Analisis Kelayakan Usaha Tambak Udang (Studi Kasus : Desa Sei Meran, Kec. Pangkalan Susu, Kab. Langkat)

(1)

SKRIPSI

RIZKY HERMAWAN PULUNGAN

100304098

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK UDANG

(Studi Kasus : Desa Sei Meran, Kec. Pangkalan Susu, Kab. Langkat)

SKRIPSI

RIZKY HERMAWAN PULUNGAN

100304098

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Lily Fauzia, M.Si) (Emalisa, SP, M.Si)

NIP:196308221988032003 NIP:1972111819980220012

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

skripsi “ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK UDANG DENGAN STUDI KASUS DESA SEI MERAN, KEC. PANGKALAN SUSU, KAB.

LANGKAT”. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2014 dengan

dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Emalisa, SP, M.Si

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem budidaya udang vannamei di daerah penelitian, untuk mengetahui apakah usaha udang vannamei layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui sistem budidaya udang vannamei dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya udang vannamei dianalisis dengan BEP, dan R/C Ratio. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sistem budidaya udang yang digunakan sistem semi intensif di daerah penelitian. Diperoleh hasil BEP Produksi < Produksi maka usaha jamur tiram layak dan diperoleh hasil BEP Harga < Harga dang BEP Penerimaan < Penerimaan maka usaha budidaya udang vannamei layak dan diperoleh hasil R/C Ratio > 1. Dengan nilai R/C Ratio lebih besar dari 1, maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya udang vannamei layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.


(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya serta segala kekuatan, kemampuan dan kesempatan yang telah dianugerahkan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan dengan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Tambak Udang (Kasus : Desa Sei Meran, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat)”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan beserta Pembantu Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat universitas dan fakultas.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai ketua Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen dan telah menjadi dosen penguji yang telah banyak memberikan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MS sebagai sekretaris Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen.


(5)

dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Emalisa, SP, M.si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Seluruh dosen di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Seluruh staf akademik dan pegawai di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh proses administrasi.

8. Seluruh kantor pemerintahan Desa Sei Meran, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat yang terkait dengan penelitian penulis.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih atas segala motivasi, bantuan serta dukungan berupa doa dan semangat, kepada ayahanda tercinta Bapak Ir. Bangun Pulungan dan ibunda tercinta Ibu Khairida Nasution, abangda Putra Adriananda Pulungan, SE, abangda Harry Maulana, SE yang selalu memberikan motivasi, kakak Mira Astriana Pulungan, SE, adik Amalina Darayani Pulungan yang selalu memberikan motivasi serta Khairunisa Siregar yang selalu memberi semangat dan memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan yaitu Aziz, Rahmad, Tio, Teguh,


(6)

iv

Khaliqi, Irna, Zukfikar, Roni, Wawan, dan semua rekan-rekan di Departemen Agribisnis stambuk 2010 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Sebagai salah satu karya ilmiah skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis. Masukan dan saran akan sangat berarti agar skripsi ini dapat dikembangkan dengan penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2015


(7)

RIZKY HERMAWAN PULUNGAN dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 06 Juli 1993. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari Bapak Ir. Bangun Pulungan dan Ibu Khairida Nasution.

Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut :

1. Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Negeri 054903 UPL Kebun Balok, masuk pada tahun 1998 dan tamat pada tahun 2004.

2. Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Swasta Al-Azhar Medan, masuk pada tahun 2004 dan tamat pada tahun 2007.

3. Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 2 Medan, masuk pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2010.

4. Jenjang pendidikan tingkat sarjana (S1) di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2014.

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Deli Muda Hulu, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2013.

6. Mengadakan penelitian skripsi di Desa Sei Meran, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat pada tahun 2014.


(8)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 15

2.2.1 Biaya dan Pendapatan... 15

2.2.2 Teori Kelayakan ... 16

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

2.4 Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 21

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 22

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4 Metode Analisis Data ... 22

Definisi dan Batasan Operasional ... 24


(9)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 26

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 26

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 27

4.2 Karakteristik Responden ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Budidaya Udang Vannamei di Daerah Penelitian ... 31

5.2 Analisis Biaya Produksi di Daerah Penelitian ... 34

5.3 Analisis Pendapatan ... 35

5.4 Analisis Kelayakan Usaha Udang Vannamei ... 36

5.4.1 BEP Volume Produksi... 37

5.4.2 BEP Harga Produksi ... 37

5.4.3 BEP Penerimaan ... 38

5.5.4 Analisis kelayakan Dengan R/C Ratio ... 39

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

viii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Luas Areal dan Jumlah Nelayan Usaha Budidaya Tambak Menurut

Kecamatan di Kabupaten Langkat ... 4

2. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Tambak Menurut Jenis Ikan di Kabupaten/Kota ... 20

3. Potensi Penggunaan Lahan di Desa Sei Meran Tahun 2014 ... 26

4. JumlahPenduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014 ... 26

5. JumlahPendudukMenurut Usia Tahun 2014 ... 27

6. JumlahPenduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014 ... 27

7. Karakteristik Responden ... 28

8. Biaya Usahatani Udang Per Produksi (3 Bulan/Petani) ... 34

9. Pendapatan Budidaya Udang vannamei per 2000 Bibit ... 35

10.Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei Berdasarkan BEP Produksi... 36

11.Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei Berdasarkan BEP Harga ... 37

12.Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei Berdasarkan BEP Penerimaan ... 38


(11)

No Judul Halaman

1. Udang Vannamei ... 7

2. Skema Kerangka Pemikiran ... 19

3. Penjemuran, Pencucian, Pemupukan, dan Pengapuran Tambak ... 32


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Petambak Udang Vannamei

2. Biaya Usahatani Udang Vannamei Per Periode Produksi (3 Bulan) Sampel 1 2a. Biaya Usahatani Udang Vannamei Per Periode Produksi (3 Bulan) Sampel 2 2b. Biaya Usahatani Udang Vannamei Per Periode Produksi (3 Bulan) Sampel 3 2c. Biaya Usahatani Udang Vannamei Per Periode Produksi (3 Bulan) Sampel 4 2d. Biaya Usahatani Udang Vannamei Per Periode Produksi (3 Bulan) Sampel 5 2e. Biaya Usahatani Udang Vannamei Per Periode Produksi (3 Bulan) Sampel 6 2f. Biaya Usahatani Udang Vannamei Per Periode Produksi (3 Bulan) Sampel 7 3. Total Biaya Usahatani Udang Vannamei Per Periode Produksi (3 Bulan) 4. Penerimaan Usahatani Udang Vannamei Per Periode Produksi (3 Bulan) 5. Pendapatan Usahatani Udang Vannamei Per Periode Produksi (3 Bulan)


(13)

skripsi “ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK UDANG DENGAN STUDI KASUS DESA SEI MERAN, KEC. PANGKALAN SUSU, KAB.

LANGKAT”. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2014 dengan

dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Emalisa, SP, M.Si

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem budidaya udang vannamei di daerah penelitian, untuk mengetahui apakah usaha udang vannamei layak atau tidak layak dikembangkan di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui sistem budidaya udang vannamei dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya udang vannamei dianalisis dengan BEP, dan R/C Ratio. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sistem budidaya udang yang digunakan sistem semi intensif di daerah penelitian. Diperoleh hasil BEP Produksi < Produksi maka usaha jamur tiram layak dan diperoleh hasil BEP Harga < Harga dang BEP Penerimaan < Penerimaan maka usaha budidaya udang vannamei layak dan diperoleh hasil R/C Ratio > 1. Dengan nilai R/C Ratio lebih besar dari 1, maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya udang vannamei layak dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang di harapkan dapat meningkatkan devisa negara. Permintaan pasar di luar negeri yang cenderung meningkat serta sumber daya yang cukup tersedia di Indonesia memberikan peluang sangat besar untuk dapat dikembangkan budidayanya(sumeru, 1992).

Permintaan akan konsumsi masyarakat akan udang di Indonesia meningkat dikarenakan udang merupakan salah satu makanan yang mengandung gizi tinggi dan unsur yodium yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mental dan udang juga mengandung protein dalam jumlah besar, kandungan gizi udang seperti Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Fosfor, Zat besi, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C dan Air. Sehingga makanan yang olahan dari udang bermanfaat dan sehat bagi tubuh manusia ( Suprapti, 2008).

Tingginya permintaan akan udang didalam dan luar negeri yang terus meningkat dari tahun ketahun menjadikan Indonesia sebagai pengirim terbesar didunia, dikarenakan Indonesia mempunyai luas wilayah, ketersediaan lahan pertambakan dan potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang memungkinkan untuk mengembangkan usaha budidaya udang (Buwono, 1993).

Perkembangan budidaya Udang Windu sejak tahun 1980 sampai 1990ini telah mencapai puncaknya, baik sebagai usaha budidaya berpola tradisional, semi


(15)

intensif, maupun intensif. Perkembangan tersebut tentunya tidak terlepas dari pembinaan aparat pemerintah, khususnya yang membidangi sektor perikanan baik melalui kursus-kursus keterampilan, seminar-seminar pertambakan udang maupun dari kegiatan pameran perikanan yang berskala nasional ataupun internasional(Buwono, 1993).

Budidaya udang diindonesia mengalami kejayaan pada tahun 1994, produksi udang windu budidaya mencapai 250.000 ton/tahun. Produksi tersebut menempatkan posisi produsen udang winduterbesar didunia. Namun dengan cepat produksi udang windu mengalami penurunan dan menuju pada titik kehancuran karena merebaknya penyakit white spot syndrome virus (WSSV). (Kordi, 2010) sektor perikanan di Indonesia komoditas udang lebih besar di bandingkan komoditas lain, walaupun produksinya lebih sedikit dibandingkan ikan tangkap. Misalnya, pada tahun 2003, produksi sektor perikanan dan kelautan sebesar 474.000 ton dengan perincian ikan tangkap 292.000 ton dan budidaya tambak (terutama udang) 182.000 ton. Volume ekspor perikanan tahun 2003 sebesar 32.223 ton atau senilai US$ 96.267 juta. Dari angka 32.223 ton tersebut, volume ekspor udang hanya mencapai 8.027 ton (sekitaran 25%), tetapi nilai ekspornya yang paling banyak (Haliman dan Dian Adijaya S, 2008).

Menurut Nilai ekspor hasil perikanan Indonesia berdasarkan total komoditi tahun 2013 mencapai US$ 3,77 miliar meningkat 6,98 persen dibandingkan tahun 2012 dengan nilai US$ 3,53 miliar. Udang menjadi komoditi yang merajai ekspor perikanan, dengan nilai yang disumbang sebesar US$ 1,280 juta, disusul tuna US$ 606 juta, ikan lainnya US$ 700 juta dan hasil perikanan lainnya US$ 746 juta.


(16)

3

Komoditi yang paling besar mengalami peningkatan ekspor adalah udang sebesar 25,46% dengan nilai kontribusi terbesar adalah udang beku senilai US$ 1,121 juta (Sutardjo, 2014).

Ekspor ikan dan udang di sumatera utara menunjukan peningkatan yang tinggi, ekspor ikan dan udang mencapai angka 60,16 juta dolar AS pada tahun 2014. Jumlah itu jauh melampui angka periode yang sama tahun lalu yang hanya tercatat 49,63 juta dolar AS. (Kusdiatmono, 2014).

Udang sebagai komoditas ekspor berhasil meningkatkan devisa Negara dari sektor non migas. Volume ekspor udang ke berbagai Negara tujuan (Jepang, Hongkong, Singapura, Jerman, Australia, Malaysia, Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Luxemburg, dan lainnya) (Buwono, 1993).

Pemanfaatan tambak untuk usaha budidaya udang secara intensif di Indonesia berkembang cepat dengan produksi mencapai 5-12 ton/ha/musim tanam (6 bulan) atau 10-24 ton/ha/tahun. Namun, sejak tahun 1990 budidaya udang intensif mulai banyak menghadapi masalah, seperti tingginya mortalitas, lambatnya tingkat pertumbuhan, dan kegagalan panen akibat udang terserang penyakit. Kendala yang dihadapi tersebut awalnya disebabkan petani kurang mematuhi persyaratan/ketentuan dalam budidaya , seperti pemilihan lokasi yang kurang tepat, pembatasan luar hamparan tambak, pengelolaan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan, tidak ada kerjasama antar pembudidaya, dan tidak memperhatikan ketentuan tata ruang. Penyebab lain juga akibat adanya peningkatan limbah atau pencemaran (Sudradjat dan Wedjatmiko, 2010).


(17)

Konsumsi masyarakat Provinsi Sumatera Utara terhadap udang sangat tinggi, untuk memenuhi permintaan masyarakat dan ekspor pemerintah mengembangkan budidaya udang untuk meningkatkan produksi udang di Sumatera Utara. Kabupaten Langkat merupakan salah satu dari beberapa kabupaten yang memiliki rata-rata produktivitas yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data yang di peroleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Utara yang ada pada tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Tambak Menurut Jenis Ikan dan Kabupaten/ Kota

NO Kabupaten / Kota

Jenis Ikan (ton)

Udang Udang Udang

Windu Vanname Putih

1 Kota Medan 323.4 3,0 -

2 Kab. Langkat 3,713.0 14,163.5 -

3 Kab. Deli Serdang 2,780.1 - -

4 Kab. Serdang Bedagai 665.0 3,827.0 -

5 Kab. Batubara 23.4 641.0 1.0

6 Kab. Asahan 74.7 - -

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2012

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kabupaten langkat mempunyai produksi udang yang tinggi di banding dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, dengan produksi : Udang Windu 3.713 ton, dan Udang Vannamei 14.163 ton. Kabupaten Langkat menduduki peringkat pertama dalam jumlah produksi.

Budidaya udang kedepannya menjadi prospek yang cerah bagi petani sehingga harus terus dikembangkan agar kabupaten Langkat menjadi penghasil udang


(18)

5

terbesar di Sumatera Utara dan menjadi daerah pengekspor terbesar di Indonesia. Kurangnya pemahaman bagi petani udang untuk membudidayakan udang dan tidak mengikuti ketentuan/ budidaya sehingga petani mengalami kegagalan karena dalam usaha ini memerlukan ketelitian, maka banyak petani yang beralih budidaya ke komoditas lainnya. Dalam hal ini menimbulkan keraguan terhadap petani tambak untuk membudidayakan udang, padahal budidaya udang akan sangat menguntungkan bagi petani tambak udang di Kabupaten Langkat, untuk penelitian ini dilakukan dengan melihat kelayakan usaha tambak budidaya udang di Desa Sei Meran, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat sehingga dapat diketahui layak atau tidak layak usaha budidaya tambak udang untuk dikembangkan di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai Analisis Kelayakan Tambak Udang di Desa Sei Meran, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat di analisis beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem budidaya udang di daerah penelitian?

2. Apakah usahatani tambak udang layak untuk dikembangkan di daerah penelitian?


(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem budidaya udang di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis kelayakan usahatani tambak udang yang di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan kegunaan dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut

1. Sebagai bahan informasi bagi petani yang membudidayakan udang di Kabupaten Langkat.

2. Sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan pihak pemerintah dalam pengambilan kebijakan.


(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Menurut sistematika secara taksonomi udang ini dibagi dalam : Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Subkelas : Eumalacostraca Superord : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei


(21)

Dalam dunia perdagangan internasioanal Udang Vannamei memiliki beberapa nama, seperti whiteleg shrimp (Inggris), crevette pattes blances (Perancis), dan camaron patiblanco (Spanyol). Ada sekitar 343 spesies udang yang potensial untuk dikembangkan secara komersil. Dari jumlah itu , setidaknya ada 110 spesies yang termasuk ke dalam genus penaeid. Salah satu spesies dari genus litopenaeus tersebut yaitu litopenaeus vannamei.

Pada tahun 1993, Udang Windu mulai terserang penyakit bintik putih (white spot) atau White Spot Syndrome Virus (WSSV). “White spot” (bintik putih) menjadi momok yang sangat menakutkan. Namun momok ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Kematian udang ditambak yang ditemukan di Thailand lebih banyak disebabkan serangan virus ini. Menurut Jory (1997) dalam Kordi (2010) menyatakan bahwa penyakit “white spot” dapat menjalar baik secara vertikal dari induk maupun secara horizontal dari petak ke petak sebelahnya dan dapat mematikan udang di seluruh kawasan (Kordi, 2010).

beberapa petambak di Indonesia mulai mencoba membudidayakan Udang Vannamei. Produksi yang dicapai saat itu sungguh luar biasa. Apalagi, produksi Udang Windu yang saat itu sedang berkembang mengalami penurunan karena serangan penyakit, terutama bercak putih (white spot syndrome virus).

Kehadiran Udang Vannamei di akui sebagai penyelamat dunia pertambakan udang Indonesia. Petambak mulai bergairah kembali, begitu juga dengan para operator pembenihan udang. Operator mulai membenihkan Udang Vannamei untuk memenuhi kebutuhan petambak. (Haliman dan Dian Adijaya S, 2008).


(22)

9

Ada beberapa keunggulan budidaya Udang Vannamei dibandingkan dengan Udang Windu yang membuat masyakarat cepat menerima dan membudidayakan Udang Vannamei, yaitu a) Tumbuh cepat, toleran terhadap suhu air, oksigen terlarut dan salinitas yang relatif rendah; b) Mampu memanfaatkan seluruh kolam air; c) Tahan terhadap penyakit dan tingkat produktivitas yang tinggi; d) Kebutuhan kandungan protein pakan yang relative rendah; e) Tersedia teknologi produksi induk atau benih bebas penyakit (specific pathogen free = SPF) dan tahan penyakit (specific pathogen resistant = SPR) (Sudradjat dan Wedjatmiko, 2010).

Siklus hidup Udang Vannamei bersifat nocturnal, yaitu melakukan aktivitas pada malam hari. Proses perkawinan ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat meloncat tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat yang bersamaan udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung sekitar 1 menit. Sepasang Udang Vannamei berukuran 30-45 gram dapat menghasilkan 100.000-250.000 sel telur yang berukuran 0,22 mm. Siklus hidup Udang Vannamei sebelum di tebar ditambak yaitu :

1. Stadia Nauplii

Pada stadia ini larva berukuran 0,32-0,58 mm. Sistem pencernaannya belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur sehingga pada stadia ini benih Udang Vannamei belum membutuhkan makanan dari luar. 2. Stadia Zoea


(23)

Stadia Zoea terjadi setelah nauplii ditebar di bak pemeliharaan sekitar 15 -24 jam. Larva berukuran 1,05-3,30 mm. Pada stadia ini benih udang mengalami moultin sebanyak 3 kali, yaitu : stadia zoea 1, stadia zoea 2, dan stadia zoea 3. Lama waktu proses penggantikan kulit sebelum memasuki stadia berikutnya (mysis) sekitar 4-5 hari. Pada stadia ini benih sudah dapat diberi pakan alami seperti artemia.

3. Stadia Mysis

Pada stadia ini, benih sudah menyerupai bentuk udang dicirikan dengan sudah terlihat ekor kipas (uropods) dan ekor (telson). Benih pada stadia ini sudah mampu menyantap pakan fitoplankton dan zooplankton. Ukuran larva berkisar 3.50-4,80 mm. stadia ini memiliki 3 substadia, yaitu : mysis 1, mysis 2, dan mysis 3 yang berlangsung selama 3-4 hari sebelum masuk pada stadia post larva (PL).

4. Stadia Postlarva (PL)

Pada stadia ini, benih Udang Vannamei sudah tampak seperti udang dewasa. Hitungan stadia yang digunakan sudah berdasarkan hari. Misalnya, PL 1 berarti postlarva berumur 1 hari. Pada stadia ini udang sudah mulai aktif bergerak lurus kedepan.

Udang termasuk golongan omnivora atau pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain, udang kecil (rebon), fitoplankton, cocepoda, polyhaeta, larve keran dan lumut.

Udang Vannamei mencari dan mengidentifikasi pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu


(24)

11

halus (setae). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena, dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik, seperti : protein, asam amino, dan asam lemak maka udang akan merespon dengan cara mendekati sumber pakan tersebut. Pigmentasi atau perubahan warna kulit berhubungan dengan kesehatan udang. Warna kulit juga bisa digunakan sebagai acuan kualitas udang yang akan dipanen, seperti nilai gizi, kesegaran, dan rasa. Pigmen utama pada Udang Vannamei yaitu karotenoid yang dominan terdapat pada dieksoskleton. Karotenoid pada udang menimbulkan warna merah, kehijauan, kecoklatan, dan kebiruan. Warna -warna tersebut dipengaruhi lingkungan budidaya. Kekurangan karotenoid pada Udang Vannamei bisa menyebabkaan warna eksoskleton tampak dan pudar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa karotenoid merupakan provitamin A yang berfungsi membentuk jaringan epidermis dan mukosa sehingga udang lebih tahan terhadap serangan bakteri dan jamur. Selain itu, karotenoid berfungsi untuk menjaga permeabilitas membran sel dan meningkatkan daya tahan tubuh (imunologi) (Haliman dan Dian Adijaya S, 2008).

Benih udang yang siap ditebar di tambak haruslah benih yang berkualitas. Benur yang berkualitas tumbuh pesat, sehat, dan setiap hari ganti kulit (moulting). Benih-benih atau benur dari hasil penangkapan di alam maupun di hatchri yang akan ditebar di tambak harus dipilih yang benar-benar berkualitas. Maka perlu dicari hatchri yang mempunyai reputasi baik dalam menghasilkan benih. Indikator yang dapat dijadikan acuan untuk menilai hatchri berkualitas atau tidak sebagai


(25)

berikut : sarana dan produksi hachri, sumber daya manusia pengelola hachri, metode produksi benih.

Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan udang akan menimbulkan masalah karena sisa-sisa pakan yang tidak habis dimakan udang akan menjadi limbah dan menurunkan kualitas air. Pakan powder (serbuk) untuk ukuran udang stadium larve, flake (serpihan) ukuran udang PL1 – PL15, crumble (remahan) untuk ukuran udang PL 20 - 1 g. Dan pellet untuk udang ukuran 1-10 g. Pakan umumnya dilihat dari komposisi zat gizinya. Beberapa komponen nutrisi yang penting dan tersedia dalam pakan udang antara lain: protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral (Kordi, 2010).

Kualitas air dalam tambak petak pembesaran harus tetap terjaga. Adapun kualitas air yang optimum untuk hidup udang adalah sebagai berikut a) salinitas : <10ppt ; b) suhu air : 27-31°C ; c) pH : 7,0-8,5 ; d) oksigen terlarut : 3-8 mg/L ; e) alkalinitas : 150 mg/L ; f) kecerahan : 20-40 cm ( Sudrajat dan Wedjamiko, 2010).

Usaha budidaya perairan, termasuk udang akan berhasil baik dalam air dengan pH 6.5-9.0, dan kisaran optimal untuk udang adalah pH 7.5-8.7. Untuk udang ukuran 0.02-15 g/ekor, pH yang cocok antara 7.9-8.3; untuk udang ukuran 16-30 g/ekor, nilai pH yang sesuai 7.7-8.2 dan ukuran lebih dari 30 g/ekor nilai pH yang cocok adalah 7.7-8.0.

Menurut Kholik (1998) dalam Kordi (2010) pertumbuhan dan kehidupan udang sangat dipengaruhi suhu air. Umumnya dalam batas-batas tertentu kecepatan pertumbuhan udang meningkat sejalan dengan naiknya suhu air, sedangkan derajat kelangsungan hidupnya bereaksi sebaliknya terhadap kenaikan suhu.


(26)

13

Artinya, derajat kelangsungan hidup udang menurut pada kenaikan suhu. Kisaran suhu terbaik bagi pertumbuhan dan kehidupan udang antara 28°-30°C, walaupun Udang Windu masih dapat hidup dalam suhu 18°C dan 36°C. Namun dalam tingkat suhu tersebut udang sudah tidak aktif (Kordi, 2010).

Induk betina siap pijah umumnya berukuran 35-40 gram/ekor, sedangkan ukuran siap panen di tambak umur 100 hari (3,5 bulan) adalah 60-80 ( 60-80 ekor/kg) atau rata-rata ukuran 70 untuk kepadatan tebar 80 ekor PL (post larva)/m2 dengan SR (survival rate/derajat kelangsungan hidup) sekitar 80% dan FCR (Feed Conversion Rate) pakan 1,2. Hidup dalam tambak dengan salinitas (kadar garam) air tambak pemeliharaan berkisar 5-35 permil (Amri dan Iskandar Kanna, 2008). Jenis hama yang potensial menggangu usaha budidaya udang dalam budidaya ini predator atau pemangsa adalah ikan,ular air,burung,serangga,cacing dan siput. Sedangkan jenis penyakit yang menyerang udang adalah virus,bakteri,parasit dan jamur. Virus dan baktri merupakan jenis penyakit yang sangat berbahaya bagi udang (Kordi, 2010).

Usaha budidaya udang di Indonesia memiliki tiga pola yaitu berpola tradisional, semi intensif, maupun intensif. Akan tetapi di Indonesia memakai budidaya secara intensif tersebut untuk meningkatkan produksi dan memperoleh hasil panen yang dapat di petik setiap bulan dengan pola pemeliharaan bergiliran pada petakan-petakan tambak sehingga dapat memenuhi kebutuhan permintaan udang sewaktu-waktu. (Buwono, 1993).

Indonesia merupakan daerah tropis dimana pola tanam pemeliharaan udang dapat dilakukan sepanjang tahun. Prasarana maupun saran dan fasilitas dalam industry


(27)

boleh dikatakan cukup memadai dan menunjang pertambakan udang tersebut, sehingga mendorong kalangan untuk mengubah pola budidaya udang menjadi lebih intensif. Pengubahan pola ini dimaksud sebagai salah satu upaya meningkatkan produksi dan untuk memperoleh hasil panen yang dapat dipetik setiap bulan dengan pola pemeliharaan bergiliran pada petakan-petakan tambak sehingga dapat memenuhui kebutuhan permintaan udang sewaktu-waktu.

Dalam pola budidaya secara intensif ini memerlukan manajemen usaha secara professional dan ketelitian. Pemeliharaan udang secara intensif berarti menggunakan padat penebaran tinggi, pola tanam yang terus-menerus, dan pemberian pakan bergizi tinggi. Keseimbangan ekosistem lingkungan, terutama kualitas air, harus dijaga dengan baik agar tidak mendorong tersebarnya organism-organisme asing yang berdampak buruk terhadap pertumbuhan udang. air adalah media hidup utama udang, maka keseimbangan ekosistemnya harus dijaga. Apabila air tersebut terus menerus dipakai tanpa ada sedikit perbaikan pada sifat biologis, kimiawi, dan physic, air tersebut tentunya kurang layak bagi kehidupan udang (Buwono, 1993).

Pola budidaya secara semi intensif ini sama dengan sistem intensif, akan tetapi yang membedakanya pada perlakuan budidaya udang seperti pemeliharaan,peralatan,obat-obatan dan penganggulangan hama pada budidaya udang tersebut.

Sistem pengelolaan semi intensif merupakan teknologi budidaya yang dianggap cocok untuk budidaya udang di tambak di Indonesia karena dampaknya terhadap lingkungan relative lebih kecil. Selain kebutuhan sarana dan prasarana produksi


(28)

15

yang jauh lebih murah dibandingkan tambak intensif, yang lebih pokok dari sistem semi intensif ini, yaitu memberikan kelangsungan produksi dan usaha dalam jangka waktu yang lebih lama (Anonimous, 2008).

Pola budidaya secara tradisional ini menggunakan lahan alam yang berada di pinggir laut. Membudidayakan udang sistem tradisional hanya membuat bedengan berbentuk kolam, untuk pengisian air dan bibit berharap pada saat air pasang dan tidak memerlukan pemeliharaan. sistem tradisional memperoleh produksi udang tidak bisa ditentukan, karena sistem ini hanya berharap terhadap alam.

Sistem budidaya udang di Desa Sei Meran, Kec. Pangkalan Susu, Kab. Langkat semuanya menggunakan sistem semi intensif.

2.2. Landasan Teori

2.2.1.Biaya dan Pendapatan

Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani.Biaya dalam usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Sehingga biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan yang tidak habis terpakai dalam satu kali periodea produksi.

2) Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah


(29)

tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan. Biaya yang dikeluarkan yang habis terpakai dalam satu kali periode produksi.

Untuk mendapatkan biaya total dalam usahatani dengan cara keseluruhan jumlah dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), sehingga mendapatkan hasil dari seluruh biaya dalam usahatani yang harus dikeluarkan. Pendapatan usahatani terbagi atas dua, yaitu pendapatan bersih usahatani diperoleh dari hasil pengurangan seluruh biaya secara riil dikeluarkan oleh petani terhadap pendapatan kotornya, sedangkan pendapatan kotor usahatani diperoleh melalui hasil kali antara total volume produksi dengan rata-rata harga produk ditingkat petani. (Wahyudi dkk, 2008).

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya usahatani, dimana penerimaan diperoleh dari perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dipetani. (Soekartawi, 1995).

2.2.2.Teori Kelayakan

Teori kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit , hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim, 2009).


(30)

17

Setiap sektor usaha yang akan didirikan, dikembangkan, dan di perluas ataupun dilikuidasi selalu didahului dengan satu kegiatan yang disebut studi kelayakan. Metode penyusunan studi kelayakan tidak ada yang baku, namun pada umumnya terdiri atas beberapa aspek, yaitu: (1) aspek pasar dan pemasaran; (2) aspek teknis produksi dan teknologis; (3) aspek manajemen; (4) aspek legal dan perizinan, dan (5) aspek keuangan (Subagyo, 2007).

Suatu kriteria investasi merupakan suatu alat apakah suatu usaha yang dilaksanakan layak atau tidak layak. kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 1. Break Event Point (BEP)

Secara umum BEP adalah suatu keadaan dimana produksi dalam suatu perusahaan tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima.

Manfaat Break Event Point (BEP)

1) Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2) Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. 3) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita

rugi.

4) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Keterbatasan Break Even Point (BEP)

1) Biaya Tetap (Fixed cost) haruslah konstan selama periode atau range of output tertentu


(31)

2) Biaya Variable (Variable cost) dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan

3) Sales price per unit tidak berubah dalam periode tertentu 4) Sales mix adalah konstan

2. R/C Ratio

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk (Soekartawi, 2000).

2.3 Kerangka Pemikiran

Udang merupakan komoditas primadona di sub sektor perikanan yang dapat meningkatkan devisa negara melalui ekspor perikanan. Permintaan akan udang sangat tinggi di masyarakat Indonesia karena udang memiliki banyak mengandung protein dan vitamin yang bagus untuk kesehatan tubuh. Permintaan akan udang bukan hanya dari dalam negeri melainkan dari luar negeri sehingga Indonesia menjadi pengirim udang terbesar di dunia karena terdapat banyak usaha budidaya udang di Indonesia.

Sistem budidaya udang di Indonesia memiliki tiga sistem yaitu sistem tradisional, semi intensif dan intensif, dari ketiga sistem itu petani di Desa Sei Meran lebih memilih sistem semi intensif dikarena kan sarana dan prasarana produksi yang lebih murah.

Jumlah produksi yang dihasilkan mempengaruhi penerimaan petani, dimana besarnya produksi tersebut ditentukan oleh produktivitas usaha budidaya tambak tersebut. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga jual udang


(32)

19

Perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran atau biaya usaha budidaya udang maka dapat memberikan informasi tentang proporsi keuntungan yang diperoleh oleh petani tambak. Jika R/C > 1 maka usaha budidaya udang layak untuk diusahakan. Namnu jika R/C < 1 maka usaha budidaya udang tidak layak untuk diusahakan.

Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual udang kepasaran. Pendapatan yang diterima petani dari usaha tambak udang merupakan jumlah penerimaan dari usaha tambak udang yang dikurangi oleh total biaya produksi. Break event point (BEP) merupakan suatu kondisi yang menggambarkan bahwa usahatani yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan atau impas. Usahatani yang dilakukan tidak menghasilkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian:

- BEP Volume Produksi : Total Biaya Produksi Harga di Tingkat Petani

- BEP Harga Produksi : Total Biaya Produksi Total Produksi - BEP Penerimaan : Fixed cost

1-Variabel Cost S

Nilai kelayakan usahatani (R/C ratio atau return/cost ratio). R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan atau biaya produksi, sekaligus menunjukan tingkat efisiensi pendapatan suatu usahatani. Semakin besar R/C ratio (>1) maka semakin menguntungkan usahatani.


(33)

Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1.Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Pengaruh : Hubungan

2.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah usaha tambak udang di daerah penelitian layak untuk diusahakan.


(34)

21

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Penelitian ini dilakukan Kecamatan Pangkalan susu. Alasan dan Pertimbangan pemilihan daerah tersebut adalah karena Kecamatan Pangkalan Susu merupakan salah satu tempat produksi udang,memiliki luas areal dan jumlah nelayan yang cukup besar , kemudian setelah dilakukan observasi di Desa Sei Meran merupakan Sentra produksi udang. Berikut tabel luas areal dan jumlah nelayan usaha budidaya tambak di Kabupaten Langkat

Tabel 2.1. Luas Areal dan Jumlah nelayan Usaha Budidaya Tambak menurut Kecamatan di Kabupaten Langkat

No Kecamatan Luas Lahan Tambak (ha) Petani Tambak

1. Secanggang 443,00 450

2. Tanjung Pura 356,00 166

3. Gebang 341,00 270

4. Babalan 128,40 135

5. Sei Lepan 46,10 25

6. Brandan Barat 66,00 102

7. Besitang 39,50 37

8. Pangkalan Susu 443,00 315

Jumlah 1.863,00 1500


(35)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode sensus, yaitu seluruh populasi merupakan subjek dalam penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan usahatani tambak udang, dimana terdapat 7 usahatani tambak udang di Desa Sei Meran, kecamatan Pangkalan susu, Kabupaten Langkat.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder yang berhubungan dengan penelitian diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Langkat dan Badan Pusat StatistikSumatera Utara, instansi dan lembaga yang terkait di daerah penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 dengan menggunakan metode Deskriptif, yaitu dengan menggunakan data yang diperoleh dari daerah penelitian.

Untuk menganalisis masalah 2 dianalisis dengan menggunakan perhitungan R/C Ratio dan BEP (Break Even Point).

 R/C (Return Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :


(36)

23

a = R/C R = Py. Y C = FC + VC

a = {(Py.Y) / (FC+VC)}

Dimana :

R = Penerimaan C = Biaya

Py = Harga output Y = Output FC = Biaya Tetap VC = Biaya Tidak Tetap Kriteria :

Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan Jika R/C = 1, maka usaha impas

Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1995).

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost.

- BEP Volume Produksi : Total Biaya Produksi Harga di Tingkat Petani

- BEP Harga Produksi : Total Biaya Produksi Total Produksi


(37)

- BEP Penerimaan :�� � ������ �� � 1−����� � �� ���

Kriteria uji : Titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variable lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP (Break Even Point) (Sunarjono, 2000).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional.

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penilitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Definisi

1. Petani sampel adalah individu yang bermata pencaharian sebagai petani yang membudidayakan udang ditambak.

2. Produksi adalah semua hasil dari usahatani tambak udang (Kg)

3. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi hingga menghasilkan produk (Rp)

4. Pendapatan usaha udang adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi usahatani tambak udang(Rp)

5. Analisis kelayakan usaha adalah untuk menganalisis suatu usaha layak atau tidak layak dikembangkan secara ekonomis.

6. Break Even Point adalah suatu kondisi dimana suatu usaha itu dikatakan tidak untung dan tidak rugi atau dengan kata lain dikatakan impas.

7. R/C ratio adalah perbandingan antara keuntungan dengan biaya

8. Penerimaan adalah jumlah penjualan produksi yang tergantung pada harga produksi itu sendiri.


(38)

25

9. Hutchery adalah tempat penetasan untuk menghasilkan benih udang 3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. 2. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang membudidayakan usahatani

tambak udang.


(39)

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah

Desa Sei Meran, Kecamatan Pangkalan Susu terletak 7 Km dari ibukota kecamatan, 69 Km dari Ibukota Kabupaten dan 107 Km dari Ibukota Provinsi. Desa Sei Meran terletak 21 mdl, dengan suhu rata-rata 28-30°C dengan curah hujan rata-rata 2.205 mm/tahun. Desa Sei Meran mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Alur Cempedak

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Besitang

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pangkalan Batu

 Sebelah Barat bebatsan dengan Sungai Besitang

Luas Desa Sei Meran secara keseluruhan adalah ± 1576,2 Ha/m2 dengan 523 KK dan jumlah jiwa 1912 di desa Sei Meran. Sebagian dari luas wilayah Desa Sei Meran adalah merupakan areal perkebunan dan perikanan sehingga mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Sei Meran adalah petambak/petani.


(40)

27

Tabel 4.1. Potensi Penggunaan Lahan di Desa Sei Meran Tahun 2014

No Jenis Lahan Luas (Ha)

1 Lapangan Olahraga 1

2 Perkantoran Pemerintah 0,5

3 Tempat Pemakaman 1,6

4 Tempat Pembuangan Sampah 0,5

5 Bangunan Sekolah 1

6 Prasarana Umum 8,6

7 Daerah Tangkapan Air 70

8 Usaha Perikanan 50

9 Luas Pemukiman 70

10 Luas Perkebunan 1.373

Jumlah 1576,2

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Meran Tahun 2014

Dari Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk lahan perkebunan, yaitu 1.372 Ha dan untuk penggunaan yang paling lahan terluas kedua digunakan untuk daerah tangkapan air dan luas pemukiman, yaitu 70 Ha dari luas Desa Sei Meran secara keseluruhan.

4.1.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk dan Keadaan Penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Sei Meran dapat dilihat pada Tabel 4.2. Berikut :

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

No Jenis Kelamin Jumlah (orang)

1 Laki-Laki 974

2 Perempuan 938

Jumlah Penduduk 1912

Jumlah Kepala Keluarga 523


(41)

Dari Tabel 4.2, menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki dimana jumlah tahun 2014 adalah 974 laki-laki, sedangkan jumlah penduduk perempuan tahun 2014 adalah 938. Distribusi penduduk Desa Sei Meran menurut usia dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Usia Tahun 2014

No Kelompok Usia Jumlah (orang)

1 3 – 6 Tahun 95

2 7 – 15 Tahun 334

3 18 – 56 Tahun 1.452

Jumlah 1.881

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Meran Tahun 2014

Dari Tabel 4.3, menunjukkan bahwa penduduk Desa Sei Meran yang didominasi pada tingkat diantara 18-56 tahun , lalu diikuti oleh tingkat usia diantara 7-15 tahun. Hal ini membuktikan bahwa tingkat angkatan kerja cukup baik dan pelaksanaan wajib belajar 9 tahun berjalan baik.

Distribusi penduduk Desa Sei Meran menurut mata pencaharian dapta dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Karyawan/Wiraswasta 596

2 Jasa 26

3 PNS 1

4 TNI 1

5 Pedagang 7

6 Pemilik Usaha 325

7 Buruh perikanan 20

Jumlah 976


(42)

29

Dari Tabel 4.4. Menunjukkan bahwa penduduk Desa Sei Meran paling banyak bermata pencaharian sebagai karyawan /wiraswasta, sedangkan untuk mata pencaharian terbesar kedua, yaitu pemilik usaha.

4.2 Karakteristik Responden

Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan jumlah tanggungan. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.5. di bawah ini:

Tabel 4.5. Karakteristik Responden

No Uraian Satuan Rataan

1 Umur Tahun 43

2 Tingkat Pendidikan Tahun 9

3 Lama Bertani Tahun 9

4 Jumlah Tanggungan Jiwa 2

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1) Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa umur rata-rata petambak Udang Vannamei adalah 43 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petambak Sampel tergolong pada usia yang produktif sehingga dapat dikatakan masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk menjalankan usaha budidaya Udang Vannamei. Tingkat pendidikan yang dimiliki petambak Sampel adalah rata-rata 9 yang menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan petambak Sampel Udang Vannamei adalah tidak tamat pendidikan SMA.

Pengalaman berbudidaya petambak Sampel rata-rata 9 tahun. Lama usaha Udang Vannamei cukup lama sehingga mereka dapat mengelola dan mengatasi


(43)

permasalahan yang timbul, kemungkinan dapat meningkatkan jumlah produksi Udang Vannamei kedepannya.

Jumlah tanggungan keluarga petambak SampelUdang Vannamei rata-rata 2 jiwa, jumlah tanggungan yang petambak Udang Vannamei sedikit.


(44)

31

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sistem budidaya Udang Vannamei

Sistem budidaya udang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan tambak, penyediaan benih, penebaran benih, pemberian pakan, pemeliharaan serta penanganan panen dan pasca panen.

5.1.1. Persiapan Tambak (Kolam)

Wadah budidaya yang digunakan adalah kolam tambak. Ada beberapa persiapan tambak untuk budidaya Udang Vannamei adalah

a) penjemuran dan pencucian, penjemuran kolam tambak dilakukan agar kolam kering dan membuang kotoran udang setelah kemudian masukkan air dan buang guna pencucian kotoran udang dan dikeringkan selama minimum 3-10 hari (tergantung iklim), atau sampai permukaan dasar tambak menahan berat satu orang dan permukaan tanah telah retak-retak sedalam 1-2 cm.

b) Pemupukan dilakukan pada dasar tambak dan pemupukan susulan pada saat pemeliharaan ditujukan untuk mempertahankan kecerahan air dan memasok unsur hara yang sangat diperlukan seperti Nitrogen, Fosfor, dan Kalium,pemupukan dilakukan setelah proses penjemuran dan pencucian dengan cara di tabur berguna untuk mempercepat dekomposisi bahan organik, dekomposisi bahan organik tanah akan optimal apabila bahan organiknya mempunyai rasio Karbon:Nitrogen yang rendah. Pemupukanmenggunakan pupuk urea, TSP, dolomite, KCl, dan


(45)

NPK. Setelah tambak didiamkan selama kurang lebih 2 hari kemudian dilakukan pengapuran.

c) pengapuran dilakukan pada dasar tambak dan pengapuran susulan selama pemeliharaan udang berlangsung, dipenelitian ini petambak menggunakan kapur tohor untuk menjaga atau meningkat Ph tanah. Ph tanah antara 7,5-8,5 merupakan Ph yang ideal untuk dekomposisi maksimum bahan organik oleh mikroorganisme tanah. Sebaliknya Ph yang lebih tinggi akan menghambat proses dekomposisi.

Gambar 3. Penjemuran, Pencucian,Pemupukan dan Pengapuran Tambak

d) pengisian air sistem semi intensif dengan mengandalkan atau mengharapkan air pasang laut, ketika air laut pasang maka masuk air kedalam tambak dan setelah itu ditutup. sesudah diisi air ditebar pupuk urea dan TSP.


(46)

33

5.1.2. Penyediaan dan Penebaran Benih Udang

a) Benih Udang Vannamei dapat diperoleh dari hatchery. Adapun benih pada penelitian ini diperoleh dari hatchery yang berada diluar kota penelitian. Umumnya hucthery menjual benih Udang Vannamei pada PL(post Larva), PL 12 atau PL 15. Karena itu petambak melakukan pendederan selama 30 hari, baru dilanjutkan kegiatan pembesaran. Benih langsung diantar oleh agen yang berada dilokasi penelitian.

b) Penebaran bibit Udang Vannamei dilakukan dengan cara dituangkan bibit langsung kedalam tambak yang sudah diisi air, sebelum menuangkan bibit terlebih dahulu udang yang didalam kemasan diberikan air kolam(tambak) kedalam air udang yang ada didalam kemasan selama lebih kurang 15-30 menit agar udang dapat berdaptasi dengan suhu,salinitas, dan Ph pada air kolam(tambak) .

5.1.3. Pemberian Pakan dan Pemeliharaan

a) Pemberian pakan, sistem semi intensif pemberian pakan dengan menggunakan pakan 01, pakan 02, dan pakan 03 dengan cara ditabur 3 kali dalam sehari, setelah benur 10 hari masuk pakan 01 diberikan selama 25 hari,setelah pemberikan pakan 01 dilanjutkan pemberian pakan 02 selama 35 hari, setelah pemeberian pakan 02 dilanjutkan pemberian pakan 03 sampai menjelang panen.

b) Pemeliharaan, semi intensif pemeliharaannya hanya melakukan pemberian pakan dan pemupukan pada saat hujan untuk menetralisir ph air dalam tambak.


(47)

5.1.4. Panen

Panen dilakukan pada 3 bulan setelah budidaya, sistem semi intensif pemanenan dengan cara dipasang jaring pada pipa sebelum air dikeluarkan agar udang tersangkut dan tidak ikut keluar setelah itu penangkapan dilakukan oleh pihak agen yang langsung datang dan peralatan penangkapan langsung dari agen.

5.1.5. Penanganan Pasca Panen

Penanganan pasca panen dengan cara kolam tambak didiamkan selama ½ bulan sampai 1 bulan dan mengeluarkan kotoran atau sisa pakan dari produksi sebelumnya dan pemberian pupuk dan pengapuran agar kondisi tanah dan menjaga unsur hara dan ph sesuai dengan udang untuk produksi selanjutnya.

5.2. Analisis biaya produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Biaya dalam usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a) Biaya Variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan. Biaya yang dikeluarkan yang habis terpakai dalam satu kali periode produksi. Yang termasuk dalam biaya variable adalah pupuk, bibit,obat,pakan, dan bahan bakar.

b) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Sehingga biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan yang tidak habis terpakai dalam satu kali periodea


(48)

35

produksi. Yang termasuk dalam biaya tetap adalah pajak, pembuatan kolam, keamanan, sewa lahan, tenaga kerja.

Biaya produksi Sampel didaerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1. Biaya Usahatani Udang Vannameii Per Periode Produksi Per 2000 Bibit di Desa Sei Meran, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat

No Sample Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Total (Rp)

1 165.666 11.738 177.183

2 975.000 98.966 1.073.966

3 536.666 28.140 564.806

4 260.300 82.865 343.165

5 384.514 22.342 406.857

6 222.516 31.254 253.770

7 260.300 82.865 343.165

Jumlah 2.804.962 358.170 3.162.912

Rata-Rata 400.708 287.142 451.844

Sumber : Lampiran 3 (Data Diolah)

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa total biaya per periode produksi per 2000 bibit yang paling besar diperoleh pada Sampel 2 dengan total biaya sebesar Rp 1.073.966 hal ini dikarenakan Sampel 2 mengeluarkan biaya peralatan untuk produksi seperti, kereta sorong, filter air, dan lainnya serta bibit, pemberian pakan, dan pemupukan setiap produksi, sedangkan total biaya per 3 bulan yang paling kecil diperoleh pada Sampel 1 dengan total biaya sebesar Rp 177.183.

5.3. Analisis Pendapatan

Pendapatan usahatani diperoleh dari perkalian antara produksi Udang Vannamei dengan harga jual Udang Vannamei. Pendapatan petani Sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut:


(49)

Tabel 5.2. Pendapatan Budidaya Udang Vannamei per Periode Produksi per 2000 Bibit(3 Bulan)

No Sampel Penerimaan (Rp) Biaya Total (Rp) Pendapatan (Rp)

1 693.333 177.183 516.150

2 1.700.000 1.073.966 626.034

3 1.224.000 564.806 659.194

4 1.020.000 343.165 676.835

5 1.188.571 406.857 781.714

6 606.666 253.770 352.896

7 1.020.000 343.165 676.835

Jumlah 7.452.570 3.162.912 4.289.658

Rata-rata 1.064.652 451.844 612.808

Sumber : lampiran 5 (Data Diolah)

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa pendapatan budidaya Udang Vannamei per 2000 bibit per produksi (3 Bulan) yang paling besar diperoleh pada sampel 5 dengan pendapatan sebesar Rp 781.714 hal ini dikarenakan sampel 5 memproduksi Udang Vannamei dengan memperhatikan pemberian pakan yang baik dan pembelian bibit yang baik sehingga meminimilisir kematian Udang Vannamei, sedangkan pendapatan per 2000 bibit per produksi (3 Bulan) yang paling kecil diperoleh pada sampel 6 dengan pendapatan sebesar Rp 352.896.

5.4. Analisis Kelayakan Budidaya Udang Vannamei

Kelayakan budidaya Udang Vannamei merupakan hal yang palimg penting untuk dianalisis. Usaha yang dijalankan tentunya sangat membantu para petambak Udang Vannamei untuk melanjutkan usaha mereka. Hal ini menjadi pertanyaan tentang kelayakan budidaya Udang Vannamei di Desa Sei Meran, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten langkat. Untuk menganalisis budidaya Udang Vannamei dapat digunakan perhitungan BEP,R/C Ratio.


(50)

37

5.4.1. BEP Volume Produksi

Adapun analisis BEP volume produksi dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3. Analisis Kelayakan Budidaya Udang Vannamei Berdasarkan BEP Produksi per Periode ProduksiPer 2000 Bibit (3 Bulan)

No. Sampel

Total Biaya(Rp.)

Harga Jual (Rp/Kg) Produksi

(Kg) BEP

Produksi 80-100 Ekor/Kg 80-100

Ekor/Kg

1 177.183 52.000 13,3 3,40

2 1.073.966 51.000 33,3 21,05

3 564.806 51.000 24 11,07

4 343.165 51.000 20 6,73

5 406.857 52.000 22.8 7,82

6 253.770 52.000 11.6 4,88

7 343.165 51.000 20 6,73

Total 3.162.912 360.000 98,4 61,68

Rata-Rata 451.844 51.428 14,05 8,81

Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 2-5

Dari Tabel 5.3 dapat dilihat untuk rata-rata produksiUdang Vannameii, produksi lebih besar daripada BEP volume produksi rata-rata (14.05 Kg > 8.81 Kg) maka usaha budidaya Udang Vannamei dinyatakan layak. Berdasarkan nilai BEP volume ini, dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya Udang Vannamei tersebut layak untuk diusahakan.

5.4.2. BEP Harga Produksi

Selain BEP Produksi analisis kelayakan usaha budidaya Udang Vannamei dapat dianalisis melalui BEP Harga Produksi. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai berikut :


(51)

Tabel 5.4. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei Berdasarkan BEP Harga Per Periode Produksi Per 2000 Bibit (3 Bulan)

No. Sampel

Total Biaya(Rp.)

Harga Jual (Rp/Kg) Produksi

(Kg) BEP Harga Produksi 80-100 Ekor/Kg 80-100

Ekor/Kg

1 177.183 52.000 13,3 13.322

2 1.073.966 51.000 33,3 32.251

3 564.806 51.000 24 23.533

4 343.165 51.000 20 17.158

5 406.857 52.000 22.8 17.844

6 253.770 52.000 11.6 21.876

7 343.165 51.000 20 17.158

Total 3.162.912 360.000 98,4 143.142

Rata-Rata 451.844 51.428 14,05 20.448

Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 2-5

Dari Tabel 5.4 dapat dilihat dari rata-rata harga jualUdang Vannameii, harga jual Udang Vannamei lebih besar daripada BEP harga produksi (Rp 51.428 > Rp 20.448/Kg) maka usaha budidaya Udang Vannamei dinyatakan layak. Berdasarkan nilai BEP harga ini, dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya Udang Vannamei tersebut layak untuk diusahakan.

5.4.3. BEP Penerimaan

Selain BEP Produksi dan BEP Harga analisis kelayakan usaha budidaya Udang Vannamei dapat dianalisis melalui BEP Penerimaan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.5 sebagai berikut :


(52)

39

Tabel 5.5. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei

Berdasarkan BEP Penerimaan Per Periode Produksi Per 2000 Bibit (3 Bulan) No. Sampel Biaya Tetap (Rp.) Biaya Variabel (Rp) Penerimaan (Rp) BEP Penerimaan (Rp)

1 11.738 165.666 693.333 15.244

2 98.966 975.000 1.700.000 230.153

3 28.140 536.666 1.224.000 50.250

4 82.865 260.300 1.020.000 111.979

5 22.342 384.514 1.188.571 32.855

6 31.254 222.516 606.666 49.609

7 82.865 260.300 1.020.000 111.979

Jumlah 358.170 2.804.962 7.452.570 602.069

Rata-Rata 287.142 400.708 1.064.652 86.087 Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 2-5

Dari Tabel 5.5 dapat dilihat dari rata-rata penerimaan usaha Udang Vannameii, penerimaan usaha budiaya Udang Vannamei lebih besar daripada BEP penerimaan (Rp 1.064.652 > Rp 86.087) maka usaha budidaya Udang Vannamei dinyatakan layak. Berdasarkan nilai BEP penerimaan ini, dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya Udang Vannamei tersebut layak untuk diusahakan.

5.4.4. Analisis Kelayakan Dengan R/C Ratio

Untuk menghitung kelayakan usaha budidaya Udang Vannamei dianalisis dengan R/C (Return Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Adapun hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut:


(53)

Tabel 5.6. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vannamei Berdasarkan R/C Ratio Per Periode Produksi Per 2000 Bibit (3 Bulan)

No Sampel Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) R/C

1 693.333 177.183 3,91

2 1.700.000 1.073.966 1,58

3 1.224.000 564.806 2,16

4 1.020.000 343.165 2,97

5 1.188.571 406.857 2,92

6 606.666 253.770 2,39

7 1.020.000 343.165 2,97

Jumlah 7.452.570 3.162.912 18.9

Rata-Rata 1.064.652 451.844 2.7

Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 3-4

Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa rata-rata R/C dengan nilai R/C lebih besar dari 1 (2.7> 1) maka usaha budidaya Udang Vannamei dinyatakan layak. Dari rata-rata diatas dapat dilihat bahwa nilai R/C diperoleh sebesar 2,7 ini artinya dengan menggunakan Rp 1.000.000 biaya akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 2.700.000.

Sesuai dengan pernyataan soekartawi (1994), bahwa jika R/C ratio > 1 maka dapat dinyatakan bahwa usahatani tersebut layak diusahakan secara finansial. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai R/C rata-rata> 1 maka usaha budidaya Udang Vannamei tersebut layak untuk dikembangkan secara finansial di daerah penelitian.


(54)

41

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Sistem budidaya udang didaerah penelitian menggunakan sistem semi intensif.

2. Berdasarkan analisis kelayakan, semua usaha budidaya Udang Vannamei dinyatakan layak untuk diusahakan karena produksi > BEP produksi, harga > BEP harga, penerimaan > BEP penerimaan, R/C > 1.

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :

Kepada Petambak Udang Vanname

Sebaiknya petambak didaerah penelitian menggunakan sistem intensif sehingga petambak dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi.

Kepada Pemerintah dan Instansi Terkait

Pemerintah sebaiknya memeberikan pengembangan, pemberdayaan, dan pembinaan kelembagaan usaha budidaya udang vanname melalui tugas penyuluhan dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petambak udang vanname.


(55)

Kepada Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang pemasaran udang vanname dan teknologi pasca panen untuk meningkatkan nilai jual udang vanname.


(56)

43

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Khairul dan Iskandar Kanna. 2008. Budi Daya Udang Vaname : Secara Semi Intensif, dan Tradisional. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anonimous. 2015. Analisis Budidaya Udang Putih (Litopenaeus vannamei). www.academia.edu (12 Agustus 2015).

Buwono, Ibnu Dwi. 1993. Tambak Udang Windu : Sistem Pengelolaan Berpola Intensif. Kanisius. Yogyakarta.

Gaspers, Vincent. 1996. Ekonomi Manajerial : Pembuatan Keputusan Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Haliman, Rubiyanto Widodo dan Dian Adijaya S. 2008. Udang Vannamei : Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih Yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ibrahim, H.M. Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. Kordi, M. Ghurfan H. K. 2010. Budidaya Udang Laut. Andi Offset. Yogyakarta. Kusdiatmono. 2014. Ekspor Udang Sumut Tembus 60,16 Juta Dollar AS di Kuartal

1=2014. www.tribunnews.com (05 agustus 2014).

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta. Soekartawi. 2000. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Subagyo, Ahmad. 2007. Studi Kelayakan : Teori dan Aplikasi. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sudradjat, Achmad dan Wedjatmiko. 2010. Budidaya Udang di Sawah dan Tambak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugiarto Dkk. 2002. Ekonomi Mikro : Sebuah Kajian Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sumeru, Sri Umiyati dan Suzy Anna.1992. Pakan Udang Windu (Penaues Monodon). Kanisius. Yogyakarta.

Suprapti, M Lies. 2008. Aneka Olahan Udang. Kanisius. Yogyakarta.

Sutardjo, Sharif C. 2014. Udang Merajai Ekspor Perikanan. www.kkp.go.id (27 Juli 2014).

Wahyudi T Dkk. 2008. Kakao : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.


(57)

Lampiran 1. Karakteristik Petambak Udang Vanname No

Sampe l

Luas Laha

n (Ha)

Umur (tahun

)

PengalamanBerta ni (tahun)

JumlahTanggunga n

(orang)

Pendidika n (tahun)

1 1 58 10 1 6

2 0.32 30 12 2 9

3 0.24 52 12 3 9

4 0.28 45 1 1 12

5 0.4 41 20 4 12

6 3 40 5 2 12


(58)

45

LAMPIRAN 2. BIAYA USAHATANI UDANG (SAMPEL 1)

BIAYA TETAP

NO. JENIS JUMLAH HARGA MASA PAKAI

BIAYA PENYUSUTAN (UNIT) (RP) (BULAN) (RP)

I. PENYUSUTAN

1 GUBUK 2 600,000 60 30,000

2 KOLAM 1 9,000,000 120 225,000

3 KINCIR 0

4 JARING 0

5 EMBER 0

6 TONG 0

7 CANGKUL 3 80,000 12 60,000 8 SEKOP 0

9 KERANJANG BAMBU 0

10 PARANG 2 25,000 12 12,500 11 TEMBILANG 2 75,000 12 37,500 12 RAKIT 1 300,000 12 75,000 13 DRUM 1 200,000 12 50,000 14 BAK PLASTIK 0

15 MEJA SORTASI 0

16 TIMBANGAN 1 150,000 60 7,500 17 PIPA PENYEDOT AIR 0

18 POMPA AIR 0

19 PENGUKUR KUALITAS AIR 0

20 FILTER AIRR 0

21 LAMPU TAMBAK 3 125,000 60 18,750 22 PERALATAN LAB 0

23 GENSET 0

II. BIAYA LAIN-LAIN 0

24 PAJAK 12,000 0 12,000


(59)

BIAYA VARIABEL

NO. MODAL PRODUKSI SATUAN JUMLAH HARGA TOTAL BIAYA KETERANGAN

(UNIT) (RP) (RP)

I. INPUT PRODUKSI

1 BIBIT EKOR

90,000 40 3,600,000

2 KOMPOS KARUNG 0

3 UREA KARUNG 0

4 TSP KARUNG 0

5 KAPUR BOHOR KARUNG 30 30,000 900,000 1 SAK 50Kg

6 KCL KARUNG 0

7 DOLOMIT KARUNG 35 25,000 875,000

8 NPK KARUNG 0

9 BINTAN PLASTIK 2 85,000 170,000

10 PAKAN 01 KARUNG 2 220,000 440,000 1 SAK 20Kg 11 PAKAN 02 KARUNG 2 110,000 220,000 1 SAK 25Kg 12 PAKAN 03 KARUNG 4 215,000 860,000 1 SAK 25Kg II. BIAYA TENAGA KERJA

13 PERSIAPAN KOLAM ORANG 1 80,000 80,000

14 PEMELIHARAAN ORANG 0

15 PANEN DAN PASCA ORANG 0 III. BIAYA LAIN LAIN

16 BIAYA LISTRIK 0

17 SEWA 0

18 KEAMANAN 0

19 BBM LITER 20 8,000 160,000

20 SAMPONEN 1 140,000 140,000


(60)

47

Lampiran 2a. BIAYA USAHATANI UDANG (SAMPEL 2)

BIAYA TETAP

NO. JENIS JUMLAH HARGA MASA PAKAI

BIAYA PENYUSUTAN (UNIT) (RP) (BULAN) (RP)

I. PENYUSUTAN

1 GUBUK 1 2,000,000 60 100,000

2 KOLAM 1 2,880,000 144 60,000

3 KINCIR 0

4 JARING 0

5 EMBER 0

6 TONG 0

7 CANGKUL 2 80,000 12 40,000 8 SEKOP 0

9 KERANJANG BAMBU 0

10 PARANG 0

11 TEMBILANG 0

12 RAKIT 0

13 DRUM 0

14 BAK PLASTIK 0

15 MEJA SORTASI 0

16 TIMBANGAN 1 150,000 60 7,500 17 PIPA PENYEDOT AIR 2 300,000 36 50,000 18 POMPA AIR 0

19 PENGUKUR KUALITAS AIR 0

20 FILTER AIRR 0

21 LAMPU TAMBAK 2 24,000 60 2,400 22 PERALATAN LAB 0

23 GENSET 0

24 JALA 1 500,000 60 25,000 II. BIAYA LAIN-LAIN 0

25 PAJAK 12,000 12,000


(61)

BIAYA VARIABEL

NO. MODAL PRODUKSI SATUAN JUMLAH HARGA TOTAL BIAYA KETERANGAN

(UNIT) (RP) (RP)

I. INPUT PRODUKSI

1 BIBIT EKOR

6,000 40 240,000

2 KOMPOS KARUNG 0

3 UREA KARUNG 0

4 TSP KARUNG 50 7,000 350,000

5 KAPUR BOHOR KARUNG 0 1 SAK 50Kg

6 KCL KARUNG 0

7 DOLOMIT KARUNG 750 500 375,000

8 NPK KARUNG 0

9 HIDRATLIN PLASTIK 750 500 375,000

10 PAKAN 01 KARUNG 1 125,000 125,000 1 SAK 20Kg 11 PAKAN 02 KARUNG 5 230,000 1,150,000 1 SAK 20Kg 12 PAKAN 03 KARUNG 0 1 SAK 20Kg II. BIAYA TENAGA KERJA

13 PERSIAPAN KOLAM ORANG 1 80,000 80,000 14 PEMELIHARAAN ORANG 1 80,000 80,000 15 PANEN DAN PASCA ORANG 3 50,000 150,000 III. BIAYA LAIN LAIN

16 BIAYA LISTRIK 0

17 SEWA 0

18 KEAMANAN 0

19 BBM LITER 0

20 SAMPONEN 0


(62)

49

Lampiran 2b. BIAYA USAHATANI UDANG (SAMPEL 3)

BIAYA TETAP

NO. JENIS JUMLAH HARGA MASA PAKAI

BIAYA PENYUSUTAN (UNIT) (RP) (BULAN) (RP)

I. PENYUSUTAN

1 GUBUK 1 500,000 60 25,000

2 KOLAM 1 2,160,000 144 45,000

3 KINCIR 0

4 JARING 0

5 EMBER 0

6 TONG 0

7 CANGKUL 2 50,000 12 25,000 8 SEKOP 1 50,000 12 12,500 9 KERANJANG BAMBU 0

10 PARANG 0

11 TEMBILANG 0

12 RAKIT 0

13 DRUM 1 150,000 60 7,500 14 BAK PLASTIK 0

15 MEJA SORTASI 0

16 TIMBANGAN 1 85,000 60 4,250 17 PIPA PENYEDOT AIR 2 300,000 36 50,000 18 POMPA AIR 0

19 PENGUKUR KUALITAS AIR 0

20 FILTER AIRR 0

21 LAMPU TAMBAK 4 24,000 60 4,800 22 PERALATAN LAB 0

23 GENSET 0

24 JALA 1 500,000 60 25,000 II. BIAYA LAIN-LAIN 0

25 PAJAK 12,000 12,000


(63)

BIAYA VARIABEL

NO. MODAL PRODUKSI SATUAN JUMLAH HARGA TOTAL BIAYA KETERANGAN

(UNIT) (RP) (RP)

I. INPUT PRODUKSI

1 BIBIT EKOR

15,000 40 600,000

2 KOMPOS KARUNG 0

3 UREA KARUNG 1 105,000 105,000 1 SAK 20Kg

4 TSP KARUNG 30 7,000 210,000

5 KAPUR BOHOR KARUNG 10 35,000 350,000 1 SAK 50Kg

6 KCL KARUNG 0

7 DOLOMIT KARUNG 25 35,000 875,000 1 SAK 20Kg

8 NPK KARUNG 0

9 HIDRATLIN PLASTIK 0

10 PAKAN 01 KARUNG 1 220,000 220,000 1 SAK 20Kg 11 PAKAN 02 KARUNG 5 230,000 1,150,000 1 SAK 25Kg

12 PAKAN 03 KARUNG 0

II. BIAYA TENAGA KERJA 13 PERSIAPAN KOLAM ORANG 1 70,000 70,000

14 PEMELIHARAAN ORANG 0

15 PANEN DAN PASCA ORANG 1 70,000 70,000 III. BIAYA LAIN LAIN 16 BIAYA LISTRIK 3 125,000 375,000

17 SEWA 0

18 KEAMANAN 0

19 BBM LITER 0

20 SAMPONEN 0


(64)

51

Lampiran 2c. BIAYA USAHATANI UDANG (SAMPEL 4)

BIAYA TETAP

NO. JENIS JUMLAH HARGA MASA PAKAI

BIAYA PENYUSUTAN (UNIT) (RP) (BULAN) (RP)

I. PENYUSUTAN

1 GUBUK 1 1,000,000 60 50,000

2 KOLAM 1 2,520,000 12 630,000

3 KINCIR 0

4 JARING 0

5 EMBER 3 50,000 12 37,500 6 TONG 1 200,000 60 10,000 7 CANGKUL 1 50,000 12 12,500 8 SEKOP 1 50,000 12 12,500 9 KERANJANG BAMBU 0

10 PARANG 0

11 TEMBILANG 0

12 RAKIT 0

13 DRUM 1 150,000 60 7,500 14 BAK PLASTIK 2 0

15 MEJA SORTASI 0

16 TIMBANGAN 1 85,000 60 4,250 17 PIPA PENYEDOT AIR 2 300,000 36 50,000 18 POMPA AIR 0

19 PENGUKUR KUALITAS AIR 0

20 FILTER AIR 4 0

21 LAMPU TAMBAK 2 24,000 60 2,400 22 PERALATAN LAB 0

23 GENSET 0

24 JALA 0

II. BIAYA LAIN-LAIN 0

25 PAJAK 12,000 12,000


(65)

BIAYA VARIABEL

NO. MODAL PRODUKSI SATUAN JUMLAH HARGA TOTAL BIAYA KETERANGAN

(UNIT) (RP) (RP)

I. INPUT PRODUKSI

1 BIBIT EKOR

20,000

Rp

40 800,000

2 KOMPOS KARUNG 0

3 UREA KARUNG 0.5

Rp

110,000 55,000 1 SAK 50Kg 4 TSP KARUNG 0.5

Rp

300,000 150,000 1 SAK 50Kg

5 KAPUR BOHOR KARUNG 0

6 KCL KARUNG 0

7 DOLOMIT KARUNG 0

8 NPK KARUNG 0

9 HIDRATLIN PLASTIK 0

10 PAKAN 01 KARUNG 1

Rp

125,000 125,000 1 SAK 20Kg 11 PAKAN 02 KARUNG 1

Rp

236,000 236,000 1 SAK 20Kg 12 PAKAN 03 KARUNG 2

Rp

236,000 472,000 1 SAK 20Kg II. BIAYA TENAGA KERJA

13 PERSIAPAN KOLAM ORANG 2 100,000 200,000

14 PEMELIHARAAN ORANG 0

15 PANEN DAN PASCA ORANG 0

III. BIAYA LAIN LAIN

16 BIAYA LISTRIK 3 120,000 360,000

17 SEWA 0

18 KEAMANAN 0

19 BBM LITER 0

20 SMOLA LITER 1 85,000 85,000 21 WATER BLUE LITER 1 120,000 120,000


(66)

53

Lampiran 2d. BIAYA USAHATANI UDANG (SAMPEL 5)

BIAYA TETAP

NO. JENIS JUMLAH HARGA MASA PAKAI

BIAYA PENYUSUTAN (UNIT) (RP) (BULAN) (RP)

I. PENYUSUTAN

1 GUBUK 1 400,000 60 20,000

2 KOLAM 1 9,000,000 240 112,500

3 KINCIR 0

4 JARING 1 200,000 60 10,000 5 EMBER 1 200,000 12 50,000 6 TONG 0

7 CANGKUL 1 60,000 12 15,000 8 SEKOP 1 50,000 12 12,500 9 KERANJANG BAMBU 0

10 PARANG 0

11 TEMBILANG 0

12 RAKIT 0

13 DRUM 1 200,000 60 10,000 14 BAK PLASTIK 2 0

15 MEJA SORTASI 0

16 TIMBANGAN 1 85,000 60 4,250 17 PIPA PENYEDOT AIR 2 300,000 36 50,000 18 POMPA AIR 0

19 PENGUKUR KUALITAS AIR 0

20 FILTER AIR 0

21 LAMPU TAMBAK 3 45,000 60 6,750 22 PERALATAN LAB 0

23 GENSET 0

24 KERANJANG PLASTIK 2 60,000 24 15,000 II. BIAYA LAIN-LAIN 0

25 PAJAK 85,000 85,000


(67)

BIAYA VARIABEL

NO. MODAL PRODUKSI SATUAN JUMLAH HARGA TOTAL BIAYA KETERANGAN

(UNIT) (RP) (RP)

I. INPUT PRODUKSI

1 BIBIT EKOR

35,000 42 1,470,000

2 KOMPOS KARUNG 0

3 UREA KARUNG 15 6,500 97,500 1 SAK 20Kg

4 TSP KARUNG 15 6,500 97,500

5 KAPUR BOHOR KARUNG 0 1 SAK 50Kg

6 KCL KARUNG 0

7 DOLOMIT KARUNG 15 25,000 375,000 1 SAK 20Kg

8 NPK KARUNG 0

9 HIDRATLIN PLASTIK 0

10 PAKAN 01 KARUNG 1 125,000 125,000 1 SAK 20Kg 11 PAKAN 02 KARUNG 1 236,000 236,000 1 SAK 25Kg 12 PAKAN 03 KARUNG 12 239,000 2,868,000

II. BIAYA TENAGA KERJA 13 PERSIAPAN KOLAM ORANG 1 1,000,000 1,000,000

14 PEMELIHARAAN ORANG 0

15 PANEN DAN PASCA ORANG 1 100,000 100,000 III. BIAYA LAIN LAIN 16 BIAYA LISTRIK 3 120,000 360,000

17 SEWA 0

18 KEAMANAN 0

19 BBM LITER 0

20 SAMPONEN 0


(68)

55

Lampiran 2e. BIAYA USAHATANI UDANG (SAMPEL 6)

BIAYA TETAP

NO. JENIS JUMLAH HARGA MASA PAKAI

BIAYA PENYUSUTAN (UNIT) (RP) (BULAN) (RP)

I. PENYUSUTAN

1 GUBUK 1 400,000 60 20,000

2 KOLAM 1 7,000,000 12 1,750,000

3 KINCIR - - - 0

4 JARING - - - 0

5 EMBER 5 10,000 12 12,500 6 TONG 2 200,000 60 20,000 7 CANGKUL 2 50,000 12 25,000 8 SEKOP - - - 0

9 KERANJANG BAMBU 0

10 PARANG 0

11 TEMBILANG 0

12 RAKIT 0

13 DRUM - - - 0

14 BAK PLASTIK - - - 0

15 MEJA SORTASI 0

16 TIMBANGAN 1 100,000 60 5,000 17 PIPA PENYEDOT AIR - - - 0

18 POMPA AIR 0

19 PENGUKUR KUALITAS AIR 0

20 FILTER AIR 1 15,000 60 750 21 LAMPU TAMBAK - - - 0

22 PERALATAN LAB 0

23 GENSET 0

24 KERETA SORONG 2 300,000 60 30,000 II. BIAYA LAIN-LAIN 0

25 PAJAK 12,000 12,000


(69)

BIAYA VARIABEL

NO. MODAL PRODUKSI SATUAN JUMLAH HARGA TOTAL BIAYA KETERANGAN

(UNIT) (RP) (RP)

I. INPUT PRODUKSI

1 BIBIT EKOR

120,000 40 4,800,000

2 KOMPOS KARUNG 0

3 UREA KARUNG 1 200,000 200,000 1 SAK 20Kg 4 TSP KARUNG 1 300,000 300,000 1 SAK 20Kg

5 KAPUR BOHOR KARUNG 0

6 KCL KARUNG 0

7 DOLOMIT KARUNG 0

8 NPK KARUNG 0

9 HIDRATLIN PLASTIK 0

10 PAKAN 01 KARUNG 1 125,000 125,000 1 SAK 10Kg 11 PAKAN 02 KARUNG 1 236,000 236,000 1 SAK 20Kg 12 PAKAN 03 KARUNG 20 235,000 4,700,000 1 SAK 20Kg II. BIAYA TENAGA KERJA

13 PERSIAPAN KOLAM ORANG 3 750,000 2,250,000

14 PEMELIHARAAN ORANG 0

15 PANEN DAN PASCA ORANG 7 100,000 700,000 III. BIAYA LAIN LAIN

16 BIAYA LISTRIK 0

17 SEWA 0

18 KEAMANAN 0

19 BBM LITER 10 4,000 40,000

20 SAMPONEN 0


(1)

BIAYA VARIABEL

NO. MODAL PRODUKSI SATUAN JUMLAH HARGA TOTAL BIAYA KETERANGAN

(UNIT) (RP) (RP)

I. INPUT PRODUKSI

1 BIBIT EKOR

120,000 40 4,800,000

2 KOMPOS KARUNG 0

3 UREA KARUNG 1 200,000 200,000 1 SAK 20Kg

4 TSP KARUNG 1 300,000 300,000 1 SAK 20Kg

5 KAPUR BOHOR KARUNG 0

6 KCL KARUNG 0

7 DOLOMIT KARUNG 0

8 NPK KARUNG 0

9 HIDRATLIN PLASTIK 0

10 PAKAN 01 KARUNG 1 125,000 125,000 1 SAK 10Kg

11 PAKAN 02 KARUNG 1 236,000 236,000 1 SAK 20Kg

12 PAKAN 03 KARUNG 20 235,000 4,700,000 1 SAK 20Kg

II. BIAYA TENAGA KERJA

13 PERSIAPAN KOLAM ORANG 3 750,000 2,250,000

14 PEMELIHARAAN ORANG 0

15 PANEN DAN PASCA ORANG 7 100,000 700,000

III. BIAYA LAIN LAIN

16 BIAYA LISTRIK 0

17 SEWA 0

18 KEAMANAN 0

19 BBM LITER 10 4,000 40,000

20 SAMPONEN 0


(2)

Lampiran 2f. BIAYA USAHATANI UDANG (SAMPEL 7)

BIAYA TETAP

NO. JENIS JUMLAH HARGA MASA PAKAI

BIAYA PENYUSUTAN

(UNIT) (RP) (BULAN) (RP)

I. PENYUSUTAN

1 GUBUK 1 1,000,000 60 50,000

2 KOLAM 1 2,520,000 12 630,000

3 KINCIR 0

4 JARING 0

5 EMBER 3 50,000 12 37,500 6 TONG 1 200,000 60 10,000 7 CANGKUL 1 50,000 12 12,500 8 SEKOP 1 50,000 12 12,500 9 KERANJANG BAMBU 0

10 PARANG 0

11 TEMBILANG 0

12 RAKIT 0

13 DRUM 1 150,000 60 7,500 14 BAK PLASTIK 2 0

15 MEJA SORTASI 0

16 TIMBANGAN 1 85,000 60 4,250 17 PIPA PENYEDOT AIR 2 300,000 36 50,000 18 POMPA AIR 0

19 PENGUKUR KUALITAS AIR 0

20 FILTER AIR 4 0

21 LAMPU TAMBAK 2 24,000 60 2,400 22 PERALATAN LAB 0

23 GENSET 0

24 JALA 0


(3)

BIAYA VARIABEL

NO. MODAL PRODUKSI SATUAN JUMLAH HARGA TOTAL BIAYA KETERANGAN

(UNIT) (RP) (RP)

I. INPUT PRODUKSI

1 BIBIT EKOR

20,000 40 800,000

2 KOMPOS KARUNG 0

3 UREA KARUNG 0.5 110,000 55,000 1 SAK 50Kg

4 TSP KARUNG 0.5 300,000 150,000 1 SAK 50Kg

5 KAPUR BOHOR KARUNG 0

6 KCL KARUNG 0

7 DOLOMIT KARUNG 0

8 NPK KARUNG 0

9 HIDRATLIN PLASTIK 0

10 PAKAN 01 KARUNG 1 125,000 125,000 1 SAK 20Kg

11 PAKAN 02 KARUNG 1 236,000 236,000 1 SAK 20Kg

12 PAKAN 03 KARUNG 2 236,000 472,000 1 SAK 20Kg

II. BIAYA TENAGA

KERJA

13 PERSIAPAN KOLAM ORANG 2 100,000 200,000

14 PEMELIHARAAN ORANG 0

15 PANEN DAN PASCA ORANG 0

III. BIAYA LAIN LAIN

16 BIAYA LISTRIK 3 120,000 360,000

17 SEWA 0

18 KEAMANAN 0

19 BBM LITER 0

20 SMOLA LITER 1 85,000 85,000

21 WATER BLUE LITER 1 120,000 120,000


(4)

Lampiran 3. Total Biaya Usahatani Udang Per Periode Produksi (3 Bulan) No Sampel BiayaVariabel

(Rp)

BiayaTetap (Rp)

Biaya Total (Rp)

1 7.445.000 528.250 7.973.250

2 2.925.000 296.900 3.221.900

3 4.025.000 211.050 4.236.050

4 2.603.000 828.650 3.431.650

5 6.729.000 391.000 7.120.000

6 13.351.000 1.875.250 15.226.250


(5)

Lampiran 4. Penerimaan Usahatani Udang Vanname Per Periode Produksi (3 Bulan)

No Sampel JENIS PRODUKSI JUMLAH (Kg)

HARGA (Rp/Kg)

PENERIMAAN (Rp)

1 80-90 600 52000 31200000

2 80-90 100 51000 5100000

3 80-90 180 51000 9180000

4 80-90 200 51000 10200000

5 50-60 400 52000 20800000

6 90-100 700 52000 36400000


(6)

Lampiran 5. Pendapatan Usahatani Udang Vanname Per Periode Produksi (3 Bulan)

No Sampel PENERIMAAN (Rp)

BIAYA PRODUKSI (Rp)

PENDAPATAN (Rp)

1 31.200.000 7.973.250 23.226.750

2 5.100.000 3.221.900 1.878.100

3 9.180.000 4.236.050 4.943.950

4 10.200.000 3.431.650 6.768.350

5 20.800.000 7.120.000 13.680.000

6 36.400.000 15.226.250 21.173.750