Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conan

(1)

TINDAK TUTUR DALAM

KOMIK DETEKTIF CONAN

SKRIPSI

OLEH

MARGARETH F. D. S.

NIM 080701011

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2013

Hormat saya


(4)

TINDAK TUTUR DALAM KOMIK DETEKTIF CONAN

OLEH

MARGARETH FHARA DIBA SIMBOLON NIM 080701011

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conan ini merupakan hasil penerapan pendekatan ilmu pragmatik untuk menganalisis jenis tindak tutur dan kategori tindak ilokusi dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan teknik catat.Pada pengkajian data penelitian ini digunakan metode kualitatif deskriptif.Dalam penelitian ini teori yang digunakan teori Austin tentang jenis tindak tutur dan Searle tentang kategori tindak ilokusi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho dan mendeskripsikan kategori tindak ilokusi dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho. Setelah dilakukan analisis terhadap setiap tuturan yang ada, ketiga jenis tindak tutur yaitu: tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi dimiliki oleh percakapan yang terdapat di dalam komik Detektif Conan. dan kategori tindak ilokusi, yaitu: asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif yang ditemukan hanya tiga jenis yaitu: asertif, direktif, dan ekspresif. Dan kategori tindak ilokusi yang paling sering muncul adalah tindak ilokusi asertif yang berjumlah 27 tuturan.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan anugerah-Nyalah yang membuat penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conan”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dengan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr . Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan kepada Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP. selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia.

3. Ibu Dra. Mascahaya, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu membimbing penulis dalam pembahasan dan cara penulisan skripsi serta memberi masukan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.


(6)

4. Bapak Drs. Amhar Kudadiri, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah menyediakan waktu membimbing penulis dalam penulisan skripsi serta memberi masukan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Khusus dan istimewa kepada kedua orang tua penulis bapak R. Simbolon

yang selalu bersikap tegas dalam mendidik penulis sejak kecil hingga saat ini dan Ibu T. Situmorang yang selalu menjadi sosok ibu yang lembut dan penuh kasih sayang serta kepada saudara-saudara penulis yaitu ketiga adik penulis: Maria Falentina Debora Simbolon, Rugun Martauli Feronika Simbolon, dan Raya Marito Simbolon beserta keluarga besar yang tidak mungkin saya sebutkan namanya satu persatu.

6. Sahabat-sahabatku tersayang sekaligus teman seperjuangan: Riyeni, Novita, Margaret, Lucy, Rika, Ida Parida, Sariana, Martalisa, Tetty, dan Dina yang telah mendukung dan membantu penulis serta mendoakan penulis.

7. Teman-teman seangkatan 2008 Departemen Sastra Indonesia, Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. 8. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak


(7)

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan berpikir bagi setiap orang yang membaca.

Medan, September 2013 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep ... 7

2.1.1 Tindak Tutur ... 7

2.1.2 Komik ... 7

2.1.3 Sinopsis Komik Detektif Conan ... 8

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Pragmatik ... 10

2.2.2 Aspek Situasi Tutur ... 10


(9)

2.2.4 Konteks ... 15

2.3 Tinjauan Pustaka ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Sumber Data dan Data ... 19

3.1.1 Sumber Data ... 19

3.1.2 Data ... 19

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data ... 20

BAB IV PEMBAHASAN ... 25

4.1 Menemukan Tindak Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi ... 25

4.2 Menentukan Kategori Ilokusi ... 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(10)

TINDAK TUTUR DALAM KOMIK DETEKTIF CONAN

OLEH

MARGARETH FHARA DIBA SIMBOLON NIM 080701011

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conan ini merupakan hasil penerapan pendekatan ilmu pragmatik untuk menganalisis jenis tindak tutur dan kategori tindak ilokusi dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan teknik catat.Pada pengkajian data penelitian ini digunakan metode kualitatif deskriptif.Dalam penelitian ini teori yang digunakan teori Austin tentang jenis tindak tutur dan Searle tentang kategori tindak ilokusi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho dan mendeskripsikan kategori tindak ilokusi dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho. Setelah dilakukan analisis terhadap setiap tuturan yang ada, ketiga jenis tindak tutur yaitu: tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi dimiliki oleh percakapan yang terdapat di dalam komik Detektif Conan. dan kategori tindak ilokusi, yaitu: asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif yang ditemukan hanya tiga jenis yaitu: asertif, direktif, dan ekspresif. Dan kategori tindak ilokusi yang paling sering muncul adalah tindak ilokusi asertif yang berjumlah 27 tuturan.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, diharapkan masyarakat umum khususnya generasi muda harus memiliki minat baca yang tinggi.Hal tersebut bertujuan agar generasi muda semakin mampu mengembangkan pola pikir sehingga dapat lebih mudah mencerna segala informasi yang diterima.Media yang umum digunakan untuk meningkatkan minat baca generasi muda adalah dengan membuat berbagai media tulis yang mampu menarik perhatian mereka.Salah satu media tulis tersebut adalah komik.

Istilah komik sebagai salah satu media tulis sudah tidak asing lagi.Komik dianggap sebagai media yang mampu menarik minat baca generasi muda karena isi dari komik tersebut mudah dicerna dan umumnya memuat cerita yang lucu (Setiawan dalam Sobur, 2004: 137), dan memberi nasihat kepada pembacanya.Selain itu komik juga dapat mengajak para pembacanya untuk ikut atau merasakan situasi yang disampaikan penulis melalui cerita yang dibuatnya.Dengan demikian para pembaca terdorong untuk mengetahui maksud dari cerita tersebut.

Sama halnya dengan buku, komik sebagai media tulis juga dapat mengembangkan wawasan, daya tanggap serta kreativitas pembacanya.Kita mengetahui bahwa buku dan komik tidak jauh berbeda.Hal tersebut dikatakan demikian karena buku dan komik sama-sama merupakan wacana tulis.Dalam


(12)

hirarki gramatikal, wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, dan kata yang membawa amanat yang lengkap (Kridaklaksana, 2008: 259).

Dengan demikian, secara umum kita mengetahui perbedaan buku dengan komik terletak hanya pada bentuk serta isinya. Buku yang merupakan wacana tulis biasanya berbentuk karangan ilmiah dengan menggunakan kata-kata baku yang sesuai dengan EyD, seperti buku pelajaran (buku teks) sedangkan komik yang juga merupakan wacana tulis tidak selamanya menggunakan kata-kata baku karena wacana komik biasanya berbentuk dialog (percakapan) yang tidak terikat pada norma-norma penulisan ilmiah dan disertai gambar sebagai pendukung cerita komik tersebut. Kemudian dilihat dari segi isi, buku umumnya mengajak pembaca untuk mengerti dan memahami suatu hal (ilmu) yang tidak diketahui sebelumnya sehingga jika membaca buku akan menambah ilmu pengetahuan pembacanya, sedangkan komik umumnya mengajak pembaca untuk berkomunikasi dan terlibat di antara tokoh-tokoh yang ada dalam komik tersebut sehingga mengajak pembaca untuk mengembangkan daya imajinasinya.

Komik awalnya dikenal oleh bangsa Perancis mulai tahun 1957 (http://id.wikipedia.org/wiki/komik) dalam bahasa Perancis tidak ditemukan padanan yang tepat untuk kata Inggris comics yang merupakan perwujudan utama dari segala gambar. Tidak adanya istilah lain, sehingga digunakan istilah bande dessinee yang memiliki arti sama dengan comics (Bonneff, 1998: 9). Berdasarkan bentuknya komik dibedakan menjadi dua bentuk yaitu comic-strips dan


(13)

comic-books.Comic-strips adalah komik bersambung yang terdapat dalam surat kabar sedangkan comic-books adalah komik yang berbentuk buku yang hanya memiliki satu cerita walaupun diterbitkan dalam banyak seri (Bonneff, 1998: 9).

Komik Detektif Conan merupakan comic-books yaitu komik yang berbentuk buku.Komik Detektif Conan juga mempunyai banyak seri.Hampir semua seri pada komik Detektif Conan bercerita tentang petualangan Conan sebagai tokoh utama dalam memecahkan kasus yang terjadi di sekitarnya, sehingga membuat pembaca tertarik untuk membacanya.

Komik Detektif Conan (http://id.wikipedia.org/wiki/Detektif_Conan) adalah sebuah serial komik detektif yang ditulis dan digambar oleh Aoyama Gosho.Sejak tahun 1994 cerita ini dipublikasikan pada majalah Mingguan Shōnen Sunday yang terbit di Jepang.Komik Detektif Conan merupakan sebuah komik yang bercerita tentang detektif cilik Conan Edogawa (tokoh utama) yang sebenarnya adalah detektif SMU terkenal bernama Shinichi Kudo.Sambil memecahkan banyak kasus sulit, dia mengejar organisasi hitam yang telah mengubah tubuhnya menjadi anak kecil.Conan adalah karakter fiksi yang diciptakan oleh Aoyama Gosho yang merupakan tokoh utama dari serial komik Detektif Conan.

Detektif Conan telah diterbitkan secara terus menerus di majalah Antologi MangaMingguan Shonen Sunday sejak tahun 1994 dan telah dikumpulkan dalam 73 seri tankobon1 sampai September 2011. Dalam versi bahasa Indonesia, Detektif Conan diterbitkan oleh Elex Media Komputindo yang telah menerbitkan hingga

1


(14)

66 seri sampai Maret 2012 (http://id.wikipedia.org/wiki/Detektif_Conan). Adapun alasan penulis memilih komik ini sebagai objek penelitian karena komik merupakan cerita fiksi, juga isi dari komik ini dapat mengajak pembaca untuk berfikir dan berimajinasi agar dapat memecahkan kasus yang dihadapi oleh tokoh dalam komik ini.

Penulis akan meneliti percakapan pada komik Detektif Conan yang difokuskan pada jenis tindak tutur dan kategori tindak tutur dengan menggunakan ilmu kajian pragmatik. Penelitian ini dikaji dengan tinjauan pragmatik dengan alasan, bahwa segi kebahasaan yang terdapat dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan banyak muncul keterkaitan bahasa dengan unsur-unsur eksternalnya yang menjadi ciri khas dari ilmu pragmatik.

Seperti diungkapkan oleh I Dewa Putu Wijana bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (1996: 1). Pragmatik memiliki ruang lingkup yaitu: variasi bahasa, tindak berbahasa/ tindak tutur, implikatur percakapan, teori deiksis, praanggapan, prinsip kerjasama, prinsip kesopanan. Dalam hal ini penulis memfokuskan pada kajian jenis tindak tutur, yaitu: (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi serta kategori tindak tutur, yaitu: (1) asertif, (2) direktif, (3) komisif, (4) ekspresif, dan (5) deklaratif dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan.


(15)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah jenis tindak tutur dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho?

2. Bagaimanakah kategori tindak ilokusi dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho?

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan ini membatasi ruang lingkup permasalahan, dengan tujuan agar penelitian ini jelas dan terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada masalah jenis tindak tutur dan kategori tindak ilokusi dalam komik Detektif Conan dengan menggunakan pendekatan ilmu pragmatik.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho.

2. Mendeskripsikan kategori tindak ilokusi dalam dialog (percakapan) komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho.


(16)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan teori-teori dan penerapannya tentang kajian linguistik terapan khususnya ilmu pragmatik terutama dalam dialog (percakapan) pada komik.

2. Dengan adanya penelitian ini dapat menambah kajian analisis pragmatik khususnya pemakaian tindak tuturdengan objek kajian komik.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berarti dalam pemahaman dialog (percakapan) dalam komik Detektif Conan terutama dalam hal memahami jenis tindak tutur dan kategori tindak ilokusi khususnya kepada para peminat ilmu pragmatik.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan terutama dalam penelitian mengenai jenis tindak tutur dan kategori tindak ilokusi dalam dialog (percakapan).

3. Menambah ilmu pengetahuan bagi penulis komik Indonesia bagaimana cara baru penulis komik asing dalam hal menuangkan isi pikiran dalam mempergunakan bahasa.


(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret(KBBI, 2005: 588).

2.1.1 Tindak Tutur

Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan sangat penting di dalam pragmatik.Hal tersebut karena tindak tutur merupakan satuan analisis pragmatik.Pada tahun 1962, Austin dalam bukunya yang berjudul How to do Things with Words mengatakan bahwa dalam mengujarkan sebuah kalimat tertentu dipandang sebagai melakukan tindakan (act), di samping mengucapkan kalimat tersebut. Austin membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran, yaitu: lokusi, ilokusi, dan perlokusi, maka Searle (1979) dalam bukunya Speech Acts Theory and Pragmatics, ia membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima kategori yaitu: asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.

2.1.2 Komik

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri (http://id.wikipedia.org/wiki/Komik).


(18)

2.1.3 Sinopsis Komik Detektif Conan

Shinichi Kudo seorang detektif SMA berusia 17 tahun yang biasanya membantu polisi memecahkan kasus, diserang oleh 2 anggota sindikat misterius ketika mengawasi sebuah pemerasan.Ia kemudian diberi minum racun misterius yang baru selesai dikembangkan untuk membunuhnya. Namun, sebuah efek samping yang jarang terjadi yang tidak diketahui anggota sindikat tersebut, racun tersebut mengakibatkan tubuhnya mengecil seperti anak kecil berusia tujuh tahun setelah mereka meninggalkannya.

Untuk menyembunyikan identitasnya dan untuk menginvestigasi keadaan sindikat tersebut, yang selanjutnya dikenal dengan namaOrganisasi Berbaju Hitam atau Organisasi Hitam. Dia menyamarkan namanya menjadi Conan Edogawa.Untuk mencari jejak sindikat tersebut, dia tinggal bersama dengan teman sejak kecilnya bernama Ran Mouri yang ayahnya, Kogoro Mouri, merupakan seorang detektif swasta.Dia bersekolah di SD Teitan dan membentuk Grup Detektif Cilik dengan 3 teman sekelasnya, yaitu: Ayumi Yoshida, Mitsuhiko Tsuburaya, dan Genta Kojima. Meskipun tubuhnya mengecil, ia tetap memecahkan kasus. Biasanya ia menyelesaikan kasus-kasus tersebut dengan meniru suara Kogoro Mouri dengan alat yang diciptakan oleh tetangganya, Profesor Agasa.

Kogoro Mouri seorang detektif yang agak bodoh awalnya bingung pada kemampuan memecahkan kasusnya meningkat secara mendadak. Kemudian ia tidak heran karena ia senang ketenarannya semakin meningkat. Ran Mouri pernah


(19)

beberapa kali mencurigai bahwa Conan adalah Shinichi. Namun, kecerdikan Conan membuat Ran pun percaya bahwa Conan bukanlah Shinichi.

Selanjutnya dalam seri ini, tokoh utama lainnya, Ai Haibara muncul. Ai adalah seorang mantan anggota Organisasi Hitam yang memiliki nama sandi "Sherry". Nama aslinya adalah Shiho Miyano.Dia seorang ilmuan yang mengembangkan racun APTX 4869 yang membuat tubuh Shinichi mengecil. Setelah kakaknya secara kejam dibunuh oleh anggota Organisasi Hitam, ia mencoba keluar dari organisasi itu namun ia ditangkap. Dia mencoba bunuh diri dengan menelan pil APTX 4869 namun ternyata tubuhnya mengecil, dan dia berhasil kabur dari organisasi tersebut.

Dia kemudian bersekolah di SD Teitan dengan nama samaran "Ai Haibara". Dia mengetahui identitas asli Conan dan membantunya dalam perjuangan Conan untuk menjatuhkan Organisasi Hitam.Kemudian, Conan terlibat dengan Biro Investigasi Federal (FBI), dan mereka berhasil menangkap Kir seorang anggota Organisasi Hitam. Kir kemudian diketahui merupakan seorang agen CIA yang menyamar, dan berjanji akan memberi informasi tentang Organisasi Hitam kepada FBI. Mereka kemudian mengembalikan Kir ke organisasi tersebut. Kemudian, dia memberitahukan kepada FBI bahwa di Organisasi Hitam ada seorang anggota baru dengan nama sandi Bourbon.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada, baik di lapangan maupun kepustakaan. Selain


(20)

itu, landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

2.2.1 Pragmatik

Leech (dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:8) pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations).Sedangkan I Dewa Putu Wijana (1996: 1) mengatakan bahwa

“pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi”.

2.2.2 Aspek Situasi Tutur

Pragmatik adalah ilmu yang sangat berkaitan dengan adanya situasi yang ditafsirkan. Inilah yang membedakan antara pragmatik dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti halnya semantik, yang dapat memperoleh makna tanpa harus menggunakan konteks atau situasi. Adapun pragmatik adalah ilmu yang memerlukan konteks atau situasi, karena tanpa adanya situasi maka kita tidak dapat menafsirkan maksud dari tuturan yang diujarkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam hal ini Leech (dalam edisi terjemahan M.D.D. Oka, 1993: 19-20) membedakan fenomena ilmu pragmatik dengan ilmu lainnya, yaitu menggunakan salah satu dari beberapa aspek situasi ujar berikut ini.

a. Yang menyapa (penutur) atau yang disapa (lawan tutur)

Percakapan dilakukan oleh penutur dan mitra tutur yang berkomunikasi satu sama lain. Penutur mengujarkan tuturannya kepada lawan tutur, kemudian tuturan atau isi pesan yang terdapat dalam tuturan itu ditangkap


(21)

oleh lawan tutur.Maka lawan tutur harus mampu menafsirkan maksud dari tuturan yang diujarkan oleh penutur.

b. Konteks sebuah tuturan

Konteks diartikan sebagai aspek yang bergayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Konteks juga merupakan suatu pengetahuan latar belakang yang sama, yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur, dan membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.

c. Tujuan sebuah tuturan

Sebuah tuturan memiliki tujuan tertentu untuk mendapatkan kesepakatan antara penutur dan lawan tutur. Hal tersebut tentu saja memerlukan latar belakang atau pengetahuan yang sama, yang dimiliki antara si penutur dan lawan tutur dengan menggunakan kerja sama antara penutur dengan lawan tutur untuk mencapai kesepakatan bersama. Tujuannya sendiri dapat berarti sebuah maksud, karena dalam ilmu pragmatik satu tuturan berarti mempunyai berbagai maksud, dan satu maksud dapat diujarkan melalui berbagai tuturan.

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar

Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan yang berkaitan dengan maksud ilokusi, yaitu saying something doing something.Dalam hal ini sebuah tuturan yang diujarkan oleh penutur menimbulkan suatu tindakan dari lawan tutur atau pendengar.Seperti dikatakan oleh Leech (dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:20) bahwa pragmatik berurusan dengan


(22)

tindak-tindak atau performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu.

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Produk tindak verbal sama halnya seperti tindakan atau kegiatan tindak ujar. Maka tuturan pun dapat digunakan dalam pengertian lain, yaitu sebagai produk suatu tindak verbal.

2.2.3 Tindak tutur

Teori tindak tutur sendiri (speech acts) berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris yaitu John L. Austin, pada tahun 1955 di Universitas Harvard, yang kemudian diterbitkan pada tahun 1962 dengan judul How To Do Things With Word. Kemudian dikembangkan oleh Searle secara mantap dalam bukunya yang berjudul Speech Acts : An Easy in the Philosophy of Language. Menurutnya, dalam semua interaksi lingual terdapat tindak tutur. Interaksi lingual bukan hanya lambang, kata atau kalimat, melainkan lebih tepatnya bila disebut produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.

Dalam bukunya How To Do Things With Words, Austin membedakan tuturan yang kalimatnya bermodus deklaratif menjadi dua yaitu konstatif dan performatif. Tindak tutur konstatif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji benar atau salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia. Sedangkan tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu, pemakai bahasa tidak dapat mengatakan bahwa tuturan itu salah atau benar tetapi sahih atau tidak.


(23)

Berdasarkan ilmu pragmatik ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu: (1) lokusi, (2) ilokusi, dan (3) perlokusi. Ketiga jenis tindak tutur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

(1) Lokusi dari suatu ucapan adalah makna dasar dan referensi dari ucapan itu (Austin dalam Siregar, 1997: 38).

(2) Ilokusi dari suatu ucapan adalah daya yang ditimbulkan oleh pemakainya sebagai suatu perintah, ejekan, keluhan, pujian, dan sebagainya (Austin dalam Siregar, 1997: 38).

(3) Perlokusi dari suatu ucapan adalah hasil dari apa yang diucapkan pada pendengarnya (Austin dalam Siregar, 1997: 38).

Apabila Austin membagi tuturan berdasarkan jenisnya menjadi tiga jenis, yaitu tuturan lokusi, ilokusi, dan perlokusi, maka Searle (dalam Tarigan, 1990: 47-48) mengembangkan berdasarkan kategorinya menjadi lima. Ia membagi tindak ilokusi menjadi lima kategori berikut ini.

(1) Asertif

Tindak tutur asertif melibatkan penutur pada kebenaran proposisi yang diekspresikan. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini, misalnya: menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan.

(2) Direktif

Tindak tutur direktif merupakan usaha si penutur untuk meminta si pendengar melakukan sesuatu. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis


(24)

tindak tutur ini, misalnya: memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan.

(3) Komisif

Tindak tutur komisif melibatkan penutur pada beberapa tindakan yang akan datang. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini, misalnya: menjanjikan, bersumpah, menawarkan, memanjatkan (doa). (4) Ekspresif

Tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis penutur. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini, misalnya: mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya.

(5) Deklaratif (Leach dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:328-329 mengatakan deklarasi)

Tuturan deklarasi mengungkapkan adanya kesesuaian antara isi proposisional dengan realitas.Isi pernyataan dari tuturan deklarasi ini dilakukan oleh seseorang yang mempunyai wewenang khusus dalam lembaga tertentu.Contoh klasik adalah hakim yang menjatuhkan hukuman, pendeta yang membabtis anak-anak, orang yang terkemuka yang menamai kapal dan sebagainya. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini, misalnya: menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membabtis, memberi nama, menamai, mengucilkan, mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, memvonis, dan sebagainya.


(25)

2.2.4 Konteks

Dell Hymes (dalam Chaer, 1995: 62), seorang pakar sosiolinguistik terkenal mengatakan bahwa peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkai menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah:

S (= Setting and Scene) P (= Participants)

E (= Ends: purpose and goal) A (= Act sequence)

K (= Key: tone or spirit of act) I (= Instrumentalities)

N (= Norms of interactions and interpretation) G (= Genres)

Setting and scene. Di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, dan situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi.Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras, tetapi di ruang perpustakaan harus seperlahan mungkin.

Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim atau penerima


(26)

pesan. Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar, tetapi sebagai pengkotbah di mesjid, kothib sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran.Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya seorang anak akan menggunakan ragam bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orangtuanya atau gurunya bila dibandingkan kalau dia berbicara dengan teman-teman sebayanya.

Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.Peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan kasus perkara.Namun para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda.Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil.Dalam peristiwa tutur di ruang kuliah, dosen yang cantik itu berusaha untuk menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami mahasiswanya.Namun, barang kali di antara para mahasiswa itu ada yang datang hanya untuk memandang wajah dosen yang cantik itu.

Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam perkuliahan umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda.Begitu juga dengan isi yang dibicarakan.

Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan


(27)

sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.

Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon.Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek, atau register.

Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara.

Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2005:1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI, 2005: 912). Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk ditinjau dalam penelitian ini, adapun sumber tersebut adalah sebagai berikut.

Maharani (2007) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Percakapan Dalam Komik Asterix.Ia membahas tentang jenis-jenis tindak tutur percakapan berdasarkan teori J.L. Austin yaitu tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi serta analisis pasangan berdampingan yang terdapat dalam percakapan komik Asterix seri ke-20.


(28)

Farida Malau (2009) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Dalam Seri Cerita Kenangan Agenteuil Hidup Memisahkan Diri Karya NH.Dini.Ia membahas tentang jenis-jenis tindaktutur berdasarkan teori Searle, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur deklaratif dan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur dalam Seri Cerita Argenteuil Hidup Memisahkan Diri disimpulkan bahwa hanya terdapat empat jenis tindak tutur saja yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif dan tindak tutur deklaratif sedangkan tindak tutur ekspresif tidak ada ditemukan.

Nelly Yani (2006) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi Dalam Wacana Komik di Majalah Annida.Ia membahas tentang tindak tutur ilokusi berdasarkan pendapat Searle, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur deklaratif dan tindak tutur ekspresif.

Dari beberapa penelitian terdahulu di atas, dapat diketahui bahwa penelitian Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conanbelum pernah diteliti.Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian khususnya jenis tindak tutur dan kategori tindak tutur.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data dan Data 3.1.1 Sumber Data


(29)

Farida Malau (2009) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Dalam Seri Cerita Kenangan Agenteuil Hidup Memisahkan Diri Karya NH.Dini.Ia membahas tentang jenis-jenis tindaktutur berdasarkan teori Searle, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur deklaratif dan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur dalam Seri Cerita Argenteuil Hidup Memisahkan Diri disimpulkan bahwa hanya terdapat empat jenis tindak tutur saja yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif dan tindak tutur deklaratif sedangkan tindak tutur ekspresif tidak ada ditemukan.

Nelly Yani (2006) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi Dalam Wacana Komik di Majalah Annida.Ia membahas tentang tindak tutur ilokusi berdasarkan pendapat Searle, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur deklaratif dan tindak tutur ekspresif.

Dari beberapa penelitian terdahulu di atas, dapat diketahui bahwa penelitian Tindak Tutur dalam Komik Detektif Conanbelum pernah diteliti.Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian khususnya jenis tindak tutur dan kategori tindak tutur.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data dan Data 3.1.1 Sumber Data


(30)

Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Sudaryanto, 1993:34). Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah dialog atau percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam komik Detektif Conan edisi 56.

3.1.2 Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Sudaryanto, 1993:3). Adapun data dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang mengandung tindak tutur pada dialog (percakapan) komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho edisi 56 yang terbit pada tahun 2010.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9).Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak. Metode ini dinamakan demikian mengingat pelaksaan metode ini dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133) data dikumpulakan dengan cara menyimak atau membaca komik yang dijadikan sumber data. Metode simak ini diwujudkan dengan menggunakan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 135) teknik catat ini digunakan untuk mencatat data-data yang dibutuhkan.


(31)

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul mulailah diadakan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalah penelitian yang telah ditetapkan.Pekerjaan analisis data mempunyai pengertian mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengategorikannya (Lexi J. Moloeng,1998: 103).Langkah analisis data ini adalah langkah terpenting untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang ingin dipecahkan.Metode yang digunakan penulis dalam analisis data pada penelitian ini adalah digunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexi J. Moloeng, 1998: 3). Istilah deskriptif maksudnya adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Lexi J. Moloeng, 1998: 6).


(32)

Bentuk Tuturan:

(1) Masataka Moroguchi (novelis misteri) : Anabuki, kamu punya penggaris? (2) Harue Anabuki (redaksi majalah) : I, iya. Tapi ini meteran.

(3) Masataka Moroguchi (novelis misteri) : Sudah kuduga.

Huruf namaku, kok lebih kecil 1 mili dari nama penulis lainnya? Kau melecehkanku, ya?

(4) Harue Anabuki (redaksi majalah) : Ti, tidak!

Soalnya huruf sebesar itu lebih pas. (5) Masataka Moroguchi (novelis misteri) : Kalau gitu, kecilkan juga huruf

penulis yang lain!! Kamu nggak berguna!

(sambil memukul menggunakan majalah)

(6) Harue Anabuki (redaksi majalah) :Maafkan aku, tak akan kuulangi lagi.


(33)

Konteks Tuturan:

Tuturan dilakukan di ruang tamu rumah Moraguchi, partisipan yang terlibat dalam peristiwa tutur tersebut ada dua orang yaitu Anabuki dan Moraguchi yang saling bertukar peran sebagai penutur dan lawan tutur. Adapun maksud dan tujuan tuturan dilakukan adalah untuk meminta penjelasan perihal penulisan nama Moraguchi yang ditulis oleh Anabuki.

Contoh percakapan di atas dianalisis dengan menggunakan teori tindak tutur yang dijadikan landasan teori pada penelitian ini. Teori tindak tutur dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi dan (3) tindak perlokusi. Kemudian data di atas akan dianalisis sebagai berikut.

Tuturan

Tindak

Lokusi Ilokusi Perlokusi

(1) Anabuki, kamu punya penggaris? „sebuah pertanyaan yang menanyakan penggaris kepada

lawan tutur‟

„meminta penggaris

dari Anabuki (lawan

tutur)‟

„lawan tutur

bereaksi dan memberi

meteran‟

(2) I, iya. Tapi ini meteran.

„sebuah

pernyataan bahwa ini

meteran‟

„memberi tahu bahwa penutur memiliki meteran‟ „memberikan meteran kepada Moraguchi (lawan tutur)‟ (3) Sudah kuduga. Huruf namaku kok lebih kecil 1 mili dari nama penulis lainnya? Kau melecehkanku, ya? „sebuah pernyataan dan pertanyaan mengenai penulisan nama lebih kecil 1 mili dari nama penulis lainnya dan menanyakan apakah Anabuki „Moraguchi (penutur) sudah menduga mengenai pengecilan

huruf nama penutur‟

„membuat

Anabuki (lawan tutur) merasa


(34)

melecehkan Moraguchi

(penutur)‟

(4) Ti, tidak! Soalnya huruf sebesar itu lebih pas.

„sebuah

pernyataan bahwa ukuran huruf yang digunakan sudah

pas‟

„Anabuki (penutur)

memberi tahu bahwa huruf yang

digunakannya sudah pas‟ „Moraguchi (lawan tutur) menyuruh Anabuki (penutur) untuk mengecilkan huruf penulis lain dan

memukulnya‟

(5) Kalau gitu, kecilkan juga huruf penulis yang lain!! Kamu nggak berguna! (sambil memukul menggunakan majalah) „sebuah perintah mengecilkan huruf nama penulis yang

lain‟

„Moraguchi (penutur)

memerintah Anabuki (lawan tutur) untuk mengecilkan nama

penulis yang lain‟

„Anabuki (lawan tutur) meminta maaf kepada Moraguchi (penutur) perihal penulisan nama‟ (6) Maafkan aku, tak akan kuulangi lagi.

„sebuah

pernyataan dan janji tak akan

mengulangi‟ „Anabuki (penutur) meminta maaf kepada Moraguchi (lawan tutur) „Moraguchi (lawan tutur) menjawab dengan perasan kesal terhadap Anabuki (penutur)‟ (7) Huh! Tentu saja! „sebuah pernyataan menyalahkan‟ „Moraguchi (penutur) menyalahkanAnabuki (lawan tutur)‟ -

Setelah dianalisis berdasarkan jenisnya, dilanjutkan dianalisis berdasarkan kategori tindak tutur. Tindak ilokusi dibagi menjadi lima kategori yaitu: (1) Asertif, (2) Direktif, (3) Komisif, (4) Ekspresif, dan (5) Deklaratif.

Contoh analisis sebagai berikut.

Ilokusi tuturan (1) adalah meminta penggaris dari Anabuki (lawan tutur), memintaadalah tindak tutur ilokusi kategori direktif karena pada tuturan (1) penutur membuat pengaruh agar lawan tutur melakukan suatu tindakan.Ilokusi


(35)

adalah tindak tutur ilokusi kategori asertif karena pada tuturan (2) penutur diikat pada kebenaran proposisi yang dituturkan. Ilokusi tuturan (3) adalah Moraguchi (penutur) sudah menduga mengenai pengecilan huruf nama penutur, mendugaadalah tindak tutur ilokusi kategori asertif karena pada tuturan (3) penutur diikat pada kebenaran proposisi yang dituturkan. Ilokusi tuturan (4) adalah Anabuki (penutur) memberi tahu bahwa huruf yang digunakannya sudah pas, memberi tahu adalah tindak tutur ilokusi kategori asertif karena pada tuturan (4) penutur diikat pada kebenaran proposisi yang dituturkan. Ilokusi tuturan (5) adalah Moraguchi (penutur) memerintahkan Anabuki (lawan tutur) untuk mengecilkan nama penulis yang lain, memerintahkan adalah tindak tutur ilokusi kategori direktif karena pada tuturan (5) penutur membuat pengaruh agar lawan tutur melakukan suatu tindakan. Ilokusi tuturan (6) adalah Anabuki (penutur) meminta maaf kepada Moraguchi (lawan tutur), meminta maafadalah tindak tutur ilokusi kategori ekspresif karena pada tuturan (6) penutur mengekspresikan sikap psikologis terhadap keadaan lawan tutur dan ilokusi tuturan (7) adalah Moraguchi (penutur) menyalahkan Anabuki (lawan tutur), menyalahkan adalah tindak tutur ilokusi kategori ekspresif karena pada tuturan (7) penutur mengekspresikan sikap psikologis terhadap keadaan lawan tutur.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Menemukan Tindak Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi


(36)

Bentuk Tuturan:

(1) Harue Anabuki (redaksi majalah) : Pak Morouguchi? Sudah jam 5 pagi, lho!

(2) Kogoro Mouri (detektif) : Ng? Masih tidur ya?

(3) Harue Anabuki (redaksi majalah) : I, iya. Dia mungkin kerja sampai larut malam

(4) Kogoro Mouri (detektif) : Pakai kunci duplikat saja dan bangunkan dia!

(5) Harue Anabuki (redaksi majalah) : Tapi, kunci duplikatnya tidak ada. Pak Moroguchi tidak suka kamarnya dimasuki orang lain

Dia takut naskahnya dicuri


(37)

Tuturan dilakukan di depan kamar tidur Moraguchi, partisipan yang terlibat dalam peristiwa tutur tersebut ada dua orang yaitu Anabuki dan Mouri yang saling bertukar peran sebagai penutur dan lawan tutur. Adapun maksud dan tujuan tuturan dilakukan adalah membangunkan Moraguchi.

Tabel 1. Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat Pada Percakapan Data 2

Tuturan

Tindak

Lokusi Ilokusi Perlokusi

(1) Pak Morouguchi? Sudah jam 5 pagi, lho!

„sebuah berita

sudah jam 5 pagi‟ „memberitahukan kepada Morouguchi bahwa sudah jam

5 pagi‟ „Mouri (lawan tutur) bertanya kepada Anabuki (penutur) dengan keadaan menguap‟

(2) Ng? Masih tidur ya? „sebuah pertanyaan kepada Anabuki‟ „menanyakan kepada Anabuki (lawan tutur) apakah Morouguchi masih tidur‟ „Anabuki (lawan penutur) menjawab pertanyaan) Mouri (penutur) dengan gugup‟

(3) I, iya. Dia mungkin kerja sampai larut malam „sebuah pernyataan dia mungkin kerja sampai larut malam‟ „Anabuki (penutur) memberitahukan kepada Mouri (lawan tutur) bahwa dia (Morouguchi) mungkin kerja sampai larut malam‟ „Mouri (lawan tutur) memberi saran kepada Anabuki (penutur) untuk menggunakan kunci duplikat‟ (4) Pakai kunci duplikat saja dan bangunkan dia!

„sebuah saran dan

perintah untuk memakai kunci duplikat dan membangunkan dia (Morouguchi)‟ „Mouri (penutur) menyarankan dan memerintahkan Anabuki (lawan tutur) untuk memakai kunci dan membangunkan dia (Morouguchi)‟ „Anabuki (lawan tutur) memberi jawaban kepada Mouri (penutur) bahwa kunci


(38)

(5) Tapi, kunci duplikatnya tidak ada. Pak

Moroguchi tidak suka kamarnya dimasuki orang lain

Dia takut

naskahnya dicuri

„sebuah

pernyataan dan alasan kunci duplikatnya tidak ada. Pak

Morouguchi tidak suka kamarnya di masuki orang lain. Dia takut

naskahnya dicuri‟

„Anabuki

(penutur)

memberitahukan kunci duplikatnya tidak ada dengan alasan karena Morouguchi tidak suka kamarnya di masuki orang lain. Dia takut

naskahnya dicuri‟

-

Data 3

Bentuk Tuturan:

(1) Conan (detektif) : Nenek penghuni rumah ini? (2) Iwae Tanaka (nenek) : Ya, benar.

(3) Conan (detektif) : Maaf, boleh nginap semalam nggak? Ban mobil kami kempes.


(39)

(4) Iwae Tanaka (nenek) : Ooh! Bilang dari tadi, dong! Kupikir kalian anak-anak nakal dari kaki bukit yang suka merusak ladangku.Tapi tak ada makanan enak. Masuklah kalau itu bukan masalah!

(5) Profesor Agasa : Terimakasih!

Konteks Tuturan:

Tuturan dilakukan di halaman rumah seorang nenek yang bernama Iwae Tanaka, partisipan yang terlibat dalam peristiwa tutur tersebut ada tiga orang yaitu Iwae Tanaka, Conan dan Profesor Agasa yang saling bertukar peran sebagai penutur dan lawan tutur. Adapun maksud dan tujuan tuturan dilakukan adalah meminta ijin kepada Iwae Tanaka untuk menginap di rumahnya karena ban mobil Profesor Agasa kempes.

Tabel 2. Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat Pada Percakapan Data 3

Tuturan

Tindak

Lokusi Ilokusi Perlokusi

(1) Nenek penghuni rumah ini?

„sebuah

pertanyaan kepada Iwae

Tanaka‟

„menanyakan

kepada nenek (lawan tutur) apakah dia

penghuni rumah‟

„Iwae Tanaka

(lawan tutur) menjawab

pertanyaan Conan (penutur).

(2) Ya, benar „sebuah pernyataan ya,

benar‟

„Iwae Tanaka (penutur)

„Conan (lawan


(40)

Conan (lawan tutur) benar bahwa dia (Iwae Tanaka) penghuni rumah‟ Tanaka (penutur) dengan pertanyaan dan tersenyum‟

(3) Maaf, boleh nginap semalam nggak? Ban mobil kami kempes.

„sebuah

pertanyaan boleh menginap dengan alasan ban mobil

kami kempes‟

„Conan (penutur)

memohon ijin untuk menginap karena ban mobil

mereka kempes‟ „Iwae Tanaka (lawan tutur) mengerutkan alis dan menjawab pertanyaan Conan (lawan tutur)‟

(4) Ooh! Bilang dari tadi, dong! Kupikir kalian anak-anak nakal dari kaki bukit yang suka merusak

ladangku.Tapi tak ada makanan enak. Masuklah kalau itu bukan masalah! „sebuah pernyataan menduga lawan tutur sebagai anak-anak nakal dari kaki bukit yang suka merusak ladang penutur dan mengatakan tidak ada makanan enak dan ajakan masuklah jika itu

bukan masalah‟

„Iwae Tanaka

(penutur)

menduga Conan (lawan tutur) dan kawan-kawan sebagai anak yang suka merusak ladang milik

penutur‟

„Profesor Agasa

(lawan tutur) tersenyum dan mengucapkan

terimakasih‟

(5) Terimakasih! „sebuah pernyataan ucapan terimakasih‟ „mengucapkan rasa terimakasih sudah diperbolehkan menginap‟ - Data 4


(41)

Bentuk Tuturan:

(1) Profesor Agasa : Ng? Ada orang lain selain nenek? (2) Iwae Tanaka (nenek) : Tidak! Cuma aku sendiri

(3) Profesor Agasa : Kok, ada sepasang sandal lagi? (4) Iwae Tanaka (nenek) : Itu milik orang yang meninggalkan

rumah ini 10 tahun lalu untuk menjadi juru masak. Sandal milik Shota, cucuku


(42)

sengaja kubiarkan di sana seperti waktu itu

(5) Mitsuhiko : Yang ada di foto ini, bukan?

(6) Iwae Tanaka (nenek) : Ya! Kemampuannya sekarang sepertinya sudah meningkat. Dia mengirimkan banyak uang tiap bulan. Tapi aku tak pernah menyentuh uangnya sedikitpun. Dia tidak pernah megirim kabar

(7) Ayumi : Oh! Ikan mas!

(8) Iwae Tanaka (nenek) :Ini juga punya cucuku. Dia pergi meninggalkan peliharaan ini

(9) Ai Haibara : Tapi ikan mas ini besar juga

(10) Iwae Tanaka (nenek) : Soalnya, mereka sudah hidup 10 tahun

(11) Genta : Digemukkan untuk dimakan?

(12) Mitsuhiko : Genta makan terus, nih! Nggak ada bedanya dengan nenek sihir

Konteks Tuturan:

Tuturan dilakukan di depan pintu menuju ruang tamu rumah nenek yang bernama Iwae Tanaka, partisipan yang terlibat dalam peristiwa tutur tersebut ada tiga orang yaitu Iwae Tanaka, Profesor Agasa, Mitsuhiko, Ayumi, Ai Haibara dan Genta


(43)

yang saling bertukar peran sebagai penutur dan lawan tutur. Adapun maksud dan tujuan tuturan dilakukan adalah menanyakan kepada nenek apa ada orang lain sebab di depan pintu ada sandal lain selain yang digunakan oleh nenek.

Tabel 3. Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat Pada Percakapan Data 4

Tuturan

Tindak

Lokusi Ilokusi Perlokusi

(1) Ng? Ada orang lain selain nenek?

„sebuah

pertanyaan kepada nenek, ada orang

lain selain nenek‟

„Profesor Agasa

(penutur) menanyakan kepada Iwae Tanaka (lawan tutur) ada orang lain yang tinggal

selain nenek‟ „Iwae Tanaka (lawan tutur) menjawab pertanyaan Profesor Agasa (penutur) sambil berjalan ke dalam

rumah‟

(2) Tidak! Cuma aku sendiri „sebuah pernyataan Cuma aku sendiri‟ „Iwae Tanaka (penutur) memberitahu lawan tutur bahwa

dia tinggal sendiri‟

„Profesor Agasa

(lawan tutur) bertanya sambil melihat sandal yang terletak di

depan pintu‟

(3) Kok, ada sepasang sandal lagi? „sebuah pertanyaan mengapa ada sepasang sandal lagi‟ „Profesor Agasa (penutur) menanyakan kepada Iwae Tanaka (lawan tutur) mengapa ada sepasang sandal lagi‟ „Iwae Tanaka (lawan tutur) menjawab pertanyaan Profesor Agasa (penutur) sambil melirik‟

(4) Itu milik orang yang meninggalkan rumah ini 10 tahun lalu untuk menjadi juru masak. Sandal milik Shota, cucuku „sebuahpernyataan

milik orang yang meninggalkan rumah ini 10 tahun lalu untuk menjadi juru masak. Sandal milik Shota, cucuku‟ „Iwae Tanaka (penutur) memberitahu Profesor Agasa (lawan tutur) sandal itu bukan miliknya melainkan milik cucunya‟ „Mitsuhiko (lawan tutur) bertanya kepada Iwae Tanaka (penutur) sambil melihat sebuah foto‟


(44)

kubiarkan di sana seperti waktu itu (5) Yang ada di

foto ini, bukan?

„sebuah petanyaan

apakah orang yang

berada di foto‟

„Mitsuhiko (penutur) menanyakan kepada Iwae Tanaka (lawan tutur) apakah orang yang ada di

foto ini‟ „Iwae Tanaka (lawan tutur) menjawab pertanyaan Mitsuhiko (penutur) sambil melirik‟ (6) Ya! Kemampuann ya sekarang sepertinya sudah meningkat. Dia mengirimkan banyak uang tiap bulan. Tapi aku tak pernah menyentuh uangnya sedikitpun. Dia tidak pernah mengirim kabar „sebuah pernyataan mengenai kemampuan cucu penutur yang sekarang sepertinya sudah meningkat, cucu penutur mengirim banyak uang tiap bulan, tetapi penutur tidak pernah menyentuh uangnya sedikitpun, cucu penutur tidak pernah mengirim kabar‟ Iwae Tanaka (penutur) memberitahukan kepada Mitsuhiko (lawan tutur) mengenai kemampuan cucunya yang sepertinya sudah meningkat karena mengirimkan banyak uang tetapi, tidak pernah disentuh karena tidak pernah mengirim kabar‟ „Ayumi (lawan tutur) menjawab pernyataan Iwae Tanaka (penutur) dengan ekspresi terkejut‟

(7) Oh! Ikan mas! „sebuah pernyataan oh

ikan mas‟

„Ayumi (penutur)

menyatakan keterkejutan

melihat ikan mas‟

„Iwae Tanaka

(lawan tutur) menjawab

pernyataan Ayumi (penutur) sambil melihat ke arah

aquarium‟

(8) Ini juga punya cucuku. Dia pergi meninggalkan peliharaan ini „sebuah pernyataan ikan itu milik dan ditinggal pergi

cucu penutur‟

„Iwae Tanaka

(penutur) memberitahu bahwa ikan itu milik dan ditinggal pergi

oleh cucu penutur‟

„Ai Haibara (lawan tutur) menyatakan pernyataan kepada Iwae Tanaka (penutur) sambil melihat ke arah

penutur‟


(45)

ini besar juga pernyataan ikan

mas ini besar‟ (penutur) mengatakan kepada Iwae Tanaka (lawan tutur) bahwa ikan

itu besar juga‟

(lawan tutur) menjawab pernyataan Ai Haibara (penutur) sambil melihat ke

arah aquarium‟

(10) Soalnya, mereka sudah hidup 10 tahun

„sebuah

pernyataan bahwa ikan itu sudah

hidup 10 tahun‟

„Iwae Tanaka

(penutur)

memberitahukan kepada Ai Haibara (lawan Tutur) ikan itu besar karena sudah hidup 10

tahun‟

Genta (lawan tutur) menjawab pernyataan Iwae Tanaka (penutur) sambil melihat ke arah aquarium dengan ekspresi

hendak memakan‟

(11) Digemukkan untuk dimakan? „sebuah pertanyaan apakah ikan itu digemukkan untuk di makan‟ „Genta (penutur) menanyakan ikan itu digemukkan apakah untuk dimakan‟ Mitsuhiko (lawan tur) menjawab pertanyaan Genta (penutur) sambil tersenyum‟

(12) Genta makan terus, nih! Nggak ada bedanya dengan nenek sihir „sebuah pernyataan Genta makan terus tidak ada bedanya dengan nenek sihir‟ „Mitsuhiko (penutur) menyatakan Genta (lawan tutur) makan terus sehingga tidak ada bedanya dengan

nenek sihir‟


(46)

Bentuk Tuturan:

(1) Fuga Kahara : Hei, Dik! Orang rumah ini ada?

(2) Conan Edogawa : I, iya


(47)

(4) Akane Ooba : Oh, maaf kamiii… kami datang ke gunung ini cuma untuk ke pemandian gunung

(5) Raito Adachi : Kami tersesat… dan kehabisan bensin (6) Fuga Kahara : Apa boleh kami menginap semalam di

sini?

(7) Iwae Tanaka (nenek) : Huh! Malam ini kalian boleh menginap tapi jangan sampai membuka pintu itu!

(8) Fuga Kahara : Di, dia sepertinya nggak senang (9) Akane Ooba : Huh! Meski diminta, aku sebenarnya

nggak mau menginap di sini!

(10) Raito Adachi : Sudahlah! Jangan memperparah suasana

(11) Akane Ooba : Uuh! Ini gara-gara Fuga tersesat, kan? (12) Fuga Kahara : Maafkan aku, Tuan Putri!

Konteks tuturan:

Tuturan dilakukan di depan pintu masuk rumah seorang nenek yang bernama Iwae Tanaka, partisipan yang terlibat dalam peristiwa tutur tersebut ada lima orang yaitu Fuga Kahara, Conan Edogawa, Iwae Tanaka, Akane Ooba dan Raito Adachi yang saling bertukar peran sebagai penutur dan lawan tutur. Adapun


(48)

maksud dan tujuan tuturan dilakukan adalah menanyakan pemilik rumah dan meminta ijin untuk menginap karena mereka tersesat.

Tabel 4. Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat Pada Percakapan Data 5

Tuturan

Tindak

Lokusi Ilokusi Perlokusi

(1) Hei, Dik! Orang rumah ini ada?

„sebuah

pertanyaan kepada lawan tutur yang menanyakan orang

rumah ini ada‟

„ menanyakan kepada Conan (lawan tutur) adakah pemilik rumah‟ „Conan (lawan tutur) menjawab pertanyaan Fuga Kahara (penutur) dengan ekspresi terkejut‟

(2) I, iya „sebuah

pernyataan ya‟ „Conan (penutur) memberitahu Fuga Kahara (lawan tutur) bahwa pemilik rumah ada‟ „Iwae Tanaka (lawan tutur) datang menjawab pernyataan Conan (penutur)‟

(3) Ada perlu apa? „sebuah pertanyaan ada perlu apa‟ „Iwae Tanaka (penutur) menanyakan ada perlu apa mencari

dirinya‟ „Akane Ooba (lawan tutur) menjawab pertanyaan Iwae Tanaka (penutur) dengan gugup‟

(4) Oh, maaf kamiii… kami datang ke gunung ini cuma untuk ke pemandian gunung

„sebuah

pernyataan tujuan datang ke gunung untuk ke pemandian gunung‟ „Akae Ooba (penutur) memberitahukan tujuan mereka datang ke gunung untuk kepemandian gunung‟ „Raito Adachi (lawan tutur) menjawab pernyataan Akae Ooba (penutur) dengan ekspresi sedih‟ (5) Kami tersesat… dan kehabisan bensin „sebuah pernyataan kami tersesat dan kehabisan bensin‟ „Raito Adachi (penutur) memberitahukan mereka tersesat dan kehabisan bensin‟ „Fuga Kahara (lawan tutur) menjawab pernyataan Raito Adachi (penutur) dengan pertanyaan‟


(49)

kami menginap semalam di sini?

pertanyaan boleh

menginap‟ (penutur) meminta ijin kepada Iwae Tanaka (lawan tutur) agar diperbolehkan menginap semalam‟ (lawan tutur) dengan rasa kesal memberi ijin dan larangan ketika

menginap‟

(7) Huh! Malam ini kalian boleh menginap tapi jangan sampai membuka pintu itu! „sebuah pernyataan malam ini kalian boleh menginap dan larangan jangan sampai membuka pintu itu‟ „Iwae Tanaka (penutur) mengeluh tetapi memberi ijin menginap dengan syarat jangan sampai membuka sebuah pintu‟ „Fuga Kahara (lawan tutur) menjawab pernyataan Iwae Tanaka (lawan tutur) dengan ekspresi kecewa‟

(8) Di, dia sepertinya nggak senang

„sebuah

pernyataan dugaan penutur bahwa lawan tutur tidak

senang‟

„Fuga Kahara

(penutur) menduga Iwae Tanaka (lawan tutur) tidak senang

mereka menginap‟ „Akane Ooba (penutur) menjawab pernyataan Fuga Kahara (lawan tutur) dengan ekspresi keasal‟ (9) Huh! Meski

diminta, aku sebenarnya nggak mau menginap di sini! „sebuah pernyataan bahwa meski diminta penutur sebenarnya tidak ingin menginap‟ „Akane Ooba (penutur) mengeluh mengungkapkan rasa tidak senang

untuk menginap‟ „Raito Adachi menjawab pernyataan Akanae Ooba (lawan tutur) dengan ekspresi sedikit kesal‟

(10) Sudahlah! Jangan memperparah suasana „sebuah pernyataan jangan memperparah suasana‟ „Raito Adachi (penutur) menyuruh Akane Ooba (lawan tutur) jangan mengeluh‟ „Akane Ooba (lawan tutur) menjawab dengan ekspresi kesal‟

(11)Uuh! Ini gara-gara Fuga tersesat, kan? „sebuah pernyataan kekesalan karena Fuga tersesat‟ „Akane Ooba (penutur) menyalahkan Fuga Kahara karena tersesat‟

„ Fuga Kahara

(lawan tutur) menjawab dengan permohonan maaf dan senyuman kepada Akane Ooba (penutur)‟

(12) Maafkan aku, Tuan Putri!

„sebuah

pernyataan maaf‟ „Fuga Kahara (penutur) memohon maaf


(50)

Ooba (lawan tutur) karena

tersesat‟

Data 6

Bentuk Tuturan:

(1) Profesor Agasa : Kalian berdua pemandu?

(2) Fuga Kahara : Ya saat ini aku nomor 2 terbaik dan Raito nomor 1!

(3) Raito Adachi : Berkat bantuan Tuan Putri yang jadi langganan kami….


(51)

ya?

(5) Raito Adachi : Oh! Banyak juga

(6) Fuga Kahara : Ih! Tamasaba! Lihat yang ekor dan siripnya menempel seperti ikan saba ini! Cuma dia yang menarik perhatian di antara semuanya!

(7) Akane Ooba : Hebat! Fugu tahu banyak, ya! (8) Fuga Kahara : Soalnya, aku pernah punya

(9) Raito Adachi : Kalau gitu, aku batu yang transparan di ujung kanan itu kwarsa batu berbintik di sampingnya itu mika yang hitam itu batu obsidian yang sering digunakan di zaman Jomon!

(10) Akane Ooba : Hebat! Kalian memang berbakat!! (11) Conan Edogawa : Bukan berbakat. Tapi banyak tahu

Konteks Tuturan:

Tuturan dilakukan di tengah ruangan rumah seorang nenek yang bernama Iwae Tanaka, partisipan yang terlibat dalam peristiwa tutur tersebut ada lima orang yaitu Fuga Kahara, Conan Edogawa, Profesor Agasa, Akane Ooba dan Raito Adachi yang saling bertukar peran sebagai penutur dan lawan tutur. Adapun hal yang dibicarakan mengenai pekerjaan mereka sebagai pemandu wisata dan tentang ikan mas.


(52)

Tabel 5. Jenis-jenis Tindak Tutur yang Terdapat Pada Percakapan Data 6

Tuturan

Tindak

Lokusi Ilokusi Perlokusi

(1) Kalian berdua pemandu? „sebuah pertanyaan kalian berdua pemandu‟ „Profesor Agasa (penutur) menanyakan kepada Fuga Kahara (lawan tutur) „Fuga Kahara (lawan tutur) menjawab pertanyaan Profesor Agasa (penutur) dengan tersenyum‟

(2) Ya saat ini aku nomor 2 terbaik dan Raito nomor 1! „sebuah pernyataan bahwa Fuga Kahara (penutur)

pemandu nomor 2 terbaik dan Raito

Adachi nomor 1‟

„Fuga Kahara

(penutur) memberi tahu Profesor Agasa (lawan tutur) bahwa Fuga Kahara (penutur) pemandu nomor 2 terbaik dan Raito

Adachi nomor 1‟

„Raito Adachi (lawan tutur) menjawab pernyataan Fuga Kahara (penutur) sambil menoleh ke

arah Akane Ooba‟

(3) Berkat bantuan Tuan Putri yang jadi langganan kami…. „sebuah pernyataan berkat bantuan Tuan Putri (Akane Ooba) yang menjadi langganan Raito Adachi (penutur)‟ „Raito Adachi (penutur) memberitahu Profesor Agasa mereka menjadi pemandu terbaik karena bantuan Akane Ooba yang menjadi langganan mereka‟ „Akane Ooba menjawab pernyataan Raito Adachi (penutur) sambil melihat ikan mas di dalam

akuarium‟

(4) Hei! Lihat, lihat! Ada ikan mas! Lucu ya?

„sebuah

pernyataan lihat

ada ikan mas‟

„Akane Ooba

(penutur) memberi

tahu ada ikan mas‟

„Raito Adachi (lawan tutur) menjawab pernyataan Akane Ooba (penutur) sambil melihat akuarium‟

(5) Oh! Banyak juga „sebuah pernyataan oh banyak juga‟ „Raito Adachi (penutur) menyatakan keterkejutan melihat banyak ikan mas di dalam

akuarium‟ „Fuga Kahara (lawan tutur) menjawab pernyataan Raito Adachi (penutur) sambil melihat akuarium‟


(53)

(6) Ih! Tamasaba! Lihat yang ekor dan siripnya menempel seperti ikan saba ini! Cuma dia yang menarik perhatian di antara semuanya! „sebuah pernyataan tentang ciri-ciri ikan di dalam akuarium yang menarik perhatian Fuga Kahara (penutur)‟ „Fuga Kahara (penutur) memberi tahu tentang ciri-ciri ikan di dalam akuarium yang menarik perhatian Fuga Kahara (penutur)‟ „Akane Ooba (lawan tutur) menoleh menjawab pernyataan Fuga Kahara (penutur)‟

(7) Hebat! Fugu tahu banyak, ya!

„sebuah

pernyataan kagum dan pujian bahwa Fuga Kahara (lawan tutur) tahu

banyak‟ „Akane Ooba (penutur) memuji Fuga Kahara (lawan tutur) karena mengetahui banyak tentang ikan mas‟ „Fuga Kahara (lawan tutur) tersenyum menjawab pernyataan Akane Ooba‟

(8) Soalnya, aku pernah punya „sebuah pernyataan pernah mempunyai‟ „Fuga Kahara (penutur) memberi tahu Akane Ooba (lawan tutur), dia tahu banyak karena pernah memelihara‟ „Raito Adachi menjawab pernyataan Fuga Kahara (penutur) sambil melihat akuarium‟

(9) Kalau gitu, aku batu yang transparan di ujung kanan itu kwarsa batu berbintik di sampingnya itu mika yang hitam itu batu obsidian yang sering

digunakan di zaman Jomon!

„sebuah pernyatan

tentang jenis-jenis batu yang ada di

dalam akuarium‟

„Raito Adachi

memberi tahu Akane Ooba tentang jenis-jenis batu yang ada di

dalam akuarium‟ „Akane Ooba (lawan tutur) menjawab pernyataan Raito Adachi (penutur) sambil tersenyum‟

(10)Hebat! Kalian memang berbakat!!

„sebuah

pernyataan kagum dan pujian kalian

memang berbakat‟ „Akane Ooba (penutur) memuji Raito Adachi „Conan Edogawa menjawab pernyataan Akane


(54)

karena mengetahui banyak tentang jenis-jenis batu‟

sambil tersenyum

mengejek‟

(11)Bukan berbakat. Tapi banyak tahu

„sebuah

pernyataan bukan berbakat tapi

banyak tahu‟

„Conan Edogawa (penutur)

memberitahu bukan berbakat tetapi banyak

tahu‟

-

4.2 Menentukan Kategori Ilokusi

Bentuk Tuturan Pada Percakapan Data 2:

(1) Harue Anabuki (redaksi majalah) : Pak Morouguchi? Sudah jam 5 pagi, lho!

(2) Kogoro Mouri (detektif) : Ng? Masih tidur ya?

(3) Harue Anabuki (redaksi majalah) : I, iya. Dia mungkin kerja sampai larut malam

(4) Kogoro Mouri (detektif) : Pakai kunci duplikat saja dan bangunkan dia!

(5) Harue Anabuki (redaksi majalah) : Tapi, kunci duplikatnya tidak ada. Pak Moroguchi tidak suka kamarnya dimasuki orang lain

Dia takut naskahnya dicuri

Ilokusi tuturan (1) yang ditutukan Harue Anabuki memberitahu Pak Morouguchi untuk bangun dengan menuturkan Pak Morouguchi?sudah jam 5 pagi, lho!Ilokusi tuturan (2) yang dituturkan Kogoro Mouri kepada Harue Anabuki adalah


(55)

ya?Ilokusi tuturan (3) Harue Anabuki memberitahuKogoro Mouri mungkin Masataka Morouguchi kerja sampai larut malam dengan menuturkan i, iya.Dia mungkin kerja sampai larut malam. Ilokusi tuturan (4) yang dituturkan Kogoro Mouri kepada Harue Anabuki menyarankan menggunakan kunci duplikat dan membangunkan Masataka Morouguchi dengan menuturkan pakai kunci duplikat saja dan bangunkan dia! Ilokusi tuturan (5) yang dituturkan Harue Anabuki kepada Kogoro Mouri memberitahu kunci duplikatnya tidak ada dengan alasan karena Masataka Morouguchi tidak suka kamarnya dimasuki orang lain, dia takut naskahnya di curi dengan menuturkan tapi, kunci duplikatnya tidak ada. Pak Moroguchi tidak suka kamarnya dimasuki orang lain, dia takut naskahnya dicuri.

Kategori ilokusi yang ditemukan pada bentuk tuturan percakapan data 2 ada dua jenis yaitu: asertif dan direktif. Asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan, misalnya: menyatakan, memberitahukan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan. Kategori ilokusi asertif terdapat pada tuturan (1), (3) dan (5). Direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya: memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan. Kategori ilokusi direktif terdapat pada tuturan (4).

Bentuk Tuturan Pada Percakapan Data 3:

(1) Conan (detektif) : Nenek penghuni rumah ini? (2) Iwae Tanaka (nenek) : Ya, benar.


(56)

Ban mobil kami kempes.

(4) Iwae Tanaka (nenek) : Ooh! Bilang dari tadi, dong! Kupikir kalian anak-anak nakal dari kaki bukit yang suka merusak ladangku.Tapi tak ada makanan enak. Masuklah kalau itu bukan masalah!

(5) Profesor Agasa : Terimakasih!

Ilokusi tuturan (1) yang dituturkan Conan Edogawa kepada Iwae Tanaka menanyakan apakah Iwae Tanaka adalah penghuni rumah dengan menuturkan nenek penghuni rumah ini? Ilokusi tuturan (2) yang dituturkan Iwae Tanaka kepada Conan Edogawa memberitahu benar bahwa dia penghuni rumah dengan menuturkan ya, benar. Ilokusi tuturan (3) yang dituturkan Conan Edogawa kepada Iwae Tanaka memohon ijin untuk menginap karena ban mobil mereka kempes dengan menuturkan maaf, boleh nginap semalam nggak? Ban mobil kami kempes. Ilokusi tuturan (4) yang dituturkan Iwae Tanaka kepada Conan Edogawa menduga Conan Edogawa dan kawan-kawan sebagai anak yang suka merusak ladangnya dengan menuturkan ooh! Bilang dari tadi, dong! Kupikir kalian anak-anak nakal dari kaki bukit yang suka merusak ladangku.Tapi tak ada makanan enak. Masuklah kalau itu bukan masalah! Ilokusi tuturan (5) yang dituturkan Profesor Agasa kepada Iwae Tanaka mengucapkan rasa terima kasih sudah diperbolehkan menginap dengan menuturkan terimakasih!


(57)

Kategori ilokusi yang ditemukan pada bentuk tuturan percakapan data 3 ada tiga jenis yaitu: asertif, direktif dan ekspresif. Asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan, misalnya: menyatakan, memberitahukan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan. Kategori ilokusi asertif terdapat pada tuturan (2) dan (4). Direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya: memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan. Kategori ilokusi direktif terdapat pada tuturan (3). Ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara misalnya: mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya. Kategori ilokusi ekspresif terdapat pada tuturan (5).

Bentuk Tuturan Pada Percakapan Data 4:

(1) Profesor Agasa : Ng? Ada orang lain selain nenek? (2) Iwae Tanaka (nenek) : Tidak! Cuma aku sendiri

(3) Profesor Agasa : Kok, ada sepasang sandal lagi? (4) Iwae Tanaka (nenek) : Itu milik orang yang meninggalkan

rumah ini 10 tahun lalu untuk menjadi juru masak. Sandal milik Shota, cucuku sengaja kubiarkan di sana seperti waktu itu


(58)

(5) Mitsuhiko :Yang ada di foto ini, bukan?

(6) Iwae Tanaka (nenek) :Ya! Kemampuannya sekarang sepertinya sudah meningkat. Dia mengirimkan banyak uang tiap bulan. Tapi aku tak pernah menyentuh uangnya sedikitpun. Dia tidak pernah megirim kabar

(7) Ayumi : Oh! Ikan mas!

(8) Iwae Tanaka (nenek) : Ini juga punya cucuku. Dia pergi meninggalkan peliharaan ini

(9) Ai Haibara : Tapi ikan mas ini besar juga

(10)Iwae Tanaka (nenek) : Soalnya, mereka sudah hidup 10 tahun

(11)Genta : Digemukkan untuk dimakan?

(12)Mitsuhiko : Genta makan terus, nih! Nggak ada bedanya dengan nenek sihir

Ilokusi tuturan (1) yang dituturkan Profesor Agasa kepada Iwae Tanaka menanyakan ada orang lain yang tinggal selain nenek dengan menuturkan ng? Ada orang lain selain nenek? Ilokusi tuturan (2) yang dituturkan Iwae Tanaka kepada Profesor Agasa memberitahu bahwa dia tinggal sendiri dengan menuturkan tidak! Cuma aku sendiri.Ilokusi tuturan (3) yang dituturkan Profesor Agasa kepada Iwae Tanaka menanyakan mengapa ada sepasang sandal lagi


(59)

dengan menuturkan kok, ada sepasang sandal lagi?Ilokusi tuturan (4) yang dituturkan Iwae Tanaka kepada Profesor Agasa memberitahu sandal itu bukan miliknya melainkan milik cucunya dengan menuturkan itu milik orang yang meninggalkan rumah ini 10 tahun lalu untuk menjadi juru masak.Sandal milik Shota, cucuku.Ilokusi tuturan (5) yang dituturkan Mitsuhiko kepada Iwae Tanaka menanyakan apakah orang yang di foto ini dengan menuturkan yang ada di foto ini, bukan? Ilokusi tuturan (6) yang dituturkan Iwae Tanaka kepada Mitsuhiko memberitahukan mengenai kemampuan cucunya yang sepertinya sudah meningkat karena mengirim banyak uang tetapi, tidak pernah disentuh karena tidak pernah mengirim kabar dengan menuturkan ya! Kemampuannya sekarang sepertinya sudah meningkat.Dia mengirimkan banyak uang tiap bulan.Tapi aku tak pernah menyentuh uangnya sedikitpun.Dia tidak pernah megirim kabar. Ilokusi tuturan (7) yang dituturkan Ayumi kepada Iwae Tanaka menyatakan keterkejutan melihat ikan mas dengan menuturkan oh! Ikan mas!Ilokusi tuturan (8) yang dituturkan Iwae Tanaka kepada Ayumi memberitahu bahwa ikan itu milik dan ditinggal pergi oleh cucunya dengan menuturkan ini juga punya cucuku.Dia pergi meninggalkan peliharaan ini. Ilokusi tuturan (9) yang dituturkan Ai Hara kepada Iwae Tanaka mengatakan bahwa ikan ini besar juga dengan menuturkan tapi ikan mas ini besar juga. Ilokusi tuturan (10) yang dituturkan Iwae Tanaka kepada Ai Hara memberitahukan ikan itu besar karena sudah hidup 10 tahun dengan menuturkan soalnya, mereka sudah hidup 10 tahun. Ilokusi tuturan (11) yang dituturkan Genta kepada Iwae Tanaka menanyakan ikan itu digemukkan apakah untuk dimakan dengan menuturkan digemukkan untuk


(60)

dimakan? Ilokusi tuturan (12) yang dituturkan Mitsuhiko kepada Genta menyatakan Genta makan terus sehingga tidak ada bedanya dengan nenek sihir dengan menuturkan Genta makan terus, nih! Nggak ada bedanya dengan nenek sihir.

Kategori ilokusi yang ditemukan pada bentuk tuturan percakapan data 4 ada satu jenis yaitu: asertif. Asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang di ekspresikan, misalnya: menyatakan, memberitahukan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan. Kategori ilokusi asertif terdapat pada tuturan (2), (4), (6), (7), (8), (9), (10) dan (12).

Bentuk Tuturan Pada Percakapan Data 5:

(1) Fuga Kahara : Hei, Dik! Orang rumah ini ada?

(2) Conan Edogawa : I, iya

(3) Iwae Tanaka (nenek) : Ada perlu apa?

(4) Akane Ooba : Oh, maaf kamiii… kami datang ke gunung ini cuma untuk ke pemandian gunung

(5) Raito Adachi : Kami tersesat… dan kehabisan bensin (6) Fuga Kahara : Apa boleh kami menginap semalam di

sini?

(7) Iwae Tanaka (nenek) : Huh! Malam ini kalian boleh menginap tapi jangan sampai membuka pintu itu!


(61)

(8) Fuga Kahara : Di, dia sepertinya nggak senang (9) Akane Ooba : Huh! Meski diminta, aku sebenarnya

nggak mau menginap di sini!

(10) Raito Adachi : Sudahlah! Jangan memperparah suasana

(11) Akane Ooba : Uuh! Ini gara-gara Fuga tersesat, kan? (12) Fuga Kahara : Maafkan aku, Tuan Putri!

Ilokusi tuturan (1) yang dituturkan Fuga Kahara kepada Conan Edogawa menanyakan adakah pemilik rumah dengan menuturkan hei, Dik! Orang rumah ini ada?Ilokusi tuturan (2) yang dituturkan Conan Edogawa kepada Fuga Kahara memberitahu bahwa pemilik rumah ada dengan menuturkan i, iya. Ilokusi tuturan (3) yang dituturkan Iwae Tanaka menanyakan ada perlu apa mencari dirinya dengan menuturkan ada perlu apa?Ilokusi tuturan (4) yang dituturkan Akane Ooba kepada Iwae Tanaka memberitahukan tujuan mereka datang ke gunung untuk kepemandian gunung dengan menuturkan kami datang ke gunung ini cuma untuk ke pemandian gunung.Ilokusi tuturan (5) yang dituturkan Raito Adachi memberitahukan mereka tersesat dan kehabisan bensin dengan menuturkan kami tersesat… dan kehabisan bensin. Ilokusi tuturan (6) yang dituturkan Fuga Kahara kepada Iwae Tanaka meminta ijin agar diperbolehkan menginap semalam dengan menuturkan apa boleh kami menginap semalam di sini? Ilokusi tuturan (7) yang dituturkan Iwae Tanaka kepada Fuga Kahara mengeluh tetapi memberi ijin menginap dengan syarat jangan membuka sebuah pintu dengan menuturkan huh!


(62)

Malam ini kalian boleh menginap tapi jangan sampai membuka pintu itu!Ilokusi tuturan (8) yang dituturkan Fuga Kahara menduga Iwae Tanaka tidak senang mereka menginap dengan menuturkan di, dia sepertinya nggak senang. Ilokusi tuturan (9) yang dituturkan Akane Ooba mengeluh mengungkapkan rasa tidak senang untuk menginap dengan menuturkan huh! Meski diminta, aku sebenarnya nggak mau menginap di sini! Ilokusi tuturan (10) yang dituturkan Raito Adachi kepada Akane Ooba menyuruh jangan mengeluh dengan menuturkan sudahlah! Jangan memperparah suasana. Ilokusi tuturan (11) yang dituturkan Akane Ooba kepada Fuga Kahara menyalahkannya karena tersesat dengan menuturkan uuh! Ini gara-gara Fuga tersesat, kan? Ilokusi tuturan (12) yang dituturkan Fuga Kahara kepada Akane Ooba adalah memohon maaf dengan menuturkan maafkan aku, Tuan Putri!

Kategori ilokusi yang ditemukan pada bentuk tuturan percakapan data 5 ada tiga jenis yaitu: asertif, direktif dan ekspresif. Asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan, misalnya: menyatakan, memberitahukan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan. Kategori ilokusi asertif terdapat pada tuturan (2), (4), (5), (7), (8) dan (9). Direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya: memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan. Kategori ilokusi direktif terdapat pada tuturan (6) dan (10). Ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara misalnya: mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan,


(63)

memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya. Kategori ilokusi ekspresif terdapat pada tuturan (11) dan (12).

Bentuk Tuturan Pada Percakapan Data 6:

(1) Profesor Agasa : Kalian berdua pemandu?

(2) Fuga Kahara : Ya saat ini aku nomor 2 terbaik dan Raito nomor 1!

(3) Raito Adachi : Berkat bantuan Tuan Putri yang jadi langganan kami….

(4) Akane Ooba : Hei! Lihat, lihat! Ada ikan mas! Lucu

ya?

(5) Raito Adachi : Oh! Banyak juga

(6) Fuga Kahara : Ih! Tamasaba! Lihat yang ekor dan siripnya menempel seperti ikan saba ini! Cuma dia yang menarik perhatian di antara semuanya!

(7) Akane Ooba : Hebat! Fugu tahu banyak, ya! (8) Fuga Kahara : Soalnya, aku pernah punya

(9) Raito Adachi : Kalau gitu, aku batu yang transparan di ujung kanan itu kwarsa batu berbintik di sampingnya itu mika yang hitam itu batu obsidian yang sering digunakan di zaman Jomon!


(64)

(10) Akane Ooba : Hebat! Kalian memang berbakat!! (11) Conan Edogawa : Bukan berbakat. Tapi banyak tahu

Ilokusi tuturan (1) yang dituturkan Profesor Agasa kepada Fuga Kahara menanyakan pekerjaan dengan menuturkan kalian berdua pemandu? Ilokusi tuturan (2) yang dituturkan Fuga Kahara kepada Profesor Agasa memberi tahu bahwa dia pemandu nomor 2 terbaik dan Raito Adachi nomor 1 dengan menuturkan ya saat ini aku nomor 2 terbaik dan Raito nomor 1!Ilokusi tuturan (3) yang dituturkan Raito Adachi kepada Profesor Agasa memberitahu mereka menjadi pemandu terbaik karena bantuan Akane Ooba yang menjadi langganan mereka dengan menuturkan berkat bantuan Tuan Putri yang jadi langganan kami. Ilokusi tuturan (4) yang dituturkan Akane Ooba memberitahu ada ikan mas dengan menuturkan hei! Lihat, lihat! Ada ikan mas! Lucu ya? Ilokusi tuturan (5) yang dituturkan Raito Adachi kepada Akane Ooba menyatakan keterkejutan melihat banyak ikan mas di dalam akuarium dengan menuturkan oh! Banyak juga. Ilokusi tuturan (6) yang dituturkan Fuga Kahara memberitahu tentang ciri-ciri ikan di dalam akuarium yang menarik perhatiannya dengan menuturkan ih! Tamasaba! Lihat yang ekor dan siripnya menempel seperti ikan saba ini! Cuma dia yang menarik perhatian di antara semuanya! Ilokusi tuturan (7) yang dituturkan Akane Ooba kepada Fuga Kahara memuji karena mengetahui banyak tentang ikan masa dengan menuturkan hebat! Fugu tahu banyak, ya!Ilokusi tuturan (8) yang dituturkan Fuga Kahara kepada Akane Ooba memberitahu dia tahu banyak karena pernah memelihara dengan menuturkan soalnya, aku pernah


(65)

punya. Ilokusi tuturan (9) yang dituturkan Raito Adachi memberitahu Akane Ooba jenis-jenis batu yang ada di dalam akuarium dengan menuturkan kalau gitu, aku batu yang transparan di ujung kanan itu kwarsa batu berbintik di sampingnya itu mika yang hitam itu batu obsidian yang sering digunakan di zaman Jomon! Ilokusi tuturan (10) yang dituturkan Akane Ooba kepada Raito Adachi memuji karena mengetahui banyak tentang jenis-jenis batu dengan menuturkan hebat! Kalian memang berbakat!Ilokusi tuturan (11) yang dituturkan Conan Edogawa kepada Akane Ooba memberitahu bukan berbakat tetapi banyak tahu dengan menuturkan bukan berbakat.Tapi banyak tahu.

Kategori ilokusi yang ditemukan pada bentuk tuturan percakapan data 6 ada dua jenis yaitu: asertif dan ekspresif. Asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan, misalnya: menyatakan, memberitahukan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan. Kategori ilokusi asertif terdapat pada tuturan (2), (3), (4), (5), (6), (8), (9) dan (11). Ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara misalnya: mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya. Kategori ilokusi ekspresif terdapat pada tuturan (7) dan (10).


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Boneeff, Marcel. 1998. Komik Indonesia. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Indonesia).

Chaer, Abdul. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Lubis, A. Hamid Hasan. 1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Penerbit

Angkasa.

Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguitis. Yokyakarta: Duta Wacana University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa.

Wijana, I Dewa Putu. 2003. Kartun Studi Tentang Permainan Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Ombak.


(2)

Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Skripsi

Maharani. 2007. “Tindak Tutur Percakapan Pada Komik Asterix”.Medan: Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Malau, Farida. 2009. “Tindak Tutur dalam Seri Cerita Kenangan Argentiul Hidup Memisahkan Diri”. Medan: Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Website


(3)

LAMPIRAN

Data Percakapan 1


(4)

Data Percakapan 3


(5)

(6)