b 6.12 b Pengaruh TDZ terhadap inisiasi dan multiplikasi kultur in vitro pisang raja bulu (Musa paradisiaca L. AAB Group)

A B Gambar 3. Penampakan Planlet Pisang Rajabulu Juara A Kontrol atau MS0 tanpa Zat Pengatur Tumbuh, B Perlakuan TDZ 0.1 ppm pada 8 MST Tanaman kontrol lebih tinggi dari tanaman yang diberi perlakuan Penggunaan TDZ pada media multiplikasi tunas in vitro pisang berpengaruh sangat nyata pada tinggi. Semakin tinggi konsentrasi TDZ yang diberikan dapat mengurangi tinggi tanaman Gambar 3. Penambahan TDZ 0.1 mgl ke dalam media mengakibatkan penurunan tinggi pisang Rajabulu Juara hingga sepertiganya dibandingkan dengan kontrol pada 10 MST Tabel 4. Al-Wasel 2000 menyatakan bahwa TDZ mampu menginduksi tunas tetapi menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, tanaman harus disubkultur terlebih dahulu ke media MS0 sebelum diaklimatisasi. Tabel 4. Rata-rata Panjang Akar dan Tinggi Tanaman Awal Pisang Rajabulu Juara pada 10 MST Akibat Pengaruh IAA dan TDZ cm Perlakuan Panjang Akar Tinggi Tanaman AUKSIN IAA 0 ppm 15.06 14.06 IAA 3 ppm 14.22 10.41 SITOKININ TDZ 0 ppm 21.00 a 19.11 a TDZ 0.01 ppm 12.62 ab 11.46 b TDZ 0.1 ppm

10.29 b 6.12 b

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 Pada Tabel 4 terlihat penambahan TDZ 0.1 mgl ke dalam media mengakibatkan penurunan panjang akar pisang Rajabulu Juara hingga setengahnya dibandingkan dengan kontrol pada 10 MST. Akar terpanjang didapatkan pada media tanpa penambahan ZPT. Hasil ini searah dengan penelitian Anwar 2007 pada komoditi nenas yang menyatakan bahwa penggunaan TDZ 0.1-0.5 µM yang disertai dengan penambahan konsentrasi auksin yang semakin tinggi cenderung menurunkan panjang akar. Pisang Rajabulu Cianjur Respon Pertumbuhan Respon pertumbuhan yang diamati meliputi jumlah tunas, jumlah daun dan jumlah akar setiap minggu selama kultur 8 MST. Semua data disajikan dalam 7 ulangan. Tabel 5. Rata-rata Jumlah Tunas Pisang Rajabulu Cianjur yang Baru Terbentuk pada Tanaman Awal Akibat Pengaruh IAA dan TDZ cm Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 MST AUKSIN IAA 0 ppm 0.05 0.14 0.24 0.38 0.48 0.48 0.52 0.67 IAA 3 ppm 0.00 0.48 0.62 0.67 0.71 0.71 0.81 0.76 SITOKININ TDZ 0 ppm 0.00 0.71 0.93 1.07 1.14 1.14 1.21 1.14 TDZ 0.01 ppm 0.00 0.00 0.00 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 TDZ 0.1 ppm 0.07 0.20 0.36 0.36 0.50 0.50 0.64 0.85 Pada Tabel Lampiran 9 dapat dilihat bahwa interaksi TDZ dan IAA tidak berpengaruh nyata pada jumlah tunas hingga minggu terakhir pengamatan. Analisis pada faktor tunggal juga memberikan hasil yang sama. Namun, hampir semua perlakuan TDZ dan IAA pada berbagai taraf perlakuan dapat menginduksi tunas, walaupun nilainya masih rendah Tabel 5. Rendahnya jumlah tunas yang dihasilkan oleh semua perlakuan diduga karena sumber eksplan yang digunakan kurang bersifat meristematis telah tua, hasil dari sub kultur ketiga untuk berdiferensiasi dan menginduksi tunas baru. Tunas rata-rata mulai terbentuk pada minggu pertama setelah tanam kecuali pada perlakuan IAA 3 ppm, tunas baru terbentuk pada minggu kedua setelah tanam dan pada penambahan TDZ 0.01 ppm tunas baru terbentuk pada minggu keempat setelah tanam. Jumlah daun pada percobaan ini dihitung dari daun yang telah mekar sempurna. Pada Tabel Lampiran 9 dapat dilihat bahwa interaksi TDZ dan IAA tidak berpengaruh nyata hingga minggu terakhir pengamatan. Penambahan IAA juga tidak berpengaruh nyata hingga minggu terakhir pengamatan. Tunas yang ditanam pada media dengan konsentrasi IAA 3 ppm memiliki jumlah daun yang hampir sama dengan media tanpa penambahan Zat Pengatur Tumbuh. Pemberian TDZ pada beberapa taraf perlakuan juga memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, kecuali pada 6 MST Tabel 6. Pada minggu keenam pertambahan jumlah daun pada media tanpa ZPT lebih tinggi dibandingkan dengan perlakukan lainnya. Pada 7 - 8 MST sidik ragam kembali memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya stagnasi kembali akibat ruang tumbuh yang terbatas sehingga daun yang terbentuk melengkung dan tetap menggulung. Tabel 6. Rata-rata Jumlah Daun Pisang Rajabulu Cianjur yang Baru Terbentuk pada Tanaman Awal Akibat Pengaruh IAA dan TDZ cm Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 MST AUKSIN IAA 0 ppm 0.43 0.76 0.90 1.09 1.62 1.81 2.05 2.09 IAA 3 ppm 0.14 0.43 0.90 1.38 1.57 1.81 2.09 2.19 SITOKININ TDZ 0 ppm 0.14 a 0.57 a 1.00 a 1.36 a 1.78 a

2.21 a 2.57 a