GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI SMA “X” YOGYAKARTA

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI SMA “X” YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DISUSUN OLEH : WIDYA WINDASARI

20120320105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

DI SMA “X” YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DISUSUN OLEH : WIDYA WINDASARI

20120320105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii


(4)

iii

Nim : 20120320105

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Allah SWT, Tuhan Pencipta Alam. Alhamdulillah, Terima kasih atas kemudahan yang telah diberikan pada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu. Alhamdulillah telah memberikan kelancaran dan banyak pelajaran dalam hidup. Terima kasih telah memberikan kesempatan kepada saya karena lebih mengerti dan memaknai arti bersyukur dengan keadaan yang dijalani.

2. Kedua orangtua dan keluarga, Mama Tri Sarana Ari Wardhani, S.E dan Bapak Alam Purwanto terima kasih telah memberikan semangat dan kasih sayang yang tak pernah putus. Selalu memberikan yang terbaik buat saya, selalu mendoakan saya tanpa henti. Eyangku Alm. H. Sumardi dan Hj. Supiyati yang selalu mendoakan saya tanpa henti, memberikan motivasinya kepada saya, memberikan kasih sayang dan perhatian yang tak pernah putus kepada saya.

3. My Partner Bondan Jati Satya Wibowo dan My Sunshine Ibrahim Gibran Axelleazar terima kasih selalu menemani membuat skripsi ini, selalu memberikan semangat dan dukungan.


(6)

v

dukungannya.

5. Keluarga besar saya semuanya yang telah memberikan semangat, motivasi dan dukungannya untuk saya.

6. Partner KTI saya Alma Ananda Alieva Noor Wahyudina terima kasih untuk kerjasamanya, ilmunya, bantuannya, mondar-mandirnya untuk sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi bersama.

7. Sahabat-sahabat saya Bolang, Adelia Pramudita Monanda, Novia Ratnawati, Ahmad Muslimin, Arfiki Duwila, Denda Fenti Arisuwita, Erna Susanti, Evi Novita Sari, Banu Eman Susetya, Desi Andaru Pusparini, Erna Rahmawati, Zuliyani terima kasih sudah menjadi tempat saya mengeluh, tempat berbagi cerita suka duka dan terima kasih untuk support kalian kepada saya.

8. Sahabat kecil saya Siti Rohana, terima kasih selalu memberikan semangat dan dukungannya kepada saya.

9. Teman-teman satu bimbingan Ibu Rahmah, Alma Ananda, Alieva Noor Wahyudina, Deva Prayunika, Endah Lisma Syamita, Dyah Ayu Amboro, Erna Rahmawati Wibawanti untuk kerja kerasnya, bantuannya, ilmunya,


(7)

vi

semangat dan dukungannya kepada saya, untuk bersama-sama menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.


(8)

vii

rahmatNya dan dengan didorong semangat dan daya upaya penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Perilaku Seksual Pada Remaja Di SMA “X” Yogyakarta”.

Proposal karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Proposal ini berisikan tentang teori-teori mengenai perilaku seksual pada remaja. Dalam membuat proposal ini penulis mendapat banyak masukan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Rahmah, M.Kep., Ns., Sp.Kep.,An. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan pemikiran serta pengarahan yang sangat berguna dalam penyusunan karya tulis ini.

4. Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep., Ns., MAN., HNC sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berguna dalam karya tulis ini.


(9)

viii

5. Kedua orang tua, Alam Purwanto dan Tri Sarana Ari Wardhani S.E dan kedua eyang, Alm. H. Sumardi dan Hj. Supiyati yang telah memberikan dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman-teman PSIK UMY 2012 yang telah memberikan semangat dan dukungannya.

7. Pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dalam penyusunan dan penulisan proposal ini, penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun saya terima dengan senang hati. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Juni 2015 Penulis


(10)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Remaja ... 11

2. Perilaku Seksual ... 16

B. Kerangka Teori ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 31

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian... 34

E. Definisi Operasional ... 34


(11)

x

G. Pengumpulan Data ... 35

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 36

I. Pengolahan Data ... 37

J. Analisis Data ... 38

K. Etika Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

B. Hasil Penelitian ... 41

C. Pembahasan ... 47

D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 58

A. Kesimpulan... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(12)

xi

Tabel 4.1 Gambaran Perilaku Seksual ... 43 Tabel 4.2 Gambaran Perilaku Seksual Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (Jenis Kelamin) ... 41

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (Usia) ... 42

Gambar 4.3 Kategori Gambaran Perilaku Seksual ... 46


(14)

xiii

DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

HIV/AIDS : Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

PMS : Penyakit Menular Seksual

SKRRI : Survey Kesehatan Reproduksi Remaja


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Survey Pendahuluan

Lampiran 2 Surat Layak Etik

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ke SMA “X” Yogyakarta

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian ke Kesatuan Bangsa dan Politik Sleman Lampiran 5 Surat Rekomendasi Dari Kesatuan Bangsa dan Politik Sleman Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Dari Bappeda

Lampiran 7 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 8 Pernyataan Menjadi Responden Lampiran 9 Kuesioner


(16)

(17)

xv INTISARI

Latar Belakang: Remaja perlu mendapatkan perhatian serius mengenai seksualitas karena remaja masih rentan terhadap perilaku-perilaku yang tidak diinginkan salah satunya yaitu perilaku seksual. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Siswa SMA merupakan masa remaja yang rentan terhadap perilaku seksual seperti perilaku berpacaran sampai dengan hubungan seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pada remaja.

Metode penelitian: Jenis penelitian ini merupakan penelitian descriptive. Populasi dari penelitian ini adalah remaja usia 15-17 tahun yang terdaftar sebagai murid di SMA “X” kelas X, XI dan XII. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 127 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang valid dan realibel setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Hasil penelitian: Responden penelitian ini berjumlah 106 anak. Dengan gambaran perilaku seksual berpacaran sebanyak 87,7% dengan sebagian besar perilaku seksual berat 47,2%. Remaja laki-laki lebih banyak berpacaran sebanyak 50% dibandingkan remaja perempuan 37,74%. Informasi mengenai perilaku seksual terbanyak berasal dari teman sebesar 46,43%.

Kesimpulan: Perilaku seksual remaja cukup tinggi yakni remaja yang berpacaran sebanyak 87,7% dengan perilaku seksual berat. Responden laki-laki lebih banyak dengan usia terbanyak 17 tahun. Informasi mengenai perilaku seksual terbanyak berasal dari teman.


(18)

xvi

either by the opposite sex or by same sex. High school students is the teenager who susceptible to sexual behavior such as dating until sexual intercourse. The purpose of this research is to find the representaion of sexual behavior in adolescents.

Research methodology: This study was a descriptive research. The population of this research was teenagers on age of 15 to 17 years registered as students in high school

X” class X, XI and XII. Population of this research was 127 people .The criteria for inclusion in this study the age 15 to 17 years, listed and still actively take teaching and learning activities, willing to become respondents. Research instruments were a questionnaire, which is validated and reliable after undergone a validity and reliability test.

Research results: Respondents in this study were 106 children. Sexual behavior dating represented as much as 87,7% and followed with heavy sexual behavior as much as 47,2%. Boys adolescent showed having more dating behavior as many as 50% than girl 37,74%. Information about sexual behavior most derived from friends as much as 46,43%.

Conclusions: Sexual behavior on adolescents are quite high on dating as much as 87,7% followed with heavy sexual behavior. Respondents are dominated with boys and most ages are 17 years old. Information about sexual behavior most derived from friends.


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan penerus generasi bangsa di masa mendatang. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Batasan remaja menurut World Health Organization (WHO) dalam Sarwono (2011) menetapkan batas usia 10-14 tahun pada remaja awal dan 15-20 tahun untuk remaja akhir, sedangkan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia muda.

Di Indonesia sendiri, batasan usia remaja mendekati batasan PBB tentang usia remaja adalah kurun usia 15-24 tahun. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%) (BPS, 2010 dalam BKKBN 2011). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) jumlah penduduk di Yogyakarta mencapai 3.457.491 jiwa dan diantaranya terdiri dari remaja berdasarkan kelompok umur, yaitu kelompok umur 10-14 tahun sebanyak 201.000 jiwa, kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 200.500 jiwa, kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 282.500 jiwa. Sedangkan


(20)

remaja berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 353.700 jiwa dan remaja berjenis kelamin perempuan sebanyak 330.300 jiwa.

Besarnya penduduk remaja akan berpengaruh pada pembangunan dari aspek sosial, ekonomi maupun demografi baik saat ini maupun di masa yang akan datang (BKKBN, 2011). Penduduk remaja (10-24 tahun) perlu mendapat perhatian serius karena remaja termasuk dalam usia yang rentan untuk terpengaruh terhadap lingkungan, teman sebaya dan informasi-informasi yang didapat seperti masalah kesehatan reproduksi.

Dari beberapa survei diketahui besaran masalah remaja, Menurut Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, persentase perempuan dan lelaki yang tidak menikah, berusia 15-19 tahun merupakan perempuan pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,5%, pada usia 12-14 tahun: 22,6%, usia 15-17 tahun: 39,5%, usia 18-19 tahun: 3,2%. Melakukan petting pada saat pacaran: 6,5%. Lelaki pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,0%, usia 12-14 tahun: 18,6%, usia 15-17 tahun: 36,9%, usia 18-19 tahun: 3,2%. Melakukan petting saat pacaran: 19,2%. Pengalaman seksual pada perempuan: 1,3%, lelaki: 3,7%. Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada usia: <15 tahun: 1,0%, usia 16 tahun : 0,8%, usia 17 tahun: 1,2%, usia 18 tahun: 0,5%, usia 19 tahun: 0,1%. Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah pada remaja berusia 15-24 tahun ialah: Untuk perempuan alasan tertinggi adalah karena terjadi begitu saja (38,4%), dipaksa oleh


(21)

3

pasangannya (21,2%). Sedangkan pada lelaki, alasan tertinggi ialah karena ingin tahu (51,3%), karena terjadi begitu saja (25,8%).

Remaja masih perlu mendapatkan perhatian serius karena remaja masih rentan terhadap perilaku-perilaku yang tidak diinginkan salah satunya yaitu perilaku seksual. Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Sedangkan menurut Sarwono (2011) perilaku seksual tersebut sangat luas sifatnya, mulai dari berdandan, mejeng, melirik, merayu, menggoda dan lain-lain. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk perilaku ini bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-israa’: 32 “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.

Serta dijelaskan dalam surah An-Nur : 31-32 “Katakanlah kepada wanita

yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya


(22)

kamu beruntung. dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui”.

Selain ayat Al-qur’an, dalam hadist juga disebutkan keharaman berzina.

"Pezina tidak dikatakan mu’min ketika ia berzina” (HR. Bukhari no. 2475,

Muslim no.57).

Macam -Macam Zina di dalam islam terbagi menjadi 2 yaitu : a. Zina al-lamam yang terdiri dari Zina ain (zina mata) yaitu memandang lawan jenis dengan perasaan senang, Zina qolbi (zina hati) yaitu memikirkan atau menghayalkan lawan jenis dengan perasaan senang kepadanya, Zina lisan (zina ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan senang kepadanya, Zina yadin (zina tangan) yaitu memegang tubuh lawan jenis dengan perasaan senang kepadanya. b. Zina Luar Al-Lamam (Zina Yang Sebenarnya) terdiri dari : zina muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang telah bersuami istri, hukumannya adalah dirajam sampai mati, Zina gairu muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum bersuami istri, hukumannya adalah didera sebanyak 100 kali dengan menggunakan rotan.

Remaja memerlukan akses kepada sumber-sumber informasi tentang seks, bahkan juga pelayanan kesehatan reproduksi. Pendidikan seks sering dianggap merangsang remaja untuk melakukan perilaku seks sebelum saatnya, sementara pemberian kondom (dan alat kontrasepsi lainnya kepada remaja yang sudah aktif secara seksual membenarkan hubungan seks pranikah. Akibatnya remaja tidak mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi pada saat mereka


(23)

5

membutuhkannya, sehingga tidak mengherankan jika angka penyakit menular seksual dan kehamilan remaja meningkat di kalangan kelompok produktif (Ikatan Dokter Anak Indonesia, IDAI).

Menurut Moeliono (2004) dalam Chandra (2012) perilaku remaja dipengaruhi oleh faktor internal remaja seperti pengetahuan, sikap, kepribadian maupun faktor eksternal seperti lingkungan dimana remaja berada. Potter & Perry (2005) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi seksualitas remaja yaitu faktor fisik, faktor hubungan, faktor gaya hidup dan faktor harga diri.

Menurut Sarwono (2010) perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya dampak psikologis seperti perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. Dampak fisik yaitu dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi, berkembangnya Penyakit Menular Seksual (PMS) di kalangan remaja dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena HIV/AIDS. Dampak sosial diantaranya dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu atau bapak, serta stigma masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.

Berdasarkan penelitian Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora selama 3 tahun (1999 – 2002) pada tempat kos mahasiswa di Yogyakarta menunjukkan 97,05% dari 1660 mahasiswa yang diteliti sudah hilang keperawanannya. Sementara itu kasus aborsi dikalangan remaja, diperoleh data 2,5 juta jiwa perempuan pernah melakukan aborsi dan dari


(24)

jumlah ini 27% atau 700 ribu dilakukan oleh remaja. Untuk Narkoba menunjukkan 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau 3,2 juta jiwa pengguna narkoba dan dari jumlah itu 78% dari kalangan remaja. Sedang kasus AIDS hingga Desember 2009 sebesar 19.973 kasus dan dari jumlah ini 50,3% ditularkan melalui hubungan heteroseksual (beritasore, 2014).

Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan cara wawancara kepada 6 orang siswa dan 5 orang siswi kelas XI yang dilakukan di SMA “X” Yogyakarta. Peneliti mengajukan 6 pertanyaan, yaitu “Apakah anda mempunyai pacar?”, “Apakah anda pikir berciuman dengan lawan jenis adalah suatu hal yang wajar?”, “Apakah anda pikir berhubungan seks dengan lawan jenis pada usia anda adalah suatu hal yang wajar?”, “Perlukah menggunakan kondom saat berhubungan seks?”, “Apakah melakukan hubungan seks adalah bukti cinta pada pasangan?”, “Apakah seks itu perlu dilakukan setiap orang?”. Dari hasil wawancara didapatkan 6 dari 11 informan memiliki pacar, 7 dari 11 informan menganggap berciuman adalah hal yang wajar, 8 dari 11 informan menganggap berhubungan seksual diusia mereka adalah wajar, 7 dari 11 informan menganggap bahwa kondom perlu digunakan saat melakukan hubungan seks, dan semua informan sepakat bahwa hubungan seks adalah hal yang diperlukan untuk semua manusia. Peneliti juga mewawancarai salah satu staf di SMA “X” Yogyakarta, dari hasil wawancara didapatkan bahwa dalam 2 tahun belakangan ini terdapat kasus kehamilan diluar nikah yang terjadi pada siswi SMA tersebut.


(25)

7

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “Bagaimana Gambaran Perilaku Seksual Pada Remaja?”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah “Bagaimana Gambaran Perilaku Seksual Pada Remaja?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pada remaja.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karateristik responden.

b. Untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pada remaja berdasarkan jenis kelamin.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan S1 Keperawatan.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah tentang gambaran perilaku seksual siswa-siswi, sehingga diharapkan program


(26)

pendidikan kesehatan reproduksi remaja dapat direncanakan dan dilaksanakan setiap tahunnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian oleh Wahyu Purwaningsih tahun 2012 dengan judul “Hubungan

Pengetahuan Dan Peran Keluarga Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Pada

Remaja Anak Jalanan Di Kota Surakarta”. Tujuan dari penelitian untuk

menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku seks pranikah pada remaja anak jalanan di Kota Surakarta dan menganalisis peran keluarga terhadap perilaku seks pranikah pada remaja anak jalanan di Kota Surakarta. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan metode pendekatan cross sectional. Pengambilan sample menggunakan teknik quota sampling, dengan jumlah sampel 104 orang responden anak jalanan di wilayah kota surakarta dengan menggunakan instrument penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan uji

Chi Square test dengan taraf signifikansi (a =0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja anak jalanan yang melakukan perilaku seksual pranikah mempunyai pengetahuan rendah dan peran orang tua yang kurang baik. Dari analisis korelasi diperoleh hasil yang signifikan (P value < 0,05)


(27)

9

yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku seksual pranikah anak jalanan Kota Surakarta.

Perbedaan penelitian ini terletak pada metode penelitian yang digunakan, populasi dan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah anak jalanan dan teknik pengambilan sampel.

2. Penelitian oleh Fadila Oktavia Sari Banun dan Soedijono Setyorogo tahun 2013 dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Semester V STIKES X Jakarta”. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa semester V STIKES MH. Thamrin Jakarta Timur Tahun 2012. Metode penelitian dilakukan dengan rancangan

cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2012 s/d Januari 2013 dengan responden sebanyak 261 responden yang diambil secara

simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang telah di uji coba terlebih dahulu. Dari hasil analisis, didapatkan perilaku seksual berisiko sebanyak 55,2%. Gaya hidup yang berisiko 77,4%, tempat tinggal berisiko 47,5%, keharmonisan keluarga, berisiko 65,2%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa semester V STIKes X Jakarta Timur meliputi tempat tinggal (p-value 0,05), keharmonisan keluarga (p-value 0,04) dan gaya hidup (p-value 0,001).


(28)

Perbedaan penelitian ini terletak pada metode penelitian yang digunakan, populasi dan sampel yang digunakan.


(29)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja adalah masa di mana individu mengalami perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa ini biasa dikenal atau disebut dengan masa

pubertas (inggris: puberty) yang berarti sebagai tahap di mana remaja mengalami kematangan seksual dan mulai berfungsinya organ-organ reproduksi. Masa pematangan fisik ini berjalan kurang lebih 2 tahun dan biasanya dihitung dari mulainya haid yang pertama pada wanita atau sejak seorang laki-laki mengalami mimpi basah yang pertama (Sarwono, 2011). Menurut World Health Organization dalam Sarwono 2011 remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual. Kematangan seksual baik primer (produksi sel telur, sel sperma) maupun sekunder seperti kumis, rambut kemaluan, payudara dan lain-lain. Remaja dalam arti adolescence berasal dari bahasa latin

adolescence yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Kematangan di sini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi juga kematangan sosial-psikologis (Muss,1968 dalam Sarwono 2011).


(30)

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan usia 15-24 tahun sebagai masa usia muda (youth). Batasan untuk remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2011).

Sedangkan menurut Hurlock (2011) mengemukakan bahwa masa remaja dimulai dengan masa remaja awal (12-14 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

b. Perkembangan Remaja 1) Perkembangan fisik

Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan seksual terjadi seiring dengan perkembangan karakteristik seksual primer dan sekunder. Karakteristik primer berupa perubahan fisik dan hormonal yang penting untuk reproduksi dan karakteristik sekunder secara eksternal berbeda pada laki-laki dan perempuan (Potter & Perry, 2005).

Perubahan fisik ditandai dengan kematangan seks sekunder seperti tumbuh rambut diketiak dan sekitar alat kemaluan. Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan suara membesar. Puncak kematangan organ reproduksi pada anak laki-laki adalah dengan


(31)

13

kemampuannya dalam ejakulasi,yang menunjukkan bahwa pada masa ini remaja laki-laki sudah dapat menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi disaat tidur dan diawali dengan mimpi erotis atau yang biasa disebut dengan mimpi basah (Sarwono, 2011).

Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh karena tumbuhnya payudara dan panggulnya yang membesar serta suaranya yang berubah menjadi lebih lembut. Puncak dari kematangan organ reproduksi pada masa remaja anak perempuan adalah mendapatkan menstruasi pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukkan bahwa dirinya telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin wanita (Sarwono, 2011).

2) Perkembangan emosi

Perkembangan emosi erat kaitannya dengan perkembangan hormon, dan ditandai dengan emosi yang sangat labil. Ketika marah bisa meledak-ledak, jika sedang gembira terlihat sangat ceria dan jika sedih bisa sangat depresif. Ini adalah kondisi yang normal bahwa remaja belum dapat sepenuhnya mengendalikan emosinya (Sarwono, 2011).

3) Perkembangan kognitif

Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah dengan tindakan logis. Remaja dapat berpikir abstrak dan


(32)

menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang sangat banyak (Potter & Perry, 2005).

4) Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial ini ditandai dengan keterkaitannya pada kelompok sebaya. Hal ini mengembangkan rasa solidaritas, saling menghargai, saling menghormati yang sebelumnya tidak remaja miliki ketika masa kanak-kanak. Pada masa ini selain masalah sekolah, masalah teman dan ketertarikan pada lawan jenis menjadi lebih menyenangkan. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik seperti tinggi badan dan berat badan serta proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan, seperti ragu-ragu, tidak percaya diri dan tidak aman (Potter & Perry, 2005).

c. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Sarwono (2011) tahap perkembangan remaja dibagi menjadi 3, antara lain:

1) Remaja awal

Seorang remaja pada masa ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Pada tahap ini remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik


(33)

15

pada lawan jenis, dan mudah terangsang yang berlebihan. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego yang menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.

2) Remaja Madya Atau Tengah

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman sebayanya. Remaja pada tahap ini senang jika banyak teman yang menyukainya, ada kecenderungan mencintai diri sendiri atau disebut dengan

narcistic, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, di tahap ini remaja tak jarang berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih yang mana seperti peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, ideal atau materialis dan macam sebagainya. 3) Remaja akhir

Menurut Sarwono (2011) pada tahap ini adalah masa peralihan menuju dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, antara lain : a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Ego mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.


(34)

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada dirinya sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh pemisah antara dirinya sendiri (private self) dan masyarakat umum (the public).

2. Perilaku Seksual a. Definisi Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan lain-lain (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tersembunyi atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus dalam bentuk


(35)

17

tindakan yang jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

b. Definisi Perilaku Seksual

Kata seks sering digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk memberi label

gender, seorang pria atau wanita (Zawid, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).

Seksualitas diekpresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan atau sama dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, ciuman, pelukan, senggama seksual dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerak tubuh dan berpakaian (Denney & Quadagno, 1992; Zawid, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).

Sedangkan menurut Sarwono (2011) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku


(36)

berkencan, bercumbu dan bersenggama yang objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri

c. Macam-macam Perilaku Seksual

Menurut Sarwono (2007) bentuk tingkah laku seks bermacam-macam, dari perasaan tertarik, pacaran, kissing, dan intercourse, terdiri dari :

1) Kissing atau sering disebut ciuman, dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut French kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam atau soul kiss. 2) Necking, adalah berciuman di sekitar leher ke bawah. Necking

merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan yang lebih mendalam.

3) Petting, adalah perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian.


(37)

19

4) Intercourse, adalah bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja

Perilaku remaja dipengaruhi oleh faktor internal remaja yaitu pengetahuan, sikap, kepribadian dan faktor eksternal yaitu lingkungan tempat remaja berada (Moeliono, 2004 dalam Chandra 2012).

Menurut Suryoputro dkk (2006) faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah seksualitas remaja, yaitu : Usia, jenis kelamin, pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap terhadap perilaku seksual, harga diri, media informasi, peran orang tua, pengaruh teman sebaya, budaya. 1) Usia

Peningkatan umur akan mempengaruhi kematangan seksual seseorang. Dalam kaitannya dengan kematangan fisik, Sanderowitz & Paxman (1985) dalam Sarwono, 2011 mencatat bahwa diberbagai masyarakat sekarang ada kecenderungan menurunnya usia kematangan seksual seseorang sebagaimana tercemin dalam menurunnya usia menarche. Secara biologis rata-rata waktu menstruasi pertama (menarche) cenderung terjadi pada usia lebih muda. Hal ini disebabkan adanya perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hasrat seksual


(38)

ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

Menurunnya usia kematangan seksual ini kiranya terjadi di hampir seluruh dunia, sehubungan dengan membaiknya gizi sejak masa kanak-kanak di satu pihak dan meningkatnya informasi melalui media massa atau hubungan antar orang di pihak lain (Sarwono, 2011).

2) Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan antara remaja pria dan remaja putri dalam pengalaman seksual. Remaja putra selalu menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada remaja putri. Remaja pria lebih awal melakukan berbagai perilaku seksual daripada remaja putri dan sikap pria pada umumnya lebih permissif daripada wanita. Remaja putra mempunyai dorongan seksual lebih kuat dan lebih aktif dalam mencari obyek seksualnya, selain itu berkaitan dengan norma-norma yang lebih longgar bagi kaum pria daripada kaum wanita dihampir seluruh dunia dan sehubungan dengan itu lebih besar pula kemungkinanya bagi kaum pria (termasuk remajanya) untuk melakukan berbagai hal daripada kaum wanita (Sarwono, 2010).

Kebutuhan untuk terikat dengan pasangannya tidak sebesar remaja putri, sehingga pada remaja putri kadang terjadi trauma pada masa remaja akibat hubungannya dengan remaja putra. Oleh sebagian orang


(39)

21

perbedaan ini dapat diungkapkan dengan perkataan buat remaja laki-laki “cinta untuk sex” sedangkan untuk remaja putri “sex untuk cinta”. Karena remaja putri lebih membutuhkan suatu ikatan yang kuat dan lebih lama dalam hubungan dengan lawan jenisnya. Remaja pria cenderung menekan dan memaksa remaja putri untuk berhubungan seks, namun ia sendiri tidak memaksa (Crump,dkk. 1996 dalam Sarwono 2010).

3) Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap kesehatan reproduksi yang meliputi sistem reproduksi, fungsi system reproduksi, prosesnya dan cara-cara pencegahan/ penanggulangan terhadap kehamilan, aborsi, penyakit-penyakit kelamin. Remaja yang memiliki pengetahuan yang baik tentang perilaku sex, akan cenderung memikirkan dampak yang terjadi saat melakukan hubungan sex pada usia muda. (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan seks sering dianggap merangsang remaja untuk melakukan perilaku seks sebelum saatnya. Akibatnya remaja terisolasi dari informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi pada saat mereka membutuhkannya sehingga tidak mengherankan jika angka penyakit


(40)

menular seksual dan kehamilan remaja makin meningkat dikalangan kelompok produktif. Dengan informasi yang benar diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2011).

4) Sikap terhadap Perilaku Seksual

Sikap merupakan bentuk respon seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti: senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, baik atau tidak baik (Notoatmodjo, 2007).

Sikap seksual adalah respon seksual yang diberikan seseorang setelah melihat, mendengar atau membaca informasi serta pemberitaan, gambar-gambar yang berbau porno dalam wujud orientasi atau kecenderungan dalam bertindak. Sikap yang dimaksud adalah sikap remaja terhadap perilaku seksual (Azwar, 2009).

Menurut Azwar (2009), sikap dapat bersifat positif dan pula sifat negatif. Sikap positif memiliki kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi mengharapkan objek tertentu, sedangkan sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.


(41)

23

5) Harga diri

Remaja mengalami perkembangan psikologis berupa perkembangan sosio-emosi yang salah satunya adalah harga diri. Harga diri merupakan keseluruhan cara yang digunakan untuk mengevaluasi diri seseorang, selain itu harga diri juga merupakan perbandingan antara ideal-self seseorang dengan real-self seseorang. Ketika ideal-self telah dirasa tercapai oleh individu tersebut, maka individu cenderung memiliki harga diri yang tinggi (Santrock, 2007).

Hurlock (2007) mengemukakan bahwa harga diri adalah kemampuan individu untuk mempertahankan pandangan yang positif terhadap diri sendiri dalam menghadapi kemunduran, penolakan maupun kegagalan. Harga diri bersifat labil dan dapat berubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan kemampuan individu tersebut untuk mempertahankan pandangan positif terhadap diriya.

Terdapat tiga kelompok harga diri, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Individu dengan harga diri yang tinggi menunjukkan sikap atau sifat yang lebih aktif, mandiri, kreatif, yakin akan gagasan dan pendapatnya, memiliki kepribadian yang stabil, rasa percaya diri yang tinggi, lebih efektif dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang memiliki harga diri sedang memiliki harapan dan keberartian yang positif, meski lebih moderat, individu memandang dirinya lebih baik


(42)

dari kebanyakan orang. Namun di sisi lain, ia tidak menilai dirinya sebaik penilaian orang lain yang memiliki harga diri yang lebih tinggi. Sebaliknya, remaja dengan harga diri yang rendah rasa percaya diri yang rendah dan kurang berani untuk menyatakan diri masuk ke dalam suatu kelompok, ditambah lagi ia memiliki sikap pasif, pesimis, rendah diri, pemalu dan kurang berani dalam melakukan interaksi sosial. Remaja dengan harga diri yang tinggi (positif) akan menjalani tahapan perkembangannya dengan lebih baik.

Pada masa remaja, harga diri seseorang cenderung menurun terutama pada remaja perempuan berumur 12-17 tahun. Sedangkan pada remaja laki laki, harga diri yang lebih tinggi justru muncul dibandingkan perempuan yang disertai dengan pertumbuhan yang lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya. Menurunnya harga diri remaja perempuan adalah karena mereka memiliki citra tubuh yang lebih negative selama mengalami perubahan pubertas, dibandingkan remaja laki laki. (Santrock, 2007).

6) Media Informasi

Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat pada saat ini, informasi semakin mudah untuk didapatkan. Dari berbagai tempat, latar belakang, dan usia dapat mengakses informasi dengan cepat dan mudah melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Media cetak dan media elektronik merupakan media yang paling


(43)

25

banyak dipakai sebagai penyebarluasan pornografi. Remaja cenderung ingin tahu dan ingin mencoba-coba serta ingin meniru apa yang dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada umumnya belum mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. Perkembangan hormonal pada remaja dipacu oleh paparan media massa yang mengundang keingintahuan dan memancing keinginan untuk bereksperimen dalam aktivitas seksual (Sarwono, 2010).

Kecenderungan pelanggaran terhadap perilaku seksual remaja makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan teknologi canggih seperti video cassette, DVD, telepon genggam, dan internet. Remaja akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa, khususnya karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya (Sarwono, 2011).

7) Peran Orang tua

Pembicaraan tentang seksual dengan anak masih merupakan hal yang tabu di Indonesia, padahal dengan adekuatnya informasi yang diberikan oleh orang tua maka perilaku seksual yang menyimpang dapat dicegah. Peran orang tua sangatlah penting, terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas. Karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks


(44)

dengan anak, tidak terbuka terhadap anak malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah yang satu ini.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2011), bahwa penyalahgunaan media informasi pada remaja dapat dicegah dengan komunikasi tentang seksualitas yang baik antara anak dan orang tua. 8) Pengaruh Teman Sebaya

Remaja memiliki kecenderungan untuk berkelompok, hal ini merupakan bagian fisiologis dari proses tumbuh kembang yang dialami remaja. Remaja memilih ‘geng’ mereka berdasarkan kesamaan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Kebanyakan kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group. Remaja sering kali membela mati-matian kelompok mereka karena sebuah kata ‘solidaritas,. Berdasarkan alasan solidaritas, sekelompok anak sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, mencium pacar bahkan melakukan hubungan seks (Sarwono, 2010).

Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat


(45)

27

sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan makin sejajar dengan pria (Sarwono, 2011).

9) Budaya

Geertz dalam bukunya “Mojokuto; Dinamika Sosial Sebuah Kota di Jawa”, mengemukakan bahwa budaya adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya, suatu pola makna yang ditransmisikan secara historis, diwujudkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-orang mengkomunikasikan, mengabdikan, dan mengembangkan pengetahuan, karena kebudayaan merupakan suatu sistem simbolik maka haruslah dibaca, diterjemahkan dan diinterpretasikan.

Sarwono (2011) mengatakan, walaupun pada zaman sekarang ini marak terjadi perilaku seks bebas tetapi sebenarnya masyarakat Indonesia masih menjunjung tinggi nilai tradisional yang salah satunya adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Nilai ini tercermin dalam bentuk keinginan mempertahankan kegadisan seseorang sebelum menikah.

Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu. Budaya


(46)

mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan ideologi yang mereka anut. Tentu saja pada kenyataannya budaya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya berbeda, terlepas dari perbedaan karakter masing-masing kelompok masyarakat ataupun kebiasaan mereka.

Selain hal yang disebutkan diatas, Sarwono (2011) menyebutkan bahwa norma agama mengambil bagian dalam menentukan perilaku seksual remaja. Ketika norma-norma agama dimaknai dengan sebenar-benarnya, dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah, maka seseorang termasuk remaja akan menjauhkan diri dari hal yang dapat menyebabkan dosa termasuk melakukan hubungan seksual pranikah.

e. Dampak Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja

Sebagian dari perilaku seksual memang tidak berdampak apa-apa. Terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang ditimbulkan. Tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain berpeluang besar memungkinkan masuknya sperma kedalam vagina, perilaku seksual tersebut dampaknya bisa cukup serius (Simkins, 1984 dalam Sarwono, 2010).

Menurut Sarwono (2010), perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, antara lain :


(47)

29

1) Dampak psikologis seperti perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.

2) Dampak fisik diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi, berkembangnya Penyakit Menular Seksual (PMS) di kalangan remaja di mana PMS dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena HIV/AIDS. Sebagian besar kehamilan remaja diluar nikah disebabkan karena tidak adanya pendidikan seks, penyalahgunaan alat-alat kontrasepsi, tidak tahunya remaja akan konsekuensi dari tingkah laku seksual yang dilakukannya dan melemahnya sistem nilai dan norma masyarakat.

3) Dampak sosial yaitu dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu atau bapak, belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.


(48)

B. Kerangka Teori

Keterangan :

: Diteliti : Tidak diteliti

Tabel 2.1 Kerangka Teori Faktor predisposisi

1. Remaja awal 2. Remaja tengah 3. Remaja akhir

Faktor pendorong 1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Pengetahuan kesehatan reproduksi

4. Sikap terhadap perilaku seksual

5. Harga diri 6. Media informasi 7. Peran orang tua

8. Pengaruh teman sebaya 9. Budaya

Faktor pendukung

1. Perkembangan fisik 2. Perkembangan emosi 3. Perkembangan kognitif 4. Perkembangan

psikososial

Perilaku Seksual Remaja


(49)

31 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yaitu descriptive analytic. Descriptive analytic adalah metode untuk menggambarkan atau meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik yang tidak menjelaskan hubungan, tetapi menghimpun data secara sistematis, aktual dan cermat (Notoatmodjo, 2010). Metode penelitian ini menggunakan metode point time approach. Penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang Gambaran Perilaku Seksual Pada Remaja Di SMA “X” Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013).

Sedangkan menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011).

Populasi dari penelitian ini adalah remaja usia 15-17 tahun yang terdaftar sebagai murid di SMA Tiga Maret Kota Yogyakarta kelas X, XI dan XII. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 127 orang, yang terdiri dari kelas X


(50)

berjumlah 38 orang, kelas XI berjumlah 39 orang dan kelas XII berjumlah 50 orang.

Kriteria inklusi karakteristik umum subyek peneliti dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

a. Siswa SMA “X” Yogyakarta yang berusia 15-17 tahun.

b. Siswa yang terdaftar dan masih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar. c. Bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : a. Siswa yang sakit.

b. Siswa yang tidak masuk. 2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Teknik sampling ini merupakan salah satu jenis probability sampling yang berarti bahwa setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih menjadi sampel.

Pemilihan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Jika sampling frame kecil, nama bisa ditulis pada secarik


(51)

33

kertas, diletakkan di kotak, diaduk dan diambil secara acak setelah semua terkumpul (Nursalam, 2013).

Rumus sampel menggunakan rumus Slovin dalam Nursalam (2011) :

n = Besar sampel

N = Jumlah Populasi

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0,10), 5% (0,05), atau 1% (0,01).

Untuk mengantisipasi drop out maka sampel ditambah 10% sehingga sampel dalam penelitian ini menjadi 106 orang. Untuk menentukan setiap kelasnya peneliti teknik melakukan simple random sampling. Peneliti melakukan teknik simple random sampling dengan cara mengocok nama setiap anak pada setiap kelas. Nama yang keluar pada saat pengocokan itulah yang akan menjadi sampel pada penelitian ini.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian


(52)

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2016 D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu Perilaku Seksual Remaja di SMA “X” Yogyakarta.

E. Definisi Operasional

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku siswa di SMA “X” Yogyakarta yang di dorong oleh hasrat seksual, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama yang diukur dengan kuesioner yang berisi aspek aktivitas seksual seperti berpegangan tangan, berciuman singkat (pipi, kening, bibir), berpelukan, masturbasi atau onani, berciuman dengan menggunakan lidah, saling menempelkan alat kelamin dan berhubungan seks. Hasil ukur pada variabel ini yaitu menggunakan distribusi frekuensi dengan mempersentasekan jawaban dari setiap pertanyaan lalu akan ditarik kesimpulan dari semua jawaban. Kuesioner menggunakan skala Guttman.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti (Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner (Nursalam, 2008). Kuesioner merupakan pertanyaan yang dibuat secara terstruktur dan


(53)

35

sistematis yang diberikan kepada responden untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2013).

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner perilaku seksual yang merupakan kuesioner dari Tara (2015) yang di adopsi dari Elizar (2010). Kuesioner berisi 10 pertanyaan yang akan dijawab oleh responden dengan memberikan tanda checklist (√) pada jawaban ya atau tidak. Setiap kategori respon, selanjutnya akan di persentasekan menggunakan distribusi frekuensi lalu ditarik kesimpulan dari semua jawaban. Di katakan perilaku seksual ringan bila pernah mempunyai pacar, melakukan aktivitas seksual bergandengan tangan, berpelukan, berciuman singkat (pipi, kening, bibir) dan masturbasi/onani. Dikatakan perilaku seksual berat bila melakukan aktivitas seksual, berciuman menggunakan lidah, meraba/diraba bagian tubuh yang sensitive, saling menggesekan alat kelamin, berhubungan seks dan oral seks yang dinyatakan dengan skala nominal.

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan sebelumnya meminta ijin kepada sekolah yang bersangkutan dengan membawa surat ijin Karya Tulis Ilmiah. Kelas yang digunakan untuk penelitian dipilih secara acak. Kuesioner dibagikan kepada masing-masing remaja yang menjadi subjek penelitian. Kuesioner dibagikan setelah kegiatan belajar mengajar di masing-masing angkatan yaitu pada kelas X, kelas XI dan Kelas XII.


(54)

Pada saat pengisian kuesioner, peneliti menerangkan terlebih dahulu cara pengisian kuesioner pada responden. Peneliti meminta pada responden mengisi kuesioner dengan jujur karena hasil kuesioner tidak mempengaruhi nilai akademik di sekolah. Untuk menjaga kerahasiaan responden, kuesioner ini akan dibawa pulang kerumah oleh responden dengan batas waktu pengumpulan 2 hari setelah pengisian kuesioner dan setelah kuesioner diisi oleh responden, kuesioner akan dimasukan kedalam sebuah amplop yang sudah disediakan oleh peneliti dan tertutup rapat, amplop ini berfungsi untuk menjaga kerahasiaan dan keaslian dari responden agar bisa tetap terjaga.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, karena peneliti mendapatkan langsung dari subjek penelitian. Responden yang memenuhi syarat dan menyatakan bersedia, terlebih dahulu mengisi lembar persetujuan

(informed concent) selanjutnya diberi kuesioner yang sudah dimasukkan ke dalam amplop, kemudian responden membawa amplop tersebut dan diisi di rumah lalu dikembalikan lagi ke sekolah dengan dibantu guru yang bersangkutan dan selanjutnya dikumpulkan kembali kepada peneliti. Dan saat pengembalian kuesioner tidak ada kuesioner yang tidak kembali ke peneliti atau 100% kembali lagi ke peneliti.

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas instrument penelitian dilakukan dengan maksud memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai yang diinginkan. (Muhidin dan Abdurahman, 2007).


(55)

37

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah baku sehingga tidak diperlukan uji validitas. Hasil yang didapatkan dari uji validitas terhadap pertanyaan kuesioner perilaku seksual dengan 10 pertanyaan, diperoleh nilai p value < 0,05 dan nilai r > 0,361, sedangkan untuk reliabilitasnya telah diuji menggunakan rumus korelasi Alpha Cronbarch dengan hasil sebesar 0,707. Pertanyaan dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach mendekati angka lebih dari 0,60. Dengan hasil seperti itu, maka kuesioner tersebut dinyatakan valid dan reliabel, sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas kembali. I. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), pengolahan data pada penelitiaan ini meliputi tahapan sebagai berikut :

a. Editing, memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner ini berarti bahwa semua kuesioner ini harus diteliti satu per satu tentang kelengkapan pengisian dan kejelasan penelitian. Jika terdapat jawaban yang tidak barti maka pengumpulan data yang bersangkutan diminta untuk melengkapinya.

b. Coding, memberi tanda kode pada jawaban berupa angka 1 untuk laki-laki, 2 untuk perempuan, 1 untuk jawaban “ya”, 2 untuk jawaban “tidak”. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data. c. Entry, yaitu memasukkan data ke dalam program komputer untuk dilakukan


(56)

d. Cleaning, yaitu pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian pembetulan atau koreksi.

J. Analisis Data Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel yang akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan kurva. Peneliti menggunakan analisis berbasis komputer untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

K. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap subyek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti telah mempertimbangkan prinsip-prinsip etik dalam penelitian antara lain :

1. Peneliti mengajukan etik clearance kepada komite etik penelitian FKIK UMY setelah menunggu kurang lebih 1 minggu surat layak etik keluar dengan nomor surat 022/EP-FKIK-UMY/I/2016.

2. Meminta izin persetujuan penelitian dari Program Studi Ilmu Keperawatan, kemudian perizinan kepada sekolah yang bersangkutan tempat untuk dilakukannya penelitian.


(57)

39

3. Informed consent, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari peneliti untuk mengambil data. Subyek mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden tanpa adanya sanksi (right to self determination). Pada informed consent juga dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu.

4. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy), subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anoymity) dan rahasia (confidentiality). Peneliti menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak menyebar luaskan inisial responden jika responden mengisi nama dengan inisial dan kuesioner yang dikembalikan harus dalam keadaan dimasukkan ke dalam amplop kembali. Peneliti juga tidak mencantumkan nama sekolah saat di publikasikan.


(58)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA “X” merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas swasta. Meskipun sekolah ini berada tepat di pinggir jalan yang ramai dan padat, akan tetapi keamanan tetap terjaga karena terdapat tembok dan pintu gerbang yang membatasi antara jalan umum dengan sekolah tersebut. SMA “X” memiliki banyak ruangan dan setiap ruangan digunakan untuk belajar mengajar, perpustakaan, uks, ruang kepala sekolah, ruang guru dan ruang ekstrakulikuler. SMA ini juga memiliki lapangan yang cukup luas untuk berbagai kegiatan siswa/siswi yang terletak di halaman depan sekolah. Kegiatan yang dilakukan di lapangan SMA “X” biasanya berupa olahraga dan kegiatan ekstrakulikuler. SMA ini memiliki halaman 40arker yang cukup untuk menampung seluruh kendaraan roda dua siswa/siswi, guru dan staf lainnya.

Jumlah siswa/siswi di sekolah ini adalah 127 orang yang terdiri dari kelas X berjumlah 38 orang, kelas XI berjumlah 39 orang dan kelas XII berjumlah 50 orang. Siswa/ siswi belajar dari pukul 07.00 - 13.30 dengan waktu istirahat pertama pukul 09.00 dan istirahat kedua pukul 11.30. Dalam sekolah ini ada peraturan yang menyebutkan bahwa jika ada siswi yang hamil di luar nikah akan dikeluarkan dari sekolah. Responden dalam penelitian ini adalah siswa/siswi yang sesuai dengan kriteria inklusi serta dipilih dipilih dengan teknis random sampling, sehingga didapatkan responden atau sampel sebanyak 106 orang.


(59)

41

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 106 anak yang bersekolah di SMA “X” Yogyakarta. Karateristik responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan jenis kelamin dan usia di sekolah tersebut.

Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=106)

Gambar 4.1 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak (60,4%) daripada responden dengan jenis kelamin perempuan (39,6%) yang sedang belajar di SMA “X” Yogyakarta.

60,4% 39,6%

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


(60)

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=106)

Gambar 4.2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan usia. Responden yang berusia 17 tahun lebih mendominasi (50,9%) daripada responden yang berusia 16 tahun (34,9%) dan 15 tahun (14,2%) yang sedang belajar di SMA “X” Yogyakarta.

Selain data karakteristik responden, penelitian juga menampilkan data gambaran perilaku seksual remaja di SMA “X” Yogyakarta. Data diperoleh melalui kuesioner yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dari uji validitas didapatkan bahwa alat ukur penelitian berupa kuesioner yang dipakai valid untuk semua item pertanyaan. Uji reliabilitas kuesioner didapatkan bahwa nilai Cronbach’s alpha 0,707. Berikut Tabel 4.1 yang menggambarkan perilaku seksual siswa SMA “X” Yogyakarta.

14,2%

34,9% 50,9%

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


(61)

43

Tabel 4.1 Gambaran Perilaku Seksual

No Distribusi Perilaku Seksual Remaja Ya Tidak

1. Berpacaran 87,7% 12,3%

2. Bergandengan tangan 85,8% 14,2%

3. Berpelukan 67% 33%

4. Berciuman dikening/pipi 57,5% 42,5%

5. Masturbasi/onani 40,6% 59,4%

6. Berciuman bibir 34% 66%

7. Meraba/diraba bagian sensitif 25,5% 74,5%

8. Menggesekkan alat kelamin 15,1% 84,9%

9. Hubungan seksual (intercouse) 12,3% 87,7%

10. Oral sex 13,2% 86,8%

Berdasarkan gambaran perilaku seksual diatas didapatkan remaja yang berpacaran sebanyak 87,7% dengan perilaku bergandengan tangan 85,8%; berpelukan 67%; berciuman dikening/pipi 57,5%; mastubasi/onani 40,6%; berciuman bibir 34%; meraba/diraba bagian sensitive 25,5%; menggesekkan alat kelamin 15,1%; hubungan seksual (intercourse) 12,3% dan oral sex

13,2%.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual. Pada siswa laki-laki, pengalaman seksual lebih tinggi


(62)

dibandingkan dengan perempuan. Hal ini berhubungan erat dengan perolehan informasi dan akil baligh pada laki-laki lebih awal dibandingkan perempuan. Berikut ini tabel 4.4 gambaran perilaku seksual siswa berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.2 Gambaran Perilaku Seksual Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi Perilaku

Seksual Remaja

Jenis kelamin

No Laki-laki Perempuan

Ya Tidak Ya Tidak 1. Berpacaran 50% 10,38% 37,74% 1,89% 2. Bergandengan tangan 51,89% 8,49% 33,96% 5,66% 3. Berpelukan 44,34% 16,04% 22,04% 16,98% 4. Berciuman dikening/pipi 33,02% 27,36% 24,53% 15,09% 5. Masturbasi/onani 39,62% 20,75% 0,94% 38,68% 6. Berciuman bibir 20,75% 39,62% 13,21% 26,42% 7. Meraba/diraba bagian

sensitif

20,75% 39,62% 4,72% 34,91%

8. Menggesekkan alat kelamin 14,15% 46,23% 0,94% 38,68%

9. Hubungan seksual

(intercouse)

11,32% 49,06% 0,94% 38,68%


(63)

45

Distribusi perilaku seksual berdasarkan jenis kelamin didapatkan remaja laki-laki yang berpacaran sebanyak 50% sedangkan remaja perempuan 37,74% dengan perilaku berpegangan tangan pada laki-laki 51,89% sedangkan pada perempuan 33,96%; perilaku berpelukan pada laki-laki 44,34% sedangkan pada perempuan 22,04%; perilaku berciuman dikening/pipi pada laki-laki 33,02% sedangkan pada perempuan 24,53%; perilaku masturbasi/onani pada laki-laki 39,62% sedangkan pada perempuan 0,94%; perilaku berciuman bibir pada laki-laki 20,75% sedangkan pada perempuan 13,21%; perilaku meraba/diraba bagian sensitif pada laki-laki 20,75% sedangkan pada perempuan 4,72%; perilaku menggesekkan alat kelamin pada laki-laki 14,15% sedangkan pada perempuan 0,94%; perilaku hubungan seksual (intercouse) pada laki-laki 11,32% sedangkan pada perempuan 0,94%; perilaku Oral seks pada laki-laki 12,26% sedangkan perempuan 0,94%.


(64)

Gambar 4.3 Kategori Gambaran Perilaku Seksual

Gambar 4.3 diatas merupakan pembagian perilaku seksual siswa SMA (ringan dan berat) didapatkan perilaku normal didapatkan 7,5%; perilaku seksual ringan 45,3% dan perilaku seksual berat 47,2%.

Sumber informasi seksual merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perilaku seksual siswa SMA. Aksesabilitas yang mudah dan kemajuan teknologi mempercepat perolehan informasi. Berikut ini gambar 4.4 yang menggambarkan sumber informasi mengenai perilaku seksual siswa SMA “X” Yogyakarta.

7.5%

45.3% 47.2%

Kategori Gambaran Perilaku Seksual

Normal

Perilaku Seksual Ringan Perilaku Seksual Berat


(65)

47

Gambar 4.4 Sumber Informasi Mengenai Perilaku Seksual

Berdasarkan gambar 4.4 menunjukkan bahwa remaja mengetahui informasi mengenai perilaku seksual dari teman sebesar 46,43%, informasi dari internet sebesar 31,55%, informasi dari masyarakat sekitar sebesar 9,52%, informasi dari saudara atau orangtua sebesar 8,33% dan lain-lain sebesar 4,17%.

C. Pembahasan

1. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini, 60,4% responden adalah laki-laki. Hal tersebut dikarenakan 60,4% murid SMA “X” Yogyakarta adalah laki-laki. Sehingga perbandingan jenis kelamin responden sesuai dengan jenis kelamin seluruh murid SMA “X” Yogyakarta.

31,55%

46,43% 9,52%

8,33% 4,17%

Informasi Seks


(66)

b. Usia

Hampir sebagian dari responden berusia 17 tahun. Usia 16-17 tahun merupakan masa remaja pertengahan yang biasanya menduduki bangku SMA. Usia 17 tahun merupakan masa dimana seseorang ada pada transisi masa remaja pertengahan dan masa remaja akhir. Pada usia ini seseorang mendapatkan informasi yang lebih banyak dan bervariasi dari usia sebelumnya termasuk informasi mengenai hal yang berkaitan dengan seksualitas.

2. Gambaran Perilaku Seksual Pada Remaja

Remaja merupakan aset sosial yang sangat penting karena pada pundaknya terletak tanggung jawab kelangsugan hidup bangsa. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam arti psikis, tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Kematangan seksual pada usia remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual mengakibatkan munculnya penafsiran, persepsi dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seksual remaja, serta dilihat dari faktor budaya orang timur yang masih memegang teguh norma-norma yang kesusilaan sehingga perilaku seksual remaja merupakan hal yang sangat bertentangan dengan norma dan adat


(67)

49

ketimuran sehingga ada beberapa hal yang perlu diungkap terkait dengan perilaku remaja tersebut (Sarwono, 2007).

Remaja sudah semakin banyak yang menganggap berpacaran itu adalah hal yang biasa karena kebanyakan remaja beranggapan bahwa jika belum pernah berpacaran aneh. Seperti yang dikatakan oleh Hurlock (2011) alasan remaja berpacaran diantaranya hanya untuk hiburan atau bersenang-senang, proses sosialisasi karena orang yang berpacaran akan cenderung selalu berusaha berinteraksi dengan kelompok, sehingga dengan interaksi yang dibangun baik oleh pasangannya akan meningkatkan seni dalam berbicara, bekerjasama, dan memperhatikan orang lain. Selain itu alasan berpacaran juga karena menjalin keakraban dengan lawan jenis, eksperimen dan penggalian hal-hal seksual, pemilihan teman hidup dan mengembangkan pemahaman sikap. Dalam pergaulan remaja modern, remaja berusaha mendapatkan apa yang menjadi dorongan hatinya untuk merasakan seluruh tawaran dunia yang nampak pada kehidupan sehari-harinya, termasuk masalah seks, masalah ini bukan barang aneh dan susah. Setiap remaja biasa mendapatkannya dengan mudah dan terbuka, baik bersama pacarnya atau dengan jajan dipinggir jalan (Depkes RI, 2003).

Dari penelitian ini didapatkan remaja yang berpacaran sebanyak 87,7% dengan perilaku bergandengan tangan 85,8%; berpelukan 67%; berciuman dikening/pipi 57,5%; mastubasi/onani 40,6%; berciuman bibir 34%;


(68)

meraba/diraba bagian sensitif 25,5%; menggesekkan alat kelamin 15,1%; berhubungan seksual (intercourse) 12,3% dan oral sex 13,2%.

Remaja berusia 15-17 tahun merupakan remaja usia pertengahan. Remaja di usia pertengahan memiliki ciri khas terkait perkembangan fisik dan seksualnya. Remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan perempuan sudah mengalami haid (Soetjiningsih, 2007). Secara seksual remaja pada masa ini telah memiliki keberanian untuk melakukan kontak fisik dengan lawan jenis (Pangkahila, 2005). Gaya berpacaran remaja pertengahan sudah mulai berpegangan tangan, berpelukan hingga sampai aktivitas seksual yang beresiko (Sarwono, 2011).

Penelitian yang berjudul Sexual Behavior Survey (2011) yang dilakukan oleh Drammen Kommunale Trikk (DKT) Indonesia, produsen dua merek kondom terlaris, Sutra dan Fiesta. Studi ini meneliti perilaku seksual remaja usia 15–25 tahun. Penelitian dilakukan melalui teknik wawancara langsung terhadap 663 responden di lima kota besar yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali pada Mei lalu. Hasil penelitian tersebut diantaranya mengenai perilaku seksual bersama pasangan. Rata-rata mereka berhubungan seks pertama kali pada saat berada dibangku SMA. Memang sangat muda sekali para remaja tersebut sudah mulai berhubungan seks. Faturochman (2003) melakukan penelitian tentang sikap dan perilaku seksual remaja di Bali. Dari penelitian terhadap 327 responden remaja yang


(1)

9 perilaku seksual ringan 50,94% dan perilaku seksual berat 41,51%.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual. Pada siswa laki-laki. Pengalaman

seksual lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini berhubungan erat dengan perolehan informasi dan akil baligh pada laki-laki lebih awal dibandingkan perempuan

Tabel 4.2 Gambaran Perilaku Seksual Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi Perilaku

Seksual Remaja

Jenis kelamin

No Laki-laki Perempuan

Ya Tidak Ya Tidak 1. Berpacaran 50% 10,38% 37,74% 1,89% 2. Bergandengan tangan 51,89% 8,49% 33,96% 5,66% 3. Berpelukan 44,34% 16,04% 22,04% 16,98% 4. Berciuman dikening/pipi 33,02% 27,36% 24,53% 15,09% 5. Masturbasi/onani 39,62% 20,75% 0,94% 38,68% 6. Berciuman bibir 20,75% 39,62% 13,21% 26,42% 7. Meraba/diraba bagian

sensitif

20,75% 39,62% 4,72% 34,91% 8. Menggesekkan alat kelamin 14,15% 46,23% 0,94% 38,68% 9. Hubungan seksual

(intercouse)

11,32% 49,06% 0,94% 38,68% 10. Oral seks 12,26% 48,11% 0,94% 38,68%

Distribusi perilaku seksual berdasarkan jenis kelamin didapatkan mayoritas remaja laki-laki yang berpacaran sebanyak 50% dengan perilaku seksual yang bisa menyebabkan masalah pada kesehatan reproduksi yaitu massturbasi/onani mayoritas remaja laki-laki sebanyak 39,62%,

hubungan seksual (intercourse) remaja laki-laki sebanyak 11,32% dan oral seks remaja laki-laki sebanyak 12,26%.


(2)

10 Gambar 4 Sumber Informasi Mengenai Perilaku Seksual

Remaja mengetahui informasi mengenai perilaku seksual dari teman sebesar 46,43%, informasi dari internet sebesar 31,55%, informasi dari masyarakat sekitar sebesar 9,52%, informasi dari saudara atau orangtua sebesar 8,33% dan lain-lain sebesar 4,17%.

PEMBAHASAN

Dari penelitian ini didapatkan remaja yang berpacaran sebanyak

87,7% dengan perilaku bergandengan tangan 85,8%; berpelukan 67%; berciuman

dikening/pipi 57,5%;

mastubasi/onani 40,6%; berciuman bibir 34%; meraba/diraba bagian sensitif 25,5%; menggesekkan alat kelamin 15,1%; berhubungan seksual (intercourse) 12,3% dan oral sex 13,2%. Remaja berusia 15-17 tahun merupakan remaja usia pertengahan. Remaja di usia pertengahan memiliki ciri khas terkait perkembangan fisik dan seksualnya. Remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan perempuan sudah mengalami haid3. Secara seksual remaja pada masa ini telah memiliki keberanian untuk melakukan kontak fisik dengan lawan jenis4.

Faturochman Melakukan penelitian tentang sikap dan perilaku

31,55 %

46,43 % 9,52%

8,33% 4,17%

Informasi Seks

internet teman masyarakat saudara dll


(3)

11 seksual remaja di Bali. Dari penelitian terhadap 327 responden remaja yang terdiri dari 151 laki-laki dan 176 wanita, dengan rata-rata usia 17,36 tahun dan sebagian besar (78,6%) masih sekolah, 87,5% telah melakukan hubungan seks sebelum nikah tanpa menggunakan alat kontrasepsi, separuh diantaranya masih aktif melakukan hubungan seks5.

Pada penelitian ini didapatkan perilaku seksual remaja laki-laki lebih banyak yang berpacaran dibandingkan dengan remaja perempuan. Secara keseluruhan perilaku seksual seperti berciuman sampai dengan hubungan seksual pada remaja laki-laki lebih banyak pada remaja perempuan. Hal ini dikarenakan laki-laki lebih banyak ingin mengetahui tentang seks. Puncak kematangan reproduksi laki-laki dengan terjadinya ejakulasi

yang artinya organ reproduksi laki-laki sudah dapat menghasilkan sperma6.

Allah berfirman dalam surah

An-Nuur ayat 30. “Katakanlah

kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”. Dalam ayat ini secara jelas dikatakan bahwa laki-laki diharuskan menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya karena kaum laki-laki lebih diperintahkan untuk menahan hawa nafsunya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Muhammad SAW pernah

bersabda, “Seorang ayah yang

mendidik anak-anaknya adalah lebih baik daripada bersedekah sebesar 1


(4)

12 mencontohkan, bahkan ketika beliau sedang disibukkan dengan urusan menghadap Allah SWT (shalat), beliau tidak menyuruh orang lain (atau kaum perempuan) untuk menjaga kedua cucunya yang masih kanak-kanak, Hasan dan Husain. Bagi Nabi, setiap waktu yang dilalui bersama kedua cucunya adalah kesempatan untuk mendidik, termasuk ketika beliau sedang shalat. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan informasi mengenai perilaku seksual terbanyak berasal dari teman sebesar 46,43%. Hasil survei Drammen Kommunale Trikk (DKT) menunjukkan hasil yang sama bahwa kebanyakan remaja mengetahui informasi mengenai seksual berasal dari teman 64% kemudian berturut-turut berasal dari film porno, orangtua, pengalaman pribadi, dan internet.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Zukhruf ayat 67 “Pada hari kiamat kelak orang yang bersahabat saling bermusuhan di antara satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa”. Ayat ini menjelaskan bahwa tidak boleh ada sahabat yang saling bermusuhan satu sama lainnya. Sahabat harus mengingatkan dalam hal-hal kebaikan. Selain ayat

Al-qur’an, dalam hadits juga

disebutkan mengenai pertemanan. “Bersahabat dengan orang yang soleh dan dengan orang yang jahat persis seperti berkawan dengan pengedar minyak wangi dan tukang besi (yang menghembus bara api). Pengedar minyak wangi sama ada ia memberi anda sebahagian atau anda membeli bau-bauan daripadanya atau sekurang-kurangnya anda mendapat juga baunya. Manakala tukang besi pula samada ia menyebabkan baju anda terbakar


(5)

13 atau anda mendapat bau yang hapak.” (HR. Abu Daud).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang mengungkapkan bahwa kelompok teman sebaya merupakan kelompok yang paling penting bagi remaja di samping keluarga. Salah satu fungsi dari teman sebaya adalah untuk menyediakan informasi mengenai dunia di luar keluarga. Pengaruh teman sebaya dapat menjadi positif dan negatif7. Kencederungan teman sebaya dalam berperilaku seksual akan berdampak pada perilaku seksual remaja di lingkungannya8.

Pada remaja di kelurahan Pasir Putih Gunung Selatan Depok, didapatkan teman sebaya dan media merupakan faktor utama sumber informasi bagi remaja tentang pornografi yang dapat meningkatkan kejadian perilaku seksual beresiko pada remaja9.

KESIMPULAN

Perilaku seksual remaja cukup tinggi yakni remaja yang berpacaran sebanyak 87,7%, perilaku seksual ringan 50,94%. Didapatkan responden laki-laki lebih banyak 60,4%, dengan usia terbanyak 17 tahun. Informasi mengenai perilaku seksual terbanyak berasal dari teman. DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). (2013). Kesehatan Remaja di Indonesia. Available From http://idai.or.id (diakses tanggal 23 November 2015)

2. Sarwono, S.W. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers

3. Soetjinigsih. (2007). Tumbuh

Kembang Remaja Dan

Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto

4. Pangkahila. (2005). Perilaku Seksual Remaja Di Desa Dan Di Kota. Jakarta: Rajawali Press


(6)

14 5. Faturrohman. (2003). Sikap dan Perilaku Seksual Remaja di Bali. Jurnal Psikologi.No 1. 12-17

6. Sarwono, S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers 7. Santrock, J.W. (2007). Adolescence (Perkembangan Remaja). (Penerj. Tri Wibowo B.S). Jakarta: Erlangga

8. Taufik dan Racmah, N. (2005). Seksualitas Remaja: Perbedaan Seksualitas antara Remaja yang Tidak Melakukan Hubungan seksual dan Remaja yang Melakukan Hubungan Seksual. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 6, No. 2, 2005: 115-129.

9. Dewi, AP (2012). Hubungan Karakteristik Remaja, Peran Teman Sebaya Dan Paparan Pornografi Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok. Available From

http://journal.ui.ac.id (diakses