11 Gambar 5. Skema reaksi Maillard
E.  KARBONATASI
Secara  umum,  proses  pemurnian  nira  dilakukan  dengan  defekasi, sulfitasi, dan karbonatasi. Defekasi hanya menghasilkan gula kasar yang masih
banyak  mengandung  bahan  pengotor.  Pada  sulfitasi,  bahan  pengotor  yang dihilangkan masih lebih rendah dibandingkan karbonatasi. Selain itu, sulfitasi
akan  menyebabkan  korosi  besi  pada  pipa-pipa.  Bahan  pengotor  yang  dapat dihilangkan  dengan  defekasi, sulfitasi,  dan  karbonatasi  adalah  12.7,  11.7,
dan 27.9 Mathur, 1978. Karbonatasi merupakan reaksi yang terjadi akibat interaksi susu kapur
CaOH
2
dan  gas  CO
2
membentuk  endapan  senyawa  kalsium  karbonat Aldosa
Gula pereduksi Asam amino
protein Glukosilamin
substitusi - N Penataan
ammadori 1-amino-1-deoksi-2-
ketosa substitusi -N Metildikarbonil
+amin 3-deoksiheksosan
+ amin
Melanoidin Redukton
dikarbonil 5-hidroksimetil
2-furfuraldehida + amin
+ asam amino degradasi strecker
CO
2
+ aminoketon +
aldehida + amin
12 CaCO
3
melalui  mekanisme  yang  dapat  dilihat  pada  persamaan  5,  6,  7, dan 8 Mathur, 1978.
CaOH
2
Ca
2+
+    2OH
-
..................................5 CO
2
+    H
2
O H
2
CO
3
…..............................6 Ca
2+
+     CO
3 2-
CaCO
3
…..............................7 CaOH
2
+CO
2
CaCO
3
+   H
2
O    ..................................8 Dalam  karbonatasi,  akan  terjadi  adsorpsi  bahan  pengotor,  bahan
penyebab warna, gum, asam organik, dan lain-lain. Proses ini diawali dengan terbentuknya  senyawa  intermediet  antara  sukrosa  dan  kalsium  hidroksida.
Sukrosa  memiliki  karakteristik  kimiawi  membentuk  metal  sakarat.  Apabila dalam  larutan  sukrosa  diberi  metal hidroksida,  maka akan  terjadi  reaksi yang
akan  membentuk  suatu  koloid  keruh,  bersifat  gel,  atau  endapan.  Koloid tersebut  adalah  ikatan  sukrosa  dengan  metal  hidroksida,  misalnya  satu  mol
sukrosa  dengan  satu  mol  kalsium  hidroksida  CaOH
2
yang  dinyatakan dengan  rumus  C
12
H
22
O
11
.CaOH
2
,  C
12
H
22
O
11
.CaO,  dan  C
12
H
22
O
11
.Ca Goutara  dan  Wijandi,  1975.  Sakarat  dapat  terurai  oleh  asam,  bahkan  oleh
penambahan asam karbonat yang dihasilkan oleh pemberian gas CO
2
. Apabila sakarat diberi perlakuan dengan penambahan sedikit asam karbonat maka akan
terbentuk  senyawa  intermediet  Mathur,  1978.  Senyawa  intermediet  tersebut bersifat gel yang mempunyai komposisi seperti pada Gambar 6.
. . – Ca – C
12
H
20
O
11
– Ca – CO
3
– Ca - C
12
H
20
O
11
- Ca – CO
3
- . . Gambar 6. Komposisi senyawa intermediet kalsium karbonat sakarat
Peningkatan  absorpsi  gas  CO
2
dapat  meningkatkan  kondisi  asam  dan mengganggu  kestabilan  senyawa  intermediet  sehingga  senyawa  tersebut
terurai menjadi sukrosa dan kalsium karbonat. Terbentuknya senyawa kalsium karbonat  dapat  mengadsorpsi  dan  mengendapkan  bahan  pengotor  Goutara
dan  Wijandi,  1975.  Namun,  apabila  gas  CO
2
yang  ditambahkan  berlebih dalam nira maka kalsium karbonat yang telah terbentuk akan kembali menjadi
13 senyawa  bikarbonat  yang  larut.  Mekanisme  penguraian  kalsium  karbonat
dapat dilihat pada persamaan 9 Mathur, 1978. CO
2
+ CaCO
3
+ H
2
O CaHCO
3 2
..................9 Pada  kondisi  suhu  45°C,  karbonatasi  berlangsung  lambat  dan  kurang
sempurna,  sedangkan  pada  suhu  di  atas  55°C  akan  terjadi  penguraian  gula pereduksi  yang  memunculkan  warna  coklat.  Namun,  kelemahan  proses
berlangsung pada suhu 55°C, yaitu memicu terjadinya fermentasi asam laktat. Dalam  karbonatasi  tunggal,  sekitar  7-10  volume  larutan  gula  kasar  yang
dipanaskan  pada  suhu  45–55°C,  membutuhkan  20  beaume  susu  kapur Mathur, 1978.
F.  PERALATAN KARBONATASI