Batas Waktu Pengajuan Perubahan Gugatan

D. Batas Waktu Pengajuan Perubahan Gugatan

Mengenai batas waktu pengajuan perubahan muncul beberapa versi. a. Sampai Saat Perkara Diputus Tenggang batas jangka waktu ini ditegaskan dalam rumusan Pasal 127 Rv yang menyatakan, penggugat berhak mengubah atau mengurangi tuntutan sampai saat perkara diputus. Berarti, selama persidangan berlangsung, penggugat berhak melakukan dan mengajukan perubahan gugatan. Sebagaimana yang diungkapkan Asikin, mendukung penerapan yang demikian. Pada cacatan yang diberikan pada Putusan MA No 943 KSip1987, 1987, 19 September 1985, terdapat penegasan yang memperbolehkan perubahan gugatan selama persidangan. Kita kurang setuju dengan ketentuan batas jangka waktu ini. Pemberian hak melakukan perubahan gugatan sepanjang atau selama proses pemeriksaan, apalagi sampai putusan dijatuhkan ; dianggap merupakan kesewenanga- wenangan tergugat. Dari segi lain, kebolehan yang demikian, secara nyata dan objektif dapat menghambat penyelesaian perkara. Misalnya, pada saat putusan hendak dijatuhkan, penggugat mendadak mengajukan perubahan gugatan yang memerlukan pembelaan dari pihak penggugat. Tindakan tersebut jelas menghambat penyelesaian serta mengandung kesewenang-wenangan dari pihak penggugat. Oleh karena itu, sangat beralasan memodifikasi ketentuan itu ke arah jangka waktu yang layak dan realistik. b. Batas Waktu Pengajuan pada Hari Sidang Pertama Penggarisan batas jangka waktu pengajuan hanya boleh dilakukan pada hari sidang pertama, ditegaskan dalam Buku Pedoman yang diterbitkan MA. 7 Selain harus diajukan pada hari sidang pertama, disyaratkan para pihak harus hadir. Ditinjau dari segi hukum, perubahan gugatan bermaksud untuk memperbaiki dan menyempurnakan gugatan. Oleh karena itu, dianggap tidak realistis membatasinya hanya pada sidang pertama. Terkadang perbaikan atau perubahan itu, baru disadari setelah tergugat menyampaikan jawaban. Oleh karena itu, pedoman batas waktu yang digariskan MA tersebut, dianggap terlampau restriktif. Sangat menghambat hak penggugat melakukan perubahan gugatan. 7 . Ibid.,hlm. 123 7 c. Sampai pada Tahap Replik-Duplik Kalibarang batas jangka waktu pengajuan perubahan yang dianggap layak dan memadai menegakkan keseimbangan kepentingan para pihak adalah sampai tahap replik-duplik berlangsung. Praktik peradilan cenderung menerapkannya. Misalnya, dalam Putusan MA No. 546 KSep1970, menggariskan perubahan gugatan tidak dapat dibenarkan apabila tahap pemeriksaan sudah selesai, konklusinya sudah dikemukakan dan kedua belah pihak telah memohon putusan. Memperhatikan variabel batas jangka yang dikemukakan, terdapat dua pembatasan yang saling bertolak belakang secara ekstrim : - Batas jangka waktu yang ditentukan pada Pasal Rv, dianggap terlampau leluasa memberi hak kepada penggugat melakukan perubahan, mulai dari proses persidangan sampai putusan belum dijatuhkan; - Sebaliknya, pada batas waktu yang digariskan MA dalam Buku Pedoman, dianggap terlampau resriktif atau sempit, hanya memberi hak pada hari sidang pertama. Sehubungan dengan sifat ekstrimitas yang melekat pada kedua penggarisan tersebut, dihubungkan dengan segala kelemahan yang terkandung di dalamnya, kurang tepat untuk menerapkannya. Lebih baik menerapkan tenggang waktu yang bersifat moderat. Membolehkan mengajukan perubahan tidak hanya terbatas pada sidang pertama, tidak juga dibenarkan selama proses pemeriksaan berlangsung, tetapi dibolehkan sampai proses pemeriksaan memasuki tahap replik dan duplik.

E. Penggabungan Gugatan