Prevalensi Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

(1)

PREVALENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR PADA

ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DI KECAMATAN MEDAN BARU

DAN MEDAN JOHOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

DEA INAYAH DWIKORA 100600117

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi

Anak

Tahun 2015

Dea Inayah Dwikora

Prevalensi Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan

Medan Baru dan Medan Johor.

x + 34 Halaman

Trauma gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi dan atau jaringan

periodontal oleh sebab mekanis. Trauma juga diartikan sebagai suatu penyebab sakit

karena kontak yang keras dengan suatu benda. Trauma gigi yang sebagian besar

terjadi pada masa anak-anak dan remaja memiliki dampak yang serius bagi kualitas

hidup anak, sehingga menyebabkan masalah estetika dan psikologis. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi trauma gigi permanen anterior

dilihat dari etiologi, lokasi, dan klasifikasi trauma pada anak SMP di Kecamatan

Medan Baru dan Medan Johor.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif.Jumlah sampel penelitian ini sebesar 245


(3)

SMP Negeri dan 1 SMP Swasta di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor.

Pengambilan data dilakukan dengan wawancara orangtua dan pemeriksaan klinis

pada rongga mulut anak. Analisis data dilakukan dengan komputerisasi. Data

distribusi disajikan dalam bentuk tabel dengan hasil persentase berdasarkan data

demografi anak.

Hasil penelitian ini mendapatkan prevalensi trauma gigi sulung anterior pada

anak SMP sebanyak 39 orang anak (15,9%). Etiologi utama terjadinya trauma yaitu

jatuh sebanyak 46,2% kasus dan lokasi yang paling umum terjadinya trauma adalah

di rumah dengan persentase 46,2% kasus. Berdasarkan klasifikasi fraktur yang paling

sering dialami anak SMP adalah fraktur enamel sebanyak 61,9%, diikuti fraktur

enamel-dentin sebanyak 21,4% kasus.

Tingginya prevalensi trauma gigi permanen anterior pada penelitian ini

diperlukan perhatian yang serius dari tenaga kesehatan di kota Medan khususnya

bidang kedokteran gigi. Mengingat trauma gigi permanen anterior akan berdampak

padakesehatan gigi, estetika dan psikologis anak maka diperlukan penyuluhan kepada

orangtua dan guru sekolah.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Agustus 2015

Pembimbing: Tanda tangan

Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal Agutus 2015

TIM PENGUJI KETUA : Yati Roesnawi, drg

Anggota : 1. Essie Octiara, drg., Sp. KGA


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Prevalensi Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, dukungan dan masukan saran dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada keluarga tersayang, terutama untuk ayahanda Iptu Dwikora David dan Ibunda Dra. Isnaini, kepada adik-adik penulis yaitu Dani Hidayah Dwikora, Diko Mubarokah Dwikora dan Diantivo Almaghfirah Dwikora atas segala perhatian, dukungan, do’a serta cinta kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

Secara khusus penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk untuk membimbing, membantu, serta mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA) serta seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi Departemen IKGA yang


(7)

telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

4. Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA., MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan masukan dalam bidang akademik kepada penulis.

5. Kepala sekolah, pengajar dan seluruh murid SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor yang telah berpartisipasi atas penelitian yang dilakukan.

6. Sahabat-sahabat terbaik penulis Febri, Ira, Fadhila, Athien, Rizky Vira, Dara, Kartika, dan Mutiara atas kasih sayang, semangat, dukungan dan bantuan yang telah diberikan hingga penulis menyelesaikan skripsi.

7. Teman-teman seperjuangan di Departemen IKGA yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi dikemudian hari. Akhir kata penulis

mengharapkan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan sumbangan ilmu yang berguna bagi fakultas dan masyarakat umumnya.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(Dea Inayah Dwikora) NIM: 100600117


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR GAMBAR ………..….. vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Etiologi dan Prevalensi Trauma Gigi ... 6

2.2 Klasifikasi Trauma Gigi ... 9

2.2.1 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa ... 9

2.2.2 Kerusakan pada Jaringan Periodontal ... 10

2.2.3 Kerusakan pada Jaringan Tulang Pendukung ... 11

2.2.4 Kerusakan pada Gusi atau Jaringan Lunak Rongga Mulut ... 12

2.3 Riwayat, Pemeriksaan Klinis, dan Diagnosis ... 13

2.4 Pencegahan Trauma Gigi ... 14

2.5 Kerangka Teori... 15

2.6 Kerangka Konsep ... 16

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Jenis Penelitian ... 17

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.3 Populasi dan Sampel ... 17


(9)

3.5 Definisi Operasional ... 19

3.6 Prosedur penelitian ... 21

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 23

4.2 Klasifikasi Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor ... 24

4.3 Elemen Gigi yang Terkena Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor ... 25

4.4 Etiologi Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor ... 26

4.5 Lokasi KejadianTrauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor ... 27

BAB 5 PEMBAHASAN ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Prevalensi jenis trauma gigi ………... 7 2 Distribusi karakteristik responden di Kecamatan Medan Baru

dan Medan Johor ... 23 3 Distribusi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP

berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Medan Baru dan

Medan Johor ... 24 4 Distribusi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP

berdasarkan klasifikasi trauma di Kecamatan Medan Baru dan

Medan Johor ... 24

5 Distribusi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP berdasarkan elemen gigi di Kecamatan Medan Baru dan

Medan Johor ... 25

6 Distribusi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP

berdasarkan usia kejadian trauma di Kecamatan Medan Baru dan

Medan Johor ... 26 7 Distribusi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP

berdasarkan etiologi trauma di Kecamatan Medan Baru

Medan Johor ... 26 8 Distribusi frekuensi etiologi trauma gigi permanen anterior

pada anak SMP berdasarkan jenis kelamin di

Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor ... 27 9 Distribusi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP

berdasarkan lokasi trauma di Kecamatan Medan Baru

dan Medan Johor ... 27 10 Distribusi frekuensi lokasi trauam gigi permanen anterior

pada anak SMP berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan


(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa ... 11


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner

2. Lembar persetujuan kepada subjek penelitian 3. Lembar persetujuan setelah penjelasan 4. Data hasil penelitian

5. Surat persetujuan komisi etik

6. Surat dari SMP Negeri 10 Medan Baru

7. Surat dari SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Baru 8. Surat dari SMP Negeri 28 Medan Johor


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi

Anak

Tahun 2015

Dea Inayah Dwikora

Prevalensi Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan

Medan Baru dan Medan Johor.

x + 34 Halaman

Trauma gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi dan atau jaringan

periodontal oleh sebab mekanis. Trauma juga diartikan sebagai suatu penyebab sakit

karena kontak yang keras dengan suatu benda. Trauma gigi yang sebagian besar

terjadi pada masa anak-anak dan remaja memiliki dampak yang serius bagi kualitas

hidup anak, sehingga menyebabkan masalah estetika dan psikologis. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi trauma gigi permanen anterior

dilihat dari etiologi, lokasi, dan klasifikasi trauma pada anak SMP di Kecamatan

Medan Baru dan Medan Johor.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif.Jumlah sampel penelitian ini sebesar 245


(15)

SMP Negeri dan 1 SMP Swasta di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor.

Pengambilan data dilakukan dengan wawancara orangtua dan pemeriksaan klinis

pada rongga mulut anak. Analisis data dilakukan dengan komputerisasi. Data

distribusi disajikan dalam bentuk tabel dengan hasil persentase berdasarkan data

demografi anak.

Hasil penelitian ini mendapatkan prevalensi trauma gigi sulung anterior pada

anak SMP sebanyak 39 orang anak (15,9%). Etiologi utama terjadinya trauma yaitu

jatuh sebanyak 46,2% kasus dan lokasi yang paling umum terjadinya trauma adalah

di rumah dengan persentase 46,2% kasus. Berdasarkan klasifikasi fraktur yang paling

sering dialami anak SMP adalah fraktur enamel sebanyak 61,9%, diikuti fraktur

enamel-dentin sebanyak 21,4% kasus.

Tingginya prevalensi trauma gigi permanen anterior pada penelitian ini

diperlukan perhatian yang serius dari tenaga kesehatan di kota Medan khususnya

bidang kedokteran gigi. Mengingat trauma gigi permanen anterior akan berdampak

padakesehatan gigi, estetika dan psikologis anak maka diperlukan penyuluhan kepada

orangtua dan guru sekolah.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma gigi atau yang dikenal dengan istilah Traumatic Dental Injury (TDI) telah menarik perhatian, bahkan merupakan masalahkesehatan masyarakat.TDI yang sebagian besar terjadi pada masa anak-anak dan remajamemiliki dampak yang serius bagi kualitas hidup anak. Andreasen menyatakan bahwa trauma gigi dapat membahayakan kesehatan gigi dan menyebabkan masalah estetika dan psikologis. Trauma gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi dan atau jaringan periodontal oleh sebabmekanis. Trauma juga diartikan sebagai suatu penyebab sakit karena kontak yang keras dengan suatu benda. Gigi yang sering terlibat pada trauma adalah gigi anterior.Trauma gigi anterior dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan secara tidak langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar secara tiba-tiba.1-3

Trauma gigi anteriordapat mengakibatkan perubahan warna dan posisi gigi, patahsebagian atau seluruh mahkota dan lepasnya gigi.Etiologi yang mengakibatkan terjadinya trauma pada gigi adalah jatuh saat bermain, baik diluar maupun di dalam rumah, berolahraga,kecelakaan lalu lintas, tindakan kriminalitas, child abusedan perkelahian.Faktor predisposisitrauma gigi anterior adalah susunan gigiyang protrusif, jarak overbite dan overjet yang besar serta penutupan bibir yang tidak sempurna.4,5

Penelitian oleh Babita dkk di India menjumpai TDI20-30% yang melibatkan gigi permanen, menyebabkan gangguan estetis dan fungsi. Lebih dari 20% trauma melibatkan gigi permanen anak usia 14 tahun dengan puncak insiden pada usia 8-10 tahun.Hasil penelitian di Thailand oleh Malikaew dkk pada usia 11-13 tahun mendapatkan TDI sebesar 35%,dan di Brazil oleh Bendo pada usia 11-14 mendapatkan TDI sebesar 17,1%.Penelitian di Iran oleh Navabazam dan Farahani


(17)

padausia 9-14 mendapatkan 27,56%, di Inggris oleh Hamilton pada usia 8-12 mendapatkan 34%.Hasil penelitian di India oleh Adarsh Kumar dkk pada usia 12-15 tahun mendapatkan TDI sebesar 14,4%,dan oleh Babita Ahlawat dkk pada usia 10-17 tahun mendapatkan TDI sebesar 18,25%.4,6-8

Prevalensi trauma gigi anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan dengan survei perbandingan1,3-2,3:1. Tingginya prevalensi TDI pada anak laki-laki karena anak laki lebih energik dan aktif sedangkan anak perempuan lebih matang dalam berperilaku.Anak laki lebih memilih olahraga yang mempunyai resiko tinggi terhadap fraktur gigi seperti sepakbola, baseball, basket, tenis, bulu tangkis, bersepeda, skating, voli dan tinju.4,7

Tempat TDI sering terjadi dirumah dan sekolah, anak laki-laki lebih sering terjatuh di sekolah, sedangkan anak perempuan lebih sering terjatuh di rumah.Trauma gigi permanen anterior lebih sering melibatkan satu gigi dan yang paling sering terkena adalah gigi insisivus sentralis atas. Jenis yang paling sering terkena adalah fraktur enamel.1,7Perawatan gigi yang terkena trauma bila tidak segera dilakukan dapat menyebabkan nyeri dan infeksi dengan keterlibatan pulpa. Kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya gigi pada usia yang relatif muda.5,9

Berdasarkan penelitian diatas ternyata prevalensi trauma pada remaja cukup tinggi. Data prevalensi trauma penelitian di Indonesia khususnya di kota Medan masih kurang maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang prevalensi trauma gigi permanen anterior anak pada anak Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor.


(18)

1.2 Rumusan Masalah Rumusan Umum

Berapakah prevalensi trauma gigi permanen anterior pada siswa/i Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Medan Baru danMedan Johor?

Rumusan Khusus

a. Berapakah frekuensi trauma gigi permanen anterior berdasarkan klasifikasi trauma gigi menurut WHO pada siswa/i Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor?

b. Berapakah frekuensi trauma gigi permanen anterior berdasarkan elemen gigi yang terlibat pada siswa/i Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor ?

c. Berapakah frekuensi trauma gigi permanen anterior berdasarkan usia pada siswa/i Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor?

d. Berapakah frekuensi trauma gigi permanen anterior berdasarkan jenis kelamin pada siswa/i Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor?

e. Berapakah frekuensi trauma gigi permanen anterior berdasarkan etiologi pada siswa/i Sekolah MenengahPertama (SMP) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor?

f. Berapakah frekuensi trauma gigi permanen anterior berdasarkan lokasi terjadinya trauma pada siswa/i Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor?


(19)

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Untuk mengetahui besar prevalensi trauma gigi permanen anterior pada siswa/i SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Johor.

Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui berapa besar frekuensi trauma gigi permanen menurut klasifikasi WHO pada siswa/i SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

b. Untuk mengetahui berapa besar frekuensi trauma gigi permanen anterior pada siswa/i SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor berdasarkan elemen gigi yang terlibat.

c. Untuk mengetahui berapa besar frekuensi trauma gigi permanen anterior pada siswa/i SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor berdasarkan usia.

d. Untuk mengetahui berapa besar frekuensi trauma gigi permanen anterior pada siswa/i SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor berdasarkan jenis kelamin.

e. Untuk mengetahui berapa besar frekuensi trauma gigi permanen anterior pada siswa/i SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor berdasarkan etiologi.

f. Untuk mengetahui berapa besar frekuensi trauma gigi permanen anterior pada siswa/i SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor berdasarkan lokasi terjadinya trauma.


(20)

1.4Manfaat Penelitian Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kota dan tenaga kesehatan gigi untuk meningkatkan dan memaksimalkan pelayanan kesehatan gigi terutama mengenai trauma gigi pada anak remaja, sehingga dapat mengurangi prevalensi trauma gigi permanen anterior kususnya di kota Medan.

2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian selanjutnya.

Manfaat praktis

1. Sebagai bahan masukan kepada remaja mengenai trauma gigi sehingga mereka lebih dapat berhati-hati saat beraktivitas dengan cara melakukan penyuluhan.

2. Memberikan informasi kepada orangtua, pihak sekolah mengenai trauma gigi permanen yang akan berdampak kepada aktivitas dan kehidupan sehari-hari, serta upaya – upaya pencegahan dan penanggulangan pada trauma gigi.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Etiologi dan Prevalensi Trauma Gigi

Traumatic Dental Injury (TDI) adalah masalah yang signifikan pada

anak-anak. Etiologi utamanya adalah jatuh, perkelahian, kecelakaan, dan kegiatan berolahraga. Faktor predisposisi resiko terjadinya trauma termasuk peningkatan overjet, openbite, posisi gigi yang menonjol dan penutupan bibir yang tidak sempurna.Penutupan bibir yang tidak sempurna berisiko tiga kali lebih besar terhadap trauma gigi dibandingkan penutupan bibir yang sempurna.4,5,7

Gigi anterior maxilla yang rusak atau hilang akibat trauma dapat menimbulkan dampak psikologis yang besar bagi anak, karena berhubungan dengan masalah estetika. Anak yang gigi depannya patah atau hilang akan mengurangi rasa percaya diri. Anak akan merasa malu, dan lebih sering diganggu oleh teman-temannya.5

Trauma gigi dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan secara tidak langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar secara tiba-tiba. Tingkat kerusakan pada trauma gigi tergantung dengan faktor-faktor seperti kekuatan, bentuk objek, arah dan reaksi jaringan sekitar gigi. Penelitian menunjukkan tipe kerusakan akibat trauma pada gigi sulung dan gigi permanen tergantung dengan jenis dan penyebabnya. Struktur tulang alveolar pada gigi sulung kurang mineral dibanding gigi permanen sehingga trauma pada gigi sulung lebih sering menyebabkan perpindahan gigi.4,7

Secara umum trauma gigi rahang atas mempunyai persentase yang lebih tinggi karena gigi di rahang atas lebih menonjol dari gigi rahang bawah. Selain itu bagian rahang atas lebih kaku atau terfiksasi oleh tulang tengkorak sedangkan rahang bawah lebih bebas bergerak. Gigi kaninus mempunyai persentase yang lebih rendah karena gigi kaninus gigi yang kuat dan lebih terlindungi oleh cakupan bibir.Gigi insisivus


(22)

sentral rahang atas adalah gigi yang paling sering terkena trauma yaitu sebesar 81,4%, diikuti oleh gigi insisivus lateralis rahang atas 10,5%, gigi insisivus sentral mandibula 5,8%, gigi insisivus rahang bawah lateralis 1,2%dan gigi kaninus rahang atas 1,2%.Penelitian di India mendapatkan fraktur enamel 67% diikuti fraktur enamel dentin 27%.Penelitian lain mendapatkan fraktur enamel80,2% dan enamel dentin 8,1%.10,1

Tabel 1. Prevalensi jenis trauma gigi12

Jenis trauma gigi Trauma Persentase

Retak mahkota 74 14,85

Fraktur mahkota yang tidak kompleks 208 41,76

Fraktur mahkota kompleks 137 27,51

Fraktur mahkota akar yang tidak kompleks 44 8.84

Fraktur mahkota akar kompleks 19 3,81

Avulsi 16 3,21

Penelitian di Pakistan pada kelompok usia 9-11 tahun menemukan bahwa jatuh adalah penyebab utama trauma gigi sebesar 66%, kecelakan lalu lintas 19% dan olahraga 5%. Penelitian di Negara Barat menemukan penyebab utama trauma gigi adalah kegiatan olahraga. Negara Barat memiliki fasilitas olahraga yang cukup sehingga kegiatan olahraga sangat populer untuk generasi muda.13Prevalensi TDI di India cukup tinggi, karena anak laki-laki lebih memilih olahraga diluar rumah, memilki sifat agresif dan prilaku yang kurang matang.14Penyebab umum trauma gigi permanen adalah jatuh sebesar 31,7-64,2%, diikuti kegiatan olahraga 40,2%, kecelakaan bersepeda 19,5%, kecelakaan lalu lintas 7,8% dan kekerasan fisik 6,6%. Menurut hasil penelitian jika kegiatan tersebut memakai pelindung seperti helm dapat mengurangi insiden trauma wajah hingga 65% dan dapat mencegah terjadinya trauma pada gigi.7,13,14

Puncak insiden TDI terjadi antara usia 9-14 tahun, karena pada usia ini anak lebih aktif sedangkan koordinasi motorikmasih kurang karena dalam tahap perkembangan. Pada periode usia ini juga anak-anak tidak bisa menilai bahaya suatu permainan.Penelitian di Thailand mendapatkan usia 7-15 tahun trauma lebih sering


(23)

terjadi karena bermain dan olahraga.TDI sering terjadi terutama pada hari kerja sesudah pulang sekolah, karena saat itu orangtua belum pulang kerja dan anak-anak lebih memilih untuk bermain tanpa ada pengawasan orangtua.1,2

Anak laki-laki sering mengalami trauma gigi diluar rumah sedangkan anak perempuan didalam rumah.2,12Prasad et al menemukan bahwa prevalensi TDI pada anak laki-laki sebesar 58,1% lebih tinggi dibandingkan anak perempuan yaitu 41,86%. Berdasarkan indeks National Institute of Dental Research, Kaste melaporkan pada anak berusia 6-20 tahun, 23% anak laki dan 13,5% dari perempuanpernah mengalami trauma gigi insisivus permanen.Data ini didukung oleh penelitian lain yang memperoleh 12%-33% anak laki-laki dan 4%-11% anak perempuan mengalami trauma anterior pada gigi permanen.Trauma gigi dua kali lebih sering pada anak lakidibandingkan anak perempuan.2,9,12,16

Grafik 1. Distribusi prevalensi berdasarkan umur17

Di Amerika Serikat dua survei nasional besar menyatakan satu dari enam remaja dan satu dari empat orang dewasa pernah mengalami TDI. Di Inggris O’Brien menunjukkan bahwa satu dari lima anak mengalami TDI pada gigi permanen anteriorsebelum meninggalkan sekolah. Penelitian Andreasen dan Reaven (1972) melaporkan bahwa 22% dari anak-anakmengalami TDI pada gigi permanen sebelum

45,90% 29,70%

24,50%

Distribusi Prevalensi Berdasarkan Umur


(24)

meninggalkan sekolah. Penelitian di Panckula India dari 810 siswa yang diperiksa, prevalensi TDI adalah 10,2%.18

Penelitian di Thailand mendapatkan TDI sebesar 9,9% karena penyalahgunaan pemakaian gigi misalnya sengaja menggigit benda yang keras atau tergigit tulang yang terdapat dalam makanan.Pasien dengan masalah mobilitas dan cacat fisik, seperti gangguan kejang dan cerebral palsi memiliki resiko lebih besar terjadinya TDI.Prevalensi TDI pada penderita cerebral palsi ditemukanlebih tinggi (57%) dibandingkan populasi yang sehat. Penderita cerebral palsitidak melakukan kegiatan olahraga yang keras sepertiorang sehat, tetapi gerakan kepala yang tidak terkendali menjadi faktor predisposisipenyebab TDI. Basserman melaporkan52% pasien epilepsi menderita trauma gigi, dan terjadi berulang-ulang. Epilepsi terbukti menjadi masalah paling besar ketiga dalam perawatan gigi karena ketika penderita epilepsy mengalami kejang sering diikuti dengan terjatuh.2,19

2.2Klasifikasi Trauma

Klasifikasi yang direkomendasikanWorld Health Organization (WHO) dalam Application of International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology meliputikerusakan jaringan keras gigi dan pulpa,kerusakan jaringan periodontal, kerusakan pada tulang pendukung, serta kerusakan pada gingiva atau jaringan lunak rongga mulut baik pada gigi sulung ataupun gigi permanen.

2.2.1 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa

a. Retak mahkota, yaitu suatu fraktur yang tidak sempurna pada enamel tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau vertical.

b. Fraktur enamel yang tidak kompleks,yaitu suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan enamel saja.

c. Fraktur enameldentin, yaitu fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai enamel dan dentin saja tanpa melibatkan pulpa.

d. Fraktur mahkota yang kompleks, yaitu fraktur yang mengenai enamel, dentin, dan pulpa.


(25)

e. Fraktur mahkota akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai enamel, dentin, dan sementum.

f. Fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang kompleks. Fraktur mahkota-akar yang tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang tidak kompleks.

h. Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenaisementum, dan pulpa tanpa melibatkan lapisan enamel.

2.2.2 Kerusakan pada Jaringan Periodontal

a. Konkusi, yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.

b.Subluksasi, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.

c. Luksasi ekstrusi, yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang.

d. Luksasi lateral, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi kearah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal.

e. Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.

f. Avulsi, (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari soket.


(26)

Gambar 1. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa20

2.2.3 Kerusakan pada Jaringan Tulang Pendukung

a. Kerusakan soket alveolar maksila dan mandibula merupakan kerusakan dan kompresi dari soket alveolar pada rahang atas atau rahang bawah. Hal ini dapat juga dilihat pada intrusif dan luksasi lateral.

b. Fraktur dinding soket alveolar maksila dan mandibula, yaitu fraktur tulang alveolar pada rahang atas atau rahang bawah yang melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding soket.

d. Fraktur prosesus alveolaris maksila dan mandibula, yaitu fraktur yang mengenai prosesus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi pada rahang atas atau rahang bawah.

e. Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus mandibula atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi.


(27)

2.2.4 Kerusakan pada Gusi atau Jaringan Lunak Rongga Mulut

a. Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel.

b. Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.

c. Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena gesekanatau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang berdarah atau lecet.1,21


(28)

2.3 Riwayat, Pemeriksaan Klinis, dan Diagnosa Trauma

Pemeriksaan pasien yang mengalami trauma gigi terdiri dari pemeriksaan darurat dan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan darurat adalah pemeriksaan yang langsung ditujukan pada gigi yang mengalami trauma dan langsung dilakukan perawatan untuk menghindari bertambah parahnya kasus yang terjadi. Pemeriksaan ini berbeda dengan pemeriksaan pada pasien non trauma yang mengharuskan dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh lebih dahulu.5

Anak yang dibawa orang tuanya ke dokter gigi pasca trauma gigi anterior penting untuk segera dilakukan perawatan darurat. Keterlambatan atau kegagalan perawatan mengakibatkan kerusakan pulpa, rasa sakit bahkan kehilangan gigi.Trauma pada gigi harus diperlakukan sebagai keadaan darurat, anak harus dilihat sesegera mungkin pada hari yang sama. Ketika anak tiba di klinik, penting untuk melakukan penilaian kondisi umumnya. Meskipun gigi lepas atau rusak menjadi prioritas untuk ditangani namun penting bagi dokter gigi untuk melihat kondisi keseluruhan anak secepat mungkin untuk memastikan apakah ada trauma yang lebih serius, misalnya perdarahan atau terhambatnya fungsi pernafasan.Pasien juga ditanyakan apakah terjadi muntah, penurunan kesadaran, sakit kepala serta amnesia pasca trauma. Apabila hal ini terjadi kemungkinan ada kerusakan pada sistem saraf pusatsehingga dianjurkan untuk pemeriksaaan lebih lanjut pada bagian neurologi.5

Trauma yang terjadi ditempat yang kotor perlu dipertimbangkan pemberian Anti Tetanus Serum (ATS).Riwayat imunisasi sebaiknya didapatkan dari orangtua penderita. Pada umumnya anak-anak telah mendapatkan proteksi yang memadai dari imunisasi aktif berupa serangkaian injeksi tetanus toksoid. Apabila imunisasi aktif belum didapatkan, maka dokter gigi sebaiknya segera membicarakannya kepada orangtua atau dokter keluarga.3,22-25

Riwayat dental pasien dapat diperoleh melalui pertanyaan yaitu ’’when,

where, how’’. When digunakan untuk menanyakan waktu kejadian. Interval waktu

antara cedera dengan perawatan mempengaruhi prognosa dari gigi tersebut. Where digunakan untuk menanyakan lokasi cedera. Jika terjadi trauma ditempat yang kotor maka dipertimbangkan pemberian profilaksis antitetanus.


(29)

How digunakan untuk mengetahui bagaimana trauma terjadi, dari kecelakaan atau sebab lain. Gigi atau fragmen gigi yang hilang dan tidak diketahui pasien, diperlukanfoto thorax. Riwayat trauma sebelumnya dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan gigi dan rencana perawatan.5

2.4 Pencegahan Trauma

Trauma dapat dicegah dengan menggunakan mouthguard, yangterbuat dari kopolimer termoplastik dan dirancang sesuai dengan rahang. Mouthguards dibagi 3 jenis:

1. Stock mouthgurads. Mouthguards ini relatif murah, namun tersedia dalam

ukuranterbatas. Kekurangannya adalah menghambat berbicara, bernafas dan rahang harus tetap dalam posisi tertutup untuk menahan mouthguard.

2. Mouth-Formed Protectors. Mouthguards ini digunakan oleh 90%

atletik.Terbuat dari akrilik plastik atau karet silicon yang direndam dalam air mendidih selama 10-45 detik, dipindahkan ke air dingin dan dimasukkan ke dalam mulut anak. Anak diminta menyesuaikan dengan rahangnya.

3. Custom Made Mouthguards. Terbuat dari polimer termoplastik yang

disesuaikan dengan cetakan model gigi anak, keuntungannya kuat, tidak mengganggu berbicara dan nyaman.26


(30)

2.5Kerangka Teori

Trauma gigi permanen anterior

Terjatuh Olahraga Kecelakaan Kekerasan fisik Etiologi

Kerusakan pada jaringan keras gigi

Kerusakan pada tulang pendukung

Kerusakan pada jaringan periodontal

Kerusakan pada gingival atau jaringan

Pencegahan Klasifikasi

WHO

Mouthguards Riwayat, pemeriksaan

klinis, dan diagnosis

Penanganan darurat Pemeriksaan


(31)

2.6 Kerangka Konsep

Anak SMP Prevalensi trauma gigi permanen anterior. Berdasarkan :

 Klasifikasi WHO  Elemen gigi permanen

anterior yang terkena trauma

 Usia anak  Jenis Kelamin  Etiologi


(32)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada SMP di kecamatan Medan Baru dan Medan Johor. Pembuatan proposal penelitian dimulai September 2014, selama 6 bulan, pengumpulan data 2 bulan, pengolahan dan analisis data 1 bulan dan penyusunan laporan penelitian selama 1 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh anak SMP di kecamatan Medan Baru dan Medan Johor.

Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi SMP di kecamatan Medan Baru dan Medan Johor yang memenuhi kriteria inklusi dan dipilih secara random. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode multistage random sampling, yaitu terlebih dahulu memilih secara random satu kecamatan lingkar luar dan satu kecamatan lingkar dalam dari 21 kecamatan sekotamadya Medan. Selanjutanya dilakukan random lagi untuk mendapatkan dua SMP dari masing-masing kecamatan lingkar luar dan lingkar dalam. Pengambilan sampel dari dua SMP di masing-masing kecamatan tersebut dilakukandengan cararandom sampling hingga didapat jumlah sampel yang dibutuhkan.

Sampel penelitian akan ditetapkan dalam kriteria, yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.


(33)

Kritera inklusi dalam penelitian ini : 1. Murid SMP

2. Anak yang mampu mengikuti jalannya pemeriksaan gigi dan mulut Kriteria eksklusi dalam penelitian ini :

1. Murid yang tidak mengembalikan informed consent

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jumlah sampel untuk estimasi proporsi. Penggunaan rumus estimasi proporsi dibawah ini dilakukan karena penelitian ini menggunakan skala pengukuran kategorikal yaitu skala nominal. Skala nominal tidak mempunyai makna besaran, tetapi hanya sekedar pemberian label.

n = Zα2.P.Q

= 1,962. 0,17. (1-0,17) (0,05)2 = 216 sampel

Keterangan :

n : jumlah sampel

Zα : deviat baku alfa = 1,96

P : proporsi yang diambil dari hasil penelitian Andreasen dan Ravn = 17,1% Q : 1- P = 1- 0,17 = 0,83

d : presisi (0,05)

Berdasarkan rumus tersebut, presisi penelitian 0,05 bearti kesalahan penelitian yang masih bisa diterima untuk memprediksi proporsi yang akan diperoleh yaitu 5%. Jumlah sampel ditambahkan 10% dari jumlah sampel yang didapat dari rumus untuk mengantisipasi adanya sampel yang droup-out. Sehingga besar sampel yang akan digunakan sebanyak 237 orang. Besar sampel akan didistribusikan merata, pada masing-masing kecamatan diperlukan 119 orang.


(34)

a. Klasifikasi trauma gigi permanen anterior yang dapat dilihat secara klinis berupa: retak mahkota, fraktur enamel, fraktur enamel-dentin, fraktur mahkota kompleks, subluksasi, luksasi, luksasi intruksi, luksasi ekstrusi, avulsi.

b. Elemen gigi c. Jenis kelamin d. Usia trauma e. Etiologi trauma

f. Lokasi terjadinya trauma

3.5 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Klasifikasi trauma

pada gigi sulung anterior menurut WHO yang dilihat secara klinis

1. Jaringan keras gigi dan pulpa:

a) Retak mahkota adalah fraktur yang tidak sempurna pada enamel tanpa

kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau vertikal.

b). Fraktur enamel

yang tidak kompleks

adalah fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai lapisan enamel saja. c). Fraktur

enamel-dentin yaitu fraktur

pada mahkota gigi yang hanya mengenai enamel dan dentin saja tanpa melibatkan pulpa.

d). Fraktur mahkota

kompleks adalah

fraktur yang mengenai enamel, dentin, dan

Wawancara dan pemeriksaan klinis Sonde, kapas, kaca mulut, pinset, senter dan kuesioner Nominal


(35)

pulpa.

2. Kerusakan pada jaringan periodontal: ). Subluksasi adalah

kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi. b). Luksasi merupakan

perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah labial, palatal, maupun lateral. ). Luksasi ekstrusi adalah

pelepasan sebagian gigi keluar dari soketnya sehingga mahkota gigi terlihat lebih panjang.

d). Luksasi instrusi adalah pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, menyebabkan

kerusakan atau fraktur soket alveolar sehingga mahkota gigi akan terlihat lebih pendek.

). Avulsi adalah pergerakan seluruh gigi keluar dari soketnya.

nis Kelamin nis kelamin responden, yaitu laki-laki atau perempuan

Observasi Kuisioner Normal

Usia Responden Usia responden dihitung berdasarkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran sampai penelitian dilakukan

awancara Kuisioner dinal

Usia kejadian trauma Usia anak saat mengalami trauma gigi (riwayat


(36)

trauma) yang didapat dari wawancara

Etiologi nyebab dari trauma gigi sulung anterior yang dialami anak, yaitu karena terjatuh, olahraga, kecelakaan, kekerasan fisik dan lain-lain (sebutkan)

awancara Kuisioner Nominal

okasi Kejadian Trauma

Tempat anak

mengalami trauma gigi sulung anterior yaitu : di rumah, di sekolah, di ruang bermain, di jalan, dan di tempat lainnya (sebukan)

awancara Kuisioner Nominal

3.6 Prosedur Penelitian

Pengumpulan data dilakukan secara survei lapangan dengan mengunjungi subjek penelitian pada murid SMP yang telah dipilih di setiap kecamatan. Metode pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah wawancara dan pemeriksaan terhadap gigi permanen anterior yang mengalami trauma dan hasil pemeriksaan dimasukkan ke dalam lembar pemeriksaan.

Tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Peneliti menentukan kecamatan lingkar luar dan lingkar dalam dengan cara teknik random dan mendapatkan kecamatan Medan Baru dan Medan Johor. Pada tiap kecamatan, di random 2 SMP yang akan dijadikan lokasi penelitian.

2. Mempersiapkan kelengkapan administrasi yaitu surat izin dari Pembantu Dekan 1 FKG USU untuk memperoleh surat izin dari komite etik dari FK USU dan surat izin ke sekolah untuk melakukan penelitian.

3. Mendatangi lokasi penelitian untuk meminta izin penelitian dan menentukan jadwal.

4. Peneliti memberikan informed consent kepada siswa/i yang akan menjadi sampel lalu ditandatangani oleh orang tua.


(37)

5. Pemeriksaan klasifikasi trauma dilakukan dengan mengeringkan bagian gigi yang terkena trauma dengan kapas/kasa, kemudian diperiksa menggunakan kaca mulut datar, sonde tajam, setengah lingkaran dan dibantu penerangan dengan cahaya senter.

6. Pemeriksaan gigi dilakukan oleh tim yang berasal dari mahasiswa FKG USU tingkat akhir. Sebelum penelitian dilakukan kalibrasi pada tim untuk menyamakan persepsi agar hasil yang diperoleh akurat.

7. Peneliti akan mewawancarai anak perihal identitas, kapan terjadinya trauma, lokasi terjadinya trauma dan bagaimana terjadinya trauma.

8. Data dimasukkan ke dalam lembar pemeriksaan. Selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

 Editing : untuk memeriksa isi kuesioner apakah sudah diisi semua atau belum.

 Coding : mengklasifikasikan jawaban dengan memberi kode pada

masing-masing jawaban.

 Analisis data dilakukan dengan komputerisasi, yaitu memasukan data kedalam excel dan melakukan perhitungan dengan hasil berupa persentasi.


(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 245 orang. Sampel berasal dari SMPN 10 dan SMP swasta Nurul Hasanah di kecamatan Medan Baru dan SMPN 28 dan MTs Al-Wasliyah di kecamatan Medan Johor. Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian ini terdiri atas 109 anak laki-laki (44,5%) dan 136 anak perempuan (55,5%). Berdasarkan usia subjek penelitian, pada kelompok usia 11 tahun terdapat sebanyak 2 anak (0,8%), usia 12 tahun sebanyak 36 anak (14,7%), usia 13 tahun sebanyak 68 anak (27,8%), usia 14 tahun sebanyak 86 anak (35,1%), usia 15 tahun sebanyak 50 anak (20,4%), serta usia 16 tahun sebanyak 3 anak (1,2%) (Tabel 2).

Tabel 2. Distribusi Karakteristik responden di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

Karakteristik

Responden Jumlah (n) Persentase

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 109 136 44,5 55,5 Usia 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun 16 tahun 2 36 68 86 50 3 0,8 14,7 27,8 35,1 20,4 1,2


(39)

Prevalensi anak yang mengalami trauma gigi permanen anterior di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor adalah 15,9% (39 orang). Laki-laki 53,84% (21 orang) dari 39 anak yang terkena trauma dan perempuan 46,16% (18 orang) dari 39 anak yang terkena trauma.

Tabel 3. Distribusi frekuensi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

Jenis Kelamin Jumlah Sampel

Persentase Terkena Trauma

Persentase

Laki-laki 109 44,5 21 53,84

Perempuan 136 55,5 18 46,16

Total 245 100 39 100

4.2 Klasifikasi Trauma Gigi Permanen Anterior pada Kecamatan Medan baru dan Medan Johor

Berdasarkan klasifikasi trauma gigi yang dialami dari 39 orang anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor didapat, fraktur enamel 61,9% (26 kasus), fraktur enamel-dentin 21,4% (9 kasus), fraktur mahkota kompleks 7,1% (3 kasus), konkusi 4,8% (2 kasus), subluksasi 2,4% (1 kasus), dan avulsi 2,4% (1 kasus) (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP berdasarkan klasifikasi trauma di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

Klasifikasi Trauma Frekuensi Kasus (n) Persentase

Fraktur enamel

Fraktur enamel-dentin Fraktur mahkota kompleks Konkusi Subluksasi Avulsi 26 9 3 2 1 1 61,9 21,4 7,1 4,8 2,4 2,4


(40)

4.3 Elemen Gigi yang Terkena Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

Berdasarkan elemen gigi yang terkena trauma gigi dari 39 orang anak didapat, gigi insisivus sentralis kanan atas 47,6% (20 kasus), gigi insisivus lateralis kanan atas sebanyak 4,7% (2 kasus), kaninus kanan atas sebanyak 2,4% (1 kasus), insisivus sentralis kiri atas 26,2% (11 kasus), insisivus lateralis kiri atas 2,4% (1 kasus), kaninus kiri atas sebanyak 2,4% (1 kasus), gigi insisivus sentralis kanan bawah 2,4% (1 kasus), gigi kaninus kanan bawah 2,4% (1 kasus), insisivus sentralis kiri bawah 4,7% (2 kasus), insisivus lateralis kiri bawah 2,4% (1 kasus), kaninus kiri bawah 2,4% (1 kasus) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP berdasarkan elemen gigi di Kecamatan Medan baru dan Medan Johor

Elemen gigi Frekuensi Kasus (n) Persentase

Insisivus sentralis kanan atas Insisivus lateralis kanan atas kaninus kanan atas

Insisivus sentralis kiri atas Insisivus lateralis kiri atas Kaninus kiri atas

Insisivus sentralis kiri bawah Insisivus lateralis kiri bawah Kaninus kiri bawah

Insisivus sentralis kanan bawah Kaninus kanan bawah

20 2 1 11 1 1 2 1 1 1 1 47,6 4,7 2,4 26,2 2,4 2,4 4,7 2,4 2,4 2,4 2,4

42 100

Trauma gigi permanen anterior berdasarkan usia trauma yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 39 orang anak yang mengalami trauma gigi permanen anterior, didapat anak usia 10-12 tahun 74,4% (29 orang) dan usia 13-15 tahun 25,6% (10 orang) (Tabel 6).


(41)

Tabel 6. Distribusi kasus trauma gigi pada anak SMP berdasarkan usia kejadian trauma di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

Karakteristik Frekuensi Kasus (n) Persentase Kasus

Usia Kejadian Trauma 10 – 12 tahun

13 – 15 tahun

29 10

74,4 25,6

Total 39 100%

4.4 Etiologi Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

Berdasarkan etiologi trauma gigi dari 39 orang anak yang mengalami trauma gigi permanen anterior disebabkan jatuh 46,2% (18 kasus), kecelakaan olahraga 25,6% (10 kasus), kecelakaan bermotor 10,3% (4 kasus), kekerasan fisik 5,1% (2 kasus) dan lain-lain yaitu terkena lemparan 10,2% (4 kasus) dan menggigit pensil 2,6% (1 kasus) (Tabel 7).

Tabel 7. Distribusi etiologi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

Etiologi Frekuensi Kasus (n) Persentase

Jatuh Kecelakaan olahraga Kecelakaan bermotor Kekerasan fisik Terkena lemparan Menggigit pensil 18 10 4 2 4 1 46,2 25,6 10,3 5,1 10,2 2,6

Total 39 100

Distribusi etiologi trauma gigi permanen anterior berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki paling banyak disebabkan karena jatuh 32% (8 orang) dan kecelakaan olahraga 32% (8 orang), selanjutnya disebabkan karena hal lain terkena lemparan 16% (4 orang), kecelakaan bermotor 12% (3 orang) dan kekerasan fisik 8% (2 orang). Terjatuh penyebab paling banyak pada anak perempuan sebesar 71,5% (10 orang), kecelakaan olahraga 14,3% (2 orang), kecelakaan bermotor 7,1% (1 orang),


(42)

kekerasan fisik tidak dijumpai dan disebabkan hal lain mengigit pensil 7,1% (1 orang) (Tabel 8).

Tabel 8. Distribusi frekuensi etiologi trauma gigi permanen anterior berdasarkan jenis kelamin pada anak SMP di Kecamatan Medan baru dan Medan Johor

Etiologi Laki-laki (%) Perempuan (%)

Jatuh 8 (32) 10 (71,5)

Kecelakaan olahraga 8 (32) 2 (14,3)

Kecelakaan bermotor 3 (12) 1 (7,1)

Kekerasan fisik 2 (8) 0 (0)

Dan lain-lain 4 (16) 1 (7,1)

Total 25 (100) 14 (100)

4.5 Lokasi Terjadi Trauma Gigi Permanen Anterior pada Anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

Berdasarkan lokasi terjadinya trauma gigi permanen anterior dari 39 orang anak didapat, paling banyak terjadi di rumah 46,2% (18 kasus), di sekolah 17,9% (7 kasus), tempat olahraga 25,6% (10 kasus), di jalan 10,3% (4 kasus) sedangkan terjadinya trauma ditempat lain tidak dijumpai karena sebagian besar aktivitas anak-anak dirumah dan ditempat olahraga (Tabel 9).

Tabel 9. Distribusi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP berdasarkan lokasi terjadinya di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

Lokasi Terjadinya Trauma Frekuensi Kasus (n) Persentase

Rumah 18 46,2

Sekolah 7 17,9

Tempat Olahraga 10 25,6

Jalan 4 10,3

Total 39 100

Berdasarkan frekuensi lokasi trauma gigi permanen anterior pada anak laki-laki paling banyak terjadi ditempat olahraga 36,4% (8 orang), dirumah 27,3% (6 orang), disekolah 22,7% (5 orang), dijalan 13,6% (3 orang). Pada anak perempuan


(43)

dirumah penyebab paling banyak terjadi sebesar 70,5% (12 orang), disekolah 11,8% (2 orang), tempat olahraga 11,8% (2 orang), dijalan 5,9% (1 orang) (Tabel 10).

Tabel 10. Distribusi frekuensi lokasi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor

Lokasi Terjadinya Trauma Laki-laki (%) Perempuan (%)

Rumah 6 (27,3) 12 (70,5)

Sekolah 5 (22,7) 2 (11,8)

Tempat olahraga 8 (36,4) 2 (11,8)

Jalan 3 (13,6) 1 (5,9)


(44)

BAB 5 PEMBAHASAN

Prevalensi trauma gigi permanen anterior pada siswa/i SMPN 10 dan SMP Swasta Nurul Hasanah di kecamatan Medan Baru dan SMPN 28 dan MTs Al-Wasliyah di kecamatan Medan Johor diperoleh hasil penelitian sebesar 15,9% (Tabel 3). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Kumar dkk di India sebesar 14,4%, Bendo di Brazil 17,1%, dan Ahlawat dkk di India 18,25%. Hasil penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Malikaew di Thailand pada tahun 2006 sebesar 35%, penelitian Navabazam dan Faharani di Iran pada tahun 2010 sebesar 27,56%, penelitian Hamilton di Inggris pada tahun 1997 sebesar 34%. Hasil ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Patel di India pada tahun 2012 sebesar 8,79% dan Ingle dkk di India pada tahun 2010 sebesar 11,5%.

Prevalensi trauma gigi di beberapa penelitian ditemukan berbeda-beda. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan sejumlah variasi faktor seperti klasifikasi trauma, status gigi, geografis, perbedaan prilaku, Negara dan sosial ekonomi. Nicolau

et al menyatakan bahwa anak-anak dan remaja dari kelompok sosial ekonomi rendah

lebih rentan terhadap trauma gigi daripada anak-anak kelompok sosial ekonomi tinggi. Karena pada sosial ekonomi yang lebih rendah lebih senang bermain yang ekstrim seperti kejar-kejaran, manjat, atau bermain dijalan. Sebuah penelitian di Utara Inggris menemukan tingkat prevalensi trauma pada anak-anak dari kelompok sosial ekonomi rendah tinggi sebesar 38%. Levy et al juga menemukan bahwa tingkat cedera yang lebih rendah adalah kelompok sosial yang lebih tinggi. Namun Marcenes et al di Brazil melaporkan bahwa prevalensi trauma lebih tinggi pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Penyebabnya kemungkinan golongan sosial ekonomi tinggi memiliki sepeda, skateboard, dan berkuda.9,17 ,25,26

Anak laki-laki beresiko lebih tinggi mengalami trauma daripada anak perempuan. Prevalensi trauma gigi anak laki-laki pada penelitian ini diperoleh sebesar 53,84% (21 anak) dari 39 anak yang terkena trauma dan pada anak


(45)

perempuan diperoleh sebesar 46,16% (18 anak) dari 39 anak yang terkena trauma (Tabel 3). Fakta bahwa anak laki-laki lebih terlibat dalam olahraga diluar rumah, mereka juga memilki sifat agresif dan prilaku yang belum matang. Sedangkan pada anak perempuan di India dan Indonesia dibesarkan secara konservatif dan dilindungi sesuai dengan sosial budaya.2

Hasil penelitian ini menjumpai fraktur enamel merupakan jenis fraktur yang paling banyak dijumpai yaitu 61,9% (26 kasus) dibandingkan dengan jenis fraktur lain dalam penelitian ini. Hasil lain yaitu fraktur enamel-dentin sebesar 21,4% (9 kasus), fraktur mahkota kompleks sebesar 7,1% (3 kasus), konkusi sebesar 4,8% (2 kasus), subluksasi sebesar 2,4% (1 kasus), dan avulsi sebesar 2,4% (1 kasus) (Tabel 4). Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan penelitian oleh Kumar dkk yang menjumpai fraktur enamel sebesar 80% dan fraktur enamel-dentin sebesar 17,2%. Perbedaan ini kemungkinan pada penelitian Kumar memiliki sampel yang lebih banyak.8 Tingkat kerusakan pada trauma gigi tergantung faktor-faktor seperti energi yang dihasilkan, ketahanan, bentuk dari objek, arah dan dampak reaksi gigi disekitar jaringan. Fraktur tanpa melibatkan pulpa adalah yang paling umum terjadi pada trauma gigi permanen anterior.7

Berdasarkan hasil penelitian ini elemen gigi yang terkena gigi insisivus sentralis kanan atas sebanyak 47,6% (20 kasus), gigi insisivus lateralis kanan atas sebanyak 4,7% (2 kasus), kaninus kanan atas sebanyak 2,4% (1 kasus), insisivus sentralis kiri atas 26,2% (11 kasus), insisivus lateralis kiri atas sebanyak 2,4% (1 kasus), kaninus kiri atas sebanyak 2,4% (1 kasus), gigi insisivus sentralis kanan bawah 2,4% (1kasus), gigi kaninus kanan bawah sebanyak 2,4% (1 kasus), insisivus sentralis kiri bawah 4,7% (2 kasus), insisivus lateralis kiri bawah 2,4% (1 kasus), kaninus kiri bawah 2,4% (1 kasus) ada 3 orang yang mempunyai 2 kasus terkena pada giginya (Tabel 5). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian-penelelitian lainnya, pada umumnya gigi rahang atas yang lebih banyak terkena trauma gigi anterior, pada penelitian oleh Granville juga mendapatkan gigi rahang atas lebih sering mengalami trauma daripada gigi rahang bawah, dan gigi insisivus sentral rahang atas yang lebih sering terkena trauma gigi. Hasil ini kemungkinan biasanya disebabkan pada saat


(46)

terjadinya trauma dari arah depan dan mengenai gigi rahang atas, sedangkan gigi rahang bawah terlindungi oleh gigi rahang atas.27

Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi usia trauma gigi permanen anterior, pada anak usia 10-12 tahun 74,4% (29 orang) dan usia 13-15 tahun 25,6% (10 orang) (Tabel 6). Menurut Diaz et al frekuensi tertinggi cedera trauma gigi permanen terjadi dalam kelompok usia 7-10 tahun dan 10-12 tahun. Menurut Navabazam dan Faharani usia 9-10 tahun merupakan frekuensi paling tinggi karena anak lebih aktif, kurang koordinasi motorik dan dalam tahap perkembangan.7,10,14

Hasil penelitian oleh Batra menyebutkan jatuh adalah penyebab utama tejadinya trauma gigi permanen anterior pada anak usia 12 tahun.2 Penelitian ini didukung oleh penelitian Ahlawat dkk.9 Penyebab jatuh pada penelitian ini sebesar 46,2% (18 kasus), kecelakaan olahraga sebesar 25,6% (10 kasus), kecelakaan bermotor sebesar 10,3% (4 kasus), kekerasan fisik sebesar 5,1% (2 kasus) terkena lemparan sebesar 10,2% (4 kasus) dan menggigit pensil sebesar 2,6% (1 kasus). Hasil ini sesuai dengan penelitian lainnya, karena jatuh paling banyak menyebabkan terjadinya trauma gigi anterior dan berhubungan dengan aktivitas anak sehari-hari (Tabel 7). Hasil penelitian oleh Ingle dkk juga menemukan bahwa jatuh adalah penyebab utama terjadinya trauma pada gigi permanen anterior yaitu sebesar 57%, kecelakaan olahraga yaitu sebesar 15,2%, kecelakaan bermotor 5,1%, dan kekerasan fisik sebesar 6,3%. Vaida dkk menemukan hasil penelitian bahwa penyebab utama trauma gigi permanen jatuh sebesar 31,7-64,2%, diikuti kegiatan olahraga 40,2%, kecelakaan bersepeda 19,5%, kecelakaan lalu lintas 7,8% dan kekerasan fisik 6,6%. Menurut hasil penelitian jika kegiatan bersepeda atau berolahraga yang berisiko jatuh memakai pelindung seperti helm dapat mengurangi insiden trauma wajah hingga 65% serta trauma pada gigi.7,18

Trauma gigi permanen anterior yang ditemukan dalam penelitian ini paling sering terjadi di rumah sebesar 46,2%, di sekolah sebesar 17,9%, tempat olahraga sebesar 25,6%, dan di jalan sebesar 10,3%. Berdasarkan frekuensi lokasi trauma gigi permanen anterior pada anak laki-laki paling banyak terjadi ditempat olahraga sebesar 36,4% (8 orang), dirumah 27,3% (6 orang), disekolah 22,7% (5 orang), dan


(47)

dijalan 13,6% (3 orang). Pada anak perempuan dirumah penyebab paling banyak terjadi sebesar 70,5% (12 orang), disekolah 11,8% (2 orang), tempat olahraga 11,8% (2 orang), dan dijalan 5,9% (1 orang) (Tabel 10). Berbeda dengan Patel, prevalensi terjadinya trauma dirumah sebesar 43,87%, dijalan 13,19%, dan disekolah 16,26%. Mayoritas trauma gigi terjadi dirumah dan disekolah. Terutama untuk anak perempuan karena lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dan disekolah.16 Penelitian oleh Batra dkk yang meneliti anak usia 12 tahun menyebutkan bahwa pada usia ini anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dirumah, kemudian ditaman bermain, dan disekolah. Karena pada masa usia tersebut anak-anak sibuk dengan jadwal mereka yang biasa dirumah dan disekolah.2


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Prevalensi trauma gigi permanen anterior pada siswa/i SMP di Kecamatan Medan Baru yang diwakili SMPN 1 dan SMP Swasta Nurul Hasanah, dan SMP di Kecamatan Medan Johor yang diwakili SMPN 28 dan MTs Al-Wasliyah berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebesar 15,9% dari sampel yang berjumlah 245 orang.

2. Prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 53,84% dan anak perempuan 46,16%.

3. Tipe trauma gigi permanen anterior yang sering terjadi adalah fraktur enamel 61,9% dan fraktur enamel-dentin 21,4%.

4. Gigi yang paling sering mengalami trauma adalah gigi insisivus sentralis rahang atas yaitu 47,6%.

5. Prevalensi trauma gigi berdasarkan usia paling tinggi anak usia 10 tahun 35,9%, 11 tahun 12,8%, dan 12 tahun 25,6%.

6. Jatuh menjadi penyebab terbanyak mengakibatkan trauma gigi permanen anterior yaitu 46,2%. Berdasarkan jenis kelamin anak laki-laki paling banyak jatuh dan kecelakaan olahraga 32% dan pada anak perempuan paling banyak jatuh 71,5%.

7. Trauma gigi permanen anterior paling sering terjadi di rumah 46,2% dan ditempat olahraga yaitu 25,6%. Berdasarkan jenis kelamin anak laki-laki paling banyak terjadi ditempat olahraga 36,4% dan pada anak perempuan dirumah 70,5%.

6.2 Saran

1. Diadakannya program penyuluhan dan edukasi permanen anterior pada anak, orangtua, dan guru sekolah tentang topik trauma gigi bagaimana penyebab, dampak, penanganan, perawatan, serta pencegahan trauma gigi oleh tenaga kesehatan


(49)

khususnya dokter, sehingga diharapkan anak lebih berhati-hati terhadap terjadinya trauma.

2. Diharapkan anak menggunakan alat pelindung saat bermain dan berolahraga, serta helm dan sabuk pengaman saat berkendaraan untuk mencegah terjadinya trauma gigi.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Jokic NI, Bakarcic D, Fugosic V, Majstorovic M, Skrinjaric I. Dental trauma in children and young adults visiting a University Dental Clinic. Dental Traumatol 2009; 25: 84-87

2. Malikaew P, Watt RG, Sheiham A. Prevalence and factors associated with traumatic dental injuries (TDI) to anteior teeth of 11-13 year old Thai children. Community Dental Health 2006; 23 : 222-7

3. Riyanti E. Penatalaksanaan trauma gigi pada anak. FKG UNPAD: 2, 2-8. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/penatalaksanaan_trauma_gigi_ pada_anak.pdf (4 Agustus 2014).

4. Situmeang, Juni Mariani. Fraktur mahkota gigi anterior dan perawatannya pada murid-murid SMU Negeri 1 Medan. USU e-Repository. 2008.

5. Sutan A. Penanganan darurat pada pasien anak yang mengalami trauma. 25 Mei 2012. http://chakraproject.blogspot.com/2012/05/file-09-pemeriksaan-darurat-pada-pasien-anak-dan.html (Agustus 2013)

6. Ahlawat B, Kaur A, Thakur G, Mohindroo A. Anterior tooth trauma: a most neglected oral health aspect in adolescents. INDJOS 2013; 4(1): 31-7

7. Zaleckiene V, Peciuliene V, Brukiene V, Drukteinis S. Traumatic dental injuries: etiology, prevalence and possible outcomes. Stomalogija, Baltic Dent and Maxillofacial J 2014; 16: 7-14.

8. Kumar A, Bansal V, Lingappa K, Veeresha, Sogi GM. Prevalence of (TDI) among 12- to 15-year-oldd Schoolchildren in Ambala District, Haryana, India. Oral Health Prev Dent 2011; 9: 301-305

9. Prasad S, Tandon S, Puhaja M, Wadhawan A. Prevalence of (TDI) among school going children in Farukhnagar, District Gurgaon. IJSS 2014; 2 (2): 44-8.

10.Ramaiah SD, Maraiah PK. Prevalence of traumatic dental injuries among Blind School Children in South Karnataka. IOSR-JDMS 2014; 13 (11): 18-22


(51)

11.Chopra A, Lakhanpal M, Rao NC, Gupta N, Vashisth S. Traumatic dental injuries among 12-15-year-old-school children in Panchkula. Arch Trauma Res 2014; 3 (1): 1-3.

12.Khan NA, Qazi HS, Maxood A, Abbas I. Traumatic injuries of the permanent maxillory incisors at dental department, Pakistan Institute of medical sciences Islamabad: A Retrospective Study. J Ayub Med Coll Abbottabad 2008; 20 (3): 84-6 13.Sadozai SRK, Ahmad MUD, Mehmood AR, Nayyer K. etiology, pattern, and

Associated Featurs of Traumatic Tooth Fractures. PODJ 2012; 32 (3): 522-24

14.Batra M, Kandwal A, Gupta M, Tangade P, Dany SS, Rajput P. Prevalence of dental traumatic injuries to permanen incisors in Indian Children: a crosssectional survey. JDSOR 2014; 5(1): 1-4

15.Patel Mc, Sujan SG. The prevalence of traumatic dental injuries to permanent anterior teeth and its relation with predisposising risk factors among 8-13 years school children of Vadodara City:an epidemiological study. JINDSPPD 2012; 30: 153-5. 16. Bastone EB, Freer TJ, McNamara, JR. Epidemiology of dental trauma: a review of

the literature. Australian Dent J 2000; 45 (1): 2-7.

17. Ingle, Navin Anand, Baratam Naveen, Charania Zohara. Prevalence and factors associated with traumatic dental injuries (TDI) to anterior teeth of 11-13 year old school going children of Maduravoyal, Chennai. JOHCDent 2010; 4 (3): 56-59. 18. Glendor U. Epidemiology of traumatic dental injuries – a 12 year review of the

literature. Dent Traumatol 2008; 24: 603-6.

19. Glendor U. Aetiology and risk factors related to traumatic dental injuries – a review of the literature. Dent Traumatol 2009; 25: 19-31.

20. The dental trauma guide. <http://www.dentaltraumaguide.org/Primary_teeth.aspx.(29 Agustus 2013).

21. Glendor U, Marcenes W, Andreasen JO. Classification, epidemiology, and etiology. In: Andreasen JO, Andreasen FM, Anderson L. Texbook and color atlas of traumatic injuries to teeth, 4 th ed., Copenhagen: Blackwell Munksgaard, 2007: 217-34.


(52)

23. Lombardi, SallySue M, Sheller Barbara, Williams, Bryan J. Diagnosis and treatment

of dental trauma in a children’s hospital. Pediatric Dentistry 1998; 20:2: 112.

24. Fauziah E, Hendrarlin S. Perawatan fraktur kelas tiga Ellis pada gigi tetap insisitif sentral atas. Indo J of Dent 2008; 15 (2): 169-74.

25. Davis JM, Law DB, Lewis TM. An atlas of Pedodontics. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 198: 393-4.

26. The Dental Trauma Guide. http://dentaltraumaguide.org/Primary_teeth.aspx(7 January 2014)


(53)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

LEMBAR PEMERIKSAAN

PREVALENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR PADA ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN MEDAN BARU DAN

MEDAN JOHOR

No. Kartu :

Tanggal:

Pemeriksa :

I. Identitas

Nama :

1. Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan 1.

2. Usia : 2.

II. Riwayat

3. Apakah adik pernah terjatuh dan mengenai gigi depan? 3.

1. Ya 2. Tidak

4. Pemeriksaan

13 12 11 21 22 23


(54)

Lokasi kejadian Etiologi

Klasifikasi

Usia (waktu trauma) Elemen

5 Elemen 5. 6 Usia (waktu trauma)

6.

1. 2.

6.

7 Klasifikasi 7. 8 Etiologi 8.

9 Lokasi kejadian 9.

CP: Dea Inayah Dwikora Hp: 081377049930

Keterangan koding pemeriksaan

Kriteria No. koding

Elemen gigi: 11 12 13 21 22 23 31 32 33 41 42 43 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 Etiologi:


(55)

Jatuh

Kecelakaan Olahraga Kecelakaan bermotor Kekerasan fisik

Dan lain-lain contoh: terkena lempran bola dan menggigit benda keras seperti membuka tutup botol

1 2 3 4 5

Lokasi terjadinya trauma:

Dirumah Disekolah

Di tempat olahraga Dijalan

Tempat lainnya contoh: dipasar

1 2 3 4 5

Klasifikasi WHO:

Klasifikasi pada jaringan keras gigi dan pulpa

a). Retah mahkota

b). Fraktur enamel

b). Fraktur enamel-dentin

01

02


(56)

c). Fraktur mahkota yang kompleks

Kerusakan pada jaringan dan periodontal: d). Konkusi

e). Subluksasi

f). Luksasi

g). Luksasi ekstrusi

h). Luksasi instrusi

04

05

06

07

08


(57)

i).Avulsi


(58)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth.

Orangtua siswa …………. Di tempat

Saya adalah Dea Inayah Dwikora salah satu mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan anak Bapak/Ibu untuk ikut serta sebagai subjek

dalam penelitian saya yang berjudul: “Prevalensi trauma gigi permanen anterior pada

anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP di Kecamatan Medan Baru dan Medan Johor. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat bagaimana dan dimana trauma sering terjadi.

Bapak/Ibu perlu mengetahui bahwa trauma gigi adalah suatu injuri (luka) atau kerusakan pada struktur gigi yang sering menimpa gigi depan. Terkenanya gigi memiliki dampak bagi kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan gigi itu sendiri, gangguan psikologis anak, dan dampaknya mungkin saja berpengaruh seumur hidup.

Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara terkait riwayat trauma gigi anak. Setelah itu dilakukan pemeriksaan dengan melihat keadaan gigi geligi anak Bapak/Ibu untuk melihat trauma yang terjadi pada gigi permanen. Pemeriksaan ini akan menggunakan alat berupa sonde dan kaca mulut. Pemeriksaan ini akan berlangsung sekitar 5 menit.

Jika anak Bapak/Ibu bersedia mengikuti penelitian ini, maka anak Bapak/Ibu akan mendapatkan informasi mengenai kondisi rongga mulutnya, mengetahui beberapa perawatan, dan tindakan yang dapat dilakukan terhadap trauma gigi


(59)

permanen, serta dapat melakukan pencegahan untuk trauma gigi dengan lebih mewaspadai hal-hal atau aktivitas yang tidak aman untuk anak Bapak/Ibu. Namun, selama penelitian ini berlangsung anak Bapak/Ibu sebagai subjek penelitian tentulah akan kehilangan waktu belajar atau bermainnya, tidak hanya itu anak Bapak/Ibu akan sedikit merasa letih karena harus membuka mulut saat dilakukan pemeriksaan trauma pada gigi permanen.

Apabila Bapak/Ibu memberikan izin, maka lembaran persetujuan menjadi subjek penelitian yang terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan kepada peneliti. Surat kesediaan ini tidak bersifat mengikat dan anak Bapak/Ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini selama penelitian berlangsung. Demikianlah penjelasan saya tentang penelitian ini, mudah-mudahan keterangan dari saya diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan anak Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan,…….

Dea Inayah Dwikora

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp : 081377049930


(60)

Lampiran 3

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama orang tua :

Alamat : No. Telpon/HP :

Memberikan persetujuan kepada anak saya :

Nama :

Umur :

Sekolah :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian, risiko, keuntungan dan hak-hak anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul: “Prevalensi trauma gigi permanen anterior pada anak SMP di kecamatan Medan Baru dan Medan Johor”, secara sadar dan tanpa paksaan, saya memberikan izin kepada anak saya untuk ikut serta dalam penelitian yang dilakukan oleh Dea Inayah Dwikora sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun saya berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan, ………. Yang menyetujui,

Orangtua subjek penelitian


(61)

No Nama Jk Usia Riwayat Elemen Uk Klasifikasi Etiologi Lokasi

1 Arya Dimas 1 12 2 - - - - -

2 Deni Leo 1 13 1 1 10 4 2 3

3 Fadil M 1 13 2 - - - - -

4 Arga T 1 12 1 1 10 3 2 3

5 Irdian J 1 12 2 - - - - -

6 Melati 1 14 1 1 10 2 1 1

7 Manakib 1 13 1 1 11 2 1 2

8 Reza 1 14 2 - - - - -

9 M. Fikri 1 13 2 - - - - -

10 Asmi Z 1 13 2 - - - - -

11 M. Maulana 1 12 2 - - - - -

12 Roby P 1 13 2 - - - - -

13 M. Surya 1 13 2 - - - - -

14 M. Farhan 1 13 2 - - - - -

15 M. Haziq 1 12 1 1.4 11 3.5 2 3

16 M. Hafiz 1 12 2 - - - - -

17 Wiqi A 1 12 2 - - - - -

18 M. Ilyas 1 13 1 4 13 3 4 1

19 Rezy A 1 14 2 - - - - -

20 Rizky I 1 14 2 - - - - -

21 Wahyu A 1 14 2 - - - - -

22 M. Ibnu 1 14 2 - - - - -

23 Ahmad 1 14 2 - - - - -

24 Dio K 1 14 2 - - - - -

25 M.

Mahyudha 1 15 2 - - - - -

26 Derryl 1 15 2 - - - - -

27 Aldiansyah 1 15 2 - - - - -

28 Johannes 1 13 2 - - - - -

29 Indra S 1 15 2 - - - - -

30 Yusuf R 1 15 2 - - - - -

31 Rafly 1 14 2 - - - - -

32 Hans 1 13 2 - - - - -

33 Melvin 1 13 2 - - - - -

34 Hendrianto 1 15 2 - - - - -

35 Andy D 1 15 2 - - - - -


(62)

37 Fadli 1 15 2 - - - - -

38 Dwiki 1 14 2 - - - - -

39 M. Ahdar 1 14 2 - - - - -

40 M. Rizky 1 15 1 10.7 13 2.3 3 4

41 Fauzan N 1 14 2 - - - - -

42 Anju R 1 15 2 - - - - -

43 M. Fadhillah 1 14 2 - - - - -

44 Iqbal A 1 12 2 - - - - -

45 Andika A 1 13 2 - - - - -

46 Bima J 1 14 2 - - - - -

47 Dimas A 1 14 2 - - - - -

48 Gilbert H 1 13 2 - - - - -

49 M. Fikri 1 13 2 - - - - -

50 Surya A 1 15 2 - - - - -

51 Alfin A 1 15 1 4 14 3 3 4

52 M. Iqbal 1 15 1 4-Jan 13 2 2 3

53 Ahmad F 1 15 2 - - - - -

54 M. Yazid 1 14 1 1 10 10 5 1

55 Miswanto 1 14 2 - - - - -

56 Andrean S 1 11 1 1 10 2 1 2

57 Mario H 1 13 2 - - - - -

58 Irvan A 1 13 2 - - - - -

59 Edward H 1 13 2 - - - - -

60 Try E 1 13 2 - - - - -

61 Shincan I 1 12 1 4 10 3 2 3

62 Sebastian P 1 11 2 - - - - -

63 Ryan J 1 13 2 - - - - -

64 Roy F 1 13 2 - - - - -

65 M. Dandi 1 14 2 - - - - -

66 Michael N 1 14 2 - - - - -

67 Reno F 1 14 2 - - - - -

68 Rio F 1 14 2 - - - - -

69 Sepri W 1 16 1 4 15 4 1 2

70 Ari T 1 14 1 1 14 2 4 1

71 M. Nanda 1 14 2 - - - - -

72 M. Wijaya 1 16 2 - - - - -

73 M. Abdul 1 15 2 - - - - -


(63)

75 Adam S 1 14 2 - - - - -

76 Agung P 1 15 2 - - - - -

77 Januari P 1 14 1 4 10 2 1 2

78 M. Safri 1 14 2 - - - - -

79 Edi Y 1 13 2 - - - - -

80 M. Reza 1 14 2 - - - - -

81 Said A 1 15 1 12 12 2 1 1

82 Fauzi 1 15 2 - - - - -

83 Ali S 1 13 2 - - - - -

84 Erdi S 1 15 2 - - - - -

85 M. Iqbal 1 13 2 - - - - -

86 Aldo F 1 12 2 - - - - -

87 Bayu S 1 16 2 - - - - -

88 Rizky A 1 14 2 - - - - -

89 M. Reza 1 15 2 - - - - -

90 Wildan S 1 15 2 - - - - -

91 Rian A 1 13 2 - - - - -

92 Agung P 1 13 1 1 11 5 3 4

93 Ridwan G 1 15 2 - - - - -

94 Nur Arya 1 14 1 1 10 3 1 2

95 Azis S 1 14 1 4 11 3 2 3

96 M. Wahyu 1 15 2 - - - - -

97 Dandi R 1 14 2 - - - - -

98 Yos P 1 14 2 - - - - -

99 Ricky S 1 12 1 1 11 2 2 3

100 Aditya N 1 13 2 - - - - -

101 M. Agus 1 13 2 - - - - -

102 Ilham A 1 13 2 - - - - -

103 Ferdiansyah 1 14 1 9 10 3 1 1

104 Andika G 1 13 2 - - - - -

105 M. Pradika 1 15 2 - - - - -

106 Dicky W 1 15 2 - - - - -

107 Anggi 1 14 2 - - - - -

108 Andika R 1 15 2 - - - - -

109 Rezi A 1 14 2 - - - - -

110 Putri A 2 15 2 - - - - -

111 Adinda R 2 12 2 - - - - -


(64)

113 Rindi A 2 14 2 - - - - -

114 Sandika A 2 14 2 - - - - -

115 Siti R 2 14 2 - - - - -

116 Tasya m 2 14 2 - - - - -

117 Tri A 2 14 2 - - - - -

118 Yolanda F 2 14 2 - - - - -

119 Febilia 2 15 2 - - - - -

120 Habibah 2 14 2 - - - - -

121 Nadia S 2 14 2 - - - - -

122 Ajeng 2 13 1 5 12 2 5 1

123 Indah L 2 13 2 - - - - -

124 Lia N 2 12 1 4 12 2 1 2

125 Harnisa 2 12 2 - - - - -

126 Endang S 2 13 2 - - - - -

127 Chairatun 2 13 2 - - - - -

128 Anisa P 2 12 2 - - - - -

129 Yulia S 2 12 1 1 10 2 5 1

130 Evi W 2 14 2 - - - - -

131 Sofiana P 2 13 1 8 10 2 1 1

132 Sri R 2 14 2 - - - - -

133 Rina 2 14 2 - - - - -

134 Putri A 2 13 2 - - - - -

135 Lisa 2 12 2 - - - - -

136 Friska 2 13 2 - - - - -

137 Nofaria 2 12 2 - - - - -

138 Roghibah 2 13 2 - - - - -

139 Siti N 2 12 2 - - - - -

140 Qadisha 2 12 2 - - - - -

141 Nurul F 2 13 2 - - - - -

142 Naurah 2 13 2 - - - - -

143 Sri U 2 13 1 2 12 2 2 3

144 Tasya A 2 13 2 - - - - -

145 Alya M 2 13 2 - - - - -

146 Dirasia 2 13 2 - - - - -

147 Dinda 2 13 2 - - - - -

148 Silvy H 2 15 1 1 12 2 1 1

149 Geby 2 14 2 - - - - -


(65)

151 Dina C 2 14 2 - - - -

152 Salsalina 2 15 2 - - - - -

153 Inesta 2 14 2 - - - - -

154 Novita M 2 14 2 - - - - -

155 Helena 2 15 2 - - - - -

156 Fatimah 2 14 2 - - - - -

157 Fitriana 2 14 2 - - - - -

158 Ismaya 2 15 2 - - - - -

159 Winda T 2 14 2 - - - - -

160 Sarah K 2 14 2 - - - - -

161 Grace G 2 13 2 - - - - -

162 Suci Aldiani 2 13 2 - - - - -

163 Dwi A 2 13 2 - - - - -

164 Mia Y 2 14 2 - - - - -

165 Gita A 2 14 2 - - - - -

166 Adelia H 2 14 2 - - - - -

167 Fadia I 2 14 2 - - - - -

168 Alya N 2 13 2 - - - - -

169 Claudia C 2 14 2 - - - - -

170 Mutia Y 2 13 2 - - - - -

171 Giovanni S 2 14 2 - - - - -

172 Exceline E 2 14 1 7 12 2 1 1

173 Ruth M 2 13 2 - - - - -

174 Gladis J 2 13 2 - - - - -

175 Agnes N 2 13 2 - - - - -

176 Aisyah 2 13 2 - - - - -

177 Azzura K 2 13 2 - - - - -

178 Destriana R 2 13 2 - - - - -

179 Febby Y 2 14 2 - - - - -

180 Nanda S 2 15 2 - - - - -

181 Rizky A 2 15 2 - - - - -

182 Tasya A 2 14 2 - - - - -

183 Emya L 2 13 2 - - - - -

184 Citra A 2 14 2 - - - - -

185 Afriani 2 15 2 - - - - -

186 Ayu P 2 14 2 - - - - -

187 Desi R 2 15 2 - - - - -


(66)

189 Fadillah S 2 14 2 - - - - -

190 Iqra P 2 14 2 - - - - -

191 Nurul L 2 14 2 - - - - -

192 Sucy I 2 13 2 - - - - -

193 Arica N 2 12 1 4 12 2 5 1

194 Olivia A 2 13 2 - - - - -

195 Novita M 2 12 2 - - - - -

196 Karolina S 2 12 2 - - - - -

197 Fiony N 2 12 2 - - - - -

198 Evelyn G 2 12 2 - - - - -

199 Ester S 2 13 2 - - - - -

200 Veby R 2 12 1 3.12 10 2.6 2 3

201 Sintya Br. S 2 13 2 - - - - -

202 Rizka T 2 13 2 - - - - -

203 Rahmi P 2 13 2 - - - - -

204 Putri R 2 12 2 - - - - -

205 Famisya N 2 14 2 - - - - -

206 Risna S 2 15 2 - - - - -

207 Mulia S 2 15 1 1 15 2 1 1

208 Nuraiza R 2 15 2 - - - - -

209 Ranti K 2 15 2 - - - - -

210 Dea T 2 14 1 1.4 12 2.4 3 4

211 Rafika R 2 15 1 2 14 2 1 1

212 Yulia P 2 14 2 - - - - -

213 Febri A 2 13 2 - - - - -

214 Anggraini H 2 15 2 - - - - -

215 Ayu P 2 14 2 - - - - -

216 Desi L 2 15 2 - - - - -

217 Dea F 2 15 2 - - - - -

218 Eka R 2 15 2 - - - - -

219 Cindy M 2 13 2 - - - - -

220 Aprilia F 2 12 2 - - - - -

221 Anisa Z 2 12 2 - - - - -

222 Cici A 2 14 2 - - - - -

223 Widya U 2 14 2 - - - - -

224 Safira 2 15 1 6 15 2 1 1

225 Nurjannah 2 14 2 - - - - -


(67)

227 Novita S 2 14 2 - - - - -

228 Natasya H 2 14 2 - - - - -

229 Nabila 2 14 1 1 10 2 1 1

230 Siti M 2 15 2 - - - - -

231 Suheni 2 15 2 - - - - -

232 Asri R 2 14 2 - - - - -

233 Safwani 2 12 2 - - - - -

234 Ina S 2 12 1 1 10 2 1 1

235 Fandy P 2 15 2 - - - - -

236 Rindi Y 2 14 1 1 12 2 1 1

237 Fitriana S 2 13 2 - - - - -

238 Aulia A 2 13 2 - - - - -

239 Mutiara S 2 12 2 - - - - -

240 Adinda N 2 14 2 - - - -

241 Putri S 2 12 2 - - - - -

242 Putri C 2 12 1 1 12 6 5 2

243 Nur A 2 13 2 - - - - -

244 Ayang A 2 12 2 - - - - -


(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(1)

227 Novita S 2 14 2 - - - - -

228 Natasya H 2 14 2 - - - - -

229 Nabila 2 14 1 1 10 2 1 1

230 Siti M 2 15 2 - - - - -

231 Suheni 2 15 2 - - - - -

232 Asri R 2 14 2 - - - - -

233 Safwani 2 12 2 - - - - -

234 Ina S 2 12 1 1 10 2 1 1

235 Fandy P 2 15 2 - - - - -

236 Rindi Y 2 14 1 1 12 2 1 1

237 Fitriana S 2 13 2 - - - - -

238 Aulia A 2 13 2 - - - - -

239 Mutiara S 2 12 2 - - - - -

240 Adinda N 2 14 2 - - - -

241 Putri S 2 12 2 - - - - -

242 Putri C 2 12 1 1 12 6 5 2

243 Nur A 2 13 2 - - - - -

244 Ayang A 2 12 2 - - - - -


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)