Transportasi Laut Transportasi Udara

kendaraan pribadi roda empat. Berdasarkan penilaian kadar hubungan, maka lokasi hutan mangrove ini sangat sesuai untuk pengembangan ekowisata. Tabel 24. Panjang jalan menurut jenis permukaan, kondisi, kelas dan status jalan. Status Jalan Jumlah Uraian Kota Propinsi Negara A. Jenis Permukaan 1. Aspal 2. Kerikil 3. Batu 4. Lainnya 80.637 9.500 - 20.724 - - - - - - - - 80.637 9.500 - 20.724 B. Kondisi Jalan 1. Baik 2. Sedang 3. Rusak 62.944 38.667 9.250 - - - - - - 62.944 38.667 9.250 C. Kelas Jalan 1. Kelas 1 2. Kelas II 3. Kelas III 4. Kelas IV 5. Kelas V 6. Kelas VI 7. Kelas VII 8. Kelas VIII 9. Kelas tidak dirinci - - 60.610 - - - - - 50.251 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 60.610 - - - - - 50.251 Total 2001 2000 1999 1998 110.861 108.311 108.311 108.304 - - - - - - - - 110.861 108.311 108.311 108.304 Pemerintah Kota Tarakan, 2003

b. Transportasi Laut

Kota Tarakan merupakan kota yang berada di Pulau Tarakan, sehingga transportasi laut merupakan penunjang utama pergerakan ke dalam dan ke luar Kota Tarakan. Disamping itu, transportasi laut juga digunakan oleh masyarakat mengingat jaringan jalan darat belum menjangkau ke seluruh wilayah. Di Kota Tarakan terdapat beberapa pelabuhan yang dikelola baik oleh Pemerintah Daerah maupun swasta. Pelabuhan-pelabuhan besar pada umumnya berada di Pantai Barat Pulau mengingat kedalaman air laut yang memungkinkan untuk arus lalu lintas kapal. Kedalaman air laut Pantai Timur Pulau Tarakan cukup dangkal, sehingga tidak memungkinkan untuk bersandarnya kapal kecuali 72 dengan pembuatan dermaga yang cukup panjang kearah laut seperti pelabuhan medco. Jenis angkutan laut yang ada di Kota Tarakan terdiri dari: - Angkutan lokal untuk wilayah-wilayah di sekitar Pulau Tarakan dengan menggunakan kapal motor ukuran kecil, speed boat dan perahu-perahu layar. - Angkutan antar wilayah yang mencakup kabupaten Bulungan dan Kabupaten Berau dengan menggunakan kapal jenis motor boat dilakukan melalui Pelabuhan Tengkayu - Angkutan antar pulau melalui Pelabuhan Tarakan dilayani oleh kapal ukuran besar, dilakukan melaui Pelabuhan Tarakan yang merupakan Pelabuhan transit. Pengangkutan sembilan bahan pokok dan juga digunakan untuk angkutan penumpang terutama angkutan antar pulau. Selain itu, Pelabuhan Tarakan juga merupakan pelabuhan laut yang terbuka untuk perdagangan luar negeri, ekspor impor dalam rangka menunjang kegiatan ekonomi. Transportasi laut yang dapat digunakan menuju lokasi hutan mangrove diantaranya speed boat dan “tempel” melalui Pelabuhan Tengkayu II. Dari pelabuhan ini menuju lokasi berjarak sekitar 400 meter yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki sambil menikmati suasana sepanjang perjalanan di pelabuhan.

c. Transportasi Udara

Kota Tarakan terletak di Pulau Tarakan, maka transportasi udara juga merupakan sarana angkutan utama untuk ke luar masuk kota. Sarana angkutan udara Kota Tarakan saat ini memiliki satu buah bandar udara, yaitu Bandar udara Juata yang berstatus sebagai bandara kelas dua yang melayani penerbangan nasional dan internasional dengan luas ± 156 hektar. Bandara tersebut direncanakan diperluas agar dapat didarati pesawat jenis Fokker-28. Hambatan yang dihadapi adalah suatu kebutuhan lahan seluas 433 hektar. Rute penerbangan domestik melalui Bandara Juata antara lain menghubungkan Kota Tarakan dengan ibukota Kabupaten Bulungan, Balikpapan, Samarinda dan kota-kota di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Sedangkan rute yang dilayani untuk penerbangan internasional adalah Malaysia dan Filipina. 73 Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi dan Pelayanan Masyarakat Kondisi lingkungan adalah keadaan lingkungan alam maupun masyarakat dalam radius 1 km dari batas luar objek wisata. Unsur-unsur kondisi lingkungan yang menjadi penilaian adalah rencana tata guna tanah, status kepemilikan tanah, tingkat pengangguran, mata pencaharian, kepadatan penduduk, ruang gerak pengunjung, pendidikan, media yang masuk, tingkat kesuburan tanah, sumber daya alam mineral, aktivitas manusia dan sikap masyarakat. - Rencana tata guna tanah Dalam rencana umum tata ruang Kota Tarakan, daerah tambak yang berbatasan dengan kawasan konservasi hutan mangrove pada bagian utara diperuntukan untuk perluasan hutan konservasi mangrove dengan luasan sekitar 12 hektar. Lahan tambak di kawasan ini merupakan tambak dengan rata-rata pemakaian yang cukup lama dan telah mengalami penurunan produksi dalam beberapa dekade. Langkah awal yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Tarakan adalah melakukan pembebasan terhadap lahan tambak tersebut. Namun, setelah dibebaskan, lahan tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan lanjutan. Hal ini mengundang masyarakat untuk membangun rumah-rumah liar dan membuang sampah di kawasan tersebut. Jika kondisi ini biarkan berlarut- larut, pada akhirnya akan menimbulkan persengketaan diantara kedua belah pihak. Untuk menghindari hal ini terjadi, seharusnya pemerintah bertindak cepat menangani kawasan ini dengan serius. Hutan mangrove memiliki keunikan tersendiri berbeda dengan hutan lain karena proses adaptasi terhadap lingkungan laut dan darat. Dengan adanya penambahan areal kawasan mangrove nanti, tentunya akan mendukung usaha pengembangan ekowisata di daerah ini, menjadi lebih luas dan atraktif serta menarik para pengunjung untuk datang berkunjung. Di sebelah timur kawasan konservasi direncanakan untuk pembangunan sebuah hotel berbintang. Dengan adanya hotel di dekat kawasan wisata mendukung untuk kegiatan wisata di lokasi ini, karena lokasi ini strategis terletak di antara kawasan perbelanjaan dan kawasan konservasi, sehingga wisatawan dapat menikmati suasana hutan lebih lama. Dilain hal, pembangunan hotel di 74 kawasan ini jika tidak dikelola dengan baik seperti limbah pembuangan, tentunya akan mengancam bagi kehidupan di kawasan hutan konservasi. - Status kepemilikan tanah Tanah kawasan konservasi hutan mangrove dan bekantan dengan luasan 8 hektar sampai ke arah pasar dan pusat perbelanjaan adalah adalah milik negara. Dahulunya, kawasan ini ditangani Departemen Perikanan dan Kelautan pusat sebagai kawasan pengembangan perikanan. Namun, setelah adanya otonomi daerah maka lokasi ini langsung diambil alih oleh Pemerintah Kota untuk pelestarian hutan bakau dan bekantan, sedangkan areal yang berada diatasnya dijadikan kawasan pasar dan pusat perbelanjaan. Dalam upaya penataan kota dan pelestarian lingkungan, maka Pemerintah Kota telah membebaskan lahan di sebelah utara kawasan konservasi, yaitu berupa lahan tambak yang produktifitasnya telah menurun kurang lebih seluas 12 hektar. Namun dilokasi pembebasan juga terdapat tanah sengketa dengan masyarakat setempat dengan ukuran 50 x 50 meter yang sekarang telah dijadikan pemukiman liar. Sedangkan lahan di sebelah selatan adalah jalan raya dan kawasan padat pemukiman penduduk. - Kepadatan penduduk Pemukiman penduduk berada di sebelah selatan dan timur lokasi, sedangkan di daerah utara juga terdapat pemukiman namun hanya beberapa Kepala keluarga yang rencanaya akan dipindahkan oleh Pemerintah Kota. Desa- desa yang berada dekat dengan lokasi diantaranya Desa Karang Anyar Pantai dan Karang Rejo. Di sekitar lokasi hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II terdapat fasilitas penunjang seperti lisitrik, telepon, kantor pos, pusat perbelanjaan dan bank. Kondisi ini sangat baik dan mendukung untuk pengembangan kegiatan ekowisata. - Sikap masyarakat Sikap masyarakat sangat mempengaruhi terhadap kegiatan pengembangan wisata di kawasan konservasi. Dukungan masyarakat sangat diperlukan dalam kegiatan tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, masyarakat sangat mendukung terhadap adanya kegiatan pengembangan wisata di lokasi konservasi hutan mangrove dan bekantan Pelabuhan Tengkayu II. Menurut mereka, dengan 75 adanya pengembangan tempat wisata dilokasi tersebut akan menarik keinginan mereka dan para pengunjung lain untuk datang ke lokasi menikmati keindahan alam, berteduh menikmati udara yang segar bebas dari polusi dan dari suhu yang panas di Kota Tarakan. Selain itu, kegiatan tersebut memberikan peluang usaha bagi masyarakat setempat. - Tingkat pengangguran Dengan adanya kegiatan ekowisata hutan mangrove di kawasan Pelabuhan Tengkayu II dapat memberikan peluang bagi mereka untuk mendapatkan lapangan pekerjaan baru. Macam pekerjaan yang dapat dilakukan adalah berjualan makanan dan minuman, menyediakan souvenir khas Tarakan dan pelayanan jasa photo. Dengan demikian dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kota Tarakan. - Mata pencaharian Mata pencaharian masyarakat di sekitar lokasi beraneka macam, diantara mereka kebanyakan memiliki lahan tambak, berdagang, nelayan, sebagai pegawai negeri, pegawai perusahaan swasta dan menjadi buruh bangunan. - Ruang gerak pengunjung Luasan kawasan konservasi hutan mangrove dan rehabilitasi bekantan ini adalah luasan kurang lebih 8 hektar. Kondisi luasan ini tidak terlalu luas tentunya akan membatasi ruang gerak dari pengunjung. Pengunjung kurang leluasa dalam menikmati keindahan alam di dalamnya sehingga sangat baik sekali jika dilakukan perluasan terhadap areal kawasan untuk pengembangan ekowisata di kawasan ini. - Aktivitas manusia Lokasi objek berada di pusat kota yang berdekatan dengan aktivitas perkotaan yaitu pelabuhan dan pabrik yang berada di sebelah depan lokasi, pasar yang berada di sebelah timur lokasi dan pemukiman dan perumahan pegawai pabrik yang berada di sekeliling lokasi. Kondisi ini akan mempengaruhi kebersihan lokasi objek, pemukiman, pelabuhan, pasar dan pabrik akan berkemungkinan besar mencemari lokasi dari sampah maupun limbah yang dihasilkan. Sungai yang terdapat di dalam lokasi dipengaruhi oleh pasang surut sehingga tidak berpengaruh pada kondisi kebersihan. Kondisi jalan menuju lokasi 76 cukup ramai, namun tidak sampai mengganggu kebersihan lokasi. Kebersihan lokasi juga dipengaruhi oleh vandalisme, terkadang prilaku pengunjung yang tidak bertanggung jawab melakukan coret-coret atau merusak flora di lokasi. - Media yang masuk Semenjak otonomi daerah, Kota Tarakan terus meningkatkan dan menyediakan fasilitas media komunikasi, diawali dengan fasilitas radio kemudian Radar Tarakan koran kota yang menengahkan berita seputar Tarakan sampai pengoperasian stasiun TV Tarakan oleh Pemkot Tarakan yang juga menengahkan berita seputar Kota Tarakan di tambah dengan saluran TV nasional lain. Media yang lengkap di Kota Tarakan ini tentunya mendukung sekali untuk pengembangan ekowisata hutan mangrove di kawasan konservasi Pelabuhan Tengakayu II. - Tingkat kesuburan tanah Tanah disekitar kawasan konservasi hutan mangrove mempunyai tingkat kesuburan yang relatif rendah dan tidak sesuai untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga masyarakat tidak menggarap lahan sekitarnya untuk ditanami dengan tanaman pertanian, kondisi ini mendukung untuk pengembangan wisata - Sumberdaya alam mineral Sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat berupa bahan bangunan seperti pasir, kerikil dan batu dan bahan mineral berharga lainnya. Kota Tarakan merupakan kota yang kaya akan sumberdaya alam mineral seperti minyak bumi dan batu bara yang telah dimanfaatkan lebih dari satu abad mulai dari masa penjajahan sampai sekarang. Pengambilan mineral pada saat ini dikelola pihak-pihak tertentu yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Untuk bahan bangunan biasanya didatangkan dari luar Pulau Tarakan, hanya pasir yang tersedia namun agak jauh dari lokasi konservasi mangrove. Areal 1 km dari kawasan konservasi hutan mangrove dan bekantan tidak ditemukan bahan bangunan seperti kerikil, pasir, batu dan bahan mineral seperti emas, minyak dan batubara. Bila di daerah tersebut ditemukan sumberdaya mineral yang berharga, masyarakat akan lebih cendrung untuk memanfaatkannya dan perhatian terhadap kepariwisataan akan berkurang, perusakan lingkungan 77 alam sekitarnya menjadi terbiasa dan sikap mereka akan tidak peduli bahkan mungkin akan menentang kegiatan konservasi dan wisata di lokasi tersebut. Tersedianya Air Bersih Adanya air bersih merupakan faktor yang perlu tersedia dalam pengembangan suatu objek wisata baik untuk pengelolaan maupun untuk pelayanan pengunjung. Air tersebut tidak harus selalu bersumber dari dalam lokasi, tetapi bisa saja didatangkandialirkan dari luar. Unsur-unsur yang merupakan penilaian terhadap air bersih adalah mudah tidaknya air didatangkan ke objek, jarak sumber air terhadap objek, debit sumber air, kelayakan dikonsumsi dan ketersediaan sepanjang tahun. Sumber air di kawasan konservasi hutan mangrove dan bekantan berasal dari Desa Kampung Bugis yang berjarak kurang lebih 5 km. Air yang digunakan adalah air yang berasal dari dalam tanah yang didapat dengan proses pengeboran terlebih dahulu ke dalam tanah dan air yang keluar mengalir sepanjang tahun dengan debit 0,33 literdetik. Air tersebut layak untuk dikonsumsi langsung untuk kebutuhan fauna seperti bekantan di lokasi hutan mangrove, namun untuk manusia terlebih dahulu harus dilakukan proses pemasakan sebelum diminum. Pengiriman dilakukan sesuai kebutuhan setiap dirasa air yang tersedia mulai habis. Di lokasi ekowisata hutan mangrove, air ditampung terlebih dahulu dalam 2 wadah tangki bervolume kurang lebih 2,5 ton yang diletakkan setinggi 7 meter yang selanjutnya disalurkan ke daerah sekitar lokasi untuk kebutuhan kebersihan, toilet umum dan tempat minum bekantan. Pengiriman air ke lokasi ekowisata hutan mangrove menggunakan truk khusus pengangkut air. Kondisi jalan dari sumber air ke lokasi hutan mangrove sangat baik, sehingga proses pengangkutan berjalan dengan lancar. Akomodasi Dalam kegiatan wisata memerlukan peranan fasilitas akomodasi, dalam hal ini adalah adanya sarana yang cukup untuk penginapanperhotelan khususnya bagi pengunjung yang berasal dari tempat yang jauh. Unsur yang digunakan dalam menilai perhotelanpenginapan didasarkan pada jumlah kamar hotelpenginapan yang berada pada radius 75 km dari objek. Jumlah 78 hotelpenginapan yang terdapat di wilayah Kota Tarakan sebanyak 33 buah, dengan klasifikasi 3 hotel bintang dan yang lainnya adalah hotelpenginapan kelas melati, sedangkan jumlah kamar dari seluruh hotel adalah 1027 kamar tabel 25. Kawasan hotel lebih terfokus berada di daerah atau dekat dengan dengan pusat kota. Jaraknya dari objek wisata konservasi hutan mangrove dan bekantan pun tidak seberapa jauh. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi pengunjung, bisa setiap saat berkunjung dengan waktu tempuh yang relatif pendek untuk menikmati kesejukan dan panorama di dalamnya. 79 Tabel 25. Daftar hotel yang terdapat di Kota Tarakan tahun 2004. No. Nama Hotel Klasifikasi hotel Jumlah kamar Bintang Melati 1. Hotel Garden City 3 tiga 85 2. Hotel Tarakan Plaza 2 dua 53 3. Hotel Bahtera 1 Satu 33 4. Hotel Surya Mas M3 39 5. Hotel Grand Taufiq M3 52 6. Hotel Paradise M3 62 7. Hotel Barito Timur M3 28 8. Hotel Sarinah M3 33 9. Hotel Gemilang M3 28 10. Hotel Samkho M3 28 11. Hotel Mirama M3 24 12. Hotel Padma M3 27 13. Hotel Makmur M3 36 14. Hotel Bintang M3 24 15. Hotel Asia M2 16 16. Hotel Mulia M2 33 17. Hotel Bumi Palapa M2 17 18. Hotel Barito M2 22 19. Hotel Bunga Muda M2 27 20. Hotel Faras Indah M2 15 21. Hotel Harmonis M2 61 22. Hotel Taufiq M2 56 23. Hotel Jakarta M2 30 24. Hotel Ramayana M2 24 25. Losmen Citra M2 36 26. Hotel Gatra M1 20 27. Hotel Sejahtera M1 21 28. Hotel Oriental M1 17 29. Hotel Dewa Ruchi M1 8 30. Losmen Cahaya Mulia Losmen 8 31. Losmen Permai Losmen 11 32. Losmen kaisar Losmen 29 33. Hotel Sakura M2 24 jumlah 1027 Sumber: Dinas Pariwisata Tarakan 2005 Keterangan : M1 = kelas melati 1 M2 = kelas melati 2 M3 = kelas melati 3 Prasarana dan Sarana Penunjang Radius 2 km dari obyek Prasarana dan sarana penunjang adalah sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan kepariwisataan dan berada pada radius 2 km dari batas luar 80 objek. Perananan dari sarana dan prasarana penunjang adalah untuk menunjang kemudahan dan kepuasan pengunjung. Unsur-unsur yang termasuk dalam prasarana penunjang dalam penelitian ini diantaranya kantor pos, telepon umum, Puskesmasklinik, wartel dan faksmili. Sedangkan, sarana penunjang penunjangnya adalah rumah makanminum, pusat perbelanjaanpasar, bankmoney changer, tempat peribadatan, dan toilet umum. Kawasan konservasi hutan mangrove dan bekantan ini berada di pusat Kota Tarakan, sehingga semua unsur-unsur prasarana dan sarana penunjang untuk pengembangan ekowisata dapat dijumpai dengan mudah dan berada tidak jauh dari lokasi. Untuk prasarana penunjang seperti, jasa pengiriman “Titipan Kilat”, kantor telekomunikasi dan rumah sakit Paramadinah milik pertamina hanya berjarak kurang lebih 1 km, kantor pos berada 2 km, sedangkan warung telepon hampir banyak dijumpai di sekitar jalan menuju ke lokasi objek. Begitu juga dengan sarana penunjang, seperti halnya pasar umumpusat perbelanjaan Ramayana berada di jalan yang sama dengan jarak 200 meter dari kawasan objek. Pada kawasan tersebut dapat di jumpai ATM dari beberapa bank di Kota Tarakan, Sedangkan beberapa bank terletak kurang lebih 1 km dari lokasi objek. Rumah makanminum banyak di jumpai pada jalan yang menuju ke lokasi objek begitu juga dengan sarana peribadatan seperti masjid dan toilet umum dapat dijumpai dengan mudah. Dilihat dari prasarana dan sarana yang berada di sekitar dekat dengan objek, maka sangat menunjang terhadap pengembangan ekowisata hutan mangrove di kawasan ini. Kondisi Iklim Kondisi iklim di suatu kawasan akan mempengaruhi terhadap intensitas kunjungan wisata. Kondisi Iklim yang baik tentunya akan meningkatkan itensitas kunjungan oleh pengunjung pada suatu objek wisata. Unsur-unsur yang dinilai dari kondisi iklim diantaranya pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan, suhu udara pada musim kemarau, jumlah bulan kering dan lembab pertahun, rata-rata penyinaran matahari pada musim hujan, kecepatan angin pada musim kemarau, dan kelembaban udara. - Pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan, dimana bulan-bulan yang dapat menunjang terhadap waktu kunjungan bulan-bulan dengan hari hujan yang 81 lebih kecil atau sama dengan 10 hari. Waktu-waktu yang dapat menunjang adalah bulan April – Oktober yaitu selama 8 bulan. - Suhu udara pada musim kemarau berkisar antara 25,1 o C – 29,51 o C. Secara umum suhu yang menyenangkan adalah 27 o C. - Rata-rata penyinaran matahari adalah 53, sedangkan dalam keadaan baik adalah 60 dengan curah hujan dalam lima tahun terakhir rata-rata 366,6 mmbulan. - Kota Tarakan berada dalam wilayah yang tropik basah. Karakteristik iklim umumnya sama dengan wilayah lain di Kalimantan Timur. Di daerah ini terjadi dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan April sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Dalam beberapa tahun terakhir ini kondisi iklim di Kalimantan Timur termasuk Kota Tarakan terkadang tidak mengikuti siklus seperti yang disebutkan di atas. Jumlah bulan kering dan lembab rata-rata pertahun adalah 1,5 bulan sedangkan dalam keadaan baik adalah 8 bulan - Kecepatan angin pada musim kemarau adalah 7,1 knotjam, sedangkan dalam keadaan baik nyaman adalah 1-2 knotjam. - Rata-rata kelembaban udara pertahun adalah 85 , sedangkan dalam keadaan baik adalah 61. Keamanan Keamanan dalam lokasi wisata merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam berwisata, karena hal ini menyangkut akan kenyamanan dan kepuasan dalam menikmati suasana alami di dalam kawasan wisata. Adapun hal yang menjadi unsur penilaian keamanan diantaranya; tidak adanya binatang pengganggu, tidak ada ras berbahaya, tidak ada tanah yang bersifat labil dan bebas dari kepercayaan yang mengganggu. Binatang yang terdapat di dalam lokasi wisata rata-rata bersifat pemalu, dimana jika didekati maka mereka akan menghindar dari pengunjung, kecuali kera abu-abu yang senantiasa dekat dengan pengunjung untuk mendapatkan makanan yang diberikan pengunjung. Ada pengunjung yang senang memberi makan kepada hewan ini, bagi mereka kegiatan ini merupakan pengalaman yang 82 menarik. Dalam kondisi lain, hal ini juga membuat pengunjung merasa kurang nyaman dan aman, sehingga sebaiknya pengunjung tidak memberikan sisa-sisa makanan kepada mereka. Fauna dan flora yang terdapat di kawasan ini tidak ada yang bersifat berbahaya, sehingga tidak mengurangi keamanan bagi pengunjung. Tanah disekitar lokasi juga tidak bersifat labil dari goncangan tektonik karena berada di kawasan pesisir dengan jenis tanah lumpur berpasir. Kawasan ini dahulunya merupakan kawasan pengembangan perikanan yang telah banyak di manfaatkan oleh pemerintah maupun warga, sehingga kawasan ini bebas dari kepercayaan yang mengganggu. Hubungan dengan Objek Wisata Lain Radius 75 km Hubungan dengan objek wisata lain harus diperhatikan dalam pengembangan suatu objek wisata, guna mengetahui adanya ancaman atau dukungan yang diakibatkan oleh keberadaan objek wisata lain bagi perkembangan wisata kedepannya. Unsur yang termasuk dalam penilaian hubungan dengan obyek lain diantaranya jumlah dan jarak objek-objek wisata lain baik sejenis maupun tidak sejenis di kabupatenkota yang berdekatan dengan objek serta jumlah wisatawan yang berkunjung ke tiap-tiap objek wisata tersebut. Pengunjung yang mengunjungi kawasan konservasi hutan mangrove dan bekantan di kawasan Pelabuhan Tengkayu II terus mengalami peningkatan tiap bulannya. Pada awal dibukanya lokasi ini, jumlah pengunjung yang datang berkunjung sebesar 591 orang, kemudian pada bulan kedua meningkat tiga kali lipat yaitu sebesar 1.501 orang, begitu juga pada bulan ke-3 dan ke-4 dan mengalami peningkatan 2 kali lipat pada bulan ke-5, yaitu sebesar 2.769 orang pengunjung. Jumlah ini terus meningkat sampai bulan Mei 2005 bulan ke-9 sejak dibukanya lokasi wisata. Dari data yang dikumpulkan diketahui terjadi penurunan jumlah kunjungan pada saat bulan puasa dan meningkat lagi pada bulan berikutnya karena adanya hari besar Idul Fitri Tabel 26. Dilihat dari kunjungan per harinya kunjungan tertinggi terjadi pada hari-hari libur dan Sabtu-Minggu. Kondisi tersebut, menunjukkan adanya antusias masyarakat Kota Tarakan terhadap kawasan ini. 83 Tabel 26. Data pengunjung ekowisata hutan mangrove dan bekantan mulai bulan September 2004-Desember 2005 No. Bulan Dewasa Anak-anak Wisman Jumlah 1. September 408 178 5 591 2. Oktober 1.004 429 5 1.501 3. Nopember 1.169 360 6 1.535 4. Desember 419 970 9 1.398 5. Januari 2.194 600 2 2.796 6. Februari 2.506 900 4 3.410 7. Maret 2.101 800 14 2.915 8. April 2.500 1.200 3 3.703 9. Mei 3.223 1.481 4 4.708 10. Juni 3.097 861 8 3.966 11. Juli 3.117 780 1 3.898 12. Agustus 2.679 390 2 3.071 13. September 2.706 642 3 3.351 14. Oktober 1.668 364 2 2.034 15. Nopember 3.771 1.094 6 4.871 16. Desember 3.123 1.330 4 4.457 Sumber: Kecamatan Tarakan Barat 2006 Jumlah dan jarak objek wisata lain, serta jumlah wisatawan yang berkunjung ke tiap-tiap objek wisata lain yang telah ada, dibandingkan dengan objek wisata konservasi hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II, menunjukkan bahwa, wisata hutan mangrove mempunyai urutan kedua, namun jika diusahakan lagi, maka jumlah kunjungan yang terjadi akan terus meningkat dibanding wisata lain. Sehingga kawasan ini berpotensi untuk dikembangkan Tabel 27. Tabel 27. Jarak objek wisata dan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke objek wisata dirinci menurut objek wisata di Kota Tarakan, September 2004- Agustus 2005 No Nama Objek Wisata Jarak dari kota Jumlah Wisatawan 1. Pantai Amal 11 Km 42.700 2 Wana Wisata Persemaian 6 Km 7.891 3. Kawasan Konservasi Hutan Mangrove dan Bekantan 300 m 36.843 4. Taman Oval 3 Km 21.716 5. Agrowisata Karungan 10 Km 3.109 6. Bunker-bunkerpos pengintai, persembunyian 20 Km 295 Sumber : Dinas Pariwisata Kota Tarakan 2006. 84 Objek wisata yang sejenis dengan kawasan konservasi hutan mangrove adalah Wana wisata persemaian, yang menawarkan objek wisata berupa hutan tempat berlindung dengan ciri yang unik masing-masing objek. Dilihat dari jaraknya dari pusat Kota Tarakan, kawasan konservasi hutan mangrove dan bekantan terletak sangat dekat dengan pusat kota yaitu sekitar 300 meter. Hal ini merupakan keuntungan bagi pengembangan ekowisata di kawasan konservasi hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II. Dari hasil penilaian kriteria yang dilakukan melalui pengamatan kondisi di lapangan dan data yang dikumpulkan selama penelitian, didapatkan daya tarik lokasi sebesar 1.380, potensi pasar sebesar 950, kadar hubunganaksesibilitas ke lokasi penelitian sebesar 1.500, kondisi lingkungan sosial ekonomi dan pelayanan masyarakat sekitar sebesar 1.325, ketersediaan air besih di lokasi wisata didapatkan sebesar 540, akomodasi lokasi sebesar 90, sarana dan prasarana penunjang disekitar lokasi penelitian sebesar 120, kondisi iklim sebesar 520, keamanan di kawasan lokasi sebesar 120 dan hubungan dengan obyek wisata lain sebesar 120 Tabel 28. Tabel 28. Kriteria penilaian potensi ekowisata hutan mangrove Kota Tarakan No Unsur Skor Penilaian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Daya tarik Potensi Pasar Kadar hubunganaksesibilitas Kondisi lingkungan, sosial ekonomi dan pelayanan masyarakat Ketersediaan air besih Akomodasi Sarana dan prasarana penunjang Kondisi iklim Keamanan Hubungan obyek dengan obyek wisata lain 1.380 950 1.500 1.325 540 90 120 520 120 120 Jumlah 6.665 Semua unsur yang ditentukan dalam penelitian dijumlahkan, jumlah keseluruhan penilaian potensi hutan mangrove di kawasan Pelabuhan Tengkayu II adalah sebesar 6.665. Berdasarkan kriteria penilaian kelayakan pengembangan ekowisata hutan mangrove, maka bahwa hutan mangrove di kawasan Pelabuhan Tengkayu II digolongkan layak untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. 85 Kondisi Masyarakat Sekitar dan Pengunjung Masyarakat Sekitar Kawasan Masyarakat yang berada disekitar kawasan adalah masyarakat desa Karang Anyar Pantai dan Desa Karang Rejo Kecamatan Tarakan Barat. Untuk pengembangan kawasan hutan mangrove menjadi ekowisata perlu diketahui karakteristik, preferensi dan persepsi masyarakat sekitar kawasan.

a. Karakteristik Masyarakat