan. Hasil analisis switching value penambahan mesin vacuum frying
menunjukkan bahwa usaha sensitif terhadap perubahan harga jual.penambahan
mesin vacuum frying
Novianti (2010) mengemukakan dalam penelitianya bahwa usaha
penggilingan padi di Kabupaten Karawang didominasi oleh penggilingan padi
skala kecil, dimana salah satunya adalah penggilingan padi Sinar Ginanjar.
Penggilingan padi Sinar Ginanjar akan melakukan penambahan konfigurasi mesin
dengan modal dari investor untuk memperoleh keuntungan maksimal. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini dilakukan studi kelayakan bisnis terhadap usaha
penggilingan padi Sinar Ginanjar. Berdasarkan analisis pada aspek non finansial
penggilingan padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Analisis finansial
dilakukan pada dua kondisi usaha, yaitu kondisi tanpa risiko dan kondisi risiko.
Pada kondisi tanpa risiko dengan tingkat diskonto 12 persen layak dilakukan
investasi dimana diperoleh nilai NPV Rp322 915 059; IRR 28 persen; Net B/C
1.83; dan payback period selama 4 tahun 0.9 bulan. Analisis aspek finansial pada
kondisi risiko juga menunjukkan layak dilakukan investasi Tingkat risiko terbesar
berdasarkan nilai koefisien variasi adalah risiko harga dengan nilai NPV yang
diharapkan sebesar Rp59 440 085; standar deviasi 108 146 306; dan koefisien
variasi 1.82. Sedangkan pada risiko produksi nilai NPV yang diharapkan Rp259
662 572; standar deviasi 388 618 762; dan koefisien variasi 1.50.
Perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
terletak pada komoditi ang diteliti.. Selain itu, lokasi tempat dilakukannya
penelitian kali ini juga berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam
penelitian ini akan dilakukan analisis kelayakan pengembangna usaha dengan
penambahan investasi dimana metode analisis yang digunakan hampir sama
seperti penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan analisis leasing,
analisis kelayakan investasi, dan analisis switching value.

10

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Investasi
Investasi merupakan komponen yang paling sering berubah dalam GDP
serta menghubungkan masa sekarang dan masa depan. Investasi dapat diartikan
sebagai pengeluaran penanaman modal oleh perusahaan untuk membeli barangbarang modal dan perlengkapan produksi guna menambah kemampuan produksi
barang dan jasa. Definisi lain investasi menurut Pratomo dan Nugraha (2009)
adalah membeli suatu aset yang diharapkan di masa datang dapat dijual kembali
dengan nilai yang lebih tinggi. Salah satu alasan berinvestasi adalah
mempersiapkan masa depan sedini mungkin melalui perencanaan kebutuhan yang
disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. Inflasi merupakan salah satu
penyebab perlunya dilakukan investasi.
Menurut Mankiw (2003) investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli
untuk penggunaan masa depan. Investasi juga dibagi ke dalam tiga sub kelompok,
yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan.
Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan.
Investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan
tanah. Sedangkan investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan
barang perusahaan.
Mankiw (2003) juga menjelaskan adanya hubungan antara investasi dan
tingkat bunga. Jumlah permintaan barang-barang modal bergantung pada tingkat
bunga yang mengukur biaya dari dana yang digunakan untuk membiayai
investasi. Jika suku bunga meningkat, proyek investasi yang menguntungkan
semakin sedikit dan jumlah permintaan barang-barang investasi akan turun.
Hubungan keterkaitan antara investasi dan tingkat bunga dapat dilihat pada fungsi
berikut.
Tingkat
bunga riil, r

Fungsi investasi, I (r)

Kuantitas investasi, I

Gambar 1 Fungsi investasi
Dalam perekonomian tingkat bunga dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat
bunga nominal dan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal adalah tingkat
bunga yang biasa dilaporkan atau tingkat bunga yang dibayar investor untuk

11

meminjam uang. Sedangkan tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal yang
dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Dengan kata lain bunga riil
mengukur biaya pinjaman yang sebenarnya menentukan jumlah investasi
(Mankiw 2003).
Teori Leasing
Lease didefinisikan oleh Kieso et al. (c2007) sebagai perjanjian
kontraktual antara lessor dan lessee yang memberikan hak kepada lessee untuk
menggunakan properti tertentu yang dimiliki oleh lessor, selama periode waktu
tertentu dengan membayar sejumlah uang (sewa) yang sudah ditentukan secara
periodik. Seringkali ditemukan bahwa lease lebih memberikan keuntungan bagi
lessee daripada kepemilikan properti. Beberapa keuntungan yang umumnya
dinikmati oleh lessee adalah :
1. Pembiayaan 100 persen dengan suku bunga tetap
Perjanjian lease pada umumnya tanpa uang muka dari lessee, sehingga
membantu penghematan dana modal lessee yang terbatas. Sebagian besar
lessee merupakan perusahaan baru dan sedang berkembang. Pembayaran lease
bersifat tetap, sehingga melindungi lessee dari inflasi dan meningkatnya biaya
uang.
2. Proteksi terhadap keusangan
Peralatan yang dilease dapat mengurangi risiko keusangan bagi lessee karena
adanya pemindahan risiko nilai residu kepada lessor. Dalam perjanjian lease,
lessee diperbolehkan untuk menukarkan peralatan lama dengan yang baru atau
membatalkan lease lama dan menciptakan lease yang baru. Dimana biaya
lease baru akan ditambahkan ke saldo lease lama dikurangi dengan nilai tukar
tambah peralatan lama.
3. Fleksibilitas
Perjanjian lease memiliki batasan-batasan yang lebih sedikit dibandingkan
dengan perjanjian hutang lainnya. Hal ini dikarenakan lessor mampu membuat
perjanjian lease yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan lessee.
4. Pembiayaan yang lebih murah
Beberapa perusahaan menyadari bahwa pembiayaan dengan lease lebih
menghemat biaya daripada jenis pembiayaan lainnya. Perusahaan baru yang
sedang mengalami depresi atau perusahaan yang terkena tarif pajak rendah
akan melakukan lease untuk memperoleh keuntungan pajak yang bila tidak
dilakukan akan hilang. Pengurangan pajak melalui beban penyusutan tidak
memberikan manfaat berarti bagi perusahaan yang mempunyai laba kena
pajak kecil. Melalui leasing, perusahaan leasing dapat memperoleh manfaat
ini dan kemudian memberikannya kepada lessee atau pemakai aktiva yang
dilease berupa pembayaran sewa yang lebih rendah.
5. Keuntungan pajak
Perusahaan tidak melaporkan aktiva atau kewajiban yang termasuk dalam
perjanjian lease dengan alasan untuk tujuan pelaporan finansial. Namun
dengan alasan tujuan perpajakan, perusahaan dapat mengkapitalisasi dan
mendepresiasi aktiva lease. Hasilnya, perusahaan melakukan pengurangan di
muka dan sekaligus mengurangi pajaknya.
6. Pembiayaan di luar neraca

12

Beberapa lease tidak mengakibatkan bertambahnya hutang pada neraca atau
mempengaruhi rasio keuangan, tetapi dapat menambah kemampuan
perusahaan untuk melakukan pinjaman. Pembiayaan di luar neraca semacam
itu penting bagi perusahaan tertentu.
Teori Biaya Manfaat
Biaya didefinisikan oleh Nurmalina et al. (2010) sebagai segala sesuatu
yang mengurangi tujuan bisnis. Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis
kelayakan adalah biaya investasi, biaya operasional, dan biaya lainnya. Biaya
investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat
tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Sedangkan biaya
yang dikeluarkan setiap proses produksi adalah biaya operasional.
Manfaat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tangible benefit, indirect or
secondary benefit, dan intangible benefit. Tangible benefit adalah manfaat yang
dapat diukur akibat adanya peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk,
perubahan waktu dan lokasi penjualan, serta perubahan bentuk produk. Indirect or
secondary benefit adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis sehingga
berpengaruh terhadap lingkungan eksternal di luar bisnis. Sedangkan intangible
benefit adalah manfaat yang riil ada tapi sulit diukur.
Menurut Hafidh (2010) analisis manfaat biaya merupakan analisis yang
digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan
suatu proyek. Analisis ini memperhitungkan biaya dan manfaat yang akan
diperoleh dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Perhitungan manfaat serta
biaya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Analisis ini
mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat keuntungan atau kerugian
dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan
dicapai.
Studi Kelayakan Bisnis
Pengambilan keputusan dalam berinvestasi selalu didasarkan pada hasil
analisis studi kelayakan bisnis. Menurut Nurmalina et al. (2010) studi kelayakan
bisnis merupakan analisis dasar penilaian layak atau tidaknya suatu kegiatan
investasi atau bisnis untuk dijalankan dengan melihat manfaat atau hasil dari
kegiatan apabila dilaksanakan. Analisis kelayakan terhadap rencana investasi
perlu dilakukan untuk meminimalkan risiko dan mengetahui besarnya manfaat
yang akan diperoleh apabila investasi dijalankan. Besarnya manfaat yang
diperoleh haruslah sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan untuk investasi.
Menurut Rangkuti (2012) terdapat beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam membuat studi kelayakan bisnis:
1. Besarnya dana yang digunakan
2. Tingkat ketidakpastian proyek
3. Kompleksitas proyek
Selain ketiga hal tersebut, terdapat juga kesalahan-kesalahan yang dapat
mengakibatkan peningkatan biaya dan penundaan penyelesaian proyek.
Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:
1. Kesalahan perencanaan
2. Kesalahan dalam memperkirakan permintaan
3. Kesalahan dalam menggunakan teknologi yang akan digunakan

13

4. Kesalahan dalam perkiraan kebutuhan tenaga kerja
5. Kesalahan dalam pengendalian proyek
Aspek Studi Kelayakan
Dalam melakukan analisis kelayakan bisnis terdapat aspek-aspek yang
perlu dipertimbangkan. Aspek-aspek yang saling berkaitan ini mempunyai
pengaruh terhadap manfaat yang akan diperoleh. Nurmalina et al. (2010)
membagi aspek-aspek tersebut ke dalam dua kelompok, yaitu aspek finansial dan
aspek non finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, teknis,
manajemen dan hukum, sosial ekonomi, serta aspek lingkungan.
Aspek Pasar
Analisis terhadap aspek pasar perlu dilakukan karena tanpa adanya
permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan, maka suatu proyek bisnis tidak akan
berhasil. Tujuan dari analisis aspek pasar adalah untuk mengetahui seberapa besar
luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk yang
bersangkutan (Umar 2000). Menurut Subagyo (2007) kurang diperhatikannya
aspek pasar akan menyebabkan beberapa kerugian dan kegagalan suatu proyek,
yaitu produk yang ditawarkan tidak diminati konsumen, produk tidak sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta produk yang ditawarkan laku,
tetapi pangsa pasar kecil dan volume penjualannya rendah sehingga tidak dapat
menutupi biaya yang telah dikeluarkan.
Analisis aspek pasar merupakan aspek yang dikaji paling awal karena
untuk mengetahui ada tidaknya peluang pasar dari produk yang dihasilkan
merupakan faktor utama dalam penentuan keputusan proyek. Menurut Soeharto
(1999) dalam analisis aspek pasar terdapat tiga hal penting yang perlu dikaji,
yaitu:
1. Penawaran dan permintaan
a. Perincian permintaan
Perincian permintaan terdiri dari:
- Area; dibagi menjadi area yang akan dikaji potensi daya serapnya.
- Spesifikasi produk; dibedakan atas beberapa tingkat spesifikasi,
misalnya produk yang bermutu tinggi, sedang, dan rendah.
b. Permintaan masa depan dan saat ini
Permintaan saat ini dapat dikumpulkan dan dilihat dari catatan statistik.
Sedangkan untuk mengetahui permintaan pada masa yang akan datang
perlu dilakukan peramalan dengan menggunakan berbagai variabel yang
didasarkan pada informasi saat ini.
c. Penawaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penawaran produk yaitu:
- Besarnya penawaran saat ini dan potensinya di masa yang akan datang.
- Besarnya kapasitas produksi.
- Jenis produk.
d. Konsumen
Konsumen merupakan salah satu penentu dari tingkat permintaan pasar.
Informasi konsumen perlu dikaji juga menyangkut masalah demografi dan
sosiologi yang dapat ditelusuri melalui pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Mengapa mereka membeli.

14

- Di mana mereka membeli.
- Kapan mereka membeli.
e. Kebijakan, perencanaan, dan peraturan pemerintah
Kebijakan, perencanaan, dan peraturan pemerintah berpengaruh besar
terhadap penawaran dan permintaan produk serta dapat menjangkau aspek
lainnya, seperti:
- Perencanaan nasional yang berkaitan dengan pembangunan fasilitas
dan prasarana produksi.
- Peraturan pengendalian impor-ekspor.
- Kebijakan dan peraturan aspek finansial.
- Pajak dan bea masuk.
- Kebijakan pemakaian produk dan sumberdaya domestik.
- Rangsangan ekspor.
- Pemberian subsidi.
2. Pangsa pasar dan persaingan
a. Pangsa pasar
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
- Menentukan sasaran pangsa pasar yang ingin diraih.
- Upaya penetrasi pasar.
- Komposisi marketing mix.
b. Persaingan
Dalam persaingan perlu diperhatikan:
- Jenis pasar
- Identifikasi perusahaan pesaing; skala usaha, kinerja, serta strateginya.
- Jumlah serta kualifikasi produk yang dihasilkan.
- Kemungkinan adanya substitusi produk.
c. Harga
Penentuan harga berpengaruh besar terhadap pangsa pasar dan persaingan.
Dalam harga perlu diperhatikan:
- Bagaimana struktur dan berapa sasaran total harga.
- Berapa besar tingkat harga produk sejenis.
- Bagaimana respons terhadap fluktuasi harga pesaing.
- Apakah harga berubah berdasarkan musiman.
3. Strategi pemasaran
a. Promosi
- Luas dan lingkup jangkauan.
- Metode yang digunakan.
b. Distribusi
- Cara pendistribusian produk.
- Transportasi.
- Pengemasan.
Aspek Teknik
Aspek teknik dalam studi kelayakan mempelajari tentang kebutuhankebutuhan teknikal proyek. Menurut Umar (2000) yang termasuk ke dalam aspek
teknis antara lain penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai,
pemakaian peralatan dan mesin, lokasi proyek, serta letak pabrik yang paling
menguntungkan. Kemudian dari analisis aspek teknik tersebut dapat disusun

15

rencana jumlah pengadaan aset tetapnya. Kerugian atau kegagalan yang bisa
terjadi akibat kurangnya analisis terhadap aspek teknis menurut Subagyo (2007)
antara lain:
 Permintaan terhadap produk tinggi, tetapi skala produksi rendah diakibatkan
rendahnya kapasitas mesin sehingga opportunity cost juga tinggi.
 Terlalu jauhnya lokasi perusahaan dari pasar (konsumen) yang mengakibatkan
bertambahnya biaya transportasi sehingga profit margin menjadi rendah.
Sedangkan pemindahan lokasi pabrik dibutuhkan biaya yang tinggi. Dengan
demikian, profit margin yang rendah bisa terjadi karena kesalahan dalam
menentukan lokasi pabrik.
 Waktu produksi yang dibutuhkan terlalu lama. Hal ini bisa terjadi karena
proses produksi yang dipilih tidak tepat sehingga mengakibatkan
keterlambatan pengiriman kepada pelanggan dan kehilangan pasar.
Aspek Manajemen dan Hukum