ANALISIS RANTAI DISTRIBUSI KOMODITAS PADI DAN BERAS (STUDI KASUS PADA DESA PURWODADI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG).
ANALISIS RANTAI DISTRIBUSI KOMODITAS PADI DAN BERAS (STUDI KASUS PADA DESA PURWODADI KECAMATAN SUNGGAL
KABUPATEN DELI SERDANG)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
WINDU ANGGARA
NIM. 7121210019
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
(2)
(3)
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
(4)
(5)
KATA PENGANTAR
uji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. Atas berkah dan karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi dan Beras (Studi Kasus pada Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu sabar membimbing penulis dengan kasih dan sayang yang tulus serta memberikan materi yang tidak sedikit sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan tidak lupa pula kepada seluruh
keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan dukungan demi
terselesaikannya skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, dan teman – teman penulis sekalian, sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung kelancaran kegiatan penyusunan skripsi ini, mulai dari pembuatan proposal, observasi hingga penyusunan skripsi. Sangat disadari bahwa dalam penyusun skripsi ini bukanlah hanya kerja dari penulis semata melainkan juga melibatkan berbagai pihak, maka
P
(6)
dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan
yang telah memberikan kesempatan untuk penulis menempuh pendidikan di Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Negeri Medan.
3. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Negeri Medan.
4. Ibu T. Teviana, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan.
5. Ibu Dita Amanah, M.BA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan yang telah berperan serta dalam membantu kelancaran kegiatan perkuliahan penulis selama ini
6. Bapak Hendra Saputra, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, penulis ucapkan banyak terima kasih yang sedalam – dalamnya atas segala pengorbanan tenaga, pikiran dan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran serta memberikan dorongan moral yang kuat sehingga penulis semangat menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Drs Ahmad Hidayat, M. Si dan Ibu Nurul Wardani Lubis, SE,
M.Si selaku Dosen Penguji, terima kasih atas kesediaannya telah memberikan saran, arahan dan masukan kepada penulis dengan penuh
(7)
kesabaran dan ketelitian, sehingga penulis termotivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.
8. Bapak/Ibu dan seluruh jajaran Dosen yang telah mengajar di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membagikan pengalamannya kepada penulis selama mengajar di kelas
9. Kak Umi selaku staff di Jurusan Manajemen yang selama proses
penyelesaian skripsi ini banyak penulis repotkan dengan banyak pertanyaan yang cukup mengganggu di saat sibuk.
10.Seluruh responden dan narasumber baik, petani, pedagang tengkulak, pemilik penggilingan padi, pedagang pengepul, pedagang pengecer, dan konsumen, serta Bapak Ahmad selaku petani dan informan yang turut membantu proses penelitian penulis di Desa Purwodadi, Kecamatan Sunggal dan daerah sekitarnya.
11.Teman – teman seperjuangan di Kelas Manajemen A 2012 dan teman – teman di Kelas Konsentrasi Manajemen Agribisnis 2012, kalian sahabat yang sangat luar biasa.
12.Rekan – rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu baik secara materil maupun spiritual kepada penulis. Karena hanya Allah SWT yang mampu membalas kebaikan dari semuanya.
(8)
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, waktu dan tenaga yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna perbaikan skripsi ini kedepannya. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya dengan fokus kajian yang sama mengenai analisis rantai distribusi komoditas padi dan beras. Dan skripsi ini bisa berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Medan, Maret 2016 Hormat Penulis,
WINDU ANGGARA NIM. 7121210019
(9)
ABSTRAK
Windu Anggara, NIM. 7121210019. Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi dan Beras (Studi Kasus pada Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang). Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan, 2016.
Rantai distribusi komoditas padi dan beras memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan tingkat pendapatan petani padi sawah. Disparitas antara harga gabah dan harga beras yang sangat tinggi di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal menyebabkan kesejahteraan petani menurun, mengingat sebagian besar petani merupakan produsen sekaligus net consumer beras. Secara rinci, penelitian ini bertujuan untuk: 1) menggambarkan pola distribusi komoditas padi dan beras mulai dari petani sampai konsumen akhir di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal, dan 2) menganalisis seberapa besar margin keuntungan yang diterima masing-masing pelaku pemasaran dalam rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal. Populasi dalam penelitian ini adalah petani dan penggarap lahan padi dan sawah yang berjumlah 231 orang dan para pelaku distribusi padi dan beras di Desa Purwodadi, dengan sampel yaitu 70 petani, 8 pedagang tengkulak, 4 penggilingan padi, 7 pedagang pengepul, dan 5 pedagang pengecer melalui teknik simple random sampling. Data dianalisis secara deskriptif terhadap pola distribusi dan margin pemasaran padi dan beras.
Hasil penelitian di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal terdapat dua pola distribusi, yaitu pertama : petani pedagang tengkulak penggilingan padi pedagang pengepul pedagang pengecer konsumen; kedua : petani penggilingan padi pedagang pengepul pedagang pengecer konsumen. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa margin pemasaran tertinggi terdapat pada penggilingan padi sebesar 34,37 persen, kemudian pedagang pengepul 10,29 persen, pedagang tengkulak 8,50 persen dan pedagang pengecer 7,52 persen dari margin pemasaran padi dan beras.
(10)
ABSTRACT
Windu Anggara, NIM. 7121210019. The Analysis of Chain Distribution Commodity Paddy and Rice (The Case in The Village of Purwodadi, District Sunggal In Deli Serdang Regency). Thesis Department of Management, Faculty of Economics, State University of Medan, 2016.
Chain distribution of commodities paddy and rice with a fairly closely with the farmers ' income of rice paddies. Disparity between price of rice and rice prices so high in the village of Purwodadi, Sunggal to welfare of farmers is decreasing, given that most farmers is a producer as well as net consumer of rice. In detail, this study aims to : 1) described distribution of commodities paddy and rice from farmers until the final consumer in the village of Purwodadi, Sunggal, and 2) analyze how much profit margins received by each marketing in the distribution of commodities paddy and rice in the village of Purwodadi, Sunggal. Population in this study is a farmer and tiller rice and rice fields, amounting to 231 people and perpetrators of distribution paddy and rice in Purwodadi, with sample which is 70 farmers, 8 merchant middleman, 4 rice mills, 7 merchants collectors, and 5 merchant retailers. Through techniques simple random sampling. The data analyzed in descriptive to pattern of distribution and the marketing rice and paddies.
The results in the village of Purwodadi, Sunggal there are two patterns distribution, which is the first : farmers merchant middleman rice mills merchant collectors merchant retailers the consumer ; second : farmers rice mills merchant collectors merchant retailers the consumer. Therefore, in this study can be concluded that marketing of the rice mills by 34,37%, then merchant collectors 10,29%, then merchant middleman 8,50%, and merchant retailers 7,52% of the marketing paddy and rice.
(11)
DAFTAR ISI
JUDUL ... ...i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ...ii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ..iii
SURAT PERNYATAAN... ..iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... ...v
KATA PENGANTAR ... ..vi
ABSTRAK ... ...x
ABSTRACT ... ..xi
DAFTAR ISI ... .xii
DAFTAR TABEL ... .xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 12
1.3. Pembatasan Masalah ... 13
1.4. Perumusan Masalah ... 14
1.5. Tujuan Penelitian ... 14
1.6. Manfaat Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16
2.1. Kerangka Teori... 16
2.1.1Konsep Distribusi ... 16
2.1.1.1Pengertian Distribusi ... 16
2.1.1.2 Rantai Distribusi ... 21
2.1.1.3 Fungsi Rantai Distribusi ... 25
(12)
2.1.1.5 Faktor Pengaruh Pemilihan Rantai Distribusi ... 35
2.1.1.6 Rantai Distribusi Produk Pertanian ... 42
2.1.2. Nilai Rantai Distribusi (Margin Pemasaran) ... 44
2.2. Penelitian yang Relevan ... 49
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 53
3.3 Populasi dan Sampel ... 53
3.3.1Populasi ... 53
3.3.2 Sampel ... 54
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 56
3.4.1Variabel Penelitian ... 56
3.4.2Definisi Operasional... 57
3.4.2.1 Rantai Distribusi ... 57
3.4.2.2 Margin Pemasaran ... 57
3.5 Teknik Pengambilan Data ... 57
3.6 Teknik Analisis Data ... 58
3.6.1 Analisis Deskriptif Persentase... 59
3.6.2 Analisis Margin Pemasaran... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
4.1 Hasil Penelitian ... 63
4.1.1 Gambaran Umum Desa Purwodadi ... 63
4.1.2 Potensi Dasar Desa Purwodadi ... 63
4.1.3 Deskripsi Responden ... 64
4.1.3.1 Karakteristik Petani Padi di Desa Purwodadi ... 64
4.1.3.2 Karakteristik Pedagang Tengkulak ... 70
(13)
4.1.3.4 Karakteristik Pedagang Pengepul ... 77
4.1.3.5 Karakteristik Pedagang Pengecer ... 80
4.1.4 Analisis Deskriptif Persentase... 82
4.1.4.1 Distribusi Hasil Panen Petani ... 83
4.1.4.2 Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Tengkulak ... 84
4.1.4.3 Distribusi Hasil Pembelian Penggilingan Padi ... 85
4.1.4.4 Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengepul ... 86
4.1.4.5 Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengecer ... 87
4.1.5Analisis Margin Pemasaran... 88
4.2. Pembahasan ... 94
4.2.1 Pola Distribusi Padi dan Beras di Desa Purwodadi ... 94
4.2.2 Nilai Rantai Distribusi Padi dan Beras di Desa Purwodadi .. 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104
5.1 Kesimpulan ... 104
5.2 Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis Padi Sawah dan Tingkat Harga Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani Tahun 2014 – 2015 ... 9 Tabel 1.2 Data Luas Panen, Kapasitas Produksi dan Pendapatan Petani Padi
Sawah di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Tahun 2015 ... 10 Tabel 3.1 Penentuan Sampel Berdasarkan Luas Panen, Produksi dan Pendapatan
Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 56 Tabel 4.1 Karakteristik Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 65 Tabel 4.2 Karakteristik Usia Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 68 Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah di Desa
Purwodadi ... 69 Tabel 4.4 Karakteristik Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 70 Tabel 4.5 Karakteristik Usia Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 73 Tabel 4.6 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pedagang Tengkulak di Desa
Purwodadi ... 73 Tabel 4.7 Karakteristik Penggilingan Padi di Desa Purwodadi dan Sekitarnya 74 Tabel 4.8 Karakteristik Usia Responden Pemilik Penggilingan Padi di Desa
Purwodadi dan Sekitarnya ... 75 Tabel 4.9 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Pemilik Penggilingan
Padi di Desa Purwodadi ... 76 Tabel 4.10 Karakteristik Responden Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 77 Tabel 4.11 Karakteristik Usia Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan
Sekitarnya ... 78 Tabel 4.12 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pedagang Pengepul di Desa
Purwodadi dan Sekitarnya ... 79 Tabel 4.13 Karakteristik Responden Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 80 Tabel 4.14 Karakteristik Usia Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan
Sekitarnya ... 81 Tabel 4.15 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pedagang Pengecer di Desa
(15)
Tabel 4.16 Distribusi Hasil Panen Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 84 Tabel 4.17 Distribusi Pembelian Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 85 Tabel 4.18 Distribusi Pembelian Penggilingan Padi di Desa Purwodadi dan
Sekitarnya ... 85 Tabel 4.19 Distribusi Pembelian Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan
Sekitarnya ... 86 Tabel 4.20 Distribusi Pembelian Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan
Sekitarnya ... 87 Tabel 4.21 Margin Pemasaran Komoditas Padi dan Beras di Desa Purwodadi
Kecamatan Sunggal pada Rantai Distribusi Pertama ... 90 Tabel 4.22 Margin Pemasaran Komoditas Padi dan Beras di Desa Purwodadi
(16)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rantai Distribusi Secara Umum ... 31 Gambar 2.2 Rantai Distribusi Pertanian Secara Khusus (Padi dan Beras) ... 34 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 52 Gambar 4.1 Persentase Mengenai Pemilihan Rantai Distribusi Padi dan Beras
di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 83 Gambar 4.2 Pola Distribusi Komoditas Padi dan Beras di Desa Purwodadi
Kecamatan Sunggal ... 95 Gambar 4.3 Margin Pemasaran Tata Niaga Padi dan Beras di Desa Purwodadi
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran – 1 Instrumen Penelitian ... 111
Lampiran – 1.1 Angket untuk Petani ... 112
Lampiran – 1.2 Angket untuk Pedagang Tengkulak ... 115
Lampiran – 1.3 Angket untuk Penggilingan Padi ... 117
Lampiran – 14 Angket untuk Pedagang Pengepul ... 119
Lampiran – 1.5 Angket untuk Pedagang Pengecer ... 121
Lampiran – 2 Karakteristik Responden ... 123
Lampiran – 2.1 Karakteristik Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 124
Lampiran – 2.2 Karakteristik Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 127
Lampiran – 2.2 Karakteristik Penggilingan Padi di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 127
Lampiran – 2.3 Karakteristik Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 128
Lampiran – 2.3 Karakteristik Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 128
Lampiran – 3 Persentase Varietas Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 129
Lampiran – 4 Kegiatan Distribusi Padi dan Beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 130
Lampiran – 4.1 Distribusi Hasil Panen Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 131
Lampiran – 4.2 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Tengkulak.. 133
Lampiran – 4.2 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Penggilingan Padi ... 133
Lampiran – 4.3 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengepul .... 134
Lampiran – 4.3 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengecer .... 134
Lampiran – 5 Distribusi Hasil Panen Petani Padi Per Musim Panen ... 135
Lampiran – 6 Margin Pemasaran Pedagang Tengkulak ... 137
Lampiran – 7 Margin Pemasaran Penggilingan Padi ... 138
(18)
Lampiran – 9 Margin Pemasaran Pedagang Pengecer ... 140
Lampiran – 10 Identitas Responden ... 141
Lampiran – 10.1 Identitas Responden Petani Padi di Desa Purwodadi ... 142
Lampiran – 10.2 Identitas Responden Pedagang Tengkulak... 144
Lampiran – 10.2 Identitas Responden Penggilingan Padi ... 144
Lampiran – 10.2 Identitas Responden Pedagang Pengepul ... 144
Lampiran – 10.2 Identitas Responden Pedagang Pengecer ... 144
Lampiran – 11 Sketsa Peta Kecamatan Sunggal Secara Administratif ... 145
Lampiran – 12 Dokumentasi Selama Penelitian ... 146
1) Nota Tugas 2) Surat Permohonan Judul Skripsi 3) Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Jurusan 4) Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Fakultas 5) Surat Keterangan Telah Menyumbangkan Buku 6) Surat Keterangan Mengadakan Penelitian di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal 7) Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Lampiran – 13 Daftar Riwayat Hidup... 147
(19)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi andalan pembangunan ekonomi tanpa adanya peningkatan nilai tambah, perbaikan dalam pengelolaan pertanian, maupun perbaikan kebijakan dalam pembangunan pertanian. Sektor pertanian yang tangguh dan handal merupakan prasyarat yang harus terpenuhi bagi pembangunan sektor industri dan jasa yang tangguh.
Pembangunan sektor pertanian yang tangguh diarahkan untuk
meningkatkan produktivitas hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, kebutuhan bahan baku industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja serta mendorong kesempatan berusaha.
Pembangunan ekonomi Indonesia yang masih berorientasi pada sektor pertanian, dengan tujuan agar produksi pertanian dapat meningkat secara terus menerus dan salah satu upaya yang dilakukan untuk pemulihan ekonomi bangsa ditentukan oleh kemajuan pembangunan pertaniannya. Visi pembangunan pertanian yaitu mewujudkan usahatani tanaman pangan yang tangguh, modern dan efisien serta menyejahterakan petani dan masyarakat tani. Salah satu ciri usahatani tanaman pangan adalah peningkatan efisiensi sistem agribisnis yang
(20)
mampu menghasilkan produk pertanian yang mengacu pada selera pasar domestik maupun internasional.
Sebagai negara agraris, Indonesia menghasilkan komoditas pertanian yang potensial dan cukup tinggi. Hasil pertanian yang diunggulkan di Indonesia terdiri dari berbagai komoditas, diantaranya adalah komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Dengan berbagai sumberdaya alam yang kaya, Indonesia dapat dikatakan sebagai negara besar dengan potensi sebagai negara agribisnis.
Salah satu komoditas utama sub sektor tanaman pangan dalam sektor pertanian di Indonesia adalah padi atau beras. Beras merupakan komoditi strategis yang paling penting bagi masyarakat Indonesia sebagai sumber makanan pokok karena mengandung sumber energi dan protein serta karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Astawan, 2004).
Peningkatkan akan permintaan beras di Indonesia yang seringkali tidak berjalan dengan optimal dikaitkan dengan kurangnya penganekaragaman bahan pangan dan inovasi pengolahan berbagai bahan makanan yang dihasilkan. Padahal salah satu fakta penting yang selama ini menghambat pemanfaatan berbagai jenis bahan pangan adalah kurang efisiennya interaksi antarpelaku bisnis dalam proses distribusi produk atau komoditas pangan tertentu.
Menurut Badan Litbang Pertanian (2005) mengungkapkan bahwa beras yang merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisiasi pertanian ke depan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan
(21)
akan beras dalam periode 2005 – 2025 diproyeksikan masih akan terus meningkat. Dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dengan angka pertumbuhan 1,7% per tahun. Angka tersebut mengindikasikan besarnya bahan pangan yang harus tersedia di Indonesia.
Kebutuhan akan sumber pangan terutama beras, jika tidak diimbangi dengan peningkatan produksi yang signifikan akan menghadapi masalah apabila produksi di dalam negeri yang terus menurun. Hal ini akan berdampak serius terhadap kebutuhan dan ketersediaan pangan serta menyebabkan kesenjangan hidup semakin melebar.
Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk Indonesia, maka usaha pertanian yang terpadu perlu digalakkan petani Indonesia. Dalam upaya membangun pertanian Indonesia agar menghasilkan kualitas dan kuantitas produk pertanian yang baik dapat ditingkatkan dengan peranan aktif pemerintah dalam hal pembuatan kebijakan dan pemberian fasilitas pertanian yang mendukung, guna tercapainya pemerataan swasembada pangan yang diharapkan pemerintah dapat terlaksana dengan baik.
Untuk itu, diperlukan usaha – usaha dalam meningkatkan hasil produksi pertanian, terutama beras dengan cara : 1) membangun gudang penyimpanan gabah, dan pabrik penggilingan padi, 2) menetapkan harga dasar gabah yang memihak kepada petani, 3) memberikan berbagai subsidi dan insentif modal kepada para petani agar petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya, 4) menyempurnakan sistem kelembagaan usahatani gabah/beras melalui dibentuknya kelompok tani dan Koperasi Unit Desa (KUD) di seluruh pelosok daerah yang
(22)
bertujuan untuk memberikan motivasi peningkatan produksi padi dan mengatasi segala hambatan yang dihadapi para petani.
Selain untuk mendukung peningkatan hasil produksi padi tersebut, diperlukan juga inovasi dalam meningkatkan efektivitas aliran distribusi melalui kinerja yang lebih baik antarpelaku bisnis dengan menggunakan pendekatan manajemen rantai pasok (Supply Chain Management). Dan padi atau beras merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki potensi pasar yang cukup besar di dalam negeri.
Untuk mencukupi kebutuhan akan produksi padi di Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan petani dengan pemberian pendapatan yang layak merupakan tujuan yang hendak dicapai pemerintah. Namun usaha peningkatan produktivitas padi akan terganggu mengingat sulitnya mencari lahan pertanian dan semakin sempitnya lahan pertanian padi serta laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat akan berdampak pada produksi dan pendapatan petani.
Masalah lain yang sering muncul yaitu saat gabah melimpah pada musim panen raya berlangsung, sering kali timbul permasalahan dalam hal penetapan harga pasca panen untuk didistribusikan. Guna mengatur stabilitas harga gabah dipasaran, pemerintah telah menetapkan kebijakan harga dasar gabah dan harga atap gabah sebagai jaminan harga kepada petani agar tetap bergairah dalam mengusahakan tanaman padi dan terpacu untuk meningkatkan produksinya. Harga dasar (floor price) diperlukan untuk menjaga harga pasar pada saat panen tidak turun, supaya produsen bisa menerima hasilnya sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut. Banyaknya barang yang ditawarkan,
(23)
sementara pembeli dan permintaan tetap maka harga akan tertekan. Buruknya penetapan harga ini bisa dijadikan bola bagi pedagang tengkulak atau pemodal nakal untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan harga atap (celling price) tetap diperlukan, khususnya pada musim – musim paceklik, saat persediaan produksi padi terbatas, sehingga dengan demikian kebijaksanaan harga dikatakan sangat efektif apabila harga pasar berada di antara harga dasar dan harga atap (Daniel, 2004).
Kebijakan harga pasar gabah yang dimaksudkan tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) berupa penetapan harga pembelian pemerintah (HPP). Inpres Nomor 3 Tahun 2012 memuat tentang ketentuan kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 3.300,- per kilogram di tingkat petani (semula Rp 2.640,- per kilogram), gabah kering giling (GKG) di penggilingan padi Rp 3.300,- per kilogram menjadi Rp 4.150,- per kilogram, sedangkan untuk beras naik dari Rp. 5.060,- per kilogram menjadi Rp 6.600,- per kilogram di gudang Perum Bulog (Bulog, 2012).
Penetapan kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) tersebut tentu ditunggu petani karena membayangkan kesejahteraan mereka akan ikut naik. Namun jika melihat pengalaman pada 2009 produksi nasional memecahkan rekor selama beberapa dekade sebesar 63,84 juta ton gabah kering giling (GKG), tetapi angka nilai tukar petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase, nilai tukar petani terhadap tanaman pangan pada Agustus 2009 hanya sebesar 65,04%. Artinya, petani tidak memperoleh profit dari usahatani
(24)
yang dijalankan karena seluruh pendapatannya habis menjadi modal usahatani. Hal ini di sebabkan akibat harga agroinput seperti pupuk, benih, pestisida, dan sewa alat pertanian mengalami peningkatan harga sehingga mengakibatkan kenaikan indeks biaya yang dibayar oleh petani. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa pembangunan pertanian dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani belum sepenuhnya berhasil. Peningkatan produktivitas yang diupayakan petani melalui penerapan teknologi tidak diimbangi dengan nilai yang memadai, karena harga yang diterima petani relatif rendah (Subandriyo, 2010).
Untuk mewujudkan peningkatan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani, pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjamin ketersediaan pangan terutama beras, melalui berbagai langkah kebijakan. Di samping itu, dalam rangka mengurangi beban penderitaan petani, kebijakan perberasan di Indonesia hendaknya harus melingkupi bukan hanya pada persoalan produksi beras saja, tetapi juga pada proses pendistribusiannya hingga ke tangan konsumen.
Menurut Rasahan (dalam Sutrisno, 2010) mengemukakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan produksi beras meliputi: 1) lahan – lahan pertanian umumnya semakin berkurang tanpa diimbangi dengan pengembangan bahan pangan yang seimbang terutama di sekitar kota – kota besar baik di Jawa maupun di luar Jawa, 2) penguasaan lahan sempit rata – rata kurang dari 0,5 Ha sehingga tidak ekonomis dalam usahatani, 3) saat panen raya harga komoditas jatuh antara lain sebagai akibat instrumen
(25)
harga dasar tidak berjalan dengan baik, 4) kebijakan makroekonomi kurang mendukung dan kurang berpihak pada petani dalam menciptakan tanaman pangan yang berkelanjutan, 5) aplikasi teknologi ditingkat usahatani banyak yang tidak sesuai dengan anjuran yang disebabkan oleh tingginya harga sarana produksi dan rendahnya kemampuan permodalan petani, 6) kondisi cuaca kurang mendukung menyebabkan penurunan produksi, dan 7) kurangnya peranan penyuluh pertanian. Pengamatan yang dilakukan Arifin (2007) menunjukkan bahwa harga gabah dan beras yang semakin melebar sejak kejatuhan Presiden Soeharto menjadi persoalan tersendiri bagi ekonomi perberasan. Badan Pusat Statistik menginformasikan bahwa pada tanggal 1 Februari 2006, harga rata – rata gabah kering panen (GKP) di tingkat petani bulan Januari 2006 tercatat Rp 1.990,- per
kg, sementara harga rata – rata beras kualitas premium seluruh Indonesia Rp 3.615,- per kg, dengan variasi yang cukup tajam antara Rp 3.500,- per kg dan
Rp 3.850,- per kg atau bahkan lebih tinggi lagi di daerah pedalaman dan terisolasi. Sedangkan pada tanggal 1 Januari 2010 harga rata – rata gabah kering panen (GKP) di tingkat petani tercatat Rp 2.640,- per kg, sementara harga rata – rata beras kualitas premium seluruh Indonesia saat itu Rp 4.200,- per kg.
Menurut Syahza (2003) disparitas harga yang terjadi antara gabah dan beras yang tinggi merupakan akibat dari panjangnya rantai distribusi komoditas pertanian. Keadaan ini menyebabkan besarnya biaya distribusi margin pemasaran yang tinggi, sehingga ada bagian yang harus dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang. Kendatipun pada umumnya petani tidak terlibat dalam rantai distribusi produk, sehingga nilai tambah pengolahan dan perdagangan produk pertanian
(26)
hanya dinikmati oleh pedagang. Hal ini cenderung memperkecil bagian yang diterima petani dan memperbesar biaya yang harus dibayarkan oleh konsumen.
Menurut Rachman (dalam Agustian dan Setiadjie, 2008) antar daerah dan komoditas, kelembagaan yang terlibat dalam distribusi produk pertanian seringkali terdapat perbedaan. Mereka yang terlibat dalam pendistribusian adalah pedagang pengumpul, para penyalur, pedagang besar yang beroperasi di pusat – pusat pasar, dan akhirnya pengecer di daerah konsumsi itu sendiri yang berhadapan langsung dengan konsumen.
Secara umum, pendistribusian produk tanaman pangan selama ini dilakukan oleh pedagang besar, menengah, kecil dan operasi dalam rantai distribusi sesuai kemampuan dan lingkungannya. Rantai distribusi adalah rute dan status kepemilikan yang ditempuh suatu produk, ketika produk mengalir dari penyedia bahan mentah melalui produsen sampai konsumen akhir.
Pendistribusian komoditas padi dan beras tidak terlepas dari peranan lembaga pemasaran dalam menyalurkan padi dan beras kepada konsumen. Masalah yang timbul adalah semakin banyak lembaga pemasaran maka harga yang diterima para petani padi sawah menjadi rendah sedangkan para konsumen harus membayar dengan harga yang cukup mahal. Perbedaan harga beli dan harga jual antara petani dan pelaku pemasaran menunjukkan adanya margin pemasaran antara petani dengan konsumen. Margin pemasaran yang semakin besar akan menyebabkan persentase bagian yang diterima petani akan semakin kecil.
Desa Purwodadi merupakan salah satu daerah sentra penghasil padi sawah di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Adapun jenis padi dan tingkat
(27)
harga gabah kering giling di tingkat petani padi sawah di Desa Purwodadi dapat dilihat pada tabel 1.1. berikut ini :
Tabel 1.1.
Jenis Padi Sawah dan Tingkat Harga Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani Tahun 2014 – 2015
No. Dusun Jenis Padi
Harga Gabah Kering Giling (GKG)
2014 2015
1. Dusun I IR - 64 Rp 3.125 Rp 3.625
2. Dusun II Ciherang Rp 3.415 Rp 4.150
3. Dusun III Ciherang Rp 3.415 Rp 4.150
4. Dusun IV Ciherang Rp 3.300 Rp 4.150
5. Dusun V IR - 64 Rp 3.125 Rp 3.625
6. Dusun VI Ciherang Rp 3.415 Rp 4.150
7. Dusun VII Ciherang Rp 3.300 Rp 4.150
8. Dusun VIII IR - 64 Rp 3.125 Rp 3.625
9. Dusun IX Ciherang Rp 3.415 Rp 4.150
10. Dusun X Ciherang Rp 3.415 Rp 4.150
11. Dusun XI IR – 64 Rp 2.925 Rp 3.415
12. Dusun XII IR – 64 Rp 3.125 Rp 3.625
13. Dusun XIII Ciherang Rp 3.415 Rp 4.150
Sumber : Data Primer, 2016
Desa Purwodadi merupakan salah satu daerah yang terdapat pola rantai distribusi komoditas padi dan beras yang mempengaruhi pendapatan usahatani di daerah tersebut. Berdasarkan tabel 1.1 pada tahun 2014 – 2015 di Dusun XI harga gabah kering giling lebih rendah dibandingkan dengan Dusun yang lain yaitu sekitar Rp 490,- sampai Rp 735,- per kg. Dusun XI dengan jenis padi IR–64 harga jual Rp 2.925,- (2014) dan Rp 3.415,- (2015) per kg di tingkat petani. Keadaan tersebut disebabkan musim penghujan yang menyebabkan banjir dan irigasi yang mengaliri lahan persawahan Dusun XI tersumbat, sehingga padi tergenang dan busuk. Hal tersebut berakibat pada proses pengeringan gabah untuk kering
(28)
menjadi terhambat. Selain itu, lahan sawah yang sempit kurang mendukung dalam usahatani padi sawah tersebut.
Sementara itu, dusun lain mengalami kenaikan harga gabah kering giling berkisar antara Rp 500,- per kg sampai Rp 750,- per kg. Dari data di atas dapat diartikan, bahwa kenaikan harga beras di tangan konsumen tidak akan mempengaruhi harga gabah di tingkat petani. Antara jenis padi Ciherang dan IR–64 yang lebih disukai konsumen adalah jenis Ciherang, karena kualitasnya lebih baik.
Sebagian besar kegiatan menanam padi yang dilakukan oleh petani di Desa Purwodadi, Kecamatan Sunggal umumnya tidak dikelola dengan sistem manajemen yang baik. Hasil usaha dan keperluan rumah tangga untuk keperluan sehari – hari seringkali disatukan, sehingga pendapatan bersih dari kegiatan usaha menanam sampai memanen padi tidak diketahui dengan jelas. Hal ini membuat petani tidak mengetahui dengan pasti pendapatan usaha yang mereka hasilkan dari kegiatan menanam sampai memanen padi sawah.
Tabel 1.2.
Data Luas Panen, Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Tahun 2015
No Dusun Luas Panen Padi
Sawah (m2)
Produksi (Kw/GKG)
Rata – rata Pendapatan Petani
1. Dusun I 8.868,10 59,12 Rp 3.810.923,-
2. Dusun II 6.607,50 44,05 Rp 3.728.256,-
3. Dusun III 7.588,00 50,57 Rp 4.238.363,-
4. Dusun IV 8.839,00 58,93 Rp 3.539.531,-
5. Dusun V 5.765,30 38,44 Rp 2.895.180,-
6. Dusun VI 5.457,50 36,39 Rp 3.078.324,-
7. Dusun VII 6.731,20 44,87 Rp 3.759.720,-
(29)
9. Dusun IX 6.725,50 44,84 Rp 3.756.566,-
10. Dusun X 4.671,80 31,15 Rp 3.270.559,-
11. Dusun XI 3.605,75 24,03 Rp 2.052.522,-
12. Dusun XII 7.932,80 52,89 Rp 4.157.550,-
13. Dusun XIII 12.057,30 80,38 Rp 3.412.238,-
Jumlah 89.831,35 598,95 Rp45.013.202,-
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016
Berdasarkan tabel 1.2. diatas dari luas lahan keseluruhan Desa Purwodadi sekitar 216 Ha yang dimanfaatkan sebagai lahan sawah adalah 8,9 Ha (4,2%) dan sekitar 207 Ha (95,8%) dimanfaatkan sebagai perkebunan, sarana dan prasarana umum, pemukiman serta pembangunan berbagai jenis pabrik. Sementara itu, produksi rata – rata gabah kering giling (GKG) yang dihasilkan para petani di Desa Purwodadi adalah 8,56 Kw/GKG. Sedangkan rata – rata pendapatan petani yang dihasilkan dari setiap 1 (satu) kali panen, yaitu sekitar Rp 3.462.554,-/musim panen tergantung luasnya lahan yang dimiliki setiap petani. Pendapatan petani padi sawah yang paling rendah di Desa Purwodadi, terdapat di Dusun XI jika dibandingkan dengan dusun – dusun yang lain. Hal ini dikarenakan produksi yang berkurang akibat lahan sawah yang digunakan untuk menanam padi mengalami alih fungsi lahan menjadi pemukiman penduduk.
Selain itu, petani padi sawah di Desa Purwodadi sering kali menghadapi beberapa kendala distribusi, seperti : 1) kesinambungan produksi, 2) panjangnya rantai pemasaran, 3) kurang memadainya pasar, 4) kurang tersedianya informasi pasar, 5) rendahnya kemampuan tawar – menawar di saat panen raya, 6) berfluktuasinya harga, 7) rendahnya kualitas produksi, dan 8) rendahnya kualitas sumber daya manusia, mengakibatkan pendapatan petani kurang memuaskan,
(30)
sehingga petani sering mengalami penurunan harga dan pemasaran hasil panen padi yang di dominasi oleh pedagang tengkulak.
Hasil studi awal yang dilakukan di Desa Purwodadi yang merupakan salah satu daerah penghasil komoditas padi di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dalam mendistribusikan hasil panennya para petani menggunakan pedagang tengkulak. Dalam melaksanakan pembelian pedagang tengkulak menggunakan sistem tebasan yang mana penetapan harga ditentukan dengan tawar – menawar antara petani dan pedagang tengkulak. Kesepakatan harga yang terjadi sering kali membuat petani jatuh pada harga yang ditetapkan oleh pedagang tengkulak karena lemahnya posisi tawar petani pada saat panen raya. Dengan kondisi demikian petani harus mengikuti mekanisme pasar, sehingga dalam hal ini petani hanya berperan sebagai penerima harga.
Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi dan Beras” (Studi Kasus pada Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang).
1.2. Identifikasi Masalah
Secara umum pendapatan yang diterima petani belum memadai jika dibandingkan dengan jerih payah yang telah dikeluarkannya ditambah dengan resiko kegagalan panen. Rendahnya pendapatan petani disebabkan oleh beberapa kebiasaan yang tidak tepat, khususnya dalam hal penyimpangan harga padi dan beras. Sebagian petani ada yang langsung menjual seluruh hasil panennya dan membeli dalam bentuk beras ataupun menyimpan sebagian, sedangkan sebagian
(31)
lain dijual langsung kepada tengkulak ataupun dikonsumsi sendiri seluruhnya. Pola penyimpanan gabah yang dipilih petani, berkaitan dengan beberapa hal seperti tingkat harga gabah yang berlaku di pasaran, kemampuan penanganan pasca panen, dan kebutuhan uang kontan untuk keperluan sehari – hari termasuk untuk membiayai usahataninya.
Dari pernyataan yang telah dikemukakan di atas, maka masalah mengenai rantai distribusi komoditas padi dan beras dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Apakah efisien rantai distribusi komoditas padi dan beras dari petani sampai ke konsumen akhir di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang ?
2. Apakah wajar margin keuntungan yang diterima masing – masing pelaku pemasaran dalam penambahan nilai rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang ?
1.3. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, baik terhadap pihak – pihak yang berperan dalam proses produksi maupun pendistribusiannya. Mengingat disparitas antara harga gabah dan beras yang sangat tinggi menyebabkan kesejahteraan petani menurun, karena sebagian besar petani adalah produsen sekaligus net consumer beras. Dalam upaya mempersempit disparitas harga padi di tingkat petani dan konsumen di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, maka diperlukan studi mengenai rantai distribusi komoditas padi dan beras.
(32)
1.4. Perumusan Masalah
Di samping masalah tersebut di atas, salah satu sumber penyebab rendahnya harga jual gabah yang diterima petani adalah panjangnya mata rantai pemasaran gabah. Oleh karena itu, untuk membantu petani mendapatkan harga yang layak perlu dilakukan suatu kajian tentang pola rantai distribusi beras untuk melihat secara lebih mendalam mengenai fungsi masing – masing tingkat perdagangan padi dan beras.
Berdasarkan uraian masalah di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana pola rantai distribusi komoditas padi dan beras mulai dari petani sampai ke konsumen akhir di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang ?
2. Berapa besar margin keuntungan yang diterima masing – masing pelaku pemasaran dalam penambahan nilai rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang ?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalahan yang akan diambil, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pola rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
2. Untuk mengetahui tingkat margin keuntungan yang diterima pada setiap tingkatan lembaga pemasaran komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
(33)
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan kajian dalam perbaikan pola rantai distribusi komoditas padi dan beras nasional, terutama di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Merupakan suatu pengalaman yang berharga dan langkah awal dalam penerapan ilmu pengetahuan. Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini, maka diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut. 2. Bagi Pihak Terkait
Yaitu petani dan Kelompok Tani di Desa Purwodadi, Kecamatan Sunggal yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan lanjutan dalam penentuan proses pengolahan dan penetapan strategi distribusi komoditas padi dan beras.
3. Bagi Universitas Negeri Medan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk memperkuat penelitian sebelumnya, serta menambah informasi dan sumbangan serta bahan kajian bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai ekonomi pertanian yang berkaitan dengan Manajemen Argibisnis. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Merupakan sumber referensi bagi peneliti selanjutnya dengan fokus kajian yang sama mengenai nilai rantai distribusi komoditas padi dan beras.
(34)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ada dua pola rantai distribusi yaitu : pertama, Petani Pedagang Tengkulak Penggilingan Padi Pedagang
Pengepul Pedagang Pengecer Konsumen; kedua, Petani
Penggilingan Padi Pedagang Pengepul Pedagang Pengecer Konsumen. Dengan pola distribusi yang ada para pelaku distribusi padi dan beras dapat memperoleh keuntungan.
2. Dari kedua pola distribusi yang ada, petani menghadapi beberapa permasalahan dalam pemasaran hasil padi yang sudah diproses menjadi beras. Permasalahan yang ditemui pada petani yaitu terbatasnya informasi harga padi yang sudah menjadi beras. Selain permasalahan tersebut, pembayaran menunggak yang dilakukan oleh pedagang tengkulak masih ditemui pada petani padi sawah di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal.
3. Margin pemasaran (marketing margin) yang paling tinggi berturut – turut terjadi pada penggilingan padi (34,37%), pedagang pengepul (10,29%), pedagang tengkulak (8,50%) dan pedagang pengecer (7,52%). Berdasarkan nilai margin keuntungan (net benefit margin),
(35)
pemilik penggilingan padi yang memproses gabah hingga menjadi beras sekaligus menjualnya memperoleh keuntungan sebesar Rp 15,- per kilogram beras. Pedagang tengkulak yang tidak mengubah gabah kering giling (GKG) memperoleh margin keuntungan sebesar Rp 50,- per kilogram. Para pedagang perantara, mereka mengutip margin keuntungan Rp 10,- untuk pedagang pengepul dan Rp 25,- untuk pedagang pengecer per kilogram beras.
5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian diatas adalah sebagai berikut :
1. Petani harus memaksimalkan peran kelompok tani dalam kegiatan pasca menanam dan pemasaran hasil gabah dan beras tersebut secara terpadu dan terkoordinir. Bersatunya petani dalam kelompok tani akan memperkuat bargaining power terhadap pelaku distribusi beras. Dengan berfungsinya kelompok tani, maka rantai distribusi dapat diperpendek sehingga akan menguntungkan bagi petani maupun konsumen.
2. Ketidakterlibatan petani secara langsung ke dalam distribusi padi dan beras membuat petani tidak dapat menangkap insentif dari nilai tambah perdagangan padi dan beras. Dalam jangka pendek hendaknya pemerintah mendorong petani untuk dapat menjual padi atau gabah dalam bentuk beras. Agar komoditas padi dan beras mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dan harganya tidak jatuh pada saat panen
(36)
raya. Oleh karena itu, dibutuhkan keterlibatan pemerintah melalui penyuluhan dan pengembangan kelompok tani untuk membuat lumbung padi dan fasilitas jemur dan penggilingan padi di pedesaan. Hal ini akan memperpendek rantai distribusi, sehingga diharapkan dapat memperkecil disparitas antara harga padi dan harga beras. 3. Berdasarkan analisis margin pemasaran dapat diketahui bahwa melalui
proses produksi yang ada di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal, rantai distribusi yang terjadi yaitu Petani Pedagang Tengkulak Rp 875,-/Kg Penggilingan Padi Rp 3.540,-/Kg Pedagang Pengepul Rp 1.060,-/Kg Pedagang Pengecer Rp 775,-/Kg dengan margin total sebesar Rp 6.250,- per Kg. Keuntungan yang seharusnya diperoleh petani jika menjual padi dan sudah menjadi beras langsung ke konsumen. Sehingga salah satu alternatif agar petani padi sawah dapat memperoleh nilai tambah dalam pemasaran hasil panen padi sawah adalah dengan menjual padi menjadi beras secara langsung kepada konsumen.
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih memperluas jangkauan lokasi penelitian, sehingga lebih mampu mengetahui secara umum pola rantai distribusi dan margin pemasaran yang diperoleh pelaku pasar komoditas padi dan beras khususnya di wilayah Sumatera Utara.
(37)
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Adang dan Iwan Setiadjie. 2008. “Analisis Perkembangan Harga dan
Rantai Pemasaran Cabai Merah di Jawa Barat”. Bogor: Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian.
Anindita, R. 2003. “Dasar – dasar Pemasaran Hasil Pertanian”. Malang : Universitas Brawijaya.
Arifin, Bustanul. 2007. “Disparitas Harga Gabah dan Harga Beras”. Jakarta : Unisosdem, UNILA.
Ariwibowo, Agus. 2013. “Analisis Saluran Pemasaran Komoditas Padi dan Beras di Kecamatan Pati Kabupaten Pati”. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Aroning, R., 2008. “Analisis Saluran dan Hasil Margin Pemasaran Kakao di Desa
Timbuseng, Kecamatan Pattalasang, Kabupaten Gowa”.
http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015
Astawan, 2004. Budidaya Padi. http://web.php.html. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Sunggal dalam Angka.
Balai Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 2005. “Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi”. Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Basu, Swasta dan Irawan. 1998. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta :
Liberty.
Bulog. 2012. Kebijakan Pengadaan Gabah dan Beras. Jakarta : Intruksi Presiden Nomor 3.
Departemen Pertanian RI. 2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Jakarta : Departemen Pertanian RI
Ekasari dkk, 2007. “Analisis Margin Pemasaran Telur Itik di Kelurahan
Borongloe Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa”.
http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015
Hanafiah dan Saepuddin. 1983. Tinjauan Pustaka. Institut Pertanian Bogor. Bogor : IPB
(38)
Istiyanti, Eni. 2010. “Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Keriting di Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Sleman”. Mapeta, 12(2): 116-124.
Kotler dan Amstrong. 2001. Prinsip – prinsip Pemasaran. Jilid 1, Alih Bahasa Damos Sihombing dan Wisnu Chandra Kristiaji. Jakarta : Erlangga. Lakasana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Mardianto, Sudi, Yana Supriatna,dan Nur K. Agustin. 2005. “Dinamika Pola
Pemasaran Gabah dan Beras di Indonesia”. Bogor : Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol 23, No. 2.
Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.
Martodireso, S dan Suryanto, AW. 2002. Agribisnis Kemitraan. Yogyakarta : Usaha Bersama
Mears, L. 1982. Era Baru Ekonomi Perberasan Indonesia. UGM Press. Yogyakarta
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LPES.
Natawidjaja, R.S. 2001. Dinamika Pasar Beras Domestik. Dalam A Suryana dan S. Maerdianto (Ed). Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM – FEUI. Jakarta.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta : Ghalia Indonesia Pamungkas, Septian Bagas. 2013. “Analisis Rantai Distribusi Komoditas Ikan
Tangkap Perikanan Laut di Kota Tegal”. Semarang : Universitas Negeri Semarang
Pearce dan Robinson. 2011. Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Rahayu, Endang. 2009. “Mereposisi Peran Pemasaran Pertanian dalam
Revitalisasi Pertanian”. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.
Saifullah, A.. 2001. Peran Bulog dalam Kebijakan Perberasan Nasional. Dalam A. Suryana dan S. Mardianto (Ed). Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM – FEUI. Jakarta
Sidik, M. dan S. Purnomo. 1981. “Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten
Karawang, Jawa Barat Melalui Identifikasi Saluran Pemasaran”. Majalah
(39)
Sobirin. 2009. “Efisiensi Pemasaran Pepaya di Kecamatan Subang Kabupaten
Banyumas”. http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember
2015
Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Bandung : CV Rajawali.
Subandriyo, Toto. 2010. “Pasang Surut Kesejahteraan Petani”. Suara Merdeka. Edisi Cetak. 21 Januari.
Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang : Universitas Muhamadyah Malang.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriatna, Ade. 2003. “Analisis Sistem Pemasaran Gabah dan Beras (Studi Kasus Petani Padi di Sumatera Utara)”. Bogor : Puslitbang Sosek Pertanian. Surono, S. 1999. “Arah Kebijakan Perberasan Nasional di Masa Mendatang”.
Makalah pada Seminar Future Direction of Indonesia Rice Policy di Jakarta, 09 Maret 1999. Biro Perencanaan Departemen Pertanian, Jakarta.
Sutarno. 2014. “Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai di Kabupaten Wonogiri”.
e-Journal Agrineca. 14 (1): 1-10
Syahza, Almasdi. 2003. “Paradigma Baru: Pemasaran Produk Pertanian
Berbasis Agribisnis”. Jakarta: Jurnal Ekonomi, TH.VIII/01/Juli, PPD&I
Fakultas Ekonomi Tarumanegara
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ada dua pola rantai distribusi yaitu : pertama, Petani Pedagang Tengkulak Penggilingan Padi Pedagang Pengepul Pedagang Pengecer Konsumen; kedua, Petani Penggilingan Padi Pedagang Pengepul Pedagang Pengecer Konsumen. Dengan pola distribusi yang ada para pelaku distribusi padi dan beras dapat memperoleh keuntungan.
2. Dari kedua pola distribusi yang ada, petani menghadapi beberapa permasalahan dalam pemasaran hasil padi yang sudah diproses menjadi beras. Permasalahan yang ditemui pada petani yaitu terbatasnya informasi harga padi yang sudah menjadi beras. Selain permasalahan tersebut, pembayaran menunggak yang dilakukan oleh pedagang tengkulak masih ditemui pada petani padi sawah di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal.
3. Margin pemasaran (marketing margin) yang paling tinggi berturut – turut terjadi pada penggilingan padi (34,37%), pedagang pengepul (10,29%), pedagang tengkulak (8,50%) dan pedagang pengecer (7,52%). Berdasarkan nilai margin keuntungan (net benefit margin),
(2)
pemilik penggilingan padi yang memproses gabah hingga menjadi beras sekaligus menjualnya memperoleh keuntungan sebesar Rp 15,- per kilogram beras. Pedagang tengkulak yang tidak mengubah gabah kering giling (GKG) memperoleh margin keuntungan sebesar Rp 50,- per kilogram. Para pedagang perantara, mereka mengutip margin keuntungan Rp 10,- untuk pedagang pengepul dan Rp 25,- untuk pedagang pengecer per kilogram beras.
5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian diatas adalah sebagai berikut :
1. Petani harus memaksimalkan peran kelompok tani dalam kegiatan pasca menanam dan pemasaran hasil gabah dan beras tersebut secara terpadu dan terkoordinir. Bersatunya petani dalam kelompok tani akan memperkuat bargaining power terhadap pelaku distribusi beras. Dengan berfungsinya kelompok tani, maka rantai distribusi dapat diperpendek sehingga akan menguntungkan bagi petani maupun konsumen.
2. Ketidakterlibatan petani secara langsung ke dalam distribusi padi dan beras membuat petani tidak dapat menangkap insentif dari nilai tambah perdagangan padi dan beras. Dalam jangka pendek hendaknya pemerintah mendorong petani untuk dapat menjual padi atau gabah dalam bentuk beras. Agar komoditas padi dan beras mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dan harganya tidak jatuh pada saat panen
(3)
raya. Oleh karena itu, dibutuhkan keterlibatan pemerintah melalui penyuluhan dan pengembangan kelompok tani untuk membuat lumbung padi dan fasilitas jemur dan penggilingan padi di pedesaan. Hal ini akan memperpendek rantai distribusi, sehingga diharapkan dapat memperkecil disparitas antara harga padi dan harga beras. 3. Berdasarkan analisis margin pemasaran dapat diketahui bahwa melalui
proses produksi yang ada di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal, rantai distribusi yang terjadi yaitu Petani Pedagang Tengkulak Rp 875,-/Kg Penggilingan Padi Rp 3.540,-/Kg Pedagang Pengepul Rp 1.060,-/Kg Pedagang Pengecer Rp 775,-/Kg dengan margin total sebesar Rp 6.250,- per Kg. Keuntungan yang seharusnya diperoleh petani jika menjual padi dan sudah menjadi beras langsung ke konsumen. Sehingga salah satu alternatif agar petani padi sawah dapat memperoleh nilai tambah dalam pemasaran hasil panen padi sawah adalah dengan menjual padi menjadi beras secara langsung kepada konsumen.
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih memperluas jangkauan lokasi penelitian, sehingga lebih mampu mengetahui secara umum pola rantai distribusi dan margin pemasaran yang diperoleh pelaku pasar komoditas padi dan beras khususnya di wilayah Sumatera Utara.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Adang dan Iwan Setiadjie. 2008. “Analisis Perkembangan Harga dan Rantai Pemasaran Cabai Merah di Jawa Barat”. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian.
Anindita, R. 2003. “Dasar – dasar Pemasaran Hasil Pertanian”. Malang : Universitas Brawijaya.
Arifin, Bustanul. 2007. “Disparitas Harga Gabah dan Harga Beras”. Jakarta : Unisosdem, UNILA.
Ariwibowo, Agus. 2013. “Analisis Saluran Pemasaran Komoditas Padi dan Beras di Kecamatan Pati Kabupaten Pati”. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Aroning, R., 2008. “Analisis Saluran dan Hasil Margin Pemasaran Kakao di Desa Timbuseng, Kecamatan Pattalasang, Kabupaten Gowa”. http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015
Astawan, 2004. Budidaya Padi. http://web.php.html. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Sunggal dalam Angka.
Balai Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 2005. “Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi”. Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Basu, Swasta dan Irawan. 1998. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta :
Liberty.
Bulog. 2012. Kebijakan Pengadaan Gabah dan Beras. Jakarta : Intruksi Presiden Nomor 3.
Departemen Pertanian RI. 2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Jakarta : Departemen Pertanian RI
Ekasari dkk, 2007. “Analisis Margin Pemasaran Telur Itik di Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa”. http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015
Hanafiah dan Saepuddin. 1983. Tinjauan Pustaka. Institut Pertanian Bogor. Bogor : IPB
(5)
Istiyanti, Eni. 2010. “Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Keriting di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman”. Mapeta, 12(2): 116-124.
Kotler dan Amstrong. 2001. Prinsip – prinsip Pemasaran. Jilid 1, Alih Bahasa Damos Sihombing dan Wisnu Chandra Kristiaji. Jakarta : Erlangga. Lakasana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Mardianto, Sudi, Yana Supriatna,dan Nur K. Agustin. 2005. “Dinamika Pola Pemasaran Gabah dan Beras di Indonesia”. Bogor : Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol 23, No. 2.
Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.
Martodireso, S dan Suryanto, AW. 2002. Agribisnis Kemitraan. Yogyakarta : Usaha Bersama
Mears, L. 1982. Era Baru Ekonomi Perberasan Indonesia. UGM Press. Yogyakarta
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LPES.
Natawidjaja, R.S. 2001. Dinamika Pasar Beras Domestik. Dalam A Suryana dan S. Maerdianto (Ed). Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM – FEUI. Jakarta.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta : Ghalia Indonesia Pamungkas, Septian Bagas. 2013. “Analisis Rantai Distribusi Komoditas Ikan
Tangkap Perikanan Laut di Kota Tegal”. Semarang : Universitas Negeri Semarang
Pearce dan Robinson. 2011. Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Rahayu, Endang. 2009. “Mereposisi Peran Pemasaran Pertanian dalam Revitalisasi Pertanian”. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.
Saifullah, A.. 2001. Peran Bulog dalam Kebijakan Perberasan Nasional. Dalam A. Suryana dan S. Mardianto (Ed). Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM – FEUI. Jakarta
Sidik, M. dan S. Purnomo. 1981. “Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Karawang, Jawa Barat Melalui Identifikasi Saluran Pemasaran”. Majalah Pangan, No. 10 Vol. III, Oktober. Bulog. Jakarta.
(6)
Sobirin. 2009. “Efisiensi Pemasaran Pepaya di Kecamatan Subang Kabupaten Banyumas”. http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015
Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Bandung : CV Rajawali.
Subandriyo, Toto. 2010. “Pasang Surut Kesejahteraan Petani”. Suara Merdeka. Edisi Cetak. 21 Januari.
Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang : Universitas Muhamadyah Malang.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriatna, Ade. 2003. “Analisis Sistem Pemasaran Gabah dan Beras (Studi Kasus Petani Padi di Sumatera Utara)”. Bogor : Puslitbang Sosek Pertanian. Surono, S. 1999. “Arah Kebijakan Perberasan Nasional di Masa Mendatang”.
Makalah pada Seminar Future Direction of Indonesia Rice Policy di Jakarta, 09 Maret 1999. Biro Perencanaan Departemen Pertanian, Jakarta. Sutarno. 2014. “Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai di Kabupaten Wonogiri”.
e-Journal Agrineca. 14 (1): 1-10
Syahza, Almasdi. 2003. “Paradigma Baru: Pemasaran Produk Pertanian Berbasis Agribisnis”. Jakarta: Jurnal Ekonomi, TH.VIII/01/Juli, PPD&I Fakultas Ekonomi Tarumanegara