Melarang Tindak Tutur Deklarasi Tindak tutur deklarasi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan

56

4.2.4.1 Mengucapkan selamat

Tuturan berikut merupakan bentuk tuturan mengucapkan selamat. 31 Konteks : Suasana di hari lebaran “…Wonten wekdal punika ngaturaken sugeng riyadi, mohon maaf lahir batin dumateng para rawuh wonten siang punika…” DT 93 “…Saat ini saya mengucapkan selamat hari lebaran, mohon maaf lahir batin kepada para hadirin pada siang hari ini…” Tuturan mengucapkan selamat di hari lebaran adalah wajib bagi orang- orang yang merayakannya. Ucapan selamat pada tuturan di atas merupakan tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur. Penutur mengucapkan hal itu juga meminta maaf kepada mitra tutur atas kesalahannya yang disengaja atau tidak. Ucapan selamat tersebut hanya terjadi setahun sekali dalam perayaannya.

4.2.5 Tindak Tutur Deklarasi Tindak tutur deklarasi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan

penuturnya untuk menciptakan hal status, keadaan yang baru. Dalam penelitian ini penulis menemukan dua jenis tuturan yang termasuk dalam tindak tutur deklarasi, yaitu melarang dan memutuskan. Kedua jenis tindak tutur deklarasi tersebut dapat dijelaskan pada tuturan berikut.

4.2.5.1 Melarang

Tuturan berikut ini merupakan bentuk tuturan melarang. 32 Konteks : Peserta harus memperhatikan keterangan dari pengajar. 57 “…Sampun punika panjang sanget panjenengan nyerat mangke cekap inti-intinipun kemawon…” DT 90 “…Jangan ini panjang sekali anda menulisnya nanti saja cukup inti- intinya saja…” Penutur melarang mitra tutur untuk tidak menulis, tetapi memperhatikan keterangan dari penutur agar tetap mengerti dengan keterangan yang dijelaskan oleh penutur. Untuk itu pada tuturan “…Sampun punika panjang sanget…” kepada mitra tutur penutur melarang untuk menulis. Penggalan wacana berikut juga menyatakan melarang. 33 Konteks : Mengawali pelajaran “…Lan mbok menawi boten lepat panitiya sampun kula aturi rengrengan dados mbok menawi boten perlu nyerat kanthi tlesih…” DT 91 “…Kalau tidak salah panitia sudah saya berikan fotokopi, jadi tidak perlu menulis …” Mitra tutur dilarang menulis karena panitia sudah menyediakan fotokopi untuk dibagikan kepada mitra tutur. Pada tuturan “…mbok menawi boten perlu nyerat…” menunjukkan tindak tutur deklarasi melarang. 4.2.5.2 Memutuskan Tuturan berikut ini merupakan bentuk tuturan memutuskan. 34 Konteks : Penempatan pertemuan berikutnya. “…Para kadhang Pusaka Budhaya pepanggihan salajengipun menawi boten wonten pambeng wonten panggenanipun Mas Kosirin…” DT 88 58 “…Para hadirin Pusaka Budaya pertemuan berikutnya jikalau tidak ada halangan di tempatnya Mas Kosirin…” Penutur memutuskan pada pertemuan yang akan datang berada di rumahnya Mas Kosirin. Tuturan “…Para kadhang pusaka budaya pepanggihan salajengipun menawi boten wonten pambeng wonten panggenanipun Mas Kosirin…” menyatakan telah diputuskan pertemuan berikutnya bertempat di rumahnya Mas Kosirin.

4.3 Tindak Tutur Berdasarkan Kelangsungan Tutur dalam Kursus

Panatacara Permadani Semarang Jenis tuturan yang ditemukan dalam kursus panatacara Permadani Semarang meliputi tindak tutur langsung harfiah dan tidak langsung harfiah.

4.3.1 Tindak Tutur Langsung Harfiah

Tindak tutur langsung harfiah adalah tuturan yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Tuturan yang berjenis langsung harfiah tampak pada penggalan berikut ini. 35 Konteks : Pengajar membicarakan tentang manfaat dari kegiatan kursus. “…menika remen sanget kangge para bapak para ibu mangempal dados mangke basa Jawi boten kathah liwaripun”. “…Hal ini bagus sekali untuk para bapak dan ibu berkumpul, sehingga suatu saat nanti bahasa Jawa tidak akan ada kesalahan”