Testing model I Jaringan Syaraf Tiruan

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 P e r c epatan s u mb u- z J S T mdet 2 Percepatan sumbu-z ukur mdet 2 Gambar 25 Percepatan pada sumbu-z data ukur dan JST model I

c. Testing model I Jaringan Syaraf Tiruan

Hasil testing model I dengan JST untuk masing-masing sumbu dapat dilihat pada Tabel 10. Berikut ini akan diuraikan menurut masing-masing sumbu : Tabel 10 Hasil testing percepatan mdet 2 pada sumbu data ukur dan JST Posisi data No Arah sumbu level Data ke JST Ukur mdet2 rpm Roda Ket- obyek Rendah 3 0,425 0,36 1200 Besi A 1 Sb-x Tinggi 13 2,186 2,29 1200 Karet C Rendah 1 0,312 0,31 1200 Karet A 2 Sb-y Tinggi 16 1,978 2,32 2000 Besi C Rendah 1 0,334 0,37 1200 Karet A 3 Sb-z Tinggi 13 2,311 2,23 2000 Karet C Pada gambar berikut ini akan diuraikan hasil testing antara data ukur percepatan getaran dengan hasil pemodelan yang menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan JST untuk masing-masing sumbu. • Sumbu-x Gambar 26 yaitu percepatan getaran yang terjadi pada sumbu-x. Sebaran data pada Gambar ini menunjukkan getaran yang relatif linier, sekalipun ada data ukur yang terpisah dari garis linier. Berikut ini uraian data yang terendah dan tertinggi hasil pemodelan. - Hasil JST yang terendah pada data ke 3 yaitu traktor A, menggunakan roda besi pada 1200 rpm dengan nilai 0.45 mdet 2 dan data ukur 0,36 mdet 2 . Percepatan sumbu-x JST lebih besar dari percepatan sumbu-x ukur. - Hasil JST yang tertinggi pada data ke 13 yaitu traktor C, menggunakan roda karet pada 1200 rpm dengan nilai 2.186 mdet 2 dengan data ukur 2,29 mdet 2 . Percepatan sumbu-x JST lebih kecil dari percepatan sumbu-x ukur. 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 P e r c epat an s u mbu- x J S T m det 2 Percepatan sb-x ukur mdet 2 Gambar 26 Percepatan pada sumbu-x data ukur dan JST model I • Sumbu-y Gambar 27 yaitu percepatan getaran yang terjadi pada sumbu-y. Pada sumbu-y sebaran data menunjukkan sebaran yang bagus ataupun masih dalam batas penyebaran yang wajar. Hal ini dapat dilihat tidak ada data yang tersebar atau menjauh dari garis linier. Sebaran ini disebabkan disain tiga unit traktor hampir tidak ada gangguan yang dapat mengganggu ke arah kiri dan ke arah kanan operator. Berikut ini uraian hasil yang terendah dan tertinggi hasil pemodelan. - Hasil JST yang terendah pada data urutan ke 1 yaitu traktor A, menggunakan roda karet pada 1200 rpm dengan nilai 0,312 mdet 2 dan data ukur 0,31 mdet 2 . Percepatan sumbu-y JST lebih besar dari percepatan sumbu-y ukur. - Hasil JST yang tertinggi pada data ke 16 yaitu traktor C, menggunakan roda besi pada 2000 rpm dengan nilai 1,978 mdet 2 dan data ukur 2,320 mdet 2 . Percepatan sumbu-x JST lebih kecil dari percepatan sumbu-x ukur. 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 P e r c epa tan s u mbu- y J S T m det 2 Percepatan sb-y ukur mdet 2 Gambar 27 Percepatan pada sumbu-y data ukur dan JST model I • Sumbu-z Gambar 28 adalah percepatan getaran pada sumbu-z yaitu arah tegak lurus atau arah memotong sumbu-x dan sumbu-y. Gambar sebaran data ini cendrung lebih baik dari Gambar sebelumnya. Berikut ini uraian data yang terendah dan tertinggi hasil pemodelan. - Hasil JST yang terendah pada sumbu ini berada pada data ke 1 yaitu traktor A, menggunakan roda karet pada 1200 rpm dengan nilai 0,334 mdet 2 dan data ukur 0,37 mdet 2 . - Hasil JST yang tertinggi ada pada data ke 13 yaitu pada traktor C, menggunakan roda karet pada 2000 dengan nilai 2,311 mdet 2 dan data ukur 2,23 mdet 2 . 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 P e r c epat an s u mbu- z J S T m det 2 Percepatan sb-z ukur mdet 2 Gambar 28 Percepatan pada sumbu-z data ukur dan JST model I d. Nilai Standard Error Prediction SEP model I Pemodelan yang dilakukan dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan JST untuk model I, sebagai data training dan testing yang dipilih secara acak, maka akan didapat nilai Standard Error Prediction SEP untuk tiga arah sumbu getaran seperti pada Tabel 8. Nilai SEP training model I untuk sumbu-x 0.318, sumbu-y 0.154 dan untuk sumbu-z 0.121. Sedangkan Coeffisien of Variation CV untuk sumbu-x adalah sebesar 18.147 , sumbu-y 10.444 dan untuk sumbu-z adalah sebesar 8.009 . Sedangkan nilai SEP testing untuk sumbu-x 0.389, sumbu-y 0.199, sumbu-z 0.205. Sedangkan Coeffisien of Variation CV untuk sumbu-x 30.528 , sumbu-y 19.588 dan sumbu-z 18.474 . Tabel 11. Ketelitian model I Jaringan Syaraf Tiruan untuk tiga unit traktor arah sumbu-x arah sumbu-y arah sumbu-z JST Mean SEP CV Mean SEP CV Mean SEP CV Training 1.752 0.318 18.147 1.471 0.154 10.444 1.507 0.121 8.009 Testing 1.273 0.389 30.528 1.014 0.199 19.588 1.109 0.205 18.474 4.2.5 Model II Jaringan Syaraf Tiruan Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan digunakan data sebanyak 450 data ukur. Penambahan jumlah data ukur pada data ini disebabkan ada perbedaan pada jenis dan ketebalan karet yang dijadikan sebagai data pemodelan II. Perlakuan data model II sama seperti pada model I. Data tersebut dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok data untuk training dan kelompok data untuk testing. Dari 450 data ukur dipilih data training sejumlah 312 data atau 69.3 dari jumlah data ukur model dan data testing digunakan sejumlah 138 data ukur atau 30.7 dari data ukur model II. Jumlah struktur lapisan layer ada 3 lapisan. Node yang digunakan pada masing-masing lapisan layer terdiri dari 8 node pada lapisan masukan layer input, 15 node pada lapisan tersembunyi hidden layer dan 3 node pada lapisan keluar layer output. Dari proses JST yang dilakukan pada data Model II untuk training dan testing terdiri dari 8 parameter masukan. Data masukan model II Jaringan Syaraf Tiruan dapat dilihat seperti pada Gambar 20, ada tiga parameter masukan yang ditambah bila dibanding dengan model I Gambar 19 Jaringan Syaraf Tiruan, yaitu jenis karet mounting, tebal karet mounting dan karet ring.

a. Grafik MSE model II Jaringan Syaraf Tiruan