Studi Kualitatif Perilaku Seksual Remaja Di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012

(1)

STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012

TESIS

OLEH

BETSEBA BR SEBAYANG 107032188/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

BETSEBA BR SEBAYANG 107032188/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : Betseba Br Sebayang Nomor Induk Mahasiswa : 107032188

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Fikarwin Zuska)

Ketua Anggota

(dr. Yusniwarti Yusad, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 9 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Fikarwin Zuska

Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

STUDI KUALITATIF PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2012

Betseba Br. Sebayang 107032188/IKM


(6)

ABSTRAK

Darussalam merupakan salah satu wilayah kerja Kecamatan Medan Petisah. Peneliti memiliki lokasi tersebut menjadi daerah penelitian karena lokasi tersebut memudahkan peneliti untuk menggali informasi dari para pelaku seks pranikah yang memang berdomisili di daerah tersebut. Masa-masa awal berpacaran pasti sangat indah. Adapun dilakukan untuk membuat pasangan atau pacar kita senang dan ceria tanpa tahu hal sebenarnya terjadi. Masalah terbesar remaja adalah seksualitas. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, body image dan mitos-mitos seks.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku seksual remaja berpacaran dan masa-masa pelaku melakukan hubungan seksual dengan metode wawancara mendalam dan observasi partisipan. Adapun informan dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari 4 pasang remaja mudah belia dengan kasus, latar belakang dan kisah kasih yang berbeda. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam dan observasi partisipan.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pacaran adalah pintu gerbang melakukan hubungan seksual. Kasih sayang yang menjadi salah satu faktor dalam berpacaran. Kasih sayang dan perlindungan yang didapatkan dari sang pacar dibayar dengan melakukan hubungan seksual. Pada kasus berpacaran ini, kebaikan dan perlindungan ditukar dengan vagina (hubungan seksual).

Diharapkan remaja dapat menjaga dirinya dari rayuan-rayuan dan sentuhan-sentuhan hangat untuk melakukan hubungan seksual, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan self control. Pendekatan eksternal terhadap pengusaha dan instansi terkait lainnya dalam mendirikan usaha (hotel, tempat-tempat rekreasi lainnya) agar dapat mempertimbangkan moral dan agama agar remaja tidak terjerumus ke hal-hal yang merusak masa depannya. Orangtua hendaknya lebih memberikan perhatian kepada putra dan putrinya dan terus-terusan mengawasinya.


(7)

ABSTRACT

Darussalam is one of the working areas of Puskesmas Medan Petisah. The researcher chose this area as her research location because it enabled her to dig information from those who have done premarital sexual intercourse living in that area. The early days of dating were very beautiful. Anything was done to make our partner happy without knowing what has really happened. Therefore, the biggest problem in the teenagers is sexuality commencing from the problems of dating, sexual behavior, body image and sexual myths.

The purpose of this qualitative study was to find out the sexual behavior of dating teenagers and the reasons why they did sexual intercourse. The respondents for this study were 4 (four) pairs of very young teenagers with different cases, background and love stories. The data for this study were obtained through observation, participant observation and in-depth interviews.

The result of this study showed that dating is the gate to have sexual intercourse. Affection is one of the factors in dating. Affection and protection obtained from their boy friend is paid by having sexual intercourse. In this case, kindness and protection is traded with vagina (having sexual intercourse).

The teenagers are expected to be able to protect themselves from the seduction and warm touches inviting to have sexual intercourse by increasing self-control. Doing external approach to the businessmen and other related agencies by asking them to consider morality and religion when establishing hotels or other kinds of recreational places that the teenagers can be prevented from doing something that will destroy their future. Parents must pay more attention and keep controlling their teenage children.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat-Nya lah maka tesis ini bisa selesai tepat pada waktunya, adapun tesis ini berjudul “Studi Kualitatif Perilaku Seksual Remaja di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, saya mendapat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(9)

4. Dr. Fikarwin Zuska selaku ketua pembimbing I yang telah banyak memberi waktu, pikiran, dalam membimbing dan mengarahkan saya selama penyusunan dan pembuatan tesis ini tanpa ada rasa bosan, kesabaran ekstra tinggi, pengertian serta ekspresi wajah yang menarik.

Aku Sayang Daddy so Much

.

5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu dan pemikiran demi tesis ini.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku penguji I yang telah memberikan meluangkan waktu dan pemikiran selama perbaikan tesis ini.

7. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku penguji II yang telah banyak memberikan masukan dalam pembuatan tesis ini dengan penuh kebaikan dan kesabaran.

8. Camat Medan Petisah yang telah memberikan izin kepada peneliti selama mengadakan penelitian

9. Kepala Lingkungan Gg. Turi I Darussalam Kecamatan Medan Petisah

10. Orang tua tersayang Ayahanda T. Sebayang, BA dan Ibunda A. Silaban, STh dan adik-adik saya dr. Michiko Fransiska Sebayang, Robby Asta Sebayang, Melky Putra Nugraha Sebayang yang telah memberikan doa dan dukungan baik dari segi moril maupun materil selama mengikuti pendidikan

11. Dalam penelitian saya ini dengan pertimbangan etika, nama, alamat dan identitas pelaku saya samarkan untuk melindungi pelaku dari bermacam-macam hal yang merugikan dan merusak nama baik pelaku.


(10)

Saya menyadari bahwa penulisan ini mempunyai kekurangan. Untuk itu, saya menerima kritik dan saran guna penyempurnaan tesis ini. Untuk semua saran dan kritik yang disampaikan demi perbaikan tesis ini saya ucapkan terima kasih.

Akhirnya, saya mohon maaf yang setulusnya kepada semua pihak jika ditemui kekurangan selama saya mengikuti pendidikan dan penelitian berlangsung. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa yang membalas semua kebaikan yang diberikan kepada saya dengan berlipat-lipat ganda. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2012 Penulis

Betseba Br. Sebayang 107032188/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Saya bernama Betseba Br. Sebayang, dilahirkan di Kabanjahe Kabupaten Karo pada tanggal 21 September 1986, anak 1 dari 4 bersaudara, beragama Kristen Protestan dengan alamat di Darussalam Gg. Turi 1 No. 2 Kecamatan Medan Petisah.

Saya menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri No. 040515 Tigajumpa Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo tahun 1992– 1998, tahun 1998– 2001 menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Barus Jahe tahun 2001 – 2004 menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Berastagi, tahun 2004 – 2007 menamatkan pendidikan di Akademi Kebidanan Politeknik Kesehatan Medan, tahun 2008-2010 menamatkan Pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Prima Medan, kemudian tahun 2010 mendaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Tahun 2007 sampai dengan sekarang bekerja di Rumah Sakit Umum Vina Estetica sebagai Kepala VK (Verlos Kamar).


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Remaja ... 12

2.1.1 Pengertian Remaja ... 12

2.1.2 Perkembangan Seksualitas Remaja ... 13

2.2. Kehamilan ... 15

2.2.1 Definisi ... 15

2.3 Perilaku Seksual ... 16

2.4 Penyakit Menular Seksual ... 21

2.4.1 Gonorea ... 22

2.4.2 Sifilis ... 23

2.4.3 Herpes ... 25

2.4.4 Klamidia ... 26

2.4.5 Chancroid ... 26

2.4.6 Granuloma Inguinale ... 27

2.4.7 AIDS ... 27

2.4.8 Trichomonas Infection ... 28

2.4.9 Veneral Warts ... 29

2.5 Alasan Remaja Melakukan Hubungan Seksual Pranikah ... 32

2.6. Cara-cara yang Biasa Dilakukan Remaja dalam Menyalurkan Dorongan Seksual Pranikah ... 34

2.7 Pacaran ... 35

2.8 Faktor-faktor yang Memengaruhi Remaja Pacaran Melakukan Hubungan Seksual Pranikah ... 40

2.8.1 Umur ... 41

2.8.2 Agama ... 42

2.8.3 Pengalaman Pacaran (Hubungan Afeksi) ... 42


(13)

2.8.5 Jenis Kelamin ... 44

2.8.6 Pengaruh Teman Sebaya (Peer Group) ... 46

2.8.7 Tempat Tinggal... 48

2.8.8 Media Pornografi ... 48

2.8.9 Ketidakhadiran Orang Tua ... 49

2.9. Kesehatan Reproduksi Remaja ... 53

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 55

3.1 Jenis Penelitian ... 55

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 55

3.2.2 Waktu Penelitian ... 55

3.3 Informan Penelitian ... 55

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 56

3.5 Metode Analisis Data ... 59

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 60

4.1 Afsaana vs Van Damme ... 60

4.1.a Aktivitas Seksual ... 61

4.1.b Pengetahuan tentang Seksual ... 69

4.1.c Opini tentang Hubungan Seksual ... 71

4.2 Anjaana vs Rambo ... 73

4.2.a Aktivitas Seksual ... 74

4.2.b Pengetahuan tentang Seksual ... 77

4.2.c Opini tentang Hubungan Seksual ... 79

4.3 Amisha vs Salman... 81

4.3.a Aktivitas Seksual ... 85

4.3.b Pengetahuan tentang Seksual ... 86

4.3.c Opini tentang Hubungan Seksual ... 89

4.4 Ayen vs Anton ... 89

4.4.a Aktivitas Seksual ... 90

4.4.b Pengetahuan tentang Seksual ... 93

4.4.c Opini tentang Seks ... 95

BAB 5. PEMBAHASAN ... 97

5.1.a Imbalan ... 97

5.2.b Kontrol diri (Self Control) ... 104

5.2.b.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kontrol Diri ... 106

5.3.c Lingkungan Keluarga ... 106

5.4.d Adanya Kesempatan ... 112

5.5.e Kurangnya Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi ... 113

5.2 Pacaran dan Kesehatan Reproduksi ... 113


(14)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

6.1 Kesimpulan ... 122

6.2 Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 131 LAMPIRAN


(15)

ABSTRAK

Darussalam merupakan salah satu wilayah kerja Kecamatan Medan Petisah. Peneliti memiliki lokasi tersebut menjadi daerah penelitian karena lokasi tersebut memudahkan peneliti untuk menggali informasi dari para pelaku seks pranikah yang memang berdomisili di daerah tersebut. Masa-masa awal berpacaran pasti sangat indah. Adapun dilakukan untuk membuat pasangan atau pacar kita senang dan ceria tanpa tahu hal sebenarnya terjadi. Masalah terbesar remaja adalah seksualitas. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, body image dan mitos-mitos seks.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku seksual remaja berpacaran dan masa-masa pelaku melakukan hubungan seksual dengan metode wawancara mendalam dan observasi partisipan. Adapun informan dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari 4 pasang remaja mudah belia dengan kasus, latar belakang dan kisah kasih yang berbeda. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam dan observasi partisipan.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pacaran adalah pintu gerbang melakukan hubungan seksual. Kasih sayang yang menjadi salah satu faktor dalam berpacaran. Kasih sayang dan perlindungan yang didapatkan dari sang pacar dibayar dengan melakukan hubungan seksual. Pada kasus berpacaran ini, kebaikan dan perlindungan ditukar dengan vagina (hubungan seksual).

Diharapkan remaja dapat menjaga dirinya dari rayuan-rayuan dan sentuhan-sentuhan hangat untuk melakukan hubungan seksual, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan self control. Pendekatan eksternal terhadap pengusaha dan instansi terkait lainnya dalam mendirikan usaha (hotel, tempat-tempat rekreasi lainnya) agar dapat mempertimbangkan moral dan agama agar remaja tidak terjerumus ke hal-hal yang merusak masa depannya. Orangtua hendaknya lebih memberikan perhatian kepada putra dan putrinya dan terus-terusan mengawasinya.


(16)

ABSTRACT

Darussalam is one of the working areas of Puskesmas Medan Petisah. The researcher chose this area as her research location because it enabled her to dig information from those who have done premarital sexual intercourse living in that area. The early days of dating were very beautiful. Anything was done to make our partner happy without knowing what has really happened. Therefore, the biggest problem in the teenagers is sexuality commencing from the problems of dating, sexual behavior, body image and sexual myths.

The purpose of this qualitative study was to find out the sexual behavior of dating teenagers and the reasons why they did sexual intercourse. The respondents for this study were 4 (four) pairs of very young teenagers with different cases, background and love stories. The data for this study were obtained through observation, participant observation and in-depth interviews.

The result of this study showed that dating is the gate to have sexual intercourse. Affection is one of the factors in dating. Affection and protection obtained from their boy friend is paid by having sexual intercourse. In this case, kindness and protection is traded with vagina (having sexual intercourse).

The teenagers are expected to be able to protect themselves from the seduction and warm touches inviting to have sexual intercourse by increasing self-control. Doing external approach to the businessmen and other related agencies by asking them to consider morality and religion when establishing hotels or other kinds of recreational places that the teenagers can be prevented from doing something that will destroy their future. Parents must pay more attention and keep controlling their teenage children.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masa-masa awal berpacaran pasti sangat indah. Apapun dilakukan untuk membuat pasangan atau pacar kita senang dan ceria tanpa tahu hal sebenarnya terjadi. Akan tetapi lain ceritanya jika dalam waktu yang sudah lama berpacaran apakah hal yang indah-indah sering terjadi atau malah sebaliknya banyak terjadi pertengkaran dan juga kesalahpahaman. Memang bagi sebagian dari orang-orang yang berpacaran terlalu lama atau bahkan melebihi 5 sampai 10 tahun itu akan ada rasa bosan atau malah sudah biasa saja, akan tetapi tidak sedikit yang masih mempertahankan keharmonisan dan rasa kasih sayangnya tidak berubah dari awal, itu tergantung dari pasangannya.

Fakta menunjukan sekitar 80% orang yang berpacaran itu tidak berlangsung ke jenjang pernikahan apa lagi usia dari pasangan tersebut masih sama-sama muda dan mungkin masih ingin mencari yang terbaik, memiliki komitmen yang dijalankan seperti, “kita jalanin dulu aja yang sekarang” ungkapan itu sudah pasti sangat sering terdengar. Tingkat kedewasaan dan juga rasa pengertian dan menghormati serta kejujuran memang mutlak menjadi faktor kelanggengan dalam membina hubungan disamping faktor lainnya (Rokan, 2007).

Masa remaja adalah masa dimana seseorang harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Di satu sisi remaja mencoba


(18)

melepaskan diri dari ketergantungan sebagai anak, tapi di sisi lain belum berhasil membuktikan kemampuan mandiri sebagai orang dewasa. Masalah perilaku seksual paling sering terjadi pada kelompok usia remaja. Salah satu penyebab timbulnya masalah ini adalah adanya perubahan organobiologik akibat pematangan organ-prgan reproduksi (Christina, 2009).

Penelitian Sahabat Remaja (2011) memperlihatkan bahwa masalah terbesar remaja adalah seksualitas. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, body image, dan mitos-mitos seks. Di masa remaja inilah ketika fungsi organ reproduksi dan sistem hormon mulai bekerja, secara alamiah remaja menjadi sangat ingin tahu tentang seks. Jarang sekali remaja melibatkan orang tua atau guru untuk mendiskusikan masalah seksualitas yang lebih dalam. Disinilah pentingnya peran orang tua bagi para remaja. Hal ini untuk membantu mengurangi kecemasan remaja ketika menghadapi kematangan seksual serta sebagai penyalur pengetahuan seks bagi mereka. Perilaku seksual remaja sekarang sangat mengkhawatirkan, karena dari gaya berpacaran mereka yang terkadang sudah tidak mengindahkan norma-norma yang berlaku. Karena melalui gaya berpacaran yang tidak sehat itu mereka menghalalkan untuk berhubungan seks diluar nikah.

Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang enak dan wajib dilakukan untuk menjaga kelanggengan dengan sang pacar. Terlebih lagi ketika para remaja telah berada pada lingkungan pergaulan bebas yang membuat mereka menjadi terjerumus dengan seks bebas, 50 % dari 474


(19)

remaja yang dijadikan sample penelitian tentang perilaku seks bebas, mengaku telah melakukan hubungan seks tanpa nikah/seks bebas. (National Abortion Federation, dalam

Prambang (SIB 2011) dalam rubrik Seks Bebas Remaja, memuat data data sejumlah penelitian antara lain :

1. Kantor Berita Antara menulis, ”85 Persen Remaja 15 Tahun Berhubungan Seks” 2. Warta Kota (11/2/2010) memberi judul, ”Separo Siswa Cianjur Ngesek”.

3. Harian Republika terbitan 21 September 2011 menulis ”Hampir 50 persen remaja perempuan Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah.”

4. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) melakukan survey menyatakan pula bahwa sebanyak 85% remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2011 itu dilakukan terhadap 2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon,Singkawang, Palembang, dan Kupang.

5. Direktur Eksekutif PKBI, Inne Silviane, hubungan seks itu dilakukan dirumah sendiri, rumah tempat mereka berlindung. Sebanyak 50% dari remaja itu mengaku menonton media pornografi. Dari penelitian itu pula diketahui, 52 % yang memahami bagaimana kehamilan bisa terjadi.

6. Penelitian lain dilakukan Annisa Foundation, diberitakan, 48% pelajar SMP dan SMA di Cianjur telah melakukan hubungan seksual. Menurut pengakuan mereka, hubungan seks itu dilakukan suka sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti pasangan. Penelitian ini dilakukan Annisa Foundation (AF) pada Juli-Desember


(20)

2010 terhadap 412 responden, yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri serta swasta.

7. Laila Sukmadewi, Direktur Eksekutif AF, mengatakan hubungan seks diluar nikah itu umumnya dilakukan responden karena suka sama suka. Hanya sekitar 9 % dengan alasan ekonomi. ”Jadi, bukan alasan ekonomi. Yang lebih memprihatinkan, sebanyak 90% menyatakan paham nilai-nilai agama, dan mereka tahu itu dosa,” ujar Laila.

Ada beberapa alasan remaja ingin memiliki pacar. Berikut adalah yang dapat kita simak : Mengikuti perkembangan zaman, sebagai teman kencan, untuk membuktikan bahwa dia cantik/ganteng, agar dia tidak kesepian. Survei Komisi Perlindungan Anak (KPA) dalam Kompas 2012 terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar mengungkap, 97% remaja pernah menonton atau mengakses pornografi, 93% pernah berciuman bibir. Sedangkan 62,7% pernah berhubungan badan dan 21% remaja telah melakukan aborsi. Data tersebut cukup menjadi alasan kuat bagi semua pihak untuk mencemaskan masa depan putra-putri yang tengah beranjak dewasa ini.

Menurut data BKKBN dalam 2012, 60% remaja di Jabodetabek telah melakukan hubungan layaknya suami istri. Selain di Jabodetabek, di wilayah lain seperti Surabaya mencapai 50%, di Medan 75% , Yogyakarta 80%, dan Bandung 90%. Data tersebut menunjukkan bahwa gaya pacaran remaja sekarang sudah menyimpang jauh dari makna dan hakekat pacaran itu sendiri. Berita bahwa pergaulan anak baru gede (ABG) zaman sekarang ini, demikian bebas, sebebas-bebasnya, membuat orang tua harus memberi perhatian ekstra kepada


(21)

anak-anak mereka. Bila kita sempat menyaksikan video mesum mereka yang ada di youtube, mereka bukan hanya lihai berciuman, namun juga berhubungan seks di luar nikah. Malah anak SMP pun diketahui sudah mahir melakukannya. Mereka terjerumus dalam kehidupan seks yang bebas, yang berbahaya dan merugikan masa depan mereka. Di rumah, sikap remaja tampak sangat baik dan penurut. Namun ternyata di luar sana, siapa menduga bahwa mereka sudah terlalu jauh melangkah di luar batas norma kesusilaan. Pacaran seperti suami-istri, kalau tidak ML (making love) dianggap ketinggalan zaman. Seks dalam pacaran menjadi trend yang lazim berlaku sekarang. Begitu mudahnya remaja mengakses pornografi, baik lewat DVD, BBM, situs porno, serta game online, membuat terperangkap dalam candu seks.

Luther (2011), menulis bahwa melakukan seks pranikah menjadi fenomena menggiurkan bagi gaya hidup remaja sekarang. Apalagi budaya permisif tampaknya melegalkan perilaku seks pranikah. Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat dari sekitar 20% pada tahun 2007-2011 menjadi 80%. Sekian banyak masalah seputar perilaku remaja yang dinilai menyimpang tersebut, ada dua pertanyaan mendasar yang perlu segera dijawab, yaitu apa penyebab perilaku seksual pranikah dan bagaimana cara mengatasinya.

Mardiya (2011) menyatakan bahwa masalah paling krusial yang berkaitan dengan seksualitas remaja adalah masih banyaknya kasus kehamilan remaja yang disebabkan karena kurang hati hatinya remaja selama menjalani masa pacaran. Mereka umumnya melakukan pacaran secara tidak sehat. Artinya, masa pacaran tidak digunakan sebagai masa untuk menjajaki sikap dan perilaku pacar, termasuk pola


(22)

pikir dan kepribadiannya. Tetapi justru digunakan untuk hal-hal yang berbau seks dan membangkitkan birahi.

Pacaran bagi remaja sebenarnya merupakan hal yang lumrah, apalagi masa remaja adalah masa di mana seseorang memiliki rasa ketertarikan yang kuat terhadap lawan jenis. Sayangnya, gaya pacaran remaja di zaman sekarang telah mengarah pada perilaku yang diluar batas, disinilah mulai muncul masa pacaran yang didalamnya terkait perilaku seks untuk mengisi waktu senggang mereka, dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan hubungan seks yang tidak semestinya mereka lakukan.

Mulainya berbagai adegan yang mengarah pada urusan seksual ini tidak lepas dari aktivitas pacaran dini. Banyak remaja Indonesia sudah melakukan pacaran kala usia mereka 12 tahun. Usia ini adalah usia rata-rata remaja saat ini dalam melakukan pacaran.

Menurut survey kesehatan reproduksi yang dilakukan BKKBN, usia tersebut jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan 10 tahun lalu. Anak kelas enam SD saat ini, sudah tidak segan lagi memadu kasih.Gawatnya lagi, perilaku tidak senonoh dilakukan para remaja yang berpacaran ini kala mereka bertemu. Sekitar 92% remaja yang berpacaran, saling berpegangan tangan. Ada 82% yang saling

Seks bebas ini membuat angka penderita HIV/AIDS di kalangan remaja meningkat tajam. Ada peningkatan 700 persen dari jumlah antara tahun 2004 hingga 2010, dari awalnya 154 kasus menjadi 1.119 kasus. Diperkirakan, penyebab utama remaja mengenal pornografi adalah dari tv, internet, dan kebebasan berlebihan yang diberikan pada anak di lingkungan keluarga (Maria Ulfah Anshor, 2011).


(23)

berciuman. 63% remaja yang berpacaran, tidak malu untuk saling meraba (petting)

Hubungan seksual merupakan tindakan hubungan badan antara laki-laki dan perempuan. Kontak badan antara yang berlawanan jenis bisa menimbulkan gairah seksual. Aktifitas seksual pada dasarnya adalah bagian dari naluri yang pemenuhannya sangat dipengaruhi stimulus dari luar tubuh manusia dan alam berfikirnya. Seksualitas seseorang atau individu dipengaruhi oleh banyak aspek dalam kehidupan, termasuk didalamnya kenyamanan, imbalan, tekanan dari dalam keluarga, self control, ekspresi emosi, perasaan.

bagian tubuh kekasih mereka yang seharusnya tabu untuk dilakukan. Ada perbedaan gaya pacaran remaja sekarang dengan dulu. Remaja saat ini lebih permisif untuk melakukan apa pun demi “cinta”. Semua aktivitas itu yang akhirnya memengaruhi niat untuk melakukan seks lebih jauh.

Pada masa remaja alat kelamin sekunder telah matang, sehingga terjadi perubahan fisik dan emosi. Hal ini termasuk kedalam teori perkembangan psikologi yang alami terjadi pada setiap individu ketika beranjak menuju tingkat kedewasaan maka tanda-tanda fisik seperti karakter seks pada usia remaja baik yang primer maupun yang sekunder ikut berubah, begitu juga dengan tanda-tanda psikis yang ikut berubah seperti berkembangnya rasa ingin tahu terutama yang berhubungan dengan seks. Seksualitas pada masa remaja inilah yang sedang memuncak. Dan seringkali tindakan yang dilakukan remaja tidak dapat dikendalikan (self control)


(24)

Muhammad (2010) menyatakan, bagi yang sudah ‘pintar’, mereka akan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, mereka menggunakan kondom yang sekarang dijual bebas di pasaran. Orang tua perlu juga melakukan pemeriksaan di kamar, tas dan dompet remajanya. Hal ini untuk memastikan bahwa anak-anak kita tidak memiliki barang-barang terlarang seperti kondom, DVD porno dan barang-barang lain yang tidak pernah kita berikan kepada mereka. Penjualan kondom secara bebas, membuat siapapun, termasuk remaja dapat membelinya kapan saja saat dibutuhkan. Tidak butuh batasan usia dan alasan yang tepat untuk membeli kondom. Betapa berbahayanya kemudahan itu buat anak-anak remaja. Mereka semakin leluasa melakukan seks secara bebas dengan pasangannya. Tidak lagi ketakutan akan hamil, karena sudah dilindungi dengan aman oleh kondom yang mereka dapatkan dengan mudahnya.

Nugraha (2011) mengatakan, remaja melakukan Making Love karena pengetahuan reproduksinya kurang. Remaja hanya mengetahui jika kehamilan terjadi, maka akan bisa langsung digugurkan. Remaja tidak tahu efek samping dari pengguguran itu atau dia sudah pernah melakukan hubungan seks dengan yang nanti tidak menjadi suaminya, dia akan menimbulkan suatu memory yang nanti akan menganggu kehidupannya kemudian.

Penyebab seks pranikah di kalangan remaja lainnya adalah faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang anak dari keluarganya, cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari


(25)

orangtuanya. Apabila tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian dengan mencari pacar atau nongkrong di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Remaja masa kini yang mengaku dirinya anak gaul ditandai dengan duduk santai di kafe, mondar-mandir di mal, berpakaian serba sempit dan ketat yang memamerkan lekuk tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi. Akibatnya, remaja gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di antaranya terjebak dalam perilaku seks pranikah.

M

Dalam tulisan berseri kali ini, saya mencoba memulai dengan menelusuri jejak-jejak remaja putri di Medan khususnya Darussalam, sekedar ilustrasi terhadap fenomena seks yang membuat jantung para orangtua berdetak kencang. Siapa sangka gadis belia yang tampak baik-baik, lugu, penurut dan sedikit pemalu ini justru menyimpan rahasia intim yang dahsyat. Ini buktinya!

asa remaja adalah masa-masa yang paling indah nan menyenangkan. Penuh keceriaan dalam keluguan dan kepolosan dalam transisi menuju dunia kedewasaan. Sifat lugu dan polos yang alami para remaja ini mungkin dulu realitanya demikian. Sebab, untuk ukuran saat ini sungguh tersimpan sesuatu yang membelalakan mata ketika menyelami lebih dalam kehidupan remaja terutama di perkotaan. Orangtua mana yang tidak bergidik saat mengetahui data tentang pergaulan seks anak muda saat ini. Boleh dibilang remaja yang masih mengenakan seragam putih-biru sudah melakukan seks pranikah. Seks pranikah seakan menjadi hal biasa di antara mereka.


(26)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan penelitian adalah:

1. Bagaimanakah gambaran perilaku seksual pada remaja yang berpacaran di Kecamatan Medan Petisah?

2. Mengapa dan apa alasan pelaku melakukan hubungan seksual pranikah tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seksual remaja berpacaran dan alasan-alasan pelaku melakukan hubungan seksual dengan metode wawancara mendalam dan observasi partisipan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai faktor-faktor pendorong yang menyebabkan remaja berpacaran melakukan hubungan seksual pranikah. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para orang tua agar dapat lebih memantau perilaku dan pergaulan anak remajanya, serta bermanfaat bagi masyarakat agar dapat lebih memperhatikan pergaulan para remaja saat ini sehingga membantu mencegah terjadinya perilaku seksual pranikah di kalangan remaja.


(27)

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan mampu memberi kontribusi/manfaat dalam pengembangan dan pengetahuan teoritik di bidang kesehatan reproduksi terutama tentang diluar dari apa yang sudah diketahui orang.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan tersebut diungkapkan oleh Piaget (121) yang dikutip oleh Hurlock (2003) dengan mengatakan :

“Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak–anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang–orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang–kurangnya dalam masalah hak …. integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber ….. termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok …. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.

Sedangkan menurut WHO/Organisasi Kesehatan Dunia definisi remaja adalah :

“Individu yang sedang mengalami masa peralihan, yang dari segi kematangan biologis seksual sedang berangsur–angsur mempertunjukkan karakteristik seks yang sekunder sampai mencapai kematangn seks, yang dari segi perkembangan kejiwaan, jiwanya sedang berkembang dari sifat kekanak –kanakan menjadi dewasa, yang dari segi sosial–ekonomi ia adalah individu yang beralih dari ketergantungan menjadi relatif bebas”.

Batasan usia remaja adalah antara 10–19 tahun dan belum menikah. Namun, tidak jarang remaja digolongkan dalam kelompok young people yang berusia antara


(29)

10–24 tahun dengan asumsi bahwa mereka yang berusia 19 tahun belum menjamin tercapai kematangan fisik, mental maupun sosial (Depkes RI, 2003).

Sedangkan pengertian remaja berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan/BKKBN No.KEP.03/MENEG.K/4/1997, adalah usia individu saat mulai mengalami perkembangan fisik serta sosial, psikologis, yaitu bila umur 13 tahun sampai dengan 20 tahun yang belum pernah menikah. Selain itu, remaja juga didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa anak–anak ke masa dewasa yang mencakup aspek biologik, kognitif dan perubahan sosial (Santrock, 2008).

2.1.2 Perkembangan Seksualitas Remaja Perkembangan seksualitas pada remaja meliputi :

a. Perubahan fisik 1) Perempuan

a) Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda umur 8 tahun sampai akhir usia 10 tahun.

b) Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia, antara lain: uterus membesar; vagina memanjang; mulai tumbuhnya rambut pubis dan aksila; dan lubrikasi vagina baik spontan maupun akibat rangsangan.

c) Menarche sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun. Siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovulasi mungkin tidak terjadi saat menstruasi pertama.


(30)

1) Laki-laki

a) Meningkatnya kadar testosteron ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis; tumbuhnya rambut pubis, wajah.

b) Walaupun mengalami orgasme, tetapi mereka tidak akan mengalami ejakulasi, sebelum organ seksnya matang sekitar usia 12–14 tahun.

c) Ejakulasi terjadi pertama kali mungkin saat tidur (emisi nokturnal), dan sering diinterpretasikan sebagai mimpi basah dan bagi sebagian anak hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat memalukan.

d) Oleh karena itu anak laki-laki harus mengetahui bahwa meski ejakulasi pertama tidak menghasilkan sperma, akan tetapi mereka akan segera menjadi subur.

b. Perubahan psikologis/emosi

a) Periode ini ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi pengharapan masyarakat

b) Remaja dihadapkan pada pengambilan sebuah keputusan seksual, dengan demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, dan penyakit yang ditularkan melalui aktivitas seksual.

c) Yang perlu diperhatikan terkadang pengetahuan yang didapatkan tidak diintegrasikan dengan gaya hidupnya, hal ini menyebabkan mereka percaya kalau penyakit kelamin maupun kehamilan tidak akan terjadi padanya, sehingga ia cenderung melakukan aktivitas seks tanpa kehatihatian.


(31)

d) Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual, banyak dari mereka yang mengalami setidaknya satu pengalaman homoseksual. Remaja mungkin takut jika pengalaman itu merupakan gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya anggapan ini tidak benar karena banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara ketat setelah pengalaman demikian.

2.2Kehamilan 2.2.1 Definisi

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zygot. Dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan telofase sehingga menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita (Manuaba, 2006).

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi dan


(32)

melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan. Kehamilan merupakan proses alami dan normal, masa ini merupakan salah satu fase dalam kehidupan wanita pada masa reproduksi. Wanita akan mengalami sekali, dua kali, bahkan mungkin berkali-kali hamil dalam kehidupannya dan setiap kehamilan mempunyai pengalaman yang berbeda beda (Kasidu, 2008).

2.3 Perilaku Seksual

Cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar dari remaja di seluruh dunia. Kehamilan remaja, pengguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyakit kelamin, merupakan akibat buruk petualangan cinta dan seks yang salah di saat remaja. Tidak jarang masa depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks.

Sarwono (2007), mengungkapkan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk–bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru


(33)

dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah dan agresi.

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal–hal yang berhubungan dengan perkara–perkara hubungan intim antara laki–laki dan perempuan.

Hubungan seks pranikah yang dilakukan pria dan wanita yang belum terikat perkawinan, dimana nantinya mereka akan menikah satu sama lain atau masing masing akan menikah dengan orang lain. Jadi tidak hanya terbatas pada orang yang berpacaran saja. Hubungan seksual ini umumnya terjadi diantara mereka yang telah meningkat remaja menuju dewasa. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat pada saat seseorang memasuki masa remaja mulai timbul dorongan-dorongan seksual di dalam dirinya. Apalagi pada masa ini minat mereka dalam membina hubungannya terfokus pada lawan jenis.

Perilaku seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh sepasang insan yang belum menikah atau yang belum mereka terikat oleh tali perkawinan. Perilaku seks yang dianggap melanggar norma bukanlah suatu hal yang baru. Perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang yang saling menyukai atau saling mencintai, yang dilakukan sebelum perkawinan.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, melalui perbuatan yang tercermin dalam


(34)

tahap-tahap perilaku seksual yang paling ringan hingga tahap-tahap yang paling berat, yang dilakukan sebelum pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama.

Sementara itu, akibat psikososial yang timbul karena perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba–tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Biasanya mendapat mendapat tekanan dari masyarakat seperti dicela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi, hal tersebut disebabkan karena rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil di luar nikah. Masalah ekonomi dalam hal ini juga akan membuat permasalahan menjadi semakin rumit dan kompleks (Christina, 2009).

Fedyani (2008) mengutip pendapat Kinsey mengenai perilaku seksual yang meliputi 4 tahap yaitu :

1. Bersentuhan, touching, mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan 2. Berciuman, kissing, mulai dari ciuman singkat hingga berciuman bibir dengan

mempermainkan lidah (deep kissing)

3. Bercumbu, petting, menyentuh bagian sensitif dari tubuh pasangan dan mengarah pada pembangkitan gairah seks

4. Hubungan kelamin (Sex intercouse)

Perilaku–perilaku seksual tersebut merupakan perilaku seksual beresiko yang akan menimbulkan dampak buruk jika dilakukan oleh para remaja sebelum menikah.


(35)

Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :

a. Masturbasi atau onani, yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi

terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi

b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan–sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual

c. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut. Masalah seks pada remaja seringkali mencemaskan para orangtua, juga pendidik, pejabat pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Berbagai risiko yang akan dialami remaja jika melakukan perilaku seks pranikah di antaranya adalah :


(36)

a) Dampak Fisik

Dampak fisik yang dapat dialami oleh remaja jika melakukan hubungan seks sebelum menikah ialah remaja dapat terkena penyakit menular seksual (PMS) jika dalam melakukan hubungan seks dengan berganti–ganti pasangan, kemudian dapat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan sehingga pada akhirnya melakukan tindakan aborsi, yang biasanya dilakukan secara tidak aman serta dapat membahayakan keselamatan pada diri remaja tersebut.

b) Dampak Psikis

Dampak psikis yang dapat ditimbulkan jika remaja melakukan hubungan seks pranikah ialah berupa rasa ketakutan, kecemasan, menyesal serta rasa bersalah karena sudah melakukan perbuatan tersebut sebelum menikah. Selain itu juga, biasanya mereka takut akan dampak yang ditimbulkan karena melakukan hubungan tersebut, seperti misalnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

c) Dampak Sosial

Dampak sosial yang timbul karena melakukan hubungan seks pranikah diantaranya ialah stigma buruk, pergunjingan serta pengucilan dari lingkungan sekitar.

Cukup banyak kejadian dimana remaja putri mengalami kehamilan yang tidak disengaja maupun yang disengaja. Kehamilan tidak disengaja terjadi karena remaja laki-laki dan perempuan tidak mempersiapkan diri terhadap risiko kehamilan yang mungkin terjadi akibat hubungan seksual mereka. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengakibatkan remaja perempuan kemudian memutuskan untuk melakukan


(37)

usaha aborsi dengan berbagai cara, biasanya dengan cara-cara tradisional (jamu-jamuan) atau dengan meminum obat-obat peluntur dari toko obat atau apotik, atau bahkan melakukan cara-cara khusus seperti makan nanas, dan minum sprite, jongkok-jongkok setelah berhubungan seks dan sebagainya. Cara-cara tersebut juga digunakan remaja putri sebagai upaya pencegahan kehamilan, yang kadang-kadang memang tidak berhasil dan mengakibatkan kehamilan.

2.4 Penyakit Menular Seksual

Menurut Dianawati (2009), dengan semakin banyak mengetahui akibat yang ditimbulkan dari perilaku seksual, para remaja diharapkan dapat menjaga dirinya dari akibat-akibat tersebut. Selain itu, diharapkan akan muncul kesadaran bahwa apapun yang dilakukan pasti akan menimbulkan dampak baik, negatif maupun positif, tergantung dari perbuatan yang dilakukan. Membatasi diri terhadap pergaulan juga sesuatu yang harus dipertimbangkan. Para remaja sebaiknya memegang teguh ajaran agama dan norma yang sudah didapatkan dalam keluarga.

Salah satu akibat yang ditimbulkan dari perilaku seksual yang tidak sehat adalah munculnya penyakit menular seksual (PMS). Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumnya telah terjangkiti salah satu jenis penyakit ini. Penyakit menular seksual ini jelas berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan.


(38)

Untuk mengetahui lebih lanjut, di bawah ini akan dibahas beberapa jenis penyakit menular seksual.

2.4.1 Gonorea

Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput lendir mulut kelamin, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini dinamakan gonococcus.

Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

Pada perempuan, berjangkitnya penyakit ini akan terlihat setelah 5–20 hari melakukan hubungan seksual. Tanda–tandanya tidak dapat terlihat, bahkan perempuan tersebut tidak menyadari jika dirinya telah terjangkiti. Tiba–tiba dia akan merasakan sakit di bawah bagian perut disertai demam. Kemudian dari vagina keluar nanah. Jika penyakit ini belum sempat diobati dan dia mengalami kehamilan, bayi yang ada dalam kandungannya dapat terancam kebutaan karena gonorea ini bisa menjalar dan menyerang selaput lendir mata bayi. Selain itu penyakit ini juga dapat menyebabkan kemandulan.


(39)

Pada laki – laki, penyakit ini dapat terlihat setelah 3–7 hari melakukan hubungan seksual. Gejala yang terlihat sebagai berikut :

a. Mengeluarkan nanah dan merasa sakit ketika kencing b. Ujung kepala penis terlihat merah karena meradang 2.4.2 Sifilis

Sifilis dikenal juga dengan sebutan “raja singa”. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum. Kuman ini menyerang organ-organ penting tubuh lainnya, seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut.

A. Tingkat I

a) Penularannya sudah terdeteksi sekitar 10-90 hari setelah melakukan hubungan seksual

b) Gejala yang terlihat adalah adanya luka kecil bernanah disertai rasa sakit yang amat sangat, selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening yang mengeras di sekitar luka, seperti di lipatan paha.

B. Tingkat II

a) Terjadi sekitar 40 hari setelah masuk pada tingkat I

b) Gejala yang terlihat adalah adanya luka-luka kecil berwarna merah di sekitar permukaan kulit, dari kulit kepala hingga telapak tangan dan kaki.


(40)

Luka-luka ini timbul karena kuman telah menyebar melalui peredaran darah

c) Gejala lainnya adalah keluhan sakit tenggorokan, pusing, lesu, nyeri otot, terjadi kerontokan rambut, dan kulit kepala terasa gatal.

C. Tingkat III

a) Terjadi setelah 10-15 tahun kemudian

b) Gejalanya antara lain ditemukannya benjolan pada bagian tubuh yang terserang, pada akhirnya benjolan tersebut melunak dan pecah sehingga mengeluarkan cairan. Bagian tubuh yang terserang akan mengalami kerusakan. Jika kuman mulai menyerang otak, orang yang terserang akan mengalami gangguan kejiwaan atau gila. Jika yang diserang bagian sumsum tulang belakang atau hati, niscaya orang tersebut akan mengalami kelumpuhan, kemunduran kerja jantung, dan kerusakan jaringan susunan syaraf, serta masih banyak lagi kerusakan-kerusakan lainnya. Begitu seterusnya, karena kuman-kuman tadi dapat menyerang bagian tubuh manapun tanpa memandang siapapun orangnya. Risiko yang paling fatal adalah penyakit ini bisa mengakibatkan kematian.

c) Perempuan yang hamil bisa saja terserang penyakit ini, sehingga bayi yang akan lahir mengalami kelumpuhan fisik dan mental, itupun jika mereka dapat bertahan hidup. Biasanya, bayi-bayi ini akan meninggal dalam kandungan jika kuman menyerang uterus. Kalaupun bisa lahir, bayi-bayi ini akan meninggal 1 minggu setelah kelahirannya.


(41)

2.4.3 Herpes

Virus herpes terbagi atas 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2. Perbedaan diantara keduanya adalah ke bagian mana virus tersebut menyerang. Herpes 1 menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkan herpes 2 atau disebut genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian organ seksual (penis dan vagina). Virus ini mengakibatkan munculnya luka-luka di permukaan kulit. Karenanya, gejala yang terlihat pada penderita adalah adanya lepuhan pada kulit penis atau vagina yang jika pecah mengeluarkan cairan bening dan terasa pedih. Setelah itu, luka ini ini secara perlahan-lahan akan meninggalkan bekas luka. Jika tidak digaruk dan seiring dengan berjalannya waktu, luka ini dapat sembuh dalam waktu 5-10 hari dari kemunculannya.

Penularannya dimulai ketika luka-luka sudah terlihat. Luka-luka itu sendiri mungkin terjadi selama 1-2 hari sebelum kelihatan, mungkin juga terjadi saat penderita mulai merasakan pedih pada bagian yang akan terserang. Herpes cepat sekali penularannya, yaitu melalui hubungan langsung antara bagian tubuh penderita yang terkena infeksi dengan selaput lendir, termasuk kulit yang terluka, pada bagian tubuh orang lain. Tentu saja penularan lainnya yang banyak terjadi adalah melalui hubungan seksual. Herpes dapat juga ditularkan selama masa kehamilan dan kelahiran. Mengingat risiko yang mungkin terjadi pada bayi dalam kandungan, para dokter selalu menganjurkan operasi caesar terhadap penderita herpes.


(42)

2.4.4 Klamidia

Gejala yang yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning, disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing. Karena organisme dapat menetap selama bertahun-tahun dalam tubuh seseorang, ia juga akan merusak organ reproduksi penderita dengan atau tanpa merasakan gejala apapun.

Sesuai dengan laporan dari Institute Kinsey pada tahun 2010, kini penyakit ini menjadi infeksi bakteri yang paling banyak ditularkan melalui hubungan seksual di Amerika (Dianawati, 2009). Masih menurut laporan tersebut, diperkirakan paling sedikit ada 4 juta kasus setiap tahunnya yang melibatkan orang Amerika.

2.4.5 Chancroid

Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar ke daerah pubis dan kelamin. Luka ini menyerang melalui 2 cara, sebagai berikut :

a. Cara 1

Luka ini akan berlubang di dalam kulit. Pada laki-laki, menyerang melalui penis menuju ke saluran kencing, selanjutnya air kencing tidak akan dapat terkendali. b. Cara 2

Luka akan menyebar ke permukaan kulit menutupi bagian perut, pinngang, dan paha.


(43)

2.4.6 Granuloma Inguinale

Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tak sedap. Selanjutnya akan terjadi pembesaran yang bersifat permanen atau terlihat sesekali pada penis, klitoris dan kantung pelir. Kemudian, jika penderita mempunyai daya tahan, sebagian bawah tubuhnya mengalami pembengkakan. Penderita bisa kehilangan berat badan, kemudian meninggal dunia.

Penyakit ini tidak memperlihatkan gejala-gejala awal, sehingga penderita tidak mengetahui bahwa dirinya telah tertular. Hal ini mengakibatkan si penderita menunda pengobatannya. Memasuki masa 3 bulan, barulah terlihat adanya infeksi yang sangat berbahaya dan dapat ditularkan kepada orang lain.

2.4.7 AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju


(44)

perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh.

Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.

2.4.8 Trichomonas Infection

Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina perempuan dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan cairan busa disertai dengan rasa gatal dan panas pada vagina tersebut. Penyakit ini jelas disebabkan


(45)

adanya hubungan seksual. Biasanya penyakit ini bersifat menipu, artinya sebagian perempuan tidak merasakan gejala-gejala adanya penyakit yang menyerang dirinya tersebut, bahkan tidak mengetahuinya sama sekali.

2.4.9 Veneral Warts

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin seseorang. Pada laki-laki, virus ini menyerang kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya menyerang bibir vagina dan daerah sekitar anus (perineum). Virus-virus ini menyerupai kutil, cara pengobatannya harus ke dokter. Tindakan selanjutnya yang biasa dilakukan adalah dengan mengangkatnya melalui pembedahan atau menggunakan laser.

Hadi (2008), menyampaikan bahwa adapun faktor–faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, meliputi :

1. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja ialah meliputi pengaruh yang berasal dari dalam diri sendiri kemudian bagaimana seseorang mengekspresikan perasaan, keinginan, dan pendapat mengenai berbagai macam masalah. Selain itu, menentukan pilihan ataupun mengambil keputusan bukan merupakan hal yang mudah. Dalam memutuskan sesuatu, seseorang harus memiliki dasar, pertimbangan, serta prinsip yang matang.


(46)

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual remaja contohnya ialah kemampuan orang tua mendidik seorang anak akan mempengaruhi pemahaman anak tersebut mengenai suatu hal, terutama masalah seks. Kemudian peranan agama dalam hal ini juga sangat penting, yaitu dapat memberikan pengajaran mengenai mana yang baik dan mana yang buruk. Pemahaman terhadap apa yang diajarkan agama akan mempengaruhi perilaku remaja.

Remaja memiliki kecenderungan menghabiskan waktu bersama teman sebayanya sehingga tingkah laku dan nilai–nilai yang mereka pegang banyak dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan. Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi perilaku seksual remaja ialah teknologi informasi yang semakin berkembang memudahkan remaja untuk mengakses informasi (khususnya mengenai seksual) setiap saat.

Sarwono (2007) berpendapat bahwa perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh hal- hal sebagai berikut :

a) Perubahan–perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.

b) Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang–undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama


(47)

semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain–lain)

c) Norma–norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal–hal tersebut.

d) Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain–lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya

e) Orangtuanya sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

f) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.

Penelitian tentang perilaku seksual juga pernah dilaksanakan di luar negeri oleh Sprecher, McKinney, Walsh, dan Anderson pada tahun 2010. Penelitian tersebut


(48)

kemudian mengkategorikan perilaku seks menjadi petting (saling menggesek-gesekkan alat kelamin), sexual intercourse (hubungan seksual), dan oral-genital sex (seks oral-genital). Dari penelitian itu juga didapatkan bahwa petting merupakan perilaku seksual yang paling banyak dapat diterima oleh subjek, kemudian hubungan seksual dan seks oral.

2.5Alasan Remaja Melakukan Hubungan Seksual Pranikah

Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan hubungan seksual di luar nikah ini terbagi dalam beberapa faktor, yaitu :1. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya; 2. Adanya tekanan dari pacarnya; 3. Adanya kebutuhan badaniah; 4. Rasa penasaran; 5. Pelampiasan Diri (Dianawati, 2009).

Dianawati (2009) selanjutnya menyatakan alasan seorang remaja melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah 1. Membuktikan bahwa mereka saling mencintai; 2. Takut hubungan akan berakhir; 3. Rasa ingin tahu tentang seks; 4. Kepercayaan bahwa setiap orang atau banyak orang melakukan hubungan seksual; 5. Hubungan seksual itu menyenangkan; 6. Sama-sama suka (dengan pacar atau pekerja seks komersial);7. Pacar mengatakan bahwa hal itu tidak akan apa-apa.

Berdasarkan alasan yang sudah diuraikan di atas Dianawati (2009) menyimpulkan secara umum bahwa alasan mengapa individu mau menuruti keinginan pacarnya untuk berhubungan seksual, antara lain sebagai bukti cinta dan sangat mencintai pacar, agar menjadi miliknya sepenuhnya, dorongan seks, ingin mencoba, takut mengecewakan, terbuai rayuan pacar, butuh kasih sayang,


(49)

terpengaruh budaya atau gaya hidup bebas, terlanjur sayang dengan pacar, dan tidak sadar sepenuhnya. Bersenggama atau melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya, lanjut Dianawati (2009) tidak selalu diawali dengan permintaan lisan tetapi dengan stimulasi atau rangsangan langsung yang merupakan bagian dari perilaku seksual terhadap pasangan. Pasangan yang awalnya menolak pada akhirnya bersedia dan menjadi mau melakukannya karena berada dalam keadaan terangsang. Pada masa pacaran terdapat berbagai perilaku yang ditampilkan oleh para remaja untuk menunjukkan rasa cinta masing-masing, baik dalam tingkah laku yang sangat banyak berkorban dalam hal apapun untuk memenuhi keinginan pasangan mereka dalam perkataan maupun tindakan, termasuk di dalamnya melakukan aktivitas seksual.

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Remaja yang sedang dalam tahap perkembangan, pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait, berkesinambungan dan berlangsung secara bertahap; dimana perubahan-perubahan di dalam diri remaja akan diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga remaja tersebut dapat berespons dengan baik dalam menghadapi rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Yang paling menonjol dalam tumbuh kembang remaja adalah perubahan fisik, alat reproduksi, kognitif, dan psikososial.

Pematangan fungsi seksual pada wanita ditandai dengan datangnya menstruasi, penimbunan lemak yang membuat buah dada membesar dan sebagainya. Kondisi remaja akibat perkembangan seksual tersebut telah mendorong remaja untuk saling suka dan cinta dengan lawan jenisnya. Karena itu akan menjadi masalah bagi


(50)

remaja bila faktor lingkungan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) kurang mau memahami dan mengerti keadaan seksual yang dihadapi remaja, ia akan menjadi manusia yang bersikap tertutup terhadap masalah seksual dan kemungkinan akan melakukan tindakan penyimpangan seksual.

Perubahan fisik dan psikologis remaja disebabkan oleh adanya perubahan hormonal. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang dikontrol oleh susunan saraf pusat, khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis hormon pertumbuhan (growth hormone), hormon gonadotropik, estrogen, progesteron, serta testosterone. Oleh karena itu dalam hubungan seks bukan hanya alat kelamin dan daerah erogen (mudah terangsang), yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi. Hubungan seksual yang dianggap normal adalah hubungan hetereksual dikaitkan dengan norma, agama, kebudayaan, dan pengetahuan manusia yang harmonis dibarengi dengan rasa cinta. 2.6Cara-cara yang Biasa Dilakukan Remaja dalam Menyalurkan Dorongan

Seksual Pranikah

Cara-cara yang biasa dilakukan remaja dalam menyalurkan dorongan seksual pranikah yaitu : bergaul dengan lawan jenis, berdandan agar menarik perhatian lawan jenis, berkhayal atau berfantasi tentang seksual, mengobrol tentang seks, menonton film pornografi, melakukan hubungan seks non penitrasi (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman pipi/bibir), cara-cara tersebut ada yang sehat dan ada juga yang menimbulkan berbagai resiko secara fisik, psikologis dan sosial (Astuti, 2009).


(51)

2.7 Pacaran

Pacaran atau dating adalah interaksi heteroseksual yang didasari rasa cinta, kasih dan sayang serta saling memberi dan melengkapi pasangannya. Budaya pacaran sudah menjadi kecenderungan pergaulan remaja yang juga mendominasi perilaku seksual remaja saat ini. Pacaran dianggap sebagai jati diri pergaulan dan identitas kedewasaan, meskipun pada kenyataannya banyak aktivitas yang menjurus pada perilaku seks tidak aman. Pacaran biasanya terjadi di awal pubertas. Perubahan hormon dan fisik membuat seseorang mulai tertarik pada lawan jenis. Proses sayang –sayangan dua manusia lawan jenis tersebut merupakan proses mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari ketidakcocokan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Masing–masing pasangan berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi–reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa (Narendra, 2008).

Pacaran merupakan kenangan yang sangat mengesankan bagi remaja pada kehidupannya yang mendatang. Dalam masyarakat kita, pacaran memberikan kesempatan bagi remaja untuk meningkatkan kemampuan sosial dan interpersonal mereka. Pacaran juga mempersiapkan remaja untuk memilih pasangan hidup. Pada beberapa remaja pacaran juga dimanfaatkan untuk melakukan percobaan aktivitas seksual. Pacaran merupakan kelanjutan dari perkenalan dan diteruskan dengan hubungan individu terhadap lawan jenis. Jadi di dalam pacaran ini laki-laki dan wanita saling menjajaki seberapa cocok atau tidaknya mereka berdua, termasuk latar


(52)

belakang watak, sifat, pendidikan, dan lain-lainnya. Pacaran ini melebihi hubungan sekadar teman, atau teman dekat, namun ini adalah teman paling dekat

(Saumiman, 2005).

Pacaran juga seringkali dianggap sebagai pintu masuk hubungan yang lebih dalam lagi, yaitu melakukan berbagai aktivitas perilaku seksual seperti touching, kissing, necking, petting hingga sexual intercourse sebagai wujud kedekatan antara dua orang yang sedang jatuh cinta. Susan Sprecher dan Kathlen McKiney dalam buku Sexuality (2010) menjelaskan tahap-tahap dalam pacaran :

1. First Seeing (Pandangan Pertama)

Sebelum terjadinya suatu hubungan di antara dua orang, pada awalnya masing-masing saling menyadari keberadaannya. Kesadaran ini mungkin terjadi beberapa detik, hari, minggu maupun bulan sebelum interaksi secara tatap muka pada pertama kali. Dua orang mungkin saling menyadari dalam waktu yang bersamaan, tetapi dapat juga hanya satu pihak yang menyadari.

Murstein (2010), menyatakan situasi dimana kesadaran pertama kali terjadi mungkin dapat mempengaruhi bagaimana keberlanjutan suatu hubungan ke tahap first meeting dengan cepat dan mudah, membedakan antara tempat terbuka dan tertutup sebagai kondisi dimana suatu hubungan dimulai. Tempat yang tertutup ditandai dengan kehadiran sedikit orang dimana semuanya memiliki kemungkinan untuk berinteraksi.

Pada tempat yang tertutup, kesadaran dan interaksi di antara anggota terjamin, dan terjadi secara spontan. Sebaliknya, tempat terbuka berisi banyak orang. Sebagai


(53)

contoh adalah tempat umum seperti mall, bar. Kesadaran pertama bisa saja terjadi pada tempat terbuka, tetapi pertemuan dengan bertatap muka mungkin tidak terjadi sampai beberapa waktu kemudian. Hal tersebut dikarenakan tempat yang terbuka tidak memiliki interaksi yang terstruktur di antara semua anggota, dimana orang perlu untuk merencanakan bagaimana mereka akan bertemu seseorang yang mereka perhatikan.

1. First Meeting (Pertemuan Pertama)

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Berger tentang awal suatu hubungan, orang menggunakan tiga cara untuk bertemu orang lain dalam tempat yang terbuka. Cara pertama adalah memperkenalkan diri mereka, yang diawali dengan observasi, saling berpandangan atau memperhatikan apa adanya. Cara kedua adalah dengan memberikan isyarat non verbal, dan menunggu orang lain untuk memperkenalkan diri.

2. First Dating (Kencan Pertama)

Banyak hal yang dapat menghalangi kencan pertama, seperti malu, cemas akan penolakan, dan norma peran seks tradisional yang menyatakan bahwa perempuan tidak layak untuk memulai suatu hubungan. Tetapi untuk sebagian orang, keinginan yang kuat untuk memulai suatu hubungan dapat mengatasi penghalang yang mereka hadapi. Baik laki-laki maupun perempuan berperan dalam terjadinya kencan pertama, walaupun dalam cara yang berbeda. Namun laki-laki tetap mendominasi sampai pada kencan pertama.


(54)

Di bawah ini merupakan salah satu hasil penelitian kualitatif di salah satu Youth Center Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

“Pacaran tidak harus selalu berakhir dengan pernikahan, karena sekedar mencari kecocokan atau ketidakcocokan. Tetapi pacaran itu seharusnya lepas dari yang namanya hubungan seksual., jadi sebatas membicarakan masalah, tukar pikiran, jalan bareng, lalu pegangan tangan, membelai rambut. Kalau untuk cium bibir di Indonesia saat ini masih dianggap belum layak, entah besok–besok. Tetapi untuk hubungan seksual aku tetap tidak setuju. Jika sudah yakin menikah maka hubungan seksual justru tidak perlu dilakukan”.

Informan dalam penelitian tersebut ialah sebanyak 30 orang, dimana semua informan mendefinisikan arti pacaran sebagai dua orang berbeda jenis kelamin saling menyukai, atau berkomitmen, kedekatan dua orang yang dilandasi cinta, dan masa penjajakan mencari pasangan hidup. Menurut informan, hal yang boleh dilakukan pada saat pacaran yaitu mengirim surat, mengobrol, berpegangan tangan, berciuman, dan untuk informan yang aktif seksual ditambah hubungan seksual. Namun tidak semua informan yang sudah aktif seksual menganggap hubungan seksual harus dilakukan pada setiap proses pacaran. Terdapat perbedaan pandangan mengenai konsep pacaran di antara laki–laki dan perempuan. Kutipan di atas merupakan pendapat seorang informan laki–laki yang sudah aktif seksual, namun tetap menganggap bahwa pacaran seharusnya lepas dari hubungan seksual, apalagi jika sudah pasti menikah. Pacaran tidak selalu berakhir dengan pernikahan karena sekedar mencari kecocokan atau ketidakcocokan.

Penelitian yang dilakukan oleh Triratnawati (2009), menunjukkan bahwa remaja laki–laki memang cenderung mempunyai perilaku seksual yang agresif, terbuka, gigih, terang–terangan, serta lebih sulit menahan diri dibandingkan remaja


(55)

perempuan. Akibatnya, banyak remaja perempuan mendapatkan pengalaman pertama hubungan seksual pranikah dari pacarnya.

Sabirin (2009) menggambarkan mengenai tahapan pacaran yang meliputi : a) Tahap Ketertarikan

b) Tahap Ketidakpastian

c) Tahap Komitmen dan Keterikatan d) Tahap Keintiman

Jenis perilaku seksual yang sering dilakukan remaja dalam berpacaran biasanya bertahap mulai dari timbulnya perasaan saling tertarik, lalu diikuti kencan, bercumbu dan akhirnya melakukan hubungan seksual. Pada umumnya perilaku seksual, sebagaimana didefinisikan para pakar, mencakup berciuman (baik cium pipi atau cium bibir), berpegangan tangan dengan lawan jenis; onani atau masturbasi; memegang dan meraba payudara; meraba alat kelamin; oral seks dan anal seks (bercumbu dengan mulut dan anus sebagai media), necking (bercumbu dengan cara menggigit leher pasangan atau lazim dikenal dengan cupang); petting (menggesek– gesek alat kelamin) dan coitus (senggama penuh). Boyke (2010), menyimpulkan bahwa dalam berpacaran tak mungkin dihindarkan terjadinya ciuman (kissing), dengan bagaimanapun caranya kissing merupakan perilaku seksual yang muncul spontan dan merupakan puncak ekspresi rasa sayang secara seksual.


(56)

Perilaku seksual yang banyak dilakukan oleh remaja dapat menimbulkan berbagai dampak, seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut ini:

PERILAKU ASIKNYA NGGAK ASIKNYA

Nggak disalurkan

Nggak merasa berdosa

Nggak bakal hamil • Diterima masyarakat

Nggak ‘greng’

Pegangan tangan

• Aman

nggak bakalan hamil • diterima masyarakat

• Bosan • Nggak seru Ciuman • Nggak hamil

• Romantis • bisa dinikmati

• Malu kalo ketauan • Merasa berdosa • bisa nularin penyakit Masturbasi • Aman dari kehamilan

• Bisa puas juga

• Aman dari PMS/AIDS

• Merasa bersalah • Merasa berdosa

Petting • Bisa puas juga

• Kemungkinan hamil kecil (bukan berarti nggak bisa) • Lebih ‘greng’ dibanding

ciuman

• Bisa menularkan PMS • Bisa menimbulkan • Lecet di alat kelamin

Hubungan seks • Paling “heboh” • Variasi banyak

• Sensasi paling “greng”

• Resiko hamil besar • Resiko tertular PMS • Resiko dicela • masyarakat Sumber : Buklet Perilaku Seksual dan Pacaran Sehat (Abimanyu, 2009).

2.8 Faktor faktor yang Memengaruhi Remaja Pacaran Melakukan Hubungan Seksual Pranikah

Menurut seksolog Ronosulistyo dalam Hadi (2008), remaja merupakan kelompok rentan terhadap rangsangan seksual. Pada fase ini, kelompok ini sedang berada dalam suatu masa pancaroba hormon yang berbuntut pada tinggi-tingginya gairah seksual. Faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual pranikah yaitu :


(57)

2.8.1 Umur

Remaja merupakan masa krisis, dimana pada masa itu remaja sedang mencari identitas diri. Dalam hal ini remaja tidak lagi dianggap sebagai anak-anak, tetapi belum juga dianggap sebagai orang dewasa. Pertimbangan baik buruk pada usia remaja sangat tergantung bagaimana peranan orang tua, kelompok sepermainan dan lingkungan sekitarnya. Usia remaja merupakan saat yang menentukan kehidupan mendatang. Gairah dan ketertarikan pada lawan jenis, ketidaktahuan akan sebab akibat. Ditambah informasi yang berkembang pesat, seringkali membuat remaja terjebak pada masalah-masalah yang sebenarnya dapat dihindari.

Dalam hal ini, awal masa remaja pada wanita tidaklah sama. Pada wanita umur 10-15 tahun di tandai dengan munculnya tanda-tanda seksual sekunder, seperti pembesaran payudara, tumbuhnya bulu, dan bulu ketiak, penimbunan jaringan lemak pada pinggul dan paha, sehingga tampak feminim dan menarik, kemudian datangnya haid. Sebaliknya, pada pria antara 12-16 tahun, dengan di tandai bertambah besarnya penis dan testis, bulu dan bulu ketiak serta suara mulai berat dan mengalami mimpi basah.

Remaja menengah dan remaja remaja akhir, cenderung lebih memiliki sifat permisif dibandingkan dengan remaja awal, dimana pengaruh orang tua masih cukup besar mempengaruhi sikap mereka, tetapi perilaku seksual pranikah akan mulai terjadi jika seseorang sudah berusia 16 tahun atau seseorang yang mengalami masa pubertas lebih cepat. Selain itu seksolog tersebut juga mengungkapkan adanya suatu


(58)

kecenderungan bahwa semakin meningkatnya usia seseorang maka tingkat perilaku seks pranikah semakin meningkat.

2.8.2 Agama

Sekuat-kuatnya mental seseorang remaja agar tidak tergoda dengan pola hidup seks bebas jika remaja terus mengalami godaan dalam kondisi yang bebas dan tidak terkontrol, tentu saja suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam ini akan lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental agamanya atau sistem religius yang tidak kuat dalam diri individu. Clayton dan Bokermier (2009), menemukan bahwa sikap tidak permisif terhadap hubungan seksual pranikah dapat dilihat dari aktifitas keagaaman dan religiusitas.

2.8.3 Pengalaman Pacaran ( Hubungan Afeksi)

Individu yang pernah menjalin hubungan afeksi atau berpacaran dari umur yang lebih dini, cenderung permisif terhadap perilaku seks pranikah. Begitu juga dengan halnya dengan individu yang telah banyak berpacaran dengan individu yang berusia sebaya dengannya.

Staples dan Faturochman (2010), menyebutkan bahwa pengalaman berpacaran dapat menyebabkan seseorang permisif terhadap perilaku seks pranikah. Selanjutnya dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa pengalaman pacaran sangat besar pengaruhnya dalam berperilaku hubungan seks pranikah.

2.8.4 Pengetahuan Seks

Notoadmodjo (2007), menyatakan pengetahuan merupakan hasil dan tahu, setelah orang melakukan penginderaan terhadap satu objek tertentu. Sebagian besar


(59)

pengetahuan manusia didapatkan melalui pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan hal yang dominan yang sangat efektif untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menemukan masa percaya diri mapun dorongan sikap dan perilaku setiap hari.

Berbicara mengenai pengetahuan tentang seks, sampai saat ini remaja cenderung tidak mendapatkan pengetahuan yang cukup mengenai seksualitas. Ronosulistyo dalam Hadi (2010), menyatakan bahwa :

Dorongan seksual, sebagai akibat salah informasi dan kurangnya pengetahuan mental, moral dan etika dapat menyebabkan remaja untuk eksperimen seksual aktif sebelum mereka benar-benar matang. Peer group dan informasi media memainkan peran penting dalam memberikan informasi,

yang dapat menyebabkan remaja mengalami hubungan seksual.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa perilaku seksual, timbul sebagai hasil dari kurangnya informasi serta tidak adanya kesiapan mental, moral dan etika. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pengetahuan mengenai seksual yang salah mampu mendorong remaja untuk aktif bereksperimen seksual sebelum mereka benar –benar mencapai kematangan. Teman sebaya dan media informasi berperan penting untuk memberikan informasi mengenai seksual yang belum tentu benar, hal ini dapat menjadikan remaja melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

Dalam hal ini, perlu sekali bagi remaja untuk memperoleh informasi serta pengetahuan mengenai kesehatan seksual. Isu–isu kesehatan seksual remaja, termasuk kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman (sebagaimana didefinisikan WHO), penyakit menular melalui hubungan seksual dan HIV/AIDS,


(60)

dalam hal ini sebaiknya dilakukan pendekatan melalui promosi perilaku seksual yang bertanggung jawab serta reproduksi yang sehat, termasuk disiplin pribadi yang mandiri serta dukungan pelayanan yang layak dan konseling yang sesuai secara spesifik untuk umur mereka. Penekanan kehamilan remaja secara umum juga diharapkan. Pernyataan tersebut merupakan isi dari dokumen kairo mengenai masalah kesehatan seksual dan reproduksi remaja yang tertulis sebagai berikut :

"Isu-isu kesehatan seksual dan reproduksi remaja, termasuk kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman (seperti yang didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia), dan PMS dan HIV / AIDS, semua ditangani melalui promosi perilaku reproduksi dan seksual yang bertanggung jawab dan sehat, termasuk pantang sukarela, dan penyediaan layanan yang sesuai dan konseling secara khusus cocok untuk kelompok usia tersebut. Penurunan substancia di seluruh kehamilan remaja juga mendesau ".

2.8.5 Jenis Kelamin

Perkembangan seksualitas pada masa remaja di tandai dengan matangnya organ reproduksi. Setelah seorang gadis mengalami menstruasi yang pertama dan mimpi basah pada laki–laki, maka sejak saat itu fungsi reproduksinya bekerja dengan segala konsekuensinya. Peristiwa yang merupakan pengalaman baru bagi remaja laki–laki adalah terjadinya nocturnal ejaculation yaitu keluarnya sperma ketika tidur, yang biasanya didahului oleh mimpi erotic (mimpi basah). Nocturnal ejaculation biasanya terjadi bersama–sama dengan nocturnal orgasm (orgasme : puncak reaksi seksual yang menimbulkan sensasi erotik yang menyenangkan). Sedangkan pada remaja perempuan, frekuensi nocturnal orgasm (orgasme : puncak reaksi seksual yang menimbulkan sensasi erotik yang menyenangkan) lebih jarang. Tetapi frekuensi


(1)

Pembekalan tentang seks ini penting dan perlu sekali. Pengenalan atau pendidikan tentang seks, bisa dimulai dengan berdiskusi langsung tentang kesehatan reproduksi. Dengan cara yang lebih akrab atau curhat, mungkin siswa pun tidak perlu malu-malu lagi. Bisa juga dengan seringnya membuat sebuah seminar tentang seks dengan mengundang pakar yang bisa menjelaskan lebih detail lagi. Misalnya dokter atau psikolog, yang cakap dan paham dalam urusan gaya hidup remaja dan kesehatan reproduksi.

Tidak hanya remaja saja yang berhak mendapatkan pengetahuan tentang seks dan gaya hidup remaja saat ini. Orangtua pun harus mendapatkan pengetahuan tentang gaya hidup remaja saat ini, hal-hal apa saja yang sedang tenar di kalangan remaja, sehingga dapat terjalin komunikasi yang terbuka antara orangtua dan anak. Karena bukan tidak mungkin, mereka yang tidak dekat atau jauh dari kontrol orang tualah yang lebih sering terjerumus ke hal-hal yang negatif. Dengan belajar tentang sex education

Pengusaha dan instansi terkait lainnya serta diikutsertakan peran tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam mendirikan usaha (hotel, tempat-tempat rekreasi lainnya) agar dapat mempertimbangkan moral dan agama agar remaja tidak terjerumus ke hal-hal yang merusak masa depannya. Semua permasalahan yang timbul akibat pengaruh sex bebas di kalangan remaja perlu mendapat perhatian khusus. Generasi muda di Indonesia harus diselamatkan agar tidak terjerumus dalam

, diharapkan remaja dapat menjaga organ-organ reproduksi pada tubuh mereka dan orang lain tidak boleh menyentuh organ reproduksinya khususnya bagi remaja putri.


(2)

hal-hal yang merusak moral mereka. Semuanya akan dapat berjalan dengan baik apabila adanya kerjasama antara pihak orang tua, anak dan lembaga yang terkait.

Pemerintah hendaknya juga memperketat penyaringan kepada program media yang akan ditampilkan dengan mempertimbangkan segala aspek. Sehingga dengan perhatian yang intensif bisa membantu tumbuhnya nilai-nilai moral dan akhlaq yang melahirkan generasi bangsa cerdas secara intelektual dan spritual sejak dini. Hal itu disebabkan karena malu cenderung belum siap untuk mempunyai anak. Oleh karena itu perlu ditanggulangi sejak dini dengan memberikan pemahaman dan pendidikan tentang bahaya tindakan–tindakan yang mereka lakukan. Dalam hal ini diperlukan kontribusi dari pihak lain dan terutama pihak keluarga dengan permasalahan tersebut serta kesadaran dari para remaja itu sendiri. Dan memang perlu pembelajaran agar semuanya tidak terlanjur terjadi dan menyesal akhirnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, 2009. Perilaku Seksual dan Pacaran Sehat (Booklet)

Astuti, 2009. Cara-cara yang Biasa Dilakukan Remaja dalam Menyalurkan Dorongan Seksual Pranika Januari 2012.

BKKBN, 2005. Pengertian Sehat 2012.

_____,2011. Data Gaya Pacaran Remaja Juni 2012.

Benyamin B, 1908. Perilaku Manusia. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Christina, 2009. Psikososial Remaja Februari 2012.

Clark, 2010. Fakta Mengenai Aborsi Febryari 2012.

Creswell, 2008. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. United States of America : Jossey Bass A Wiley Print.

Depkes, 2003. Pengertian Remaja Januari 2012.

Dianawati, A. 2009. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Hanafiah, L, 2010. Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap Aborsi dari Kehamilan yang Tidak dikehendaki. Tesis, Medan : Prodi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, USU.

Hadi R. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Remaja Pacaran Melakukan Hubungan Seksual Pranika Mei 2012.

Hidayat, 2010. Gugur Kandunga Januari 2012.


(4)

______, 2010. Aborsi di Indonesia Januari 2012.

Hurlock, 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : Penerbit Grafindo Jakarta.

Ida Bagus GM, 2007. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Penerbit Arcam.

James, 2010. Data Kota Medan Remaja Melakukan Hubungan Seksual Pranikah.

Kaplan, 2010. Kehamilan di Luar Nika 12 Januari 2012.

Kasidu, 2008. Proses Kehamilan, Jakarta : Penerbit Arcan

Kimmel, D.C. & I. B Weiner (1995). Adolescence : A Developmental Transition (Second ed). USA : Johmn Wiley & Sons Inc.

Fedyani, 2008. Perilaku Seksual Remaja 12 Januari 2012.

Kusmaryanto, 2010. Jumlah Aborsi di Indonesia tanggal 12 Januari 2012.

Lawrence, G, 2000. Teori Perilaku. Adolescence : A Developmental Transition (Second ed). USA : Johmn Wiley & Sons Inc.

Lazaruz, 2010. Self Control. Liebermen, 2011. Dukungan Sosial

Juni 2012.

Luther, 2011. Trend Seks Pranikah Juni 2012.

Maria U.M. 2011. Data Remaja Pacar Juli 2012.

Mardiya, 2011. Pacaran dan Seksualitas Juli 2012.


(5)

Murstein, 2008. Tahap-tahap Pacaran. April 2012.

Muhammad, 2010. Pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan.

Moleong, L., 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung : PT. Rosdakarya.

Narendra, 2008. Pengertian Pacara Juni 2012.

National Abortion Federation, 2011. Opini Remaja tentang Seksual.

Penelitian Sahabat Remaja, 2011. Masalah Terbesar Remaja Adalah Seksualitas.

Prambang, 2011. Data Seks Pranikah Remaja tanggal 10 Juni 2012.

Rayan, 2009. Aborsi : Fakta, Kebutuhan dan Tantangan serta Pengaruhnya dalam Profil Kesehatan Perempuan Indonesia tanggal 1 Maret 2012.

Rokan , 2007. Data Remaja Pacara Juli 2012.

Sabirin, 2009. Tahapan Pacaran 10 Maret 2012.

Saumiman, 2005. Pengertian Pacar April 2012.

Santrock, 2008. Persiapan-persiapan dalam Menghadapi Masalah Puber.

Saroson, 2010. Dukungan Sosial 2012.

Sarwono, 2007. Pendidikan dan Perilaku Seksual Pranikah. Jakarta : Penerbit Grafindo Jakarta


(6)

Sianipar, 2009. Kehamilan tidak Diinginkan : Tinjauan Keluarga. Disampaikan dalam Seminar “Kehamilan Tidak Dikehendaki antara Fenomena dan Realita: yang Diselenggarakan oleh PKBI Cabang Kab. Bantul tanggal 21-9-2006.

Soetjiningsih, 2009. Personal Abortion. Medical Journal New Jersey

Sprecher, dkk, 2009. Issue in adolescent sexuality. USA : A Simon & Schuster Company.

Sukmaningsih, 2009. Pelajar SMU yang Hamil di Luar Nikah Makin Banyak.

Staples dan Faturochman, 2008. Pengalaman pacaran.

Sternberg, 2007. Permasalahan Seksualitas.

tanggal 9 April 2012.

Triratnawati, 2009. Perilaku Seksual Remaja Pria tanggal 1 April 2012.

Wilopo, 2009. Kita Selamatkan Remaja dari Aborsi dalam Rangka Pemantapan Keluarga Berkualita 2012.

Yuwono, 2010. Perilaku Seksual 2012.