1.2. Identifikasi Masalah
Sub bab ini akan membahas tentang masalah- masalah yang timbul berdasarkan latar belakang permasalahan.
1.3. Maksud dan Tujuan
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai maksud dan tujuan dilaksanakannya penelitian.
1.4. Pembatasan Masalah
Sub bab ini akan dijelaskan tentang batasan permasalahan yang akan dibahas secara lebih spesifik.
1.5. Sistematika Penulisan
Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang langkah- langkah dalam penulisan penelitian.
Bab 2. Landasan Teori
Dalam Bab 2 ini berisikan teori-teori yang menjadi acuan didalam pemecahan masalah yang dihadapi.
Bab 3. Metodologi Pemecahan Masalah
Dalam kerangka pemecahan masalah akan dijelaskan mengenai : 3.1.
Flowchart Pemecahan Masalah Pada sub bab ini akan dijelaskan langkah yang diambil dalam pemecahan
masalah dalam bentuk diagram alir atau Flowchart. 3.2.
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Pada sub bab ini akan dijelaskan langkah-langkah pemecahan masalah
secara sistematis dan berdasarkan Flowchart Pemecahan Masalah yang sudah dibuat sebelumnya.
Bab 4. Pengumpulan Dan Pengolahan Data
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai: 4.1.
Pengumpulan Data Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai data-data yang diperoleh dan
dikumpulkan pada saat penelitian dilakukan.
4.2. Pengolahan Data
Pada sub bab ini akan membahas langkah- langkah dalam pengolahan data berdasarkan data-data yang sudah diperoleh, proses perhitungan beserta
hasil dari pengolahan data.
Bab 5. Analisis
Berisikan hasil analisis terhadap faktor- faktor yang dianalisis dalam penelitian ini.
Bab 6. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan Berisikan kesimpulan terhadap hasil penelitian.
6.2. Saran Berisikan saran yang membangun bagi perusahaan yang diteliti.
10
Bab 2
Landasan Teori
2.1. Pengertian Produk 2.1.1. Definisi Produk
Produk menurut Kotler dan Amstrong 1996:274 adalah: “A product as anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use or consumption and
that might satisfy a want or need ”. Artinya produk adalah segala sesuatu yang
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Menurut Stanton,
1996:222 dalam Yeli Yunita, 2008 “A product is asset of tangible and intangible attributes, including packaging, color, price quality and brand plus the
services and reputation of the seller ”. Artinya suatu produk adalah kumpulan dari
atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk di dalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan merk ditambah dengan jasa dan reputasi penjualannya.
Menurut Tjiptono 1999:95 secara konseptual produk adalah pemahaman subyekt
if dari produsen atas “sesuatu” yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli.
Dari berbagai faktor yang diperhatikan perusahaan dalam menyusun strategi produk tingkat produk individual, tiga diantaranya perlu mendapat perhatian
khusus. Ketiga faktor tersebut adalah atribut produk, penggunaan merek dagang, dan kemasan. Sebagian besar perusahaan menghasilkan lebih dari satu seri
produk. Tiap seri produk seringkali terdiri lebih dari satu jenis produk sayangnya tidak semua seri dan jenis produk memberikan sumbangan hasil penjualan dan
keuntungan yang sama. Oleh karena itu, pengelolaan tiap seri dan jenis produk juga tidak sama. Kapasitas produk menyumbang keuntungan ditentukan oleh
jumlah satuan produk yang terjual tiap masa tertentu dan besarnya contribution margin. Contribution margin adalah selisih antara harga jual per satuan produk
dan biaya variabelnya. Karena berbagai macam alasan perusahaan dapat memutuskan memperluas usaha
bisnisnya. Upaya perluasan bisnis tersebut dapt dilakukan dengan memproduksi produk baru dengan mutu, bentuk, ukuran dan harga yang lebih rendah dari
produk lama. Strategi menambah jenis produk baru seperti ini disebut downward stretching yaitu memproduksi produk yang mutu, bentuk dan harganya lebih
tinggi dari produk lama. Di samping itu perusahaan juga dapat memperluas usahanya dengan jalan product line-filling, yaitu menambah jenis produk baru
pada seri-seri produk yang sudah berjalan . Hal lain yang wajib diperhatikan perusahaan dalam menyusun produk adalah
adanya kenyataan bahwa setiap jenis produk mempunyai siklus kehidupan yang terdiri dari empat tahap. Keempat, tahap pertumbuhan, tahap ke matangan dan
tahap penurunan. Masing- masing tahap siklus kehidupan produk memerlukan strategi pemasaran yang berbeda
2.1.1.1. Tingkat Produk
Lima Tingkatan Produk Menurut Kotler 2003:408 dalam Yeli Yunita, 2008 ada lima tingkatan produk, yaitu core benefit, basic product, expected product,
augmented product dan potential product. Penjelasan tentang kelima tingkatan produk adalah:
a. Core benefit namely the fundamental service of benefit that costumer really
buying yaitu manfaat dasar dari suatu produk yag ditawarkan kepada konsumen.
b. Basic product namely a basic version of the product yaitu bentuk dasar dari
suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indra. c.
Expected product namely a set of attributes and conditions that the buyers normally expect and agree to when they purchase this product yaitu
serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-kondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu produk.
d. Augmented product namely that one includes additional service and benefit
that distinguish the company’s offer from competitor’s offer yaitu sesuatu
yang membedakan antara produk yang ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing.
e. Potential product namely all of the argumentations and transformations that
this product that ultimately undergo in the future yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk yang dialami oleh suatu produk dimasa datang.
2.1.1.2. Klasifikasi Produk
Klasifikasi Produk Banyak klasifikasi suatu produk yang dikemukakan ahli pemasaran, diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Kotler. Menurut Kotler
2002,451, produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok
utama, yaitu: a.
Barang, merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan
perlakuan fisik lainnya. b.
Jasa, merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual dikonsumsi pihak lain. Seperti halnya bengkel reparasi, salon
kecantikan, hotel dan sebagainya. Kotler 2002, 486 juga mendefinisikan jasa sebagai berikut: “ Jasa adalah setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa
pun. Produknya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.
2. Berdasarkan aspek daya tahannya produk dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: a.
Barang tidak tahan lama nondurable goods: Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Contohnya: sabun, pasta
gigi, minuman kaleng dan sebagainya. b.
Barang tahan lama durable goods: Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian
umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih. Contohnya lemari es, mesin cuci, pakaian dan lain- lain.
3. Berdasarkan tujuan konsumsi yaitu didasarkan pada siapa konsumennya dan
untuk apa produk itu dikonsumsi, maka produk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Barang konsumsi consumer’s goods
Barang konsumsi merupakan suatu produk yang langsung dapat dikonsumsi tanpa melalui pemrosesan lebih lanjut untuk memperoleh manfaat dari
produk tersebut. b.
Barang industri industrial’s goods Barang industri merupakan suatu jenis produk yang masih memerlukan
pemrosesan lebih lanjut untuk mendapatkan suatu manfaat tertentu. Biasanya hasil pemrosesan dari barang industri diperjual belikan kembali.
Menurut Kotler 2002, 451, ”barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri individu dan rumah tangga, bukan
untuk tujuan bisnis”. Pada umumnya barang konsumen dibedakan menjadi empat jenis:
a. Convenience goods: Merupakan barang yang pada umumnya memiliki
frekuensi pembelian tinggi sering dibeli, dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum sangat kecil dalam pemba ndingan
dan pembeliannya. Contohnya antara lain produk tembakau, sabun, surat kabar, dan sebagainya.
b. Shopping goods: Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan
pembeliannya di bandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Contohnya alat-alat rumah tangga, pakaian, furniture, mobil bekas dan
lainnya. c.
Specialty goods: Barang-barang yang memiliki karakteristik danatau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia
melakukan usaha khusus untuk membelinya. Misalnya mobil Lamborghini, pakaian rancangan orang terkenal, kamera Nikon dan sebagainya.
d. Unsought goods: Merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen
atau kalaupun sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya. Contohnya asuransi jiwa, ensiklopedia, tanah kuburan dan
sebagainya.
2.2. Pengertian Jasa
Pengertian dan Karakteristik Jasa Pengertian jasa menurut pendapat para ahli
antara lain:
1. Menurut Kotler 2000:428 “Jasa ialah setiap tindakan atau unjuk kerja yang
ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya
bisa dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk.” 2.
Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati 2005:28 ”Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam
pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud intangible bagi pembeli
pertamanya.”
Berdasarkan pengertian jasa d i atas, Tjiptono 2004:18 mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa bagi pembeli pertamanya.
1. Intangibility tidak berwujud. Jasa bebeda dengan barang. Bila barang
merupakan suatu objek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja performance, atau usaha. Oleh sebab
itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi para pelanggan, ketidakpastian dalam pembelian jasa
relatif tinggi karena terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum pembelian dilakukan. Untuk jasa, kualitas
apa dan bagaimana yang akan diteriman konsumen, umumnya tidak diketahui sebelum jasa bersangkutan dikonsumsi.
2. Inseparability tidak dapat dipisahkan. Barang biasa diproduksi, kemudian
dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
3. VariabilityHeterogeneity berubah-ubah. Jasa bersifat variabel karena
merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal
ini dikarenakan jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak
konsisten dalam hal sikap dan perilakunya. 4.
Perishability tidak tahan lama. Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau
kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.
5. Lack of Ownership Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa
dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi,
menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personel atas suatu jasa untuk jangka waktu
terbatas misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan dan pendidikan.