KARAKTERISTIK GULA KASAR Optimasi Karbonatasi Untuk Pemucatan Raw Sugar Dengan Menggunakan Reaktor Venturi Bersirkulasi

25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK GULA KASAR

Gula kasar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bahan baku untuk pembuatan gula rafinasi pada PT Jawamanis Rafinasi, Cilegon- Banten. Karakterisasi gula kasar dilakukan untuk mengetahui karakteristik gula kasar tersebut pada larutan 12 gula kasar. Parameter yang dianalisa adalah kadar abu, kadar protein, tingkat kemurnian polarisasi, tingkat warna, gula pereduksi, dan kejernihan. Untuk kadar air, analisa dilakukan dalam bentuk kristal gula kasar. Hasil analisis karakteristik gula kasar disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik gula kasar No. Parameter Satuan Hasil Analisis SNI a Sekretariat Dewan Gula Indonesia 1996 b 1. Kadar air kristal bb 0.03 - 0.3 2. Kadar abu bb 0.03 Maks 0.5 0.3 3. Kadar protein bb 0.01 - - 4. Tingkat kemurnian polarisasi °Z 96 Min 95 98 5. Tingkat warna IU 1652 Min 600 sd 4000 6. Gula pereduksi bb 0.198 - sd 0.4 7. Kejernihan T 89.88 - - a SNI 01-3140.1-2001 b Sekretariat Dewan Gula Indonesia Berdasarkan Tabel 4, gula kasar yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kadar air sebesar 0.03. Nilai kadar air ini telah memenuhi standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia, yaitu 0.3. Kadar air dalam gula kasar mempengaruhi sifat tahan lama dalam penyimpanan. Semakin tinggi kadar air gula kasar dapat menjadi sarana untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga kerusakan sukrosa dapat terjadi James dan Chung, 1993. 26 Kadar abu gula kasar berdasarkan Tabel 4 adalah 0.03. Nilai kadar abu gula kasar telah memenuhi Standar Nasional Indonesia, yaitu 0.5 dan standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia, yaitu 0.3. Semakin tinggi kadar abu, maka akan menyebabkan masalah melasigenik, yaitu peningkatan kadar sukrosa dalam tetes dimana sukrosa akan membentuk senyawa metal sakarat dengan ion logam yang larut dalam air. Berdasarkan Tabel 4, kadar protein gula kasar sebesar 0.01. Adanya senyawa bernitrogen dalam kristal gula kasar diidentifikasi merupakan senyawa asam amino dan senyawa hasil reaksi Maillard yang memberikan warna kuning hingga coklat. Di lain pihak, senyawa hasil reaksi Maillard, yaitu polimer melanoidin bersifat karsinogenik dan merugikan kesehatan Apriyantono, 2002. Oleh karena itu, gula kasar belum layak dikonsumsi manusia Anonim, 2007 sehingga senyawa bernitrogen dalam gula kasar harus dihilangkan. Tingkat kemurnian polarisasi gula kasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96°Z. Berdasarkan Tabel 4, nilai tersebut telah memenuhi Standar Nasional Indonesia, yaitu 95°Z, tetapi belum memenuhi standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia, yaitu 98°Z. Tingkat kemurnian gula kasar dipengaruhi oleh bahan pengotor termasuk zat penyebab warna yang terperangkap dalam kristal gula kasar. Semakin tinggi tingkat kemurnian gula kasar maka bahan pengotor termasuk zat penyebab warna akan semakin rendah. Kondisi tersebut akan memudahkan proses pemurnian James dan Chung, 1993. Warna gula kasar berdasarkan Tabel 4 sebesar 1652 IU. Nilai tersebut telah memenuhi Standar Nasional Indonesia, yaitu minimal 600 IU, dan standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia, yaitu kurang dari 4000 IU. Tingkat warna kristal gula dipengaruhi oleh bahan pengotor yang dapat memberikan warna. Bahan pengotor tersebut diidentifikasi sebagai senyawa hasil karamelisasi dan reaksi Maillard yang memberikan warna kuning hingga coklat. Selain itu, pigmen warna antosianin dapat pula memberikan warna kuning dalam gula kasar Mathur, 1978. Oleh karena itu, penghilangan 27 senyawa penyebab warna menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas gula kasar dan meningkatkan tingkat kemurnian sukrosa. Berdasarkan Tabel 4, gula kasar memiliki kadar gula pereduksi sebesar 0.198. Nilai tersebut menunjukkan kadar gula pereduksi telah memenuhi standar Sekretariat Dewan Gula Indonesia, yaitu 0.4. Adanya gula pereduksi diduga bahwa gula pereduksi terperangkap dalam proses pembentukan kristal gula kasar selama kristalisasi. Gula pereduksi akan mengganggu karbonatasi dikarenakan proses pencoklatan non-enzimatik secara karamelisasi dan reaksi Maillard dengan asam amino. Kejernihan gula kasar berdasarkan Tabel 4 adalah 89.88T. Nilai tersebut menunjukkan masih terdapatnya bahan pengotor dalam gula kasar. Semakin tinggi kejernihan gula kasar menunjukkan semakin rendah bahan pengotor yang terlarut dalam larutan gula.

B. PENGARUH FAKTOR REAKSI