Latar Belakang Masalah PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini, kecenderungan pelaksanaan pembelajaran IPA masih mengarahkan peserta didik untuk mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum, Sehingga pembelajaran IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran Depdiknas, 2008. Berdasarkan pernyataan tersebut pembelajaran IPA sebaiknya memberikan pengalaman langsung sehingga peserta didik dapat terlibat aktif dan mendapatkan pemahaman yang mendalam. Penerapan pengalaman langsung selama pembelajaran akan mengarahkan pada pentingnya penerapan keterampilan proses sains dalam pembelajaran. Sebagaimana dalam Permendikbud No 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian, bahwa dalam penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja peserta didik dituntut mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Tes praktik merupakan penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi Kemdikbud, 2013. Salah satu keterampilan dalam tes praktik adalah keterampilan proses sains. Berdasarkan hasil observasi awal dengan guru IPA kelas VII di SMP N 1 Brangsong diketahui jika model pembelajaran yang pernah digunakan oleh guru sudah beragam, diantaranya discovery learning dan pembelajaran dengan 2 eksplorasi lingkungan juga pernah dilakukan, sedangkan metode yang pernah digunakan adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, dan praktikum. Meskipun demikian, guru terkadang masih menjadi pusat pembelajaran dan menjadi satu- satunya sumber informasi di kelas sehingga pembelajaran IPA pada beberapa materi tertentu masih terbatas sebagai produk. Penilaian selama proses pembelajaran belum digunakan oleh guru, khususnya penilaian psikomotorik dengan melibatkan asesmen untuk menilai keterampilan proses sains. Oleh karenanya, keterampilan proses sains belum sepenuhnya dikembangkan dalam proses pembelajaran. Menurut Ango 2002, keterampilan proses sains merupakan komponen penting dalam pelaksanaan proses belajar dan pembelajaran sains. Berdasarkan kajian permasalahan hasil observasi, materi di kelas VII dalam pembelajaran IPA, khususnya biologi yang dapat diterapkan melalui kegiatan berbasis keterampilan proses sains salah satunya adalah materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. Pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan terdapat kompetensi d asar 3.8 KD 3.8, “mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dengan lingkungan”, dan kompetensi dasar 4.12 KD 4.12, “menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya.” Mengacu dari KD 3.8 dan KD 4.12, peserta didik dituntut untuk mendeskripsikan dan menyajikan hasil observasi tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. Pada materi ini, guru biasa mengajar dengan metode ceramah, diskusi dan praktikum namun belum melibatkan permasalahan kontekstual serta belum melibatkan penggunaan asesmen keterampilan proses sains. Pada materi ini membutuhkan objek nyata dari lingkungan sekitar sebagai sumber belajar 3 sehingga diperlukan kegiatan yang mengarahkan peserta didik untuk terlibat aktif memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam memahami konsep. SMP N 1 Brangsong mempunyai lingkungan sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran. Banyaknya jenis tanaman di lingkungan sekolah, serta luasnya lahan hijau, lapangan rumput, serta lokasi sekolah yang juga berbatasan langsung dengan area persawahan sangat tepat untuk dijadikan sumber pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. Hal ini sebagaimana pendapat Vebrianto Osman 2011, jika lingkungan belajar adalah sumber yang kaya pengalaman belajar karena unsur- unsur yang beragam seperti lingkungan sosial dan alam yang dapat digunakan untuk eksperimen. Pemanfaatan lingkungan alam dapat menjadi sumber pengalaman bagi peserta didik untuk mengeksplorasi belajar. Peserta didik diharapkan dapat melakukan berbagai keterampilan proses sains melalui pemanfaatan lingkungan sekolah sehingga pembelajaran IPA dapat lebih bermakna serta kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik dapat tercapai. Model pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan keterampilan proses sains, salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Learning PBL. Menurut Arends 2008, PBL merupakan pembelajaran yang diorganisasikan melalui pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi peserta didik. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang menguatkan pendekatan saintifik dalam implementasi kurikulum 2013. Diharapkan peserta didik mampu menemukan konsep pembelajaran dan mengembangkan keterampilan proses sainsnya dalam bentuk 4 pembelajaran berbasis masalah sehingga pembelajaran IPA tidak hanya berorientasi pada produk saja melainkan pada proses, sikap, dan aplikasinya. PBL tepat digunakan dalam pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan karena fase pembelajaran dalam sintaks PBL mengarahkan pembelajaran yang dapat mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Melalui penerapan PBL diharapkan mampu mengoptimalkan keterampilan proses sains serta memberikan pengalaman belajar yang bermakna yang dapat bermanfaat bagi peserta didik. Berdasarkan penelitian Rahayu et al., 2013 menunjukkan penerapan PBL dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik pada materi larutan elektrolit non elektrolit di SMA Negeri 1 Randublatung. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yokhebed et al., 2012 yang menunjukkan PBL dengan pendekatan keterampilan proses sains melibatkan masalah lingkungan dalam belajar mampu meningkatkan motivasi, hasil belajar dan keterampilan proses sains.

1.2 Rumusan Masalah