Teori Paritas Daya Beli purchasing power parity-PPP

internasional, harga dari sejumlah produk yang sama pada dua negara yang berbeda seharusnya setara jika diukur dalam mata uang yang sama. Biaya transportasi, bea masuk dan kuota perdagangan menyebabkan bentuk absolut dari paritas daya beli ini tidak akan terjadi. Paritas daya beli bentuk absolut ini menunjukkan nilai tukar yang dihitung dari perbandingan tingkat harga domestik dengan tingkat harga di luar negeri. b. Paritas Daya Beli Relatif Paritas daya beli bentuk relatif mempertimbangkan bahwa dengan adanya ketidaksempurnaan pasar, seperti adanya bea masuk, biaya transportasi, dan kuota yang berbeda di berbagai negara, harga sejumlah produk pada negara yang berbeda tidak selalu sama jika diukur dalam mata uang yang sama. Salvatore 2011:507, mengungkapkan bahwa “Relative purchasing power parity postulates that the change in the exchange rate over a period time should be proportional to the relative change in the price levels in the two nations over the same period.” Eiteman, dkk 2010:97, daya beli relatif tidak secara khusus membantu menentukan kurs saat ini, tetapi perubahan relatif harga-harga diantara kedua negara selama suatu periode menentukan perubahan nilai tukar selama periode itu. Amalia 2007:85, pada paritas daya beli versi relatif, apabila terjadi perubahan harga di kedua negara, maka nilai tukar antar kedua negara tersebut juga harus mengalami perubahan juga. 2 Turunan Paritas Daya Beli Asumsikan bahwa indeks harga pada negara asal h dan negara asing f adalah setara. Sekarang asumsikan bahwa sepanjang waktu, negara asal mengalami tingkat inflasi sebesar Ih sementara naraga asaing mangalami inflasi sebesar If karena inflasi, indeks harga barang pada negara asal konsumen Ph adalah: Ph 1+Ih Indek harga di negara asing Pf juga akan berubah menjadi: Pf 1+If Jika Ih If dan nilai tukar antara valuta dari dua negara tidak berubah, maka daya beli konsumen atas produk luar negeri lebih besar dari pada daya beli produk domestik. Jika Ih If dan nilai tukar tidak berubah, maka daya beli atas produk domistik lebih besar dari pada daya beli atas produk luar negeri. Teori PPP menyatakan bahwa nilai tukar tidak akan tetap konstan, tetapi akan menyesuaikan diri untuk mempertahankan paritas daya beli. Jika inflasi terjadi dan nilai tukar berubah, maka indeks harga luar negeri dari prespektif konsumen domestik menjadi: Pf 1+If1+ef Dimana ef mewakili presentase perubahan dalam nilai valas yang bersangkutan. Menurut teori PPP, persentase perubahan nilai valas ef harus berubah untuk mempertahankan paritas dalam indeks harga yang baru dari kedua negara, dengan demikian ef dalam kondisi PPP adalah sebagai berikut: Sehingga: Karena indeks harga awalnya diasumsikan sama di kedua negara P h = P f maka: Formula di atas, mencerminkan hubungan antara laju inflasi relatif dengan nilai tukar menurut PPP. Jika Ih If , ef haruslah positif, maka valuta asing yang dimaksud akan mengalami apresiasi terhadap valuta domestik pada saat inflasi domestik melebihi inflasi luar negeri. Sebaliknya, Jika Ih If , ef haruslah negatif, maka valuta asing yang dimaksud akan mengalami depresiasi terhadap valuta domestik pada saat inflasi luar negeri melebihi inflasi domestik.

2.5.2. Teori Dampak Fisher Internasional international fisher effect-IFE

1 Pengertian Teori Dampak Fisher Internasional Berlianta 2005:20, teori International Fisher Effect menunjukkan pergerakan nilai mata uang satu negara dibanding negara lain disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Menurut Madura 2009:311, teori International Fisher Effect IFE menjelaskan bahwa teori ini menggunakan tingkat suku bunga sebagai pengganti inflasi, untuk menjelaskan mengapa kurs berubah sepanjang waktu, namun teori ini sangat terkait dengan teori PPP karena suku bunga sering kali sangat terkait dengan tingkat inflasi. Menurut dampak fisher, tingkat suku bunga bebas risiko nominal mencakup tingkat pengembalian riil dan taksiran inflasi. Jika investor dari seluruh negara menginginkan pengembalian yang sama, perbedaan tingkat suku bunga antar negara mungkin merupakan akibat dari perbedaan taksiran inflasi. Implikasi International Fisher Effect adalah orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara yang suku bunganya tinggi akan terdepresiasi sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang memiliki suku bunga nominal lebih rendah. Negara dengan tingkat suku bunga yang relatif tinggi akan menyebabkan mata uangnya terdepresiasi. Suku bunga nominal yang tinggi mencerminkan taksiran inflasi dan juga akan membentuk risiko gagal bayar atas investasi. Teori dampak fisher internasional Internasional Fisher Effect Theory-IFE Theory adalah teori yang menyatakan tingkat bunga di dua negara yang berbeda dapat terjadi karena adanya perbedaan tingkat inflasi. Pada dasarnya teori IFE hampir sama dengan teori IRP yang menggunakan perbedaan tingkat bunga untuk menjelaskan terjadinya perubahan kurs valuta asing. Teori IFE berhubungan erat dengan teori PPP karena tingkat suku bunga sering kali berkorelasi erat dengan laju inflasi, karena itu dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat bunga yang terjadi antara beberapa negara dapat disebabkan oleh perbedaan tingkat inflasi. Pada teori Paritas Suku Bunga dan teori Purchasing Power Parity memungkinkan kita untuk memperkirakan masa depan nilai tukar diharapkan. Paritas Tingkat Bunga berhubungan dengan suku bunga bebas risiko sementara teori Purchasing Power Parity kurs berhubungan dengan tingkat inflasi. Menempatkan mereka bersama-sama pada dasarnya mengatakan kepada kita bahwa suku bunga bebas risiko yang terkait dengan tingkat inflasi. Hal ini membawa kita ke International Fisher Effect . Efek fisher internasional menyatakan bahwa tingkat bunga riil adalah sama di seluruh negara. Bunga riil sekitar tingkat bebas risiko dikurangi tingkat inflasi. Tingkat suku bunga riil umumnya lebih sering digunakan dibandingkan dengan tingkat suku bunga nominal untuk mengukur pergerakan nilai tukar mata uang. Tingkat suku bunga nominal bukan merupakan alat ukur yang akurat, karena masih terkandungnya unsur inflasi didalamnya.