Partisipasi Petani Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari: Studi Kasus Di Desa Cikeusal Dan Desa Kananga Kabupaten Kuningan.

iv

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN
RAKYAT LESTARI: STUDI KASUS DI DESA CIKEUSAL
DAN DESA KANANGA KABUPATEN KUNINGAN

ASEP SUDRAJAT

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

v

vi

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Partisipasi Petani dalam
Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari: Studi Kasus di Desa Cikeusal dan Desa

Kananga Kabupaten Kuningan adalah benar karya saya dengan arahan dari
Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan
Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan/atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Nopember 2015
Asep Sudrajat
NIM E151130141

vii

RINGKASAN
ASEP SUDRAJAT. Partisipasi Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari:
Studi Kasus di Desa Cikeusal dan Desa Kananga Kabupaten Kuningan.
Dibimbing oleh HARDJANTO dan LETI SUNDAWATI.
Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kabupaten dengan luas hutan
rakyat yang cukup tinggi di Jawa Barat. 50.50 ha luas hutan rakyat di Desa
Cikeusal dan Desa Kananga telah disertifikasi pada tahun 2013 dengan skema
SVLK. Namun demikian, pola partisipasi petani hutan rakyat pasca sertifikasi

belum diketahui, sehingga sangat penting untuk mengetahui kinerja hutan rakyat.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memahami pola partisipasi petani hutan rakyat,
(2) menganalisis faktor–faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan
partisipasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat lestari, (3) memahami
kompetensi petani pengelola hutan rakyat lestari dan (4) menganalisis hubungan
partisipasi petani dengan kesejahteraan petani. Penelitian dilaksanakan di Desa
Cikeusal dan Desa Kananga Kecamatan Cimahi Kabupaten Kuningan, Jawa
Barat. Wawancara dilakukan secara sensus dengan jumlah total 114 responden.
Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif, analisis gender,
analisis pendapatan dan analisis multivariate.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi petani dalam pengelolaan
hutan rakyat di Desa Cikeusal dan Desa Kananga termasuk rendah, pasif dan
bercirikan top down. Partisipasi pada umumnya berbentuk tenaga dan materi.
Partisipasi terjadi pada semua tahapan hutan rakyat (perencanaan, pelaksanaan
dan pemanfaatan). Representasi gender dalam kegiatan hutan rakyat sudah baik,
tidak terdapat marginalisasi terhadap perempuan, tetapi terdapat indikasi
stereotype dan beban ganda dengan kegiatan domestik reproduktif. Partisipasi
tersebut dipengaruhi secara nyata oleh faktor internal, faktor eksternal dan
kompetensi petani. Faktor internal yang berpengaruh adalah umur, luas pemilikan
hutan rakyat dan pengalaman petani. Faktor eksternal yang berpengaruh adalah

penyuluhan, kelompok tani dan akses informasi. Adapun kompetensi petani yang
berpengaruh adalah kompetensi relasional. Partisipasi petani berpengaruh nyata
terhadap kelestarian hutan rakyat, namun tidak berpengaruh bagi kesejahteraan
petani. Kelestarian hutan rakyat juga dipengaruhi secara langsung oleh faktor
internal, faktor eksternal dan kompetensi petani. Namun semua faktor tersebut
berpengaruh tidak nyata terhadap kesejahteraan petani.
Guna memperbaiki partisipasi petani dalam menunjang keberhasilan hutan
rakyat di Desa Cikeusal dan Kananga disarankan: pendampingan dan penyuluhan
yang intensif, penguatan kompetensi petani melalui peningkatan kapasitas,
meliputi: pengetahuan teknis, pengetahuan administrasi, manajerial, informasi
pasar dan hubungan masyarakat. Intensifikasi hutan rakyat dengan sistem
agroforestri (dengan memasukkan tanaman pertanian, seperti: porang, talas atau
jagung). Perlu mengadakan pelatihan kepada para petani laki-laki maupun
perempuan tentang pengelolaan hutan rakyat.
Kata kunci: partisipasi petani, hutan rakyat, sertifikasi, kesejahteraan petani,
Kuningan.

viii

SUMMARY

ASEP SUDRAJAT. Farmer Participation on Sustainable Private Forest
Management: Case of Cikeusal and Kananga Villages, Kuningan District. Under
direction of HARDJANTO and LETI SUNDAWATI.
Kuningan District is one of districts in West Java which has the largest
private forest. About 50 ha of private forests at Cikeusal and Kananga Villages of
Kuingan District have been certified by SVLK (verification of wood legality
system) in 2013. Meanwhile, participation pattern on private forest under the
SVLK certification has not been identified, hence it is important to evaluate their
performance in order to maintain and improve their forest condition. The aims of
the research were: (1) to understand the farmers participation pattern on private
forest management, (2) to analyze internal and external factors related to the
participation on sustainable private forest management, (3) to understand
competency factors related to the participation on sustainable private forest
management and (4) to analyze the impact of farmers participation on
sustainability of private forest and farmer welfare. The research is conducted at
Cikeusal and Kananga Villages, Cimahi Sub District, Kuningan District, West
Java Province. Data colection was conducted by sensus on 114 farmers. The data
analysis used qualitative descriptive method, gender analysis, income analysis and
multivariate analysis.
The result of this research showed that farmers participation were low,

passive and used a top down approach, in Cikeusal as well as in Kananga
Villages. The participation is generally in the form of labour and materials.
Farmer participated in all activities, including: planning, execution and utilization
phases. Gender representation on the private forest activities was good, no women
marginalization, but there were stereotype and double burden for women. Farmer
participation were affected significantly by internal, external and farmer
competency factors. The internal factors that influenced farmer participation are
area of private forest and farmer experiences. The external factors that influenced
farmer participation are: counseling, farmer groups and access to information.
While the farmer competency factors that influenced participation was relational
competency only. Farmer participation was significantly influenced private forest
sustainability, but it was not significant to farmer welfare. However sustainability
of private forest was affected by internal and external factors, as well as farmers
competency directly, but they were not significant factors to the farmer welfare.
In order to improve participation in private forest management, this study
suggests: facilitation and extension intensively, strengthening farmers competency
(through capacity buildings on technical knowledge, administrative, managerial,
market information, and public relations), intensification of private forests
through agroforestry (by introducing food crops such as porang, taro or corn),
training for both men and women on the private forests management.

Key words: farmer participation, private forest, certification, welfare, Kuningan.

ix

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut
Pertanian Bogor.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

x

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN
RAKYAT LESTARI: STUDI KASUS DI DESA CIKEUSAL
DAN DESA KANANGA KABUPATEN KUNINGAN


ASEP SUDRAJAT

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Pada Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2 0 15

xi

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS

xii

Judul Tesis


Nama
NIM

: Partisipasi Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat
Lestari: Studi Kasus di Desa Cikeusal dan Desa Kananga
Kabupaten Kuningan.
: Asep Sudrajat
: E151130141

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Hardjanto, MS
Ketua

Dr Ir Leti Sundawati, M Sc F Trop
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Ilmu Pengelolaan Hutan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Tatang Tiryana, S Hut M Sc

Dr Ir Dahrul Syah, M Sc Agr

Tanggal Ujian: 28 Oktober 2015

Tanggal Lulus:

i

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga Tesis ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
dilaksanakan sejak Januari-Maret 2015, berjudul Partisipasi Petani dalam

Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari: Studi Kasus di Desa Cikeusal dan Desa
Kananga, Kabupaten Kuningan. Penulisan tesis merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengelolaan
Hutan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof Dr Ir Hardjanto, MS dan Ibu Dr Ir Leti Sundawati, M Sc F Trop atas
kesediaan memberi bimbingan sejak penyusunan rencana penelitian sampai
selesai penulisan tesis. Ketua Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan Dr Tatang
Tiryana, S Hut, M Sc atas kesediaan memberikan motivasi dalam penyelesaian
tesis ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ukas
Suharfaputra, SP MP beserta staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Kuningan atas kesediaan memberikan izin melakukan penelitian pada areal
konsesinya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, istri, mertua dan
keluarga tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya. Tesis ini pasti masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat berharap memperoleh kritik
dan saran untuk perbaikan selanjutnya.
Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Bogor,


Nopember 2015

Asep Sudrajat

ii

DAFTAR ISI
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis Penelitian
2 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Contoh Penelitian
Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
Pola Partisipasi Petani
Analisis tingkat partisipasi dalam pengelolaan hutan rakyat
Analisis gender dalam pengelolaan hutan rakyat
Faktor internal
Faktor eksternal
Faktor kompetensi petani
Hubungan antar Faktor: Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani, serta
Pengaruhnya terhadap Kelestarian dan Kesejahteraan Petani
Definisi Operasional
Definisi operasional partisipasi
Definisi operasional gender
3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Biofisik Daerah
Sertifikasi Hutan Rakyat
4 PARTISIPASI PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
Pola Partisipasi dalam Pengelolaan Hutan Rakyat
Partisipasi dan Peran Gender dalam Pengelolaan Hutan Rakyat
Representasi Gender

i
ii
iii
iv
iv
1
1
3
5
7
7
8
8
8
9
9
9
9
9
9
10
10
10
10
11
11
12
12
13
13
16
17
17
21
21

iii

Faktor Internal Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat
Umur
Jumlah tanggungan keluarga
Luas kepemilikan hutan rakyat
Pengalaman dalam hutan rakyat
Motivasi
Faktor Eksternal Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat
Penyuluhan kehutanan
Kelompok tani hutan rakyat
Sumber informasi
Kompetensi Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat
Pengaruh Faktor Internal, Eksternal dan Kompetensi terhadap Partisipasi
5 PARTISIPASI, KELESTARIAN DAN KESEJAHTERAAN
Pengaruh Partisipasi terhadap Kelestarian dan Kesejahteraan
Estimasi Kecocokan Model yang Dibangun
Strategi Peningkatan Partisipasi Petani Hutan Rakyat
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

28
28
29
29
30
31
32
32
35
38
39
42
47
47
54
55
56
56
57
57
64
80

DAFTAR TABEL
1 Luas wilayah Desa Cikeusal dan Kananga
2 Pemanfaatan tanah kering Desa Cikeusal dan Kananga
3 Partisipasi pada tahap perencanaan
4 Partisipasi pada tahap pelaksanaan
5 Partisipasi pada tahap pemanfaatan
6 Keragaan petani hutan rakyat menurut jenis kelamin
7 Partisipasi gender pada pengelolaan hutan rakyat
8 Partisipasi gender dalam kegiatan non hutan rakyat
9 Partisipasi gender pada kegiatan reproduktif
10 Proporsi peran gender dalam pengambilan keputusan di Desa Cikeusal
11 Proporsi peran gender dalam pengambilan keputusan di Desa Kananga
12 Rata-rata curahan waktu kerja pada pengelolaan hutan rakyat
13 Keragaan petani hutan rakyat menurut umur
14 Keragaan petani hutan rakyat menurut jumlah tanggungan keluarga
15 Keragaan petani hutan rakyat menurut luas hutan rakyat
16 Keragaan petani hutan rakyat menurut pengalaman dalam hutan rakyat
17 Kehadiran petani dalam kegiatan penyuluhan
18 Ikhtisar kelompok tani hutan rakyat di Kecamatan Cimahi

14
14
17
18
18
21
22
23
24
25
25
26
28
29
30
31
33
35

iv

19
20
21
22
23

Manfaat pertemuan kelompok dan alasan kehadiran dalam pertemuan
Aspek informasi tentang hutan rakyat di Desa Cikeusal dan Desa Kananga
Kompetensi petani hutan rakyat di Desa Cikeusal dan Kananga
Hasil uji signifikansi indikator
Hasil uji hipotesis faktor internal, eksternal dan kompetensi terhadap
partisipasi
24 Hasil uji hipotesis partisipasi terhadap kelestarian dan kesejahteraan
25 Pendapatan responden di lokasi penelitian
26 Goodness Of Fit Model

37
38
40
43
46
49
52
54

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
5
6
7
7
8
9

Kerangka Pemikiran Penelitian
Bagan alir pohon masalah partisipasi petani hutan rakyat di lokasi penelitian
Peta lokasi penelitian
Keragaan motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat
a Persentase pemahaman petani terhadap penyuluhan di Cikeusal
b Persentase pemahaman petani terhadap penyuluhan di Kananga
Tempat konsultasi petani terkait hutan rakyat
a Manfaat kelompok bagi usaha petani di Cikeusal dan Kananga
b Manfaat kelompok bagi pengetahuan petani di Cikeusal dan Kananga
Standardized coefficient model path dengan Lisrel
T-Hitung model path dengan Lisrel

5
7
8
31
33
34
34
36
36
44
45

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Jenis, sumber dan teknik pengumpulan data partisipasi petani
Jenis, sumber dan teknik pengumpulan data representasi gender
Daftar nama responden
Output SEM dengan Lisrel
Dokumentasi penelitian lapangan

65
66
67
70
78

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan rakyat telah banyak berkembang dan mendapat tempat dalam alokasi
penggunaan lahan di Jawa. Perannya diakui sangat berkontribusi dalam
memajukan industri kehutanan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
memperbaiki kualitas lahan dan menjaga kesuburan tanah serta tata air dan
sebagainya (Priyambodo 2010; Dewi et al. 2004). Tipe hutan rakyat yang
berkembang di Jawa meliputi tiga macam, yaitu: hutan rakyat murni kayu-kayuan,
hutan rakyat campuran kayu dan buah-buahan serta hutan rakyat campuran kayu,
buah-buahan dan empon-empon (Jariyah & Wahyuningrum 2008). Produksi kayu
hutan rakyat di Kabupaten Kuningan tercatat mengalami kenaikan pada tahun
2012 hingga 146 474.20 m3, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang
cenderung menurun sejak tahun 2008 (Dinas Kehutanan Jawa Barat 2012).
Perkembangan hutan rakyat sejalan dengan paradigma resources based
management yang bertumpu pada community based development (Pusbinluhhut
2002). Paradigma baru pembangunan kehutanan tersebut menekankan pada
pengelolaan hutan berbasis masyarakat, partisipasi aktif masyarakat sangat
diperlukan dalam mengelola dan menjaga eksistensi hutan. Pendekatan ini telah
menempatkan masyarakat sebagai bagian dari pelaku utama pengelolaan hutan
(Suprayitno et al. 2011). Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan
mengamanatkan bahwa masyarakat sekitar hutan perlu diberdayakan peran
sertanya dalam pembangunan kehutanan, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka.
Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kabupaten dengan luas hutan
rakyat yang cukup tinggi di Jawa Barat. Hutan rakyat di Kabupaten Kuningan
tercatat seluas 15 446.90 ha yang didominasi oleh jenis sengon, jati dan mahoni
(Achmad et al. 2004). Luas hutan rakyat dimaksud dapat diperbandingkan dengan
luas kawasan hutan negara 36 181.0 ha, yang terbagi atas hutan lindung 124.20
ha, hutan produksi 7 162.7 ha, hutan produksi terbatas 19 907.20 ha dan hutan
konservasi 8 986.90 ha. Hutan rakyat tersebut merupakan salah satu hutan rakyat
yang berhasil disertifikasi melalui skema SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas
Kayu) pada tahun 2013. Dua desa diantaranya adalah Desa Cikeusal dan Desa
Kananga, dari total empat desa yang memperoleh sertifikasi.
Pemberian sertifikat kepada dua unit manajemen hutan tersebut disambut
baik oleh banyak pihak. Kriteria SVLK yang digunakan meliputi: (1) Keabsahan
hak milik dalam hubungannya dengan areal, kayu dan perdagangan-nya, (2)
Pemenuhan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi pemegang
HGU, (3) Pemenuhan hak-hak tenaga kerja dan (4) HGU atau pemilik hutan hak
telah memiliki dokumen lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (jika
dipersyaratkan oleh ketentuan yang berlaku).
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) adalah suatu sistem yang
menjamin kelestarian pengelolaan hutan dan/atau legalitas kayu serta ketelusuran
kayu melalui sertifikasi penilaian PHPL, sertifikasi LK dan deklarasi kesesuaian
pemasok (Permenhut 2014). Tujuan utama sertifikasi tersebut adalah untuk

2

meningkatkan harga jual kayu rakyat dan mampu menembus pasar kayu
internasional sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani
(Yumi 2011). Sebagai sebuah capaian strategis, sertifikasi hutan rakyat idealnya
dapat mendorong petani untuk berpartisipasi mempertahankan sertifikasi yang
telah diterimanya. Secara konseptual, partisipasi petani dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik internal maupun eksternal (Diniyati & Awang 2010; Waskito 2000;
Ndraha 1990), serta berproses dalam setiap tahapan (perencanaan, pelaksanaan
dan pemanfaatan). Proses partisipasi dalam tahapan kegiatan hutan rakyat adalah
melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan
menentukan pilihan jenis, sistem silvikultur, waktu panen dan pilihan operasional
lainnya.
Disamping itu, karena masyarakat ternyata tidak homogen, maka
masyarakat yang terlibat bukan hanya laki-laki saja, pada era emansipasi kaum
perempuan dapat terlibat dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang
mencerminkan kesetaraan gender (Suwardi 2010). Menurut Achie (2006)
perempuan tidak pernah dilihat sebagai petani, tapi istri petani. Ketidakadilan
tersebut dapat dalam bentuk sub-ordinasi (sebagai pengganti suami) dan
marjinalisasi dalam pengambilan keputusan, stereotype tentang peran domestik
(sebagai ibu rumah tangga) hingga double burden (beban kerja yang lebih panjang
dan lebih banyak) yaitu di rumah (pekerjaan domestik) dan di luar rumah
(ladang/kebun/hutan).
Partisipasi petani yang melibatkan kesetaraan antara lelaki dan perempuan
dalam pengelolaan hutan rakyat lestari, merupakan salah satu kunci keberhasilan
pembangunan hutan rakyat lestari dan merupakan faktor determinan bagi
peningkatan kesejahteraan petani hutan rakyat. Partisipasi petani dan peran gender
sangat penting dalam pengelolaan hutan rakyat lestari tersebut, maka kajian
penelitian ini akan diperdalam dengan penelusuran lebih lanjut tentang partisipasi
petani dan peran gender dalam pengelolaan hutan rakyat lestari dan faktor-faktor
yang diduga berhubungan dengan partisipasi petani dalam pengelolaan hutan
rakyat lestari. Kajian lebih mendalam tentang berbagai faktor yang berhubungan
baik langsung maupun tidak langsung dengan tumbuhnya partisipasi petani dalam
pengelolaan hutan rakyat akan bermanfaat sebagai salah satu pijakan dalam
penerapan strategi pengelolaan hutan rakyat lestari.
Hingga saat ini, partisipasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat, baik
setelah disertifikasi maupun dalam rangka mempertahankan sertifikasinya belum
terukur dan diketahui secara pasti. Oleh karena itu penelitian ini penting untuk
dilakukan dalam rangka meningkatkan partisipasi petani hutan rakyat pasca
sertifikasi. Berdasarkan kondisi tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian
dalam bentuk pertanyaan yaitu: bagaimana petani berpartisipasi dalam
mempertahankan kelestariannya, apa saja yang berpengaruh terhadap partisipasi
petani dimaksud, bagaimana representasi gender dalam partisipasi pengelolaan
hutan rakyat dan bagaimana pengaruh partisipasi terhadap capaian kelestarian
hutan rakyat dan kesejahteraan petani. Informasi-informasi tersebut sangat
penting untuk mengevaluasi kinerja hutan rakyat (on going process evaluation)
sehingga sertifikasi dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan, termasuk dapat
direplikasi di tempat lain dengan penyesuaian tertentu.

3

Kerangka Pemikiran
Konsepsi utama yang melandasi penelitian ini adalah partisipasi, yang
kemudian dibedah ke dalam tiga bagian. Pada bagian pertama, kajian ini
mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
petani hutan rakyat dalam konteks mempertahankan capaian sertifikasi, termasuk
korelasinya antar faktor. Pada bagian kedua akan mengidentifikasi bentuk
partisipasi petani hutan rakyat, pada tahapan apa partisipasi tersebut terjadi dan
mengukur representasi gender dalam partisipasi. Adapun pada bagian ketiga,
penelitian ini mengukur pengaruh partisipasi terhadap kelestarian hutan dan
kesejahteraan petani.
Faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi petani hutan rakyat dapat
berasal dari faktor internal, faktor eksternal dan kompetensi petani (Fauzi 2009).
Faktor internal petani meliputi: umur, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan
usahatani, pengalaman berusahatani dan motivasi berusaha. Faktor eksternal
meliputi: penyuluhan kehutanan, kelompok tani hutan dan sumber informasi.
Adapun kompetensi petani mencakup kompetensi teknis, kompetensi konseptual
dan kompetensi relasional. Ketiga faktor tersebut diduga kuat berkorelasi dengan
kelestarian hutan rakyat. Kelestarian hutan rakyat SVLK dicirikan oleh indikator
berupa: 1) kepemilikan lahan, 2) aspek ketenagakerjaan dan 3) aspek sosial dan
lingkungan dalam kegiatan penebangan. Variabel-variabel tersebut digunakan
juga dalam penelitian Sumarlan et al. (2012); Ritchie et al. (2001); Suprayitno et
al. (2011), walaupun tidak persis melakukan klasifikasi internal, eksternal dan
kompetensi.
Partisipasi petani pengelolaan hutan rakyat sangat diperlukan agar terjaga
kelestarian fungsi dan kemampuan sumberdaya hutan dan ekosistemnya sekaligus
meningkatkan kesejahteraan petani. Partisipasi petani dalam pengelolaan hutan
rakyat meningkat dikarenakan adanya insentif berupa: pinjaman lunak, keringanan
pajak, kebijakan yang berpihak. Sedangkan menurut Diniyati & Awang (2010)
ada tiga insentif yang memiliki nilai tertinggi, yaitu penyuluhan yang tepat dan
berlanjut baik tentang aspek teknis maupun manajemen, ekonomi, sosial dan
budaya, Perda yang mendukung kemantapan tata guna lahan yang melindungi
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat desa serta regulasi yang dapat
memberikan keadilan, yaitu peraturan pemerintah yang lebih berpihak kepada
petani, misalnya pengaturan perizinan bertata niaga kayu yang berkaitan dengan
jenis tanaman. Sehingga dengan adanya insentif diharapkan dapat merangsang
petani untuk terus berpartisipasi dalam mengembangkan dan memelihara hutan
rakyat yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi
petani.
Kemampuan atau kompetensi petani dalam mengelola hutan rakyat
merupakan faktor yang mendukung keberhasilan pengelolaan hutan rakyat.
Waskito (2000) mengemukakan bahwa dalam pembangunan hutan rakyat,
kemampuan masyarakat dalam budidaya tanaman (sistem silvikultur) merupakan
satu hal yang menentukan berhasil tidaknya pengelolaan hutan rakyat.
Kompetensi petani diduga berhubungan dengan partisipasi mereka dalam
pengelolaan hutan rakyat. Kompetensi merupakan kemampuan anggota-anggota
masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Kesediaan masyarakat dalam

4

berpartisipasi merupakan tanda adanya kompetensi atau kemampuan awal untuk
berkembang secara mandiri (Ndraha 1990).
Kompetensi anggota masyarakat berkorelasi positif dengan kemampuannya
untuk berpartisipasi. Kompetensi merupakan kemampuan yang dapat ditingkatkan
dan dikembangkan melalui proses belajar. Kompetensi yang dikaji dalam
penelitian ini meliputi kompetensi teknis, kompetensi konseptual dan kompetensi
relasional. Kompetensi teknis adalah kemampuan yang dimiliki oleh petani
berupa pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan usahatani hutan rakyat.
Kompetensi konseptual merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki oleh
petani berkaitan dengan pemahaman dan pengetahuan dalam memprediksi
peluang-peluang usaha yang dapat dikembangkan. Kompetensi konseptual petani
diduga mampu berkontribusi dalam mengembangkan ide-ide/pemikiran terkait
dengan pengelolaan hutan rakyat. Kompetensi relasional merupakan kemampuan
untuk membangun hubungan kemitraan dalam rangka pengelolaan hutan rakyat.
Seluruh faktor (internal dan eksternal) di atas bekerja pada komunitas petani
untuk mempengaruhi motivasi berpartisipasi. Perilaku partisipasi tersebut dapat
tercermin dalam bentuknya (tenaga, dana, ide/pemikiran), serta dalam tahapan
kegiatan (perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan). Disamping itu, partisipasi
petani juga dapat dilihat dalam pembagian perannya dimana atribut sosial melekat
antara laki-laki dan perempuan. Isu gender penting untuk diperhatikan karena
pada masyarakat pertanian (termasuk di dalamnya rumah tangga kehutanan)
muncul beberapa masalah, antara lain (Bappenas 2001):
1. Pengakuan de jure Kepala Keluarga (KK) laki-laki, dan hanya 10% KK
perempuan. Dalam banyak kasus, KK perempuan diabaikan dalam program
pembangunan dan penerima manfaat pembangunan.
2. Kebijakan pertanian (termasuk juga kehutanan) berbias pada laki-laki,
sehingga perempuan mengalami hambatan akses terhadap asset produksi,
kredit dan penyuluhan.
Partisipasi petani pengelolaan hutan rakyat lestari diharapkan berdampak
pada tingkat kesejahteraan petani baik kesejahteraan sosial maupun kesejahteraan
ekonomi. Pendapatan petani diperoleh dari berbagai jenis tanaman yang
diusahakan dalam areal hutan rakyat berdasarkan model-model hutan rakyat yang
dikembangkan. Hasil dari hutan rakyat berkonstribusi bagi pendapatan petani dan
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Hasil penelitian Attar
(2000) di Desa Sumberejo Kabupaten Wonogiri, memperlihatkan bahwa hasil dari
hutan rakyat memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap pendapatan
rumah tangga petani. Hasil dari hutan rakyat memberikan kontribusi rata-rata
21.97% terhadap pendapatan rumah tangga petani. Pengelolaan hutan rakyat harus
tetap memperhatikan aspek kelestarian produksi dan kelestarian usaha. Hutan
rakyat diharapkan menjadi salah satu asset produksi bagi petani dan sebagai salah
satu alternatif sumber pendapatan keluarga. Hubungan antar peubah sebagai
kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.

5

Faktor Internal (X1)
- Umur (X11)
- Σ Tanggungan Keluarga (X12)
- Luas Lahan (X13)
- Pengalaman Berusaha Tani (X14)

Faktor eksternal (X2)
- Penyuluhan Kehutanan (X21)
- Kelompok Tani Hutan (X23)
- Sumber Informasi (X24)

Kompetensi Petani (X3)
- K. Teknis (X31)
- K. Konseptual (X32)
- K. Relasional (X33)

- Motivasi (X15)

Bentuk partisipasi:
- Ide/pemikiran
- Tenaga
- Materi

Partisipasi (Y1)
- Partisipasi Perencanaan (Y11)
- Partisipasi Pelaksanaan (Y12)
- Partisipasi Pemanfaatan (Y13)

Representasi gender
dalam setiap bentuk
dan tahap partisipasi

Kelestarian Hutan Rakyat (Y2)
- Kepemilikan Lahan (Y21)
- Pemenuhan terhadap aspek ketenaga
kerjaan (Y22)
- Pemenuhan aspek lingkungan &
sosial terkait penebangan (Y23)

Kesejahteraan Petani (Y3)
- Kesejahteraan Sosial (Y31)
- Kesejahteraan Ekonomi (Y32)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Perumusan Masalah
Hutan rakyat saat ini semakin menunjukkan peran penting dalam memenuhi
kebutuhan kayu bagi industri perkayuan terutama di Jawa. Kayu dari hutan rakyat
banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan kayu untuk keperluan konstruksi
bangunan, mebel, kerajinan yang pada akhirnya dapat meningkatkan taraf
ekonomi petani. Djajapertjunda (2003) menyatakan bahwa hutan rakyat mampu
memasok lebih dari 70% kebutuhan kayu di pulau Jawa. Disamping memiliki
manfaat secara ekonomi, hutan rakyat memiliki manfaat secara ekologis hal ini
dapat dilihat dari fungsinya dalam menjaga dan mendukung kualitas lingkungan,
menahan erosi, mengurangi bahaya banjir, menjaga dan memperbaiki kondisi tata
air dan sebagainya.
Laki-laki dan perempuan memiliki peran masing-masing dalam segala
kehidupan, baik kegiatan produktif maupun non produktif dalam pengelolaan
hutan rakyat lestari. Pembagian peran antara perempuan dan laki-laki merupakan
wujud dari peran gender. Secara umum ada kerja sama yang erat antara
pembagian peran tersebut untuk pengambilan keputusan.

6

Partisipasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat lestari berkaitan dengan
beberapa faktor. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan peran gender
dalam partisipasi pengelolaan hutan rakyat antara lain: faktor internal (umur,
jumlah tanggungan keluarga, luas lahan usahatani, pengalaman berusahatani,
motivasi berusaha), faktor eskternal (penyuluhan kehutanan, kelompok tani hutan
dan sumber informasi) serta kompetensi petani (kompetensi teknis, konseptual
dan relasional). Dukungan para pihak sangat dibutuhkan agar pengelolaan hutan
rakyat lebih meningkatkan keuntungan secara ekonomis bagi masyarakat, secara
ekologis mampu menjaga kelestarian lingkungan dan secara sosial budaya mampu
mempertahankan tata nilai dan norma sosial budaya yang mendukung kehidupan
masyarakat di pedesaan lebih produktif.
Penyuluhan kehutanan sebagai salah satu bentuk pendidikan nonformal
memiliki peran yang strategis untuk meningkatkan motivasi petani pengelola
hutan rakyat dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Tumbuhnya motivasi
petani pengelola hutan rakyat merupakan faktor pendorong munculnya berbagai
aktivitas yang dapat meningkatkan kompetensi petani sehingga berimplikasi pada
peningkatan kapasitas pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam
mengelola usaha tani hutan rakyat. Berbagai faktor tersebut merupakan satu
rangkaian yang saling berkaitan yang dapat meningkatkan partisipasi petani dalam
pengelolaan hutan rakyat. Meningkatnya partisipasi petani dalam pengelolaan
hutan rakyat lestari diharapkan dapat berdampak pada meningkatnya
kesejahteraan petani pengelola hutan rakyat. Kondisi tersebut pada akhirnya dapat
menjadi pendorong tumbuhnya kemandirian para petani dalam mengelola hutan
rakyat.
Kendati secara konseptual telah banyak teridentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat di hutan rakyat, namun akan berbeda
antara tempat satu dengan lainnya sesuai dengan karakteristik lokal serta sangat
terkait dengan dinamika dalam masyarakat itu sendiri seiring waktu. Perbedaan
tersebut akan berimplikasi pada perbedaan-perbedaan langkah dan strategi yang
tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas hutan rakyat melalui
partisipasi petani. Berdasarkan hal tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang
melandasi penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pola partisipasi petani hutan rakyat di Kabupaten Kuningan, yang
dicirikan dalam bentuk, tahapan dan representasi gender ?
2. Bagaimana dinamika faktor internal, faktor eksternal dan faktor kompetensi
petani pengelola hutan rakyat lestari di Kabupaten Kuningan ?
3. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi partisipasi pengelolaan hutan rakyat
lestari di Kabupaten Kuningan ?
4. Apakah partisipasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten
Kuningan berhubungan dengan kelestarian hutan rakyat dan kesejahteraan
petani ?

7

Kelompok tani tidak memiliki
strategi peningkatan
kesejahteraan

Kelompok tani tidak memiliki
strategi yang tepat guna
mempertahankan kelestarian
hutan rakyat dan sertifikasi VLK

Akibat
Partisipasi petani
belum diukur dan
diketahui

Key problem

Sebab
Kompetensi petani belum
teridentifikasi

Faktor internal petani
belum teridentifikasi

Faktor eksternal petani
belum teridentifikasi

Kompetensi teknis
Kompetensi konseptual
Kompetensi relasional

Umur
Σ tanggungan keluarga
Luas lahan
Pengalaman petani
Motivasi berusaha

Tenaga penyuluh
Lembaga KTHR
Sumber informasi petani

Gambar 2 Bagan alir pohon masalah partisipasi petani hutan rakyat di Kuningan
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memahami pola partisipasi petani hutan rakyat di Kabupaten Kuningan, dalam
hal bentuk partisipasi, tahapan partisipasi serta representasi gender dalam
setiap bentuk dan tahapan partisipasi.
2. Menganalisis faktor – faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan
partisipasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat lestari di Kabupaten
Kuningan.
3. Memahami kompetensi petani pengelola hutan rakyat lestari di Kabupaten
Kuningan.
4. Menganalisis hubungan partisipasi petani terhadap kelestarian dan
kesejahteraan petani pengelola hutan rakyat lestari di Kabupaten Kuningan.
Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Memberikan informasi bagi pengembangan strategi pengelolaan hutan rakyat
lestari sejalan dengan paradigma pembangunan kehutanan partisipatif.
2. Memberikan informasi kepada pihak terkait dalam rangka pengelolaan hutan
rakyat lestari, dimana dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan lakilaki dan wanita sebagai petani yang setara.
3. Secara praktis diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dalam hal ini
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan di daerah,
Penyuluh Kehutanan dan pihak yang terkait dalam rangka pengembangan
strategi pengelolaan hutan rakyat lestari.

8

Hipotesis Penelitian
1. Terdapat bentuk partisipasi petani hutan rakyat (tenaga, biaya, ide/pikiran),
adanya partisipasi petani dalam setiap tahapan (perencanaan, pelaksanaan dan
pemanfaatan) serta kesetaraan gender dalam partisipasi petani pada setiap
bentuk dan tahapannya.
2. Terdapat hubungan nyata antara faktor internal dan eksternal petani dengan
kelestarian hutan rakyat dalam pengelolaan hutan rakyat lestari.
3. Terdapat hubungan nyata antara kompetensi petani dengan kelestarian hutan
rakyat dalam pengelolaan hutan rakyat lestari.
4. Terdapat hubungan nyata antara partisipasi petani dengan kelestarian hutan
rakyat dan kesejahteraan petani pengelola hutan rakyat.

2 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Cikeusal dan Desa Kananga, Kecamatan
Cimahi, Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
ditentukan secara purposive dengan pertimbangan, yaitu: 1) lokasi tersebut
merupakan desa yang memiliki areal hutan rakyat yang dikelola petani yang
tergabung dalam kelompok tani hutan, 2) terdapat kelompok tani hutan rakyat
yang telah memperoleh sertifikat SVLK. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan
( Januari s/d Maret 2015).

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

9

Populasi dan Contoh Penelitian
Populasi penelitian adalah petani anggota Kelompok Tani Hutan Rakyat di
Desa Cikeusal dan Desa Kananga. Pemilihan contoh desa sebagai lokasi
penelitian dilakukan secara purposive. Penentuan responden dilakukan dengan
cara sensus pada rumah tangga petani. Penentuan jumlah sampel menggunakan
aturan dalam analisis jalur dimana jumlah sampel di atas 100 responden (Sarwono
2007). Jumlah kelompok tani di kedua desa sebanyak 114 orang, sehingga jumlah
responden sebanyak 69 di Desa Cikeusal dan sebanyak 45 di Desa Kananga.
Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi
pustaka. Data dan informasi melalui wawancara dikumpulkan menggunakan
metode wawancara semi terstruktur. Data yang diperlukan dalam penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada
petani yang menjadi responden melalui wawancara dan observasi langsung. Data
sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat,
Kantor Kecamatan setempat dan Kantor Desa setempat serta instansi lain yang
terkait.
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Pola Partisipasi Petani
Pola partisipasi petani hutan rakyat meliputi tingkat partisipasi dalam
pengelolaan hutan rakyat dalam berbagai tahapan kegiatan serta pola partisipasi
gendernya.
Analisis tingkat partisipasi dalam pengelolaan hutan rakyat
Tingkat partisipasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat dianalisis dengan
menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis
deskriptif kuantitatif dilakukan dengan tabulasi yang merepresentasikan jumlah
dan persentase. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk menjelaskan secara
mendalam atas fenomena tertentu pada faktor-faktor yang dianalisis. Tingkat
partisipasi petani dianalisis pada tahap perencanaan (penentuan waktu pertemuan,
penentuan materi, penentuan pengurus, memberi pendapat dan pendanaan
kelompok tani hutan rakyat), tahap pelaksanaan (persiapan/pembukaan lahan,
penanaman dan pemeliharaan) dan tahap pemanfaatan (pemanenan dan pemasaran
hasil).

10

Analisis Gender dalam Pengelolaan Hutan Rakyat
Metode analisis gender dalam pengelolaan hutan rakyat yang digunakan
adalah Model Harvard atau Kerangka Analisis Harvard. Model Harvard ini
didasarkan pada pendekatan efisiensi Women In Development (WID) yang
merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender yang paling awal
(Puspitawati 2012).
Analisis Harvard berguna untuk mengidentifikasi pekerjaan produktif dan
reproduktif dengan pertanyaan kunci: siapa melakukan apa.
Parameter lainnya juga dilihat namun tergantung pada konteks, adalah:
1. Gender dan penggolongan usia: perempuan dewasa, laki-laki dewasa, anak
perempuan, anak laki-laki atau manula yang melakukan pengelolaan hutan
rakyat.
2. Alokasi waktu: berapa alokasi waktu yang dipakai untuk pengelolaan hutan
rakyat dan apakah dilakukan secara musiman ataukah harian.
3. Lokus pekerjaan: dimana pekerjaan itu dilakukan yaitu pada pengelolaan
hutan rakyat, tujuannya untuk mengetahui peta mobilitas penduduk dalam
konteks hutan rakyat.
Analisis Faktor Internal (X1)
Faktor internal yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam
pengelolaan hutan rakyat dianalisis dengan menggunakan metode analisis
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan
dengan tabulasi yang merepresentasikan jumlah dan persentase. Analisis
deskriptif kualitatif dilakukan untuk menjelaskan secara mendalam atas fenomena
tertentu pada faktor-faktor yang dianalisis. Faktor internal yang dianalisis
mencakup umur, jumlah tanggunga keluarga, luas pemilikan hutan rakyat,
pengalaman dalam dalam berusaha tani dan motivasi petani.
Analisis Faktor Eksternal (X2)
Faktor eksternal yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam
pengelolaan hutan rakyat dianalisis dengan menggunakan metode analisis
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan
dengan tabulasi yang merepresentasikan jumlah dan persentase. Analisis
deskriptif kualitatif dilakukan untuk menjelaskan secara mendalam atas fenomena
tertentu pada faktor-faktor yang dianalisis. Faktor eksternal yang dianalisis
mencakup penyuluhan kehutanan, kelompok tani hutan dan sumber informasi.
Faktor Kompetensi Petani (X3)
Faktor kompetensi petani pengelola hutan rakyat dianalisis dengan
menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis
deskriptif kuantitatif dilakukan dengan tabulasi yang merepresentasikan jumlah
dan persentase. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk menjelaskan secara
mendalam atas fenomena tertentu pada faktor-faktor yang dianalisis. Faktor
kompetensi petani yang dianalisis mencakup kompetensi teknis, kompetensi
konseptual dan kompetensi relasional.

11

Hubungan antar Faktor: Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani,
serta Pengaruhnya terhadap Kelestarian dan Kesejahteraan Petani
Analisis partisipasi petani
Analisis partisipasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat lestari dilakukan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis data yang
diperoleh diolah dan ditabulasi dengan interval yang dihasilkan pada masingmasing hasil pengukuran. Faktor partisipasi petani (Y1) yang dianalisis mencakup
partisipasi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan. Faktor kelestarian
hutan rakyat (Y2) mencakup kepemilikan lahan, aspek ketenagakerjaan dan
pemenuhan aspek lingkungan & sosial terkait penebangan. Sedangkan faktor
kesejahteraan petani (Y3) mencakup kesejahteraan sosial dan ekonomi. Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dan partisipasi terhadap
kelestarian hutan rakyat serta kesejahteraan petani menggunakan teknik analisis
multivariate. Salah satu teknik analisis multivariate dengan menggunakan
Structural Equation Modelling (SEM) yang dioperasikan melalui program Linear
Structural Relationship (LISREL) (Ramadiani 2010).
Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani
Perhitungan pendapatan rumah tangga petani
kesejahteraan dihitung dengan menggunakan rumus:

sebagai

pendekatan

Keterangan:
Prtp = Pendapatan rumah tangga petani (Rp/thn)
Phr = Pendapatan dari pengelolaan hutan rakyat(Rp/thn)
Pnhr = Pendapatan dari non hutan rakyat

Kontribusi pengelolaan hutan rakyat terhadap pendapatan rumah tangga
petani:

Keterangan :
%Phr = Persentase pendapatan dari pengelolaan hutan rakyat (%)
Phr = Pendapatan dari pengelolaan hutan rakyat per tahun (Rp/tahun)
Prtp = Pendapatan rumah tangga petani per tahun (Rp/tahun)

Definisi Operasional
Peubah-peubah yang diteliti perlu diberikan makna untuk memberikan
pemahaman yang sama terhadap setiap peubah (Sevilla et al. 1993), serta diberi
penjelasan lebih lanjut yang bersifat operasional dan dapat diukur (Kerlinger
2006). Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir 2011). Definisi operasional dapat
membantu menentukan prosedur pengukuran dilakukan, sehingga memudahkan
dalam mengumpulkan data yang mendukung penelitian. Pengukuran parameter

12

dilakukan untuk memperoleh sejumlah informasi yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Adapun indikator, definisi operasional dan parameter pengukuran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Definisi Operasional Partisipasi
1. Faktor Internal Petani (X1): ciri-ciri atau sifat-sifat khas individu yang melekat
pada pribadi responden/petani yang berhubungan dengan aspek umur, jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan hutan rakyat, pengalaman berusaha tani dan
motivasi berusaha.
2. Faktor eksternal (X2), merupakan stimuli atau rangsangan yang berasal atau
berada di luar diri responden yang mengakibatkan terjadinya perubahan
perilaku, mencakup: penyuluhan kehutanan, kelompok tani hutan dan sumber
informasi.
3. Kompetensi petani (X3), merupakan pengetahuan dan keterampilan responden
dalam pengelolaan hutan rakyat sebagai hasil akumulasi komprehensif dari
berbagai faktor internal dan eksternal, meliputi: kompetensi teknis,
kompetensi konseptual dan kompetensi relasional.
4. Partisipasi petani (Y1), merupakan keterlibatan responden dalam pengelolaan
hutan rakyat lestari, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan maupun
tahap pemanfaatan.
5. Kelestarian hutan (Y2), merupakan tata kehidupan sosial ekonomi petani
yang terkait dengan manfaat langsung yang diperoleh petani dari usaha hutan
rakyat, yang meliputi: kepemilikan lahan, pemenuhan ketenagakerjaan dan
pemenuhan aspek sosial dan lingkungan penebangan
6. Kesejahteraan petani (Y3), merupakan tatanan ekonomi petani yang terkait
dengan manfaat langsung hutan rakyat, yang meliputi: kesejahteraan sosial
dan kesejahteraan ekonomi.
Definisi Operasional Gender
Analisis gender dalam pengelolaan hutan rakyat adalah analisis sosial di
sekitar lahan hutan rakyat yang melihat perbedaan perempuan dan laki-laki dari
segi kondisi (situasi) dan kedudukan (posisi) di dalam keluarga dan atau
masyarakat. Fokus utama analisis gender adalah pembagian kerja atau peran dan
partisipasi dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga. Peranan perempuan
dan laki-laki dapat diukur dari curahan waktu kerja. Terdapat tiga macam peran
gender yang akan diidentifikasi pada penelitian ini, yaitu:
1. Kegiatan produktif; Kegiatan produktif dibagi menjadi kegiatan dalam
pengelolaan hutan rakyat dan kegiatan di luar pengelolaan hutan rakyat.
Kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat meliputi: penyiapan lahan,
penanaman dan pemasaran hasil. Sedangkan kegiatan diluar hutan rakyat
adalah beternak, bertani, buruh tani, berdagang, berkebun dan jasa.
2. Kegiatan reproduktif; kegiatan yang dilakukan adalah memasak, mencari kayu
bakar, mencuci pakaian, mengasuh anak, memperbaiki rumah, membersihkan
rumah dan mengantar anak ke sekolah. Kedua peran di atas sangat terkait
dengan variabel curahan waktu kerja. Curahan waktu kerja untuk satu hari
kerja dihitung berdasarkan Hari Orang Kerja (HOK), dimana 1 HOK adalah 8
jam/hari. Curahan kerja seseorang dalam perharinya dapat diperoleh dengan
cara membagi banyaknya waktu kerja yang dihabiskan untuk melakukan
suatu kegiatan tertentu dalam 1 hari (jam kerja) dengan 1 HOK (8 jam/hari).

13

Peran perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan hutan rakyat dapat
diketahui dengan melihat curahan waktu kerja. Curahan waktu kerja yaitu
jumlah waktu yang digunakan oleh perempuan maupun laki-laki dalam
melakukan kegiatan tertentu seperti mencari nafkah, pekerjaan rumah tangga
atau kegiatan kemasyarakatan.
3. Kegiatan publik dan politik, meliputi: kegiatan-kegiatan yang menunjukkan
representasi sosial kemasyarakatan, organisasi formal, informal dan non
formal, termasuk proses pengambilan keputusan dalam konteks hutan rakyat.
Adapun peran publik dan politik ini sangat terkait dengan kapasitas
pengambilan keputusan. Sajogyo (1990) menyatakan bahwa untuk setiap jenis
keputusan rumah tangga dikelompokkan dalam lima tingkatan, namun yang
digunakan pada penelitian hanya tiga tingkatan saja yaitu sebagai berikut:
a. Keputusan dibuat oleh istri seorang diri tanpa melibatkan sang suami.
b. Keputusan dibuat bersama dan senilai oleh suami-istri dengan tidak ada
tanda-tanda bahwa salah satu mempunyai pengaruh relatif besar.
c. Keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan sang istri.

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Biofisik Daerah
Desa Cikeusal dan Desa Kananga terletak di Kecamatan Cimahi Kabupaten
Kuningan. Secara umum Desa Cikeusal terletak pada ketinggian 150 m dpl
dengan kontur permukaan tanah 65% datar, 25% berbukit dan 10% berupa
lereng. Suhu rata-rata harian mencapai 23°C kelembaban udara mencapai 36°C
dan curah hujan rata-rata 2 883 mm/tahun sedangkan jarak ke kecamatan 4.5 km.
Jarak ke kabupaten 29 km, jarak ke ibukota Propinsi 273 km dan jarak ke ibukota
Negara 492 km (Monografi dan Potensi Desa Cikeusal. Profil Desa Cikeusal
2013).
Perkembangan kependudukan di Desa Cikeusal secara umum dari tahunketahun selalu menunjukkan peningkatan walaupun tidak signifikan, sampai
dengan akhir tahun ini jumlah penduduk Desa Cikeusal sebanyak 4 443 Jiwa,
yang terdiri dari laki-laki 2 157 jiwa (48.55%) dan perempuan 2 286 jiwa
(51.45%) dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1 297 Kepala Keluarga (KK).
Bila dilihat dari tingkat pendidikan bahwa 1 892 orang (42.58%) lulusan SD/
sederajat, 755 orang (16.99%) lulusan SLTP/sederajat, 96 orang (2.16%) lulusan
SLTA/sederajat, 9 orang (0.20%) lulusan D-3/sederajat, 12 orang (0.27%) lulusan
S1 dan sekitar 1 679 orang (37.79%) tidak sekolah/tidak tamat SD. Sedangkan
bila dilihat dari mata pencaharian, 672 orang (15.12%) merupakan petani, 945
orang (21.27%) buruh tani, 22 orang (0.50%) PNS, 354 orang (7.97%) pedagang,
105 orang (2.36%) karyawan swasta, 236 orang (5.31%) wiraswasta, 593 orang
(13.35%) merupakan wirausaha lainnya dan 1 516 orang (34.12%) tidak
mempunyai pekerjaan (Monografi dan Potensi Desa Cikeusal. Profil Desa
Cikeusal 2013).

14

Perkembangan kependudukan di Desa Kananga secara umum menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun walaupun tidak signifikan, sampai dengan akhir
tahun ini jumlah penduduk Desa Kananga sebanyak 2 872 Jiwa, yang terdiri dari
laki-laki 1 433 jiwa (49.90%) dan perempuan 1 439 jiwa (50.10%) dengan jumlah
kepala keluarga sebanyak 926 Kepala Keluarga (KK). Dilihat dari tingkat
pendidikan bahwa 1 851 orang (64.45%) lulusan SD/sederajat, 216 orang (7.52%)
lulusan SLTP/sederajat, 187 orang (6.51%) lulusan SLTA/sederajat, 10 orang
(0.35%) lulusan D-3/sederajat, 39 orang (1.36%) lulusan S1 dan 569 orang
(19.81%) tidak sekolah/tidak tamat SD. Sedangkan bila dilihat dari segi mata
pencaharian, 687 orang (23.92%) merupakan petani, 439 orang (15.29%) buruh
tani, 29 orang (1.01%) PNS, 594 orang (20.68%) pedagang, 188 orang (6.55%)
karyawan swasta, 164 orang (5.7%) merupakan wirausaha lainnya dan 771 orang
(26.85%) tidak memiliki pekerjaan (Monografi dan Potensi Desa Kananga. Profil
Desa Kananga 2013).
Tabel 1 Luas wilayah Desa Cikeusal dan Kananga
Desa
Tanah Sawah (ha) Tanah Kering (ha)
Cikeusal
34.9
102.4
Kananga
131.6
236.1
Jumlah
166.5
338.5

Jumlah (ha)
137.3
367.7
505.0

Cimahi Dalam Angka. Sumber: Monografi Kecamatan Cimahi (2013).

Tata guna lahan di Desa Cikeusal dan Desa Kananga memperlihatkan
bahwa sektor pertanian baik tanaman pangan maupun pertanian lahan kering
mendominasi pola penggunaan lahan (Tabel 1). Kondisi tersebut memperlihatkan
bahwa sektor pertanian memegang peranan yang cukup penting bagi
perekonomian penduduk. Pernyataan tersebut diperkuat dengan mayoritas
penduduk di kedua desa yang berprofesi sebagai petani dan buruh tani.
Tabel 2 menunjukkan bahwa hutan rakyat di Desa Cikeusal dan Desa
Kananga cukup luas bila dibandingkan dengan luas pekarangan dan tegalan.
Hutan rakyat di kedua desa umumnya dikelola secara perorangan (individual)
pada lahan milik petani dan tersebar berdasarkan letak, luas kepemilikan lahan
dan pola usahataninya. Sebagian besar areal hutan rakyat terdapat di atas
tanah hak mili