Stasiun Beading Stasiun Penyerpihan Penilaian Kinerja Keuangan

87 didalam fraksinasi dioperasikan dalam tekanan vakum, dan kehilangan bahan pada prinsipnya hanya terjadi karena sebagian bahan terbawa vakum dan tak terembunkan di kondensor. Yield minimum yang diharapkan adalah 98 dari asam lemak. Namun perlu diingat bahwa yield tersebut dihitung berdasarkan keadaan steady. Sebelum keadaan tersebut tercapai, diperlukan masa pengkondisian selama kurang lebih 2 hari, itupun tergantung dari prosesnya Vakum inilah yang terkadang menjadi masalah pada proses ini, sebab apabila tekanannya terlalu besar atau terlalu kecil, maka akan berdampak terhadap warna dan komposisi bahan yang diolah. Tabel diatas menunjukkan bahwa proses fraksinasi di PT. X sudah berlangsung dengan baik.

1.5. Stasiun Beading

Berdasarkan hasil penilaian program terhadap stasiun Beading pada tahun 2004, PT. X memiliki penilaian stasiun Beading, seperti tertera pada Gambar 27. Gambar 27. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Beading Proses Beading di PT. X berlangsung dengan baik. Proses ini bertujuan untuk mengubah bentuk asam stearat dari cairan ke dalam bentuk butiran dengan menggunakan spray tower. Prinsip spraying yang digunakan adalah dengan menghembuskan angin dingin dari bawah kolom spray tower agar terjadi kontak dengan asam stearat yang disemprotkan pada bagian atas kolom. Sebelumnya asam 88 stearat tersebut ditampung dalam tangki yang dilengkapi dengan steam jacket supaya tidak membeku, lalu dipompa ke tangki yang dilengkapi dengan cooling water tank untuk menurunkan temperatur asam stearat mendekati titik bekunya agar dapat disemprotkan ke dalam menara. Dengan menggunakan udara tekan, asam stearat ditekan menuju puncak menara, yang dilengkapi dengan 3 buah nozel yang masing- masing memiliki 500 lubang berdiameter 0,5 mm. Akibat kontak dengan udara, tetesan asam stearat yang memiliki titik beku 54 – 57 o C akan memadat dan jatuh dalam bentuk butiran.

1.6. Stasiun Penyerpihan

Berdasarkan hasil penilaian program terhadap stasiun Penyerpihan pada tahun 2004, PT. X memiliki penilaian stasiun Penyerpihan, seperti tertera pada Gambar28. Gambar 28. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Penyerpihan 89 Proses Penyerpihan di PT. X berlangsung dengan baik. Pada proses ini dilakukan pengecekan ulang terhadap spesifikasi produk. Hal ini perlu dilakukan, karena asam stearat tersebut bersentuhan dengan udara, dan temperatur yang berbeda. Pada proses ini akan dilakukan pengecekan terhadap Titer. Titer merupakan temperatur dimana asam lemak dari fasa cair akan berubah ke fasa padat. Hasil penilaian menunjukkan bahwa Titer berada dalam batas kendali, sama dengan kriteria penilaian yang lain.

1.7. Stasiun Pengemasan

Berdasarkan hasil penilaian program terhadap stasiun Pengemasan pada tahun 2004, PT. X memiliki penilaian stasiun Pengemasan, seperti tertera pada Gambar 29. Gambar 29. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pengemasan Proses marking sering terjadi kesalahan. Hal ini terjadi jika proses pencatatan yang kurang baik dari departemen pengepakan, dan ketidakhati-hatian operator dalam melakukan marking. Walaupun hal ini kecil, tapi apabila sering terjadi maka pemanfaatan waktu dan sumber daya tidak efisien, mengingat pengulangan yang harus dilakukan akibat kesalahan yang terjadi. Pada umumnya tujuan pengemasan adalah memelihara acceptability bahan yang dikemas Ketaren 1986. Syarat-syarat kemasan yang baik digunakan Ketaren 1986, adalah sebagai berikut : 1. Dapat mencegah dan mengurangi proses oksidasi oleh oksigen atau prooksidan lainnya 90

2. Jenis bahan pembungkus

Pada penilaian kinerja, khususnya penilaian stasiun pengemasan, ada pula industri lain yang melakukan penilaian terhadap ketahanan kemasan, sehingga dilakukan pengecekan yang sifatnya destruktif, sampai penilaian cara memasukkan produk ke dalam kemasan. Kriteria penilaian untuk industri asam stearat, biasanya hanya dinilai 2 kriteria, yaitu kriteria yang terdapat pada Gambar 29.

1.8. Kinerja Mesin

Berdasarkan hasil penilaian program terhadap mesin pada tahun 2004, PT. X memiliki penilaian kinerja mesin, seperti tertera pada Gambar 30. Gambar 30. Hasil Penilaian Kinerja Mesin Allocated Downtime perlu diukur, karena semakin besar Allocated Downtime, maka biaya yang dikeluarkan untuk proses semakin besar pula. Ada beberapa penyebab Downtime Waktu rintangan adalah waktu yang diperlukan selama perawatan sehingga peralatan atau permesinan tersebut tidak dapat dioperasikan Jardine 1973. Downtime dipilih sebagai kriteria penilaian karena merepresentasikan keberadaan suatu mesin. Downtime yang biasanya dialami oleh industri asam stearat pada setiap proses yang dilaluinya, antara lain : 1. Downtime yang terjadi pada awal proses, karena Boiler memiliki panas yang kurang, sehingga tidak mampu mengalirkan material pada tower. Hal ini berdampak pada penambahan waktu proses. 91 2. Pada proses pemisahan lemak, dimana splitting ratio yang harus dicapai adalah 96 , yang berarti kadar Asam Lemak Kasar Crude Fatty Acid yang diperoleh dari RBD Stearin adalah 96, dan sisanya yaiu 4 adalah Gliserin encer sweat water. Apabila Splitting Ratio tidak mencapai 96, misalnya hanya 92, maka proses pemisahan tidak maksimal, sehingga perlu dilakukan proses ulang recycle, sampai Asam Lemak Kasarnya mencapai 96. Proses Recycle akan memakan waktu yang cukup lama, sehingga perusahaan mengalami kerugian. 3. Proses Hidrogenasi yang bertujuan untuk menjenuhkan material atau mengubah asam lemak tak jenuh, menjadi asam lemak jenuh dengan cara menambahkan katalis dan gas hidrogen melalui proses pencampuran mixing. Proses ini bertujuan untuk mencapai nilai Iodium Value 1.5 untuk asam stearat tipe 1800. Apabila selama proses yang biasanya memakan waktu ± 2 jam belum mencapai 1.5, maka proses hidrogenasi perlu penambahan waktu sampai spesifikasi yang diinginkan tercapai, sehingga proses mixing terus dilakukan, dan ini akan merugikan perusahaan dari segi waktu dan penggunaan sumber daya. 4. Proses distilasi akan membutuhkan penambahan waktu, apabila output yang dihasilkan dari proses hidrogenasi belum mencapai Iodium Value yang ditetapkan. Berdasarkan penilaian program, PT. X memiliki kinerja Mesin, dengan Allocated Downtime 38 000 menit, dimana nilainya berada diantara interval 36 000 menit dan 43 200 menit, yang berarti Allocated Downtime PT. X “Sedang”. Accident Lost Time merupakan salah satu indikator penilaian kinerja mesin. Semakin kecil Accident Lost Time, maka kinerja mesin yang dimiliki perusahaan semakin baik. Ada beberapa hal yang terjadi di industri asam stearat yang berdampak terhadap Accident Lost time, antara lain : 1. Jalur Blok, yaitu perjalanan material pada pipa tersumbat dan tidak dapat mengalir pipa macet. Apabila hal ini terjadi, maka mesin tidak dapat beroperasi, 92 karena tidak adanya input material. Jalur blok disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : a. Letak Boiler House yang terlalu jauh dari lokasi penyumbatan, dimana uap panas yang semestinya dapat menjaga suhu material panasnya kurang, yang mengakibatkan material membeku dan menyumpat pipa. b. Hujan deras yang membuat suhu pipa menjadi turun, sehingga material yang ada didalamnya membeku. Oleh sebab itu untuk menghadapi situasi seperti ini, pipa perlu diberi penutup, sehingga panasnya dapat terjaga. c. Spesifikasi material yang ada didalamnya. 2. Baling-baling mixer pada Autoclave patahlepas, hal ini terjadi karena usia dari perangkat tersebut dan kurangnya pelumas pada rotor baling-baling. Apabila hal ini terjadi, proses hidrogenasi membutuhkan waktu yang lebih lama, yang tentunya berdampak pada efisiensi penggunaan sumber daya. 3. Penutup valve yang kurang rapat pada persimpangan pipa, mengakibatkan material input yang memiliki IV tinggi, akan bersentuhan dengan material output yang memiliki IV rendah, sehingga material output memiliki IV yang lebih tinggi dan harus diolah kembali untuk mencapai spesifikasi yang diinginkan. Pengolahan kembali material tersebut memerlukan penambahan waktu yang berdampak terhadap efisiensi kerja. 4. Pompa terbakar, sehingga tidak dapat memasukkan material pada spray tower. Hal ini terjadi karena kumparannya terbakar atau kelebihan beban panas. Sebab lain yang menyebabkan pompa terbakar, karena pompa bersentuhan dengan material, akibat bocornya pipa material. Sementara itu Accident Lost Time PT .X pada tahun 2004 adalah 4 320 menit, dimana nilainya berada dibawah angka 5.760 menit, yang berarti Accident Lost Time di PT.X adalah “Baik”. Apabila dinilai secara keseluruhan, maka diperoleh skor 0.23 + 0.62 = 0.85. Skor 0.85 berada diatas interval 0.75, yang berarti Kinerja Mesin Perusahaan pada tahun 2004 adalah “Baik”. Kinerja mesin yang baik, memungkinkan pencapaian 93 target produksi dan kualitas produk dapat dicapai, sehingga mampu memberikan keuntungan besar bagi perusahaan.

2. Penilaian Kinerja Personalia

Berdasarkan penilaian program terhadap data PT. X tahun 2004. Perusahaan ini memiliki kinerja Sumber Daya Manusia, dengan prosentase mangkir karyawan 0.0614 , dimana nilainya ≤ 0.15 yang berarti prosentase tingkat mangkir karyawan PT.X “Baik”. Tingkat mangkir perlu diukur, mengingat pekerjaan yang ada di perusahaan, bergantung kepada kontinuitas keberadaan karyawan tersebut. Apabila banyak karyawan yang mangkir tanpa alasan yang jelas, menunjukkan bahwa motivasi mereka dalam bekerja, dinilai kurang. Tentunya hal ini akan berdampak terhadat target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Hasil penilaian kinerja karyawan dapat dilihat pada Gambar 31. Gambar 31. Hasil Penilaian Kinerja Karyawan Sementara itu prosentase keluar masuk karyawan adalah 13.19 , dimana nilainya berada pada interval 8 dan 15 yang berarti prosentase keluar masuk karyawan employee turnover di PT.X adalah “Sedang”. Semakin tinggi tingkat Turnover karyawan, menunjukkan bahwa suasana kerja di perusahaan tersebut tidak kondusif, sehingga memudahkan seseorang karyawan untuk mencari alternatif pekerjaan lain diluar. PT. X perlu melakukan peningkatan, sehingga angka keluar masuk karyawannya menjadi rendah. Perusahaan juga perlu melakukan analisa, 94 terhadap faktor penyebab keluar masuknya karyawan, sehingga apabila ada karyawan yang akan keluar dari perusahaan, maka perlu dilakukan wawancara, sebagai evaluasi perusahaan. Turnover karyawan juga akan berdampak terhadap pengeluaran keuangan perusahaan. Jika seorang karyawan keluar, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya untuk rekrutasi karyawan baru, ditambah lagi upaya pemilihan karyawan secara selektif yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Kekosongan jabatan selama proses rekrutmen tentunya akan berdampak pada kinerja perusahaan. Hubungan kerja yang baik dan suasana kerja yang kondusif akan memperkecil tingkat mangkir dan keluar masuknya karyawan, sehingga karyawan akan merasa memiliki perusahaan. Manajemen Berdasarkan Sasaran Management By Objective dapat dipilih sebagai suatu upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Isi pokok dari pendekatan Manajemen Pada Sasaran , bahwa setiap karyawan dengan hubungan kerja yang baik, akan menentukan prestasi hubungan kerja dimasa yang akan datang, yang biasanya dilakukan penyelesaian persetujuan kedua belah fihak. Jika keadaaan ini bertemu, maka karyawan akan memiliki kecakapan yang lebih baik, sehingga dalam jangka waktu yang telah ditentukan, mereka akan bisa menyesuaikan tingkah laku yang bisa menjamin pencapaian sasaran, dimana umpan balik prestasi kerja akan digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Untuk mencapai sasaran yang akan datang, karyawan mempunyai dorongan untuk berorganisasi, sehingga menolong pengawas dan karyawan untuk dapat melakukan pengembangan Soeprihanto 1988. Apabila dinilai secara keseluruhan, maka PT. X memperoleh skor 0.45 + 0.34 = 0.79. Skor 0.79 berada diatas interval 0.75, yang berarti Kinerja Sumber Daya Manusia perusahaan adalah “Baik”.

2.8. Penilaian Kinerja Keuangan

Program memberikan keluaran output ROI sebesar 10.5 , yang berarti tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan oleh perusahaan adalah “Sedang”. Sementara itu Net Provit Margin perusahaan juga memperoleh predikat “ Sedang”. Hal ini dipengaruhi oleh bea masuk yang besar, khususnya ke negara China, sehingga mengurangi keuntungan bagi perusahaan. 95 Gambar 32. Hasil Penilaian Kinerja Keuangan Pada penilaian kinerja keuangan yang terdapat pada Gambar 32. dipilih ROI sebagai financial Result Control, karena beberapa kelebihan Yuwono et al. 2004, antara lain : a. ROI merupakan tolok ukur tunggal yang komprehensif yang bisa menjelaskan trade-off antara pendapatan, biaya dan investasi b. ROI dapat digunakan untuk membandingkan kinerja dari berbagai sektor bisnis, baik pesaing, divisi, maupun dalam industri c. Bentuk presentasi hasil perhitungan ROI dapat dibandingkan dengan tolok ukur keuangan lainnya d. ROI digunakan secara luas, sehingga semua manajer mengetahui apa yang diwakili oleh ROI dan apa pengaruhnya bagi perusahaan. Dengan kata lain penafsiran ROI yang popular dengan analisis Dupont adalah untuk mengetahui apa penyebab naik atau turunnya keuntungan perusahaan dalam suatu periode. Disamping kelebihan tersebut ada pula kekurangan ROI, yang perlu diketahui dalam melakukan penilaian, antara lain : a. Numerator yang digunakan dalam perhitungan ROI adalah laba akuntansi, dimana manajer dapat mempengaruhi ROI untuk kepentingan jangka pendek dan eken merugikan perusahaan dalam jangka panjang 96 b. Keputusan investasi oleh ROI berkecenderungan terhadap suboptimalisasi keputusan, yaitu manajer lebih mempertimbanngkan keuntungan divisinya dengan mengorbankan kepentingan perusahaan secara keseluruhan c. Sinyal yang disampaikan oleh ROI bersifat bias, karena faktor kesulitan dalam menghitung nilain investasi sebagai denominator ROI. Akibat adanya kekurangan itulah, maka perlu indkator pengukuran keuangan yang lain, untuk menyeimbangkannya, yaitu NPM. Indikator ini dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan perusahaan dalam melakukan aktivitas Pemasaran, karena yang memberikan keuntungan bagi perusahaan, bukan hanya perbaikan proses ke dalam, melainkan kemampuan perusahaan dalam membina hubungan dengan pembeli, dan melakukan negosiasi yang saling menguntungkan. Hasil akhir dari kinerja keuangan perusahaan adalah “ Sedang “. Hal ini harus dapat memacu perusahaan untuk dapat meningkatkan kinerjanya secara maksimal.

C. Penilaian Produk

Penilaian ini dilakukan terhadap aktivitas perusahaaan, setelah bahan baku diolah menjadi produk jadi. Terdapat 3 hasil penilaian, yaitu hasil penilaian grade, kualitas produk, dan kinerja pemasaran perusahaan. Penilaian terhadap produk akan diperoleh apabila nilai dari kriteria Grade, Kualitas dan pemasaran telah diketahui hasilnya. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan perkalian antara skor dengan bobot. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 33.