Analisis Pemasaran Belimbing Di Deli Serdang (Studi kasus : di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang)

(1)

ANALISIS PEMASARAN BELIMBING

DI DELI SERDANG

(Studi kasus : di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang)

SKRIPSI

Oleh :

FENYTHA 050304015

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

ANALISIS PEMASARAN BELIMBING

DI DELI SERDANG

(Studi kasus : di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang)

Oleh :

FENYTHA 050304015

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Hiras M. L. Tobing, Ph.D) (Rulianda P. Wibowo, SP. MEc) NIP : 19460519.197307.1.001 NIP : 19801021.200501.1.004

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

Judul Skripsi : ANALISIS PEMASARAN BELIMBING DI DELI SERDANG (Studi kasus : di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang)

Nama : Fenytha

Nim : 050304015

Departemen : Agribisnis Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Hiras M. L. Tobing, Ph.D) (Rulianda P. Wibowo, SP. MEc) NIP : 19460519.197307.1.001 NIP : 19801021.200501.1.004

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

(Ir. Luhut Sihombing, MP) NIP : 19651008.199203.1.001


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Pada Tanggal, ... 2010

Panitia Penguji Skripsi

Ketua : Prof. Dr. Ir. Hiras M. L. Tobing, Ph.D ………...

Anggota : 1). Rulianda P. Wibowo, SP. MEc ………...

2). ... ………...

3). ... ………...

Mengesahkan, Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU

Ketua

(Ir. Luhut Sihombing, MP) NIP : 19651008.199203.1.001 Tanggal lulus sidang :


(5)

ABSTRAK

FENYTHA (050304015) dengan judul skripsi “Analisis Pemasaran Belimbing di Deli Serdang (Studi kasus : di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang)”. Dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Hiras M. L. Tobing, Ph.D

dan Bapak Rulianda P. Wibowo, SP. MEc.

Pemasaran adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Aspek pemasaran belimbing merupakan hal penting dalam mendukung peningkatan produksi hasil belimbing. Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran belimbing akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai pemasaran dan besarnya biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani/produsen dengan konsumen. Untuk itu dilakukan penelitian Analisis Pemasaran Belimbing di Deli Serdang (Studi kasus : di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang).

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang Kecamatan Pancur Batu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2009. Pengambian sampel produsen dilakukan secara simple random sampling sedangkan pengambilan sampel untuk pedagang dengan snowball sampling. Data dianalisis secara deskriptif terhadap saluran pemasaran, fungsi pemasaran dan dengan bantuan tabulasi sederhana menggunakan rumus margin pemasaran dan rumus share margin.

Hasil penelitian menunjukkan di daerah penelitian terdapat 3 saluran pemasaran. Pada saluran I, petani memperoleh semua bagian yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Pada saluran II, pemasaran belimbing di kedua daerah penelitian telah efisien. Pada saluran III, pemasaran belimbing tidak efisien dan Desa Durin Simbelang lebih efisien dibandingkan dengan desa Namoriam.


(6)

RIWAYAT HIDUP

FENYTHA lahir di Tiganderket pada tanggal 13 Februari 1987, anak pertama

dari tiga bersaudara, putri dari bapak Darma Bangun dan Ibu Asta Juliana br Sembiring Pelawi.

Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Umum dari SMU Negeri 1 Kabanjahe, dan pada tahun 2005 melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis.

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahsiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP FP USU), Ikatan Mahasiswa Karo Mbuah Page FP USU.

Tahun 2009, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Perrik Mbue Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, pada tanggal 15 Juni sampai 16 Juli. Dan pada tahun yang sama, penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun skripsi ini berjudul “ANALISIS PEMASARAN BELIMBING DI DELI

SERDANG (Studi kasus : Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang)”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hiras M. L. Tobing, Ph.D sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Rulianda P. Wibowo, SP. MEc sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar, dan pegawai di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada orangtua penulis Bapak Darma Bangun dan Ibu Asta Juliana br Sembiring, yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Dan kepada adik – adikku yang telah memberi dukungan, Agus dan Yoga. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen Agribisnis stambuk 2005 khususnya Santi, Dame, Sabeth, Uli, Junteck, Evha, Mery dan semua yang telah memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN... i

RIWAYAT HIDUP... ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran ... 14

Hipotesis Penelitian ... 17

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian... 18

Metode Penentuan Sampel ... 18

Petani. ... 18

Pedagang Perantara. ... 18

Metode Pengumpulan Data ... 19

Metode Analisis Data ... 19

Defenisi dan Batasan Operasional ... 22

Defenisi ... 22

Batasan Operasional... 23

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian... 24

Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah ... 24

Keadaan Penduduk ... 25


(9)

Sarana dan Prasarana ... 26

Karakteristik Sampel ... 27

Petani ... 27

Pedagang Pengumpul ... 28

Pedagang Besar... 29

Pedagang Pengecer ... 30

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil ... 31

Saluran Pemasaran Belimbing ... 31

Fungsi – fungsi pemasaran yang dilakukan ... 35

Biaya pemasaran, sebaran harga dan efisiensi ... 40

Kendala – kendala Pemasaran ... 47

Pembahasan ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas tanam dan produksi tanaman belimbing di Kabupaten

Deli Serdang tahun 2007... 4 2. Nilai gizi dari beberapa jenis buah – buahan sumber vitamin C,

setiap 100 gr bahan ... 9 3. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Namoriam

dan Desa Durin Simbelang tahun 2009 ... 25 4. Komposisi penduduk menurut pekerjaan di Desa Namoriam dan

Desa Durin Simbelang tahun 2009 ... 25 5. Komposisi penggunaan lahan di Desa Namoriam dan Desa

Durin Simbelang tahun 2009 ... 26 6. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Namoriam dan Desa Durin

Simbelang tahun 2009 ... 27 7. Karakteristik petani sampel di daerah penelitian tahun 2009 ... 28 8. Karakteristik pedagang pengumpul di daerah penelitan

tahun 2009 ... 29 9. Karakteristik pedagang besar di daerah penelitian tahun 2009 ... 29 10.Karakteristik Pedagang pengecer di daerah penelitian tahun 2009 . 30 11.Distribusi petani dalam saluran pemasaran belimbing di daerah

Penelitian tahun 2009 ... 31 12.Fungsi - fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing – masing

lembaga pemasaran belimbing tahun 2009 ... 34 13.Sebaran harga dan share margin harga belimbing pada saluran I

tahun 2009 ... 40 14.Sebaran harga dan share margin harga belimbing pada saluran II


(11)

15.Sebaran harga dan share margin harga belimbing pada saluran III tahun 2009 ... 43 16.Rekapitulasi share margin dan distribusi marjin pemasaran belimbing

pada saluran II tahun 2009 ... 44 17.Rekapitulasi share margin dan distribusi marjin pemasaran belimbing


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema kerangka pemikiran ... 16

2. Skema saluran pemasaran di daerah penenlitian ... 32

3. Skema pemasaran saluran I... 32

4. Skema pemasaran saluran II ... 33

5. Skema pemasaran saluran III ... 34

6. Penjualan belimbing pada saluran I ... 36

7. Kegiatan sortasi pada saluran III ... 38

8. Belimbing yang telah disortasi dan siap dijual ... 38


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Karakteristik petani di Desa Namoriam ... 55

2. Karakteristik petani di Desa Durin Simbelang ... 56

3. Tujuan penjualan petani di Desa Namoriam ... 57

4. Tujuan Penjualan petani di Desa Durin Simbelang ... 58

5. Biaya pemasaran petani di Desa Namoriam ... 59

6. Biaya pemasaran pettani di Desa Durin Simbelang ... 60

7. Biaya pemasaran per kg di Desa Namoriam ... 61

8. Biaya pemasaran per kg di Desa Durin Simbelang ... 62

9. Biaya produksi di Desa Namoriam ... 63

10. Biaya produksi di Desa Durin Simbelang ... 64

11. Total biaya produksi di Desa Namoriam ... 65

12. Total biaya produksi di Desa Durin Simbelang ... 66

13. Karakteristik pedagang pengumpul ... 67

14. Karakteristik pedagang besar ... 68

15. Karakteristik pedagang pengecer ... 68

16. Tujuan penjualan pedagang pengumpul ... 68

17. Tujuan penjualan pedagang besar ... 69

18. Tujuan penjualan pedagang pengecer ... 69

19. Biaya pemasaran pedagang pengumpul per penjualan ... 70

20. Biaya pemasaran pedagang besar per penjualan ... 70


(14)

22. Biaya pemasaran pedagang pengumpul per Kg... 71

23. Biaya pemasaran pedagang besar per Kg ... 71

24. Biaya pemasaran pedagang pengecer ... 71

25. Tujuan penjualan, dan volume penjualan berdasarkan saluran I ... 72

25a. Saluran I di Desa Namoriam ... 72

25b. Saluran I di Desa Durin Simbelang ... 72

26. Tujuan penjualan, dan volume penjualan berdasarkan saluran II... 73

26a. Saluran II di Desa Namoriam ... 73

26b. Saluran II di Desa Durin Simbelang ... 72

27. Tujuan penjualan, dan volume penjualan berdasarkan saluran III ... 74

27a. Saluran II di Desa Namoriam ... 74

27b. Saluran II di Desa Durin Simbelang ... 74

28. Biaya pemasaran pedagang pengecer menurut saluran ... 75

28a. Saluran II ... 75

28b. Saluran III ... 75

28. Biaya pemasaran pedagang pengecer menurut saluran ... 76

28a. Saluran II ... 76


(15)

ABSTRAK

FENYTHA (050304015) dengan judul skripsi “Analisis Pemasaran Belimbing di Deli Serdang (Studi kasus : di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang)”. Dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Hiras M. L. Tobing, Ph.D

dan Bapak Rulianda P. Wibowo, SP. MEc.

Pemasaran adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Aspek pemasaran belimbing merupakan hal penting dalam mendukung peningkatan produksi hasil belimbing. Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran belimbing akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai pemasaran dan besarnya biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani/produsen dengan konsumen. Untuk itu dilakukan penelitian Analisis Pemasaran Belimbing di Deli Serdang (Studi kasus : di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang).

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang Kecamatan Pancur Batu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2009. Pengambian sampel produsen dilakukan secara simple random sampling sedangkan pengambilan sampel untuk pedagang dengan snowball sampling. Data dianalisis secara deskriptif terhadap saluran pemasaran, fungsi pemasaran dan dengan bantuan tabulasi sederhana menggunakan rumus margin pemasaran dan rumus share margin.

Hasil penelitian menunjukkan di daerah penelitian terdapat 3 saluran pemasaran. Pada saluran I, petani memperoleh semua bagian yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Pada saluran II, pemasaran belimbing di kedua daerah penelitian telah efisien. Pada saluran III, pemasaran belimbing tidak efisien dan Desa Durin Simbelang lebih efisien dibandingkan dengan desa Namoriam.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Upaya peningkatan produksi hasil pertanian sangat erat kaitannya dengan aspek – aspek pemasaran. Hal ini karena usahatani produk pertanian pada umumnya adalah usahatani komersial yang sebagian besar hasil produksinya dijual ke pasar. Produksi pertanian dan pemasaran mempunyai hubungan saling ketergantungan yang sangat erat. Hasil produksi pertanian yang meningkat tanpa didukung oleh sistem pemasaran pertanian hasil yang baik dengan tingkat harga yang layak tidak akan berlangsung lama. Sebaliknya pada akhirnya akan menurun karena pertimbangan untung rugi usahatani.

Keterkaitan usaha pertanian, menurut Rustiani (1999), dijabarkan dalam bentuk agroindustri dan agrobisnis. Konsep agribisnis adalah suatu konsep utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktifitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Kegiatan agribisnis ini sangat menunjang kemajuan sektor pertanian. Kegiatan agroindustri, juga sangat menunjang kemajuan sektor pertanian. Agroindustri mencakup segala kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengolah hasil – hasil pertanian, yang bersifat banyak (bulky) dan mudah busuk (perishable) sehingga memberi nilai tambah bagi produk pertanian itu sendiri.

Dalam banyak kenyataan, kelemahan dalam sistem pertanian di negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran. Fungsi – fungsi pemasaran dalam sektor pertanian sering tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga efisiensi pemasaran menjadi


(17)

lemah. Oleh karena itu menurut Soekartawi (2002), keterampilan untuk melaksanakan efisiensi pemasaran dan keterampilan untuk mempraktekkan unsur – unsur manajemen memang sangat terbatas, serta kurangnya penguasaan akan informasi pasar, sehingga kesempatan – kesempatan ekonomi menjadi sulit dicapai.

Sebagaimana juga sudah menjadi kebiasaan pada komoditas pertanian umumnya, buah – buahan Indonesia diproduksi oleh petani buah yang banyak sekali jumlahnya. Menurut Daniel (2002), luas lahan atau areal tanam dan panen buah – buahan Indonesia secara rata – rata relatif kecil. Sifat musiman yang terlalu besar, penanganan pasca panen yang minim dan tidak memadai dan lain – lain. Akibatnya produksi dan produktivitas sangat kecil dan sangat beragam dari satu tempat ke tempat lainnya.

Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein dan serat. Setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas serta warna atau bentuk yang mengandung nilai – nilai estetis. Buah – buahan dewasa ini makin mendapat perhatian masyarakat, baik sebagai menu makanan maupun sebagai komoditas ekonomi (Widodo, 1996).

Di Indonesia tanaman belimbing merupakan salah satu sumber pendapatan petani. Belimbing sebagai tanaman penghasil buah meja yang bentuknya aneh ini tetap merupakan salah satu buah yang disukai masyarakat. Oleh karena itu pengembangannya terus dilaksanakan sejalan dengan pembangunan pertanian (Tim Penulis, 1999).


(18)

Menurut BAPPENAS (2009), belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan nama / sebutan star fruits, dan jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing Florida.

Dijelaskan oleh Rukmana (1999), prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan gizi dari buah – buahan. Pertumbuhan jumlah penduduk akan berpengaruh juga terhadap makin meningkatnya permintaan produksi buah - buahan.

Di Indonesia, berdasarkan penjelasan Rahardi (2004) budidaya belimbing dalam skala komersial belum dilakukan. Yang ada masih berupa kebun – kebun rakyat yang dikelola secara tradisional. Akhir – akhir ini keberadaan belimbing manis di pasar swalayan serta kios buah sudah relatif kontiniu dibandingkan dengan 5 – 10 tahun yang lalu. Ini merupakan indikator bahwa teknologi budidaya belimbing sudah relatif dikuasai oleh masyarakat.

Namun tidak setiap daerah dapat menjadi daerah produsen belimbing. Hal ini dikarenakan belimbing tidak dapat ditanam dengan suhu yang tidak sesuai. Sehingga belimbing ditanam dengan baik pada beberapa daerah saja. Daerah produsen belimbing yang terkenal diantaranya Depok (Jawa Barat) dengan


(19)

Belimbing Dewi, Demak (Jawa Tengah) dengan varietas unggul Kunir dan Kapur, serta Blitar (Jawa Timur). Daerah produsen lainnya adalah Sumatera Utara dengan Belimbing Sembiring (Redaksi Agromedia, 2009).

Tabel 1. Luas tanam dan produksi tanaman belimbing di Kabupaten Deli Serdang tahun 2007

No Kecamatan Luas lahan (ha) Produksi (Kuintal)

1 Lubuk Pakam - -

2 Pagar Merbabu 0.17 8.00

3 Beringin 0.50 11.80

4 Gunung meriah - -

5 Biru – Biru - -

6 Patumbak 0.05 2.20

7 STM Hulu - -

8 STM Hilir 1.67 52.00

9 Deli Tua - -

10 Pancur batu 73.33 2.640.00

11 Namorambe 3.33 88.00

12 Sibolangit 0.33 6.00

13 Kutalimbaru 0.33 14.00

14 Sunggal 1.33 40.00

15 Hamparan Perak 0.12 4.20

16 Labuhan Deli - -

17 Batang Kuis 0.25 12.00

18 Percut Sei Tuan - -

19 Pantai Labu 0.02 0.40

20 Tanjung Merawa 0.10 3.00

21 Galang 0.33 10.00

22 Bangun Purba 0.10 3.00

TOTAL 81.96 2.894.60

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Pancur Batu adalah daerah sentra produksi buah belimbing pada tahun 2007. Dimana jumlah produksi pada daerah tersebut adalah 2.640 kuintal dengan luas lahan 73,33 ha.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dianalisa mengenai bagaimana saluran pemasaran belimbing, apa saja fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat pada setiap saluran pemasaran belimbing, serta


(20)

perbedaan margin pemasaran dan share margin pada masing-masing saluran pemasaran belimbing di daerah penelitian.

Identifikasi Masalah

Mengacu kepada latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1) Berapa jenis saluran pemasaran belimbing di daerah penelitian ? 2) Apa saja fungsi – fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dalam proses pemasaran belimbing di daerah penelitian ? 3) Bagaimana sebaran harga (price spread), marjin pemasaran, share marjin dan efisiensi dari masing – masing lembaga pemasaran ? 4) Apa saja kendala – kendala dalam penyaluran belimbing di daerah penelitian dan upaya – upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis jumlah saluran pemasaran untuk tiap – tiap saluran tataniaga yang ada di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis fungsi – fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing – masing lembaga pemasaran belimbing.

3. Untuk menghitung sebaran harga (price spread), besarnya marjin pemasaran, share marjin dan efisiensi dari masing – masing lembaga pemasaran.

4. Untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam penyaluran belimbing dan upaya – upaya yang telah dilakukan.


(21)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi petani belimbing dalam mengetahui persoalan – persoalan yang dihadapi dalam pemasaran belimbing serta usaha – usaha pemecahannya.

2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perkembangan agribisnis belimbing.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Di Indonesia, dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing. Diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir, Demak jingga, Pasar minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur (BAPPENAS, 2009).

Dari dua macam buah belimbing, yang rasanya manis dan berbentuk bintanglah (Averrhoa carambola) yang dikenal secara umum sebagai belimbing. Sedangkan jenis kedua adalah belimbing sayur atau belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), yang rasanya asam. Dari kedua jenis buah yang termasuk suku Oxalidaceae itu, belimbing manis memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi sehingga lebih banyak dibudidayakan (Rukmana, 1997).

Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Oxalidales

Famili : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa carambola L. (belimbing manis);


(23)

Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah. Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah. Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %, Namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung). Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan kering, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 mdpl (BAPPENAS, 2009).

Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik. Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–7,5. Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah permukaan tanah (BAPPENAS, 2009).

Belimbing kaya vitamin C dan juga asam oksalat. Selain itu di dalam buah belimbing juga terkandung mineral – mineral yang berguna untuk tubuh seperti kalium, kalsium, fosfor, dan zat besi. Buah belimbing berfungsi sebagai buah penyegar pada salad buah – buahan dan pada masakan yang disajikan di restoran – restoran Itali (Wijaya, 2009).

Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1% /tahun (1995–2000), 6,5% /tahun (2000–2005), 6,8% /tahun (2005–2010), dan mencapai 8,9% /tahun (2010– 2015).


(24)

Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun Tabulampot (Rahardi dkk, 2007).

Selain di Indonesia, budi daya belimbing juga dilakukan di negara-negara kawasan Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Kini, pohon buah belimbing sudah menyebar secara luas ke negara-negara tropis lainnya. Bahkan Amerika dan Australia yang beriklim subtropis pun sudah dirambah belimbing, meskipun terbatas pada daerah yang iklimnya mirip iklim tropis seperti di Kalifornia (Amerika Serikat) atau Queensland (Australia) (BAPPENAS, 2009).

Nilai gizi belimbing cukup baik, bila dibandingkan dengan beberapa buah-buahan yang banyak dikonsumsi terutama sebagai cumber vitamin C, seperti tercantum pada tabel berikut :

Tabel 2. Nilai gizi dari beberapa jenis buah – buahan sumber vitamin c, setiap 100 gr bahan

Jenis buah Air (gr) Posfor (mg)

Besi (mg)

Vit A (SI)

Vit B (mg)

Vit C (mg)

Belimbing manis 86.9 12 11 170 0.03 35

Jeruk 100.97 16 0.2 420 0 49

Jambu biji 82.86 28 1.1 25 0.02 95

Nenas 40.81 16 0.5 0 0 50

Rambutan 53.86 11 0.3 130 0.08 24

Pepaya 75.87 12 1.7 365 0.04 78

Sumber : Departemen Gizi Hortikultura, 1981.

Ada beberapa sistem pemasaran buah belimbing yang berlaku di Indonesia. Petani produsen dapat menawarkan langsung buah belimbingnya ke konsumen atau ke pedagang pengecer. Dengan cara ini, petani dapat menentukan sendiri harga jualnya. Jika transportasi memungkinkan, petani dapat menjual ke pedagang pengumpul atau pedagang besar (grosir). Hal ini lebih menguntungkan,


(25)

sebab harga jualnya pun lebih tinggi dibandingkan dijual langsung ke konsumen. Cara pemasaran lain yang dilakukan adalah petani berhubungan dengan tengkulak atau penebas. Cara ini merugikan petani sebab buah belimbingnya dihargai relatif lebih murah (Tim Penulis, 1999).

Berdasarkan penelitian terdahulu tentang analisis pemasaran belimbing yang dilakukan di Kelurahan Karangsari Kecamatan Sukorejo Kota Blitar, dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut : (1) untuk mengetahui saluran pemasaran belimbing Karangsari, (2) untuk mengetahui besarnya marjin pemasaran, share harga, share biaya dan keuntungan antar lembaga yang terkait dengan pemasaran belimbing Karangsari. Diperoleh bahwa : (1) Berdasarkan analisis struktur pasar pemasaran belimbing di Kelurahan Karangsari tidak efisien, (2) Berdasarkan analisis perilaku pasar pemasaran belimbing Karangsari tidak efisien (Niendin, 2008).

Landasan Teori

Sistem usaha tani mengandung pengertian para pelaksana usaha tani masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama pertanian adalah usaha tani yang diterapkan sebagian besar petani kita adalah untuk memenuhi pola kebutuhan keluarga (pola subsistence). Tetapi ada juga yang bertujuan untuk dijual ke pasar (market oriented) (Daniel, 2002).

Peranan agribisnis dalam suatu negara agraris seperti Indonesia adalah besar sekali. Hal ini disebabkan oleh karena cakupan aspek agribisnis adalah meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai pemasaran termasuk di dalamnya (Soekartawi, 1999).


(26)

Pasar pada awalnya mengacu pada suatu geografis tempat transaksi berlangsung. Pada perkembangan selanjutnya mungkin definisi ini sudah tidak sesuai lagi, terutama dengan berkembangnya teknologi informasi yang memungkinkan transaksi dapat dilakukan tanpa melalui kontak langsung antara penjual dengan pembeli. Dengan demikian pasar dapat didefinisikan sebagai tempat ataupun terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan menggunakan alat pemuas yang berupa barang ataupun jasa dimana terjadi pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli (Sudiyono, 2004).

Pemasaran produk agraris, termasuk hortikultura, cenderung merupakan proses yang kompleks, sehingga saluran distribusi lebih panjang dan mencakup lebih banyak perantara. Ada beberapa ciri produksi pertanian yang mempengaruhi hasil – hasil pertanian : pertama, produksi dilakukan secara kecil – kecilan. Kedua, produksi terpencar. Ketiga, produksi musiman, menyebabkan kesulitan dalam tataniaganya, dimana harus ada fasilitas – fasilitas penyimpanan yang sudah pasti menyebabkan bertambahnya biaya tataniaga (Soekartawi, 2002).

Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi – fungsi pemasaran oleh lembaga – lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran.

Sistem pemasaran yang kurang efisien ini akan mengakibatkan biaya pemasaran relatif besar. Dengan demikian akan mengakibatkan harga jual produk hasil pertanian menjadi tinggi. Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan


(27)

kepada produsen dengan menekan tingkat harga dan menaikkan harga di konsumen, sehingga produsen dan konsumen akan dirugikan (Ginting, 2006).

Lembaga pemasaran adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lemabaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan kensumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk keinginan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi – fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran (Sudiyono, 2004).

Proses tataniaga mengandung beberapa fungsi yang harus ditampung oleh pihak produsen dan lembaga – lembaga atau mata rantai penyaluran produk – produknya. Seringkali fungsi – fungsi tersebut menimbulkan masalah – masalah yang harus dipecahkan baik oleh pihak produsen yang bersangkutan maupun oleh lembaga – lembaga yang merupakan mata rantai saluran produk – produknya itu (Kartasapoetra, 1992).

Ada tiga tipe fungsi pemasaran, yaitu : A.Fungsi Pertukaran (Exchange Functions)

1. Pembelian (Buying) 2. Penjualan (Selling)

B.Fungsi Fisis (Physical Functions) 3. Penyimpanan (Storage)


(28)

5. Pemrosesan (Processing)

C.Fungsi Pelancar/ Penyedia Sarana (Facilitating Functions) 6. Standarisasi (Standardization)

7. Pembiayaan (Financing)

8. Penanggung Resiko (Risk – bearing) 9. Informasi Pasar (Market intelligence) (Kohls and Joseph, 1980)

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses bisa lebih dari satu. Bila si produsen tersebut bertindak sebagai penjual produknya, maka biaya pemasaran bisa dieliminasi. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnya, tergantung pada hal berikut :

a. Macam komoditas yang dipasarkan b. Lokasi / daerah produsen

c. Macam dan peranan lembaga tataniaga.

Margin pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Makin panjang pemasaran (semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat) maka makin besar marjin pemasaran (Daniel, 2002).

. Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan


(29)

lembaga-lembaga pemasaran. Setiap lembaga-lembaga pemasaran biasanya melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga share margin yang diperoleh pada masing–masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda pula (Sudiyono, 2004).

Efisiensi pemasaran diukur dengan menggunakan biaya pemasaran dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan. Pasar yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dengan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Sedangkan efisiensi pemasaran terjadi jika :

a. Apabila harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi

b. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi

c. Adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi, 2002).

Kerangka Pemikiran

Pemasaran produk pertanian merupakan kegiatan menyampaikan suatu produk pertanian dari petani ke konsumen akhir. Produk pertanian akan melalui suatu jalur yang disebut pemasaran. Saluran pemasaran buah belimbing dapat berbeda – beda panjang pendeknya. Panjang pendeknya saluran pemasaran ini dilihat dari banyaknya jumlah pedagang (middlemen) yang terlibat dalam saluran tersebut.

Setiap saluran pemasaran yang dilalui oleh buah belimbing melakukan fungsi – fungsi pemasaran. Fungsi – fungsi pemasaran yang dilakukan antara lain


(30)

fungsi pembiayaan, fungsi sortasi, fungsi pengepakan, fungsi penanggungan resiko dan fungsi informasi pasar.

Setiap pedagang (middlemen) melakukan fungsi – fungsi pemasaran yang berbeda. Dalam melakukan fungsi pemasaran pedagang mengeluarkan korbanan yang disebut dengan biaya pemasaran. Disamping itu pedagang juga memperoleh balas jasa yang disebut dengan keuntungan.

Dalam saluran pemasaran yang melibatkan pedagang, terdapat perbedaan harga antara petani dan konsumen akhir. Selisih harga ini disebut marjin pemasaran. Marjin pemasaran didistribusikan pada dua komponen yaitu biaya pemasaran dan keuntungan pedagang. Tinggi rendahnya marjin pemasaran ini akan mempengaruhi efisiensi pemasaran. Semakin tinggi ongkos pemasaran maka akan semakin rendah efisiensinya.

Pemasaran buah belimbing dalam hal ini akan mendapat masalah. Masalah yang paling banyak dihadapi dalam hal ini terutama terjadi pada saat panen raya. Permasalahan ini tentu memerlukan penyelesaian. Penyelesaian masalah – masalah ini diharapkan akan mempermudah pemasaran buah belimbing tersebut. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :


(31)

= menyatakan hubungan

= menyatakan saluran pemasaran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Harga di

Tingkat Petani

Harga di Tingkat Konsumen

Marjin Pemasaran

Biaya Pemasaran

Keuntungan Pedagang

Efisiensi Pemasaran

Share margin

Petani Belimbing”

Pedagang Pengumpul

Konsumen Pedagang

Besar

Pedagang Pengecer

Fungsi-fungsi Pemasaran

Masalah pemasaran

Upaya mengatasi masalah pemasaran


(32)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah dibuat, maka diperoleh hipotesis yang akan diteliti bahwa :

1. Efisiensi pemasaran belimbing pada saluran II adalah efisien


(33)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel

Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja dipilih dengan tujuan tertentu. Alasan pemilihan daerah ini berdasarkan informasi dari PPL di Kecamatan Pancur Batu, kecamatan ini merupakan daerah sentra penghasil buah belimbing terbesar di Kabupaten Deli Serdang.

Metode Penentuan Sampel

1. Petani produsen

Populasi dalam penelitian ini adalah petani belimbing di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, yang berjumlah 304 KK. Dengan besarnya sampel sebanyak 15 sampel dari masing masing desa. Penentuan besarnya sampel ini dianggap sudah mencukupi karena sampel petani homogen. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode accidental yaitu petani sampel adalah petani yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dianggap cocok sebagai sumber data.

2. Pedagang perantara

Adapun pedagang perantara yang akan diwawancara ditentukan dengan menggunakan pendekatan snowbowling sampling, yaitu penarikan sampel dimana


(34)

sampel pedagang perantara ditentukan dengan mengikuti arus pergerakan komoditi tersebut mulai dari produsen hingga sampai ke konsumen.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan petani dan pedagang sampel yang berpedoman pada daftar kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga, instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan literatur yang mendukung penelitian.

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1), (2) dan (4) dianalisis dengan metode analisis deskriptif berdasarkan survei di daerah penelitian dengan melihat dan menganalisis :

a. Jenis – jenis saluran pemasaran serta volume pemasaran pada masing – masing saluran pemasaran yang terdapat di daerah penelitian.

b. Fungsi – fungsi pemasaran yang digunakan oleh pedagang.

c. Kendala – kendala yang dihadapi oleh petani dan pedagang dalam pemasaran di daerah penelitian.

d. Upaya – upaya yang telah dilakukan petani dalam menyelesaikan masalah dan kendala dalam pemasaran belimbing.


(35)

Untuk identifikasi masalah (3) digunakan metode analisis :

a. Untuk menganalisis biaya pemasaran, margin pemasaran, price spread dan share margin yang diterima oleh produsen dan pedagang pada setiap saluran digunakan rumus :

- Untuk analisis biaya pemasaran dihitung dengan perhitungan sederhana dengan menghitung besarnya biaya pemasaran pada setiap saluran pemasaran

- Untuk analisis marjin pemasaran digunakan rumus :

Keterangan :

M = Marjin pemasaran

Cij = Biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh

lembaga pemasaran ke j.

= Keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-j m = Jumlah jenis biaya pemasaran


(36)

- Untuk menghitung share margin digunakan rumus :

Keterangan :

Sm = Share marjin dihitung dalam %

Pp = Harga yang diterima petani, pedagang ke-i dan harga pada setiap

komponen biaya tataniaga

Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir

- Price spread diperoleh dengan mengelompokkan biaya – biaya tataniaga menurut komponen biaya yang sama.

b. Untuk menghitung tingkat efisiensi pemasaran yang diperoleh oleh masing – masing saluran pemasaran dengan menggunakan rumus efisiensi pemasaran :

Berdasarkan keterangan yang dibuat oleh Gultom (1996), pada umumnya suatu sistem tataniaga untuk (sebagian) produk hasil pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila share margin petani berada di atas 50%.


(37)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran, maka dibuatlah beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Petani belimbing adalah petani yang mengusahakan tanaman belimbing baik secara komersial maupun sebagai sampingan.

2. Pemasaran belimbing adalah segala kegiatan dan usaha yang

berhubungan dengan perpindahan produksi fisik komoditi belimbing dari produsen / petani kepada konsumen akhir.

3. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang

menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.

4. Biaya pemasaran adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran (dalam hal ini pedagang) dalam menyalurkan belimbing dari petani ke konsumen akhir.

5. Price spread adalah sebaran harga yang dikelompokkan berdasar atas komponen biaya yang sama.

6. Margin pemasaran adalah selisih antara harga beli konsumen dengan harga jual pedagang.

7. Share margin adalah bagian harga yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran terhadap harga beli konsumen dalam bentuk persen.


(38)

8. Fungsi – fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh setiap lembaga pemasaran belimbing akan menimbulkan biaya – biaya pemasaran.

9. Masalah adalah faktor-faktor yang dapat menghalangi/mengurangi kelancaran sistem pemasaran belimbing.

10. Upaya adalah suatu usaha yang dilakukan dan akan dilakukan guna mengatasi permasalahan yang ada dalam pemasaran belimbing.

Batasan Operasional

1. Sampel adalah petani belimbing dan pedagang yang berperan menyampaikan hasil produksi kepada konsumen akhir.

2. Buah belimbing yang diteliti merupakan buah belimbing manis.

3.

Waktu penelitian adalah bulan Oktober dan November tahun 2009.

4.

Lokasi penelitian adalah di Desa Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.


(39)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

Gambaran Umum Daerah penelitian

a. Luas dan letak geografis daerah penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, dilakukan di dua desa yaitu Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang. Desa Namoriam berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 230 C – 270 C. Luas wilayah 660 ha dan keadaan topografi datar, jarak desa dengan pusat kecamatan 3,5 km dan dari ibukota kecamatan 23,5 km.

Adapun batas-batas wilayah Desa Namoriam adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tiang Layar

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Durin Simbelang

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tiang layar dan Desa Durin Simbelang

-

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Durin Tonggal

Desa Durin Simbelang merupakan salah satu desa swakarya, yang berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut. Desa ini memiliki temperatur 230C – 270C. Luas wilayah 389,42 ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Durin Simbelang adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pertampilen dan Desa Namoriam - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tiang Layar

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Durin Tonggal dan Desa Sugau - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tiang Layar dan Desa Namoriam


(40)

b. Keadaan penduduk

Jumlah penduduk Desa Namoriam sebanyak 1.542 jiwa. Di desa ini jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibanding jumlah penduduk perempuan dengan total kepala keluarga 409 KK. Di Desa Durin Simbelang terdapat 2.820 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 627 RT. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang tahun 2009

No. Jenis Kelamin

Desa Namoriam Desa Durin Simbelang Jumlah

(orang) Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Laki - laki 745 48.31 1,408 49.93

2 Perempuan 797 51.69 1,412 50.07

Total 1,542 100.00 2,820 100.00

Sumber : kantor kepala desa setempat.

Pada umumnya, penduduk di kedua desa merupakan petani, yaitu lebih dari 90 % dari jumlah total penduduk yang ada. Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Komposisi penduduk menurut pekerjaan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang tahun 2009

No. Pekerjaan

Desa Namoriam Desa Durin Simbelang Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 1,501 97.34 2,753 97.62

2 Pegawai Negeri 14 0.91 18 0.64

3 ABRI 6 0.39 4 0.14

4 Wiraswasta 21 1.36 45 1.60

Total 1,542 100.00 2,820 100.00


(41)

c. Penggunaan lahan

Sebagian besar lahan Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang digunakan untuk areal perladangan/tanah kering. Sebagian kecil digunakan untuk pekarangan rumah dan kebutuhan lainnya. Pola penggunaan lahan untuk kedua desa ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Komposisi penggunaan lahan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang tahun 2009

No Jenis Penggunaan Lahan

Desa Namoriam Desa Durin Simbelang Luas (ha) Persentase (%) Luas (ha) Persentase (%)

1 Bangunan 9.5 1.44 5.99 1.54

2 Lahan Pertanian

Sawah 120 18.18 130 33.38

Ladang 325 49.24 133 34.15

Tegalan 195 29.55 110 28.25

Kolam 1 0.15 1.5 0.39

3 Lain-lainnya 9.5 1.44 8.93 2.29

Total 660 100.00 389.42 100.00

Sumber : kantor kepala desa setempat

Pada Desa Naoriam penggunaan lahan pertanian untuk perladangan lebih banyak digunakan yaitu sebesar 325 ha. Sedangkan pada Desa Durin Simbelang sebesar 133 ha.

d. Sarana dan prasarana

Sarana dan Prasarana sangat menunjang pembangunan masyarakat desa. Bila sarana dan prasarana baik, maka pembangunan desa dan masyarakat akan semakin baik pula. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis fasilitas umum yang telah tersedia baik fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, maupun fasilitas peribadatan. Kedua desa ini telah dapat dicapai dengan kendaraan umum


(42)

karena letaknya yang berada di pinggir jalan besar. Secara umum sarana dan prasarana Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Namoriam dan Desa Durin

Simbelang tahun 2009

No. Sarana Desa Namoriam Desa Durin Simbelang

1 Sarana Ibadah

Mesjid (unit) 1 1

Gereja (unit) 4 1

2 Sarana Kesehatan

Rumah Sakit (unit) 0 1

Posyandu (unit) 1 1

3 Sarana Pendidikan

SD (unit) 0 1

SMP (unit) 0 0

SMA (unit) 0 0

Sumber : kantor kepala desa setempat

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana ibadah telah dapat dikatakan baik pada kedua desa ini, dimana pada setiap desa setidaknya telah tersedia mesjid dan gereja. Sarana pendidikan dan kesehatan yang ada di kedua desa tersebut kurang untuk mendukung kesejahteraan penduduk. Terutama sarana pendidikan untuk anak – anak yang ada di desa tersebut.

Karakteristik sampel a. Petani

Petani sampel merupakan petani yang mengusahakan belimbing di lahan pertaniannya. Petani sampel yang diteliti di daerah penelitan diperoleh sebanyak 30 orang. Adapun karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi umur, pengalaman, pendidikan dan jumlah tanggungan. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut :


(43)

Tabel 7. Karakteristik petani sampel di daerah penelitian tahun 2009

No. Uraian Satuan Desa Namoriam

Desa Durin Simbelang Range Rataan Range Rataan

1 Umur Tahun 27-64 42.53 28-60 43.07

2 Pengalaman Tahun 1-30 14.00 3-30 14.87

3 Pendidikan Tahun 6-15 10.40 6-15 8.80

4 Jumlah tanggungan Jiwa 0-5 2.61 0-7 3.20

5 Luas lahan ha 0.3-1 0.63 0.4-1 0.54

Sumber : analisis data primer (lampiran 1)

Rataan petani sampel Desa Namoriam berumur 42,53 tahun, sedangkan di Desa Durin Simbelang 43,07 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel pada kedua desa rata – rata berusia produktif untuk melakukan usaha tani. Rata – rata pengalaman sebesar 14,00 tahun di Desa Namoriam dan 14,87 tahun di Desa Durin Simbelang.

Tingkat pendidikan petani Desa Namoriam senilai 10,40 namun di Desa Durin Simbelang 8,80. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di Desa Namoriam telah menempuh pendidikan rata – rata hingga selesai SMP. Petani Desa Durin Simbelang rata – rata mencapai pendidikan selesai SD. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi cara berpikir dan berusaha tani. Dengan rataan jumlah tanggungan sebanyak 2 orang di Desa Namoriam dan 3 orang di Desa Durin Simbelang.

b. Pedagang pengumpul

Pedagang pengumpul merupakan pedagang yang membeli langsung belimbing ke petani dan menjualnya kepada pedagang besar. Pedagang sampel yang diteliti diperoleh dengan bertanya pada petani kemana belimbing tersebut dijual. Adapun karakteristik pedagang pengumpul dalam penelitian ini meliputi


(44)

umur, pengalaman, dan pendidikan. Karakteristik sampel pedagang pengumpul dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 8. Sampel pedagang pengumpul di daerah penelitian tahun 2009

No. Uraian Satuan Range Rataan

1. Umur Tahun 35-46 42,8

2. Pengalaman Tahun 12-20 16

3. Pendidikan Tahun 6-12 9,6

Sumber : analisis data primer (lampiran 2)

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan umur pedagang pengumpul adalah 42,8 tahun, yang berarti pedagang berada di usia produktif. Dan pengalaman berdagang selama rataan 16 tahun, dengan rataan pendidikan 9,6 yang menunjukkan pedagang pengumpul telah menempuh pendidikan SMP.

c. Pedagang besar

Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli belimbing dari pedagang pengumpul dalam jumlah yang relatif lebih banyak, dan menjualnya kepada pedagang pengecer. Adapun karakteristik pedagang besar dalam penelitian ini meliputi umur, pengalaman, dan pendidikan. Karakteristik sampel pedagang besar dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9. Karakteristik pedagang besar di daerah penelitian tahun 2009

No. Uraian Satuan Range Rataan

1. Umur Tahun 47-55 51

2. Pengalaman Tahun 20-22 21

3. Pendidikan Tahun 6-12 10,5

Sumber : analisis data primer (lampiran 3)

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan umur pedagang besar adalah 51 tahun, yang berarti pedagang berada di usia produktif. Dan pengalaman berdagang selama rataan 21 tahun, dengan rataan pendidikan 10,5 yang menunjukkan pedagang besar telah menempuh pendidikan SMP.


(45)

d. Pedagang pengecer

Pedagang pengecer merupakan pedagang yang membeli belimbing dari pedagang besar dalam jumlah yang relatif sedikit, dan menjualnya kepada konsumen. Adapun karakteristik pedagang pengecer dalam penelitian ini meliputi umur, pengalaman, dan pendidikan. Karakteristik sampel pedagang besar dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10. Karakteristik pedagang pengecer di daerah penelitian tahun 2009

No. Uraian Satuan Range Rataan

1. Umur Tahun 37-60 46,85

2. Pengalaman Tahun 5-30 15,65

3. Pendidikan Tahun 6-12 9,36

Sumber : analisis data primer (lampiran 4)

Dari tabel dapat dilihat bahwa rata – rata pedagang pengecer berusia 46,85 tahun, yang berarti pedagang berada di usia produktif. Dan pengalaman berdagang selama rataan 15,65 tahun, dengan rataan pendidikan 9,36 yang menunjukkan rataan pendidikan pedagang pengecer menempuh pendidikan SMP.


(46)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Saluran Pemasaran Belimbing Di Daerah Penelitian

Petani belimbing di daerah penelitian dalam memasarkan belimbing yang dihasilkan melewati beberapa saluran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 30 orang petani sampel, 5 orang pedagang pengumpul, 2 orang pedagang besar dan 4 orang pedagang pengecer, diperoleh tiga tipe saluran pemasaran yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Distribusi petani berdasarkan saluran pemasaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Distribusi petani dalam saluran pemasaran belimbing di daerah penelitian tahun 2009

No. Jenis Saluran

Desa Namoriam

Desa Durin

Simbelang Total

Jlh

Petani %

Jlh

Petani %

Jlh

Petani %

1 Saluran I 1 6.67 3 20.00 4 13.33

2 Saluran II 5 33.33 1 6.67 6 20.00

3 Saluran III 9 60.00 11 73.33 20 66.67

4 Total 15 100 15 100 30 100

Sumber : analisis data primer (lampiran 1, 2, 3, 4)

Pada saluran I, setelah panen petani langsung menjual hasil panennya kepada konsumen. Petani pada saluran ini melakukan penjualan karena menganggap saluran ini lebih menguntungkan. Pada saluran II, petani menjual belimbing ke padagang pengecer. Biasanya pedagang pengecer yang membeli kepada petani adalah pedagang yang berasal dari desa tersebut.

Secara umum petani menjual belimbing kepada pedagang pengumpul (saluran III). Petani lebih memilih saluran ini karena petani lebih sering


(47)

berinteraksi dengan pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul membeli belimbing langsung dari lahan petani, tetapi ada juga pedagang pengumpul yang melakukan transaksi di rumah petani. Saluran pemasaran yang berbeda ini dapat digambarkan dengan skema dibawah.

`

Gambar 2. Skema saluran pemasaran di dearah penelitian

Secara rinci skema di atas dijelaskan sebagai berikut : a. Saluran I

Gambar 3. Skema pemasaran saluran I 66,67

% 13,3 %

20 %

Petani

Pedagang pengumpul

Pedagang besar

Pedagang pengecer

Konsumen Pedagang

pengecer

Petani desa Namoriam

Petani desa Durin Simbelang

K o n s u m e n


(48)

Pada saluran pertama ini, petani langsung menjual buah belimbing kepada konsumen. Penjualan belimbing dilakukan di tepi jalan besar. Pada saluran pemasaran ini petani bertindak sebagai pedagang. Sebanyak 13,3 % petani belimbing dari 30 orang petani sampel yang terlibat dalam saluran ini. Di Desa Namoriam ada 1 orang (6,67%) dan di Desa Durin Simbelang ada 3 orang (20%).

b. Saluran II

Gambar 4. Skema pemasaran saluran II

Pada saluran ini diantara petani dengan konsumen sudah terdapat pedagang pengecer. Pedagang pengecer membeli langsung kepada petani dan menjualnya kepada konsumen. Pada saluran ini pedagang pengecer membeli belimbing dari petani dan menjual ke pasar terdekat yaitu Pajak Pancur Batu.

Pada penelitian, secara keseluruhan terdapat 20 % atau 6 orang petani melakukan penjualan kepada pedagang pengecer dari 30 orang petani sampel. Pada Desa Namoriam terdapat 5 orang petani (33,33%) yang melakukan fungsi ini dan 1 orang (6,67%) di Desa Durin Simbelang.

c. Saluran III

Pada saluran III terdapat 66,67 % sampel dari seluruh petani yang diteliti melakukannya. Petani di Desa Namoriam yang melakukan pemasaran belimbing

Petani desa Namoriam

Petani desa Durin Simbelang

Pedagang pengecer


(49)

melalui saluran ini ada 9 orang (60%) dan di Desa Durin Simbelang sebanyak 11 orang (73,33%).

Saluran pemasaran pada saluran ini dimulai dari petani menjual belimbing kepada pedagang pengumpul dan kemudian didistribusikan ke pedagang besar. Pedagang besar akan menyalurkan belimbing ke pedagang pengecer. Kemudian dari pedagang pengecer, belimbing tersebut sampai ke tangan konsumen. Saluran ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5. Skema pemasaran saluran III

Perbedaan saluran dan panjang pendeknya saluran pemasaran ini akan mempengaruhi tingkat harga, keuntungan, biaya serta marjin pemasaran yang diterima oleh tiap – tiap lembaga pemasaran. Berdasarkan penjelasan diatas

maka identifikasi masalah 1 telah terjawab.

Petani desa Namoriam

Petani desa Durin Simbelang

Pedagang pengumpul

Pedagang besar

Pedagang pengecer


(50)

2. Fungsi - Fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh Lembaga Pemasaran

Pemasaran produk pertanian disertai dengan fungsi – fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing – masing lembaga pemasaran berfungsi untuk memperlancar proses penyampaian hasil produksi belimbing hingga pada akhirnya sampai kepada konsumen akhir. Pada lembaga pemasaran tidak semua fungsi pemasaran dilakukan.

Fungsi – fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani dan pedagang berbeda – beda. Fungsi pemasaran yang dilakukan pada lembaga pemasaran yang diteliti dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Fungsi – fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing – masing lembaga pemasaran belimbing tahun 2009

Fungsi Pemasaran Petani Pedagang

pengumpul

Pedagang besar

Pedagang pengecer

Penjualan √ √ √ √

Pembelian X √ √ √

Penyimpanan X 0 √ √

Pengangkutan X 0 √ √

Pemrosesan X X X X

Standarisasi X X √ X

Pembiayaan X √ √ √

Resiko X X √ √

Informasi pasar √ √ √ √

Sumber : analisis data primer (lampiran 16, 17, 18, 19, 20, 21)

Keterangan :

√ = melaksanakan fungsi tersebut X = tidak melaksanakan fungsi tersebut 0 = kadang – kadang melaksanakan

Ada dua fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani sampel. Yaitu fungsi penjualan dan informasi pasar. Fungsi penjualan pada saluran I, dilakukan di tepi jalan besar. Petani menjual belimbing langsung ke konsumen yang


(51)

melewati jalan tersebut. Petani memajang belimbing di tempat penjualan yang dibuat menyerupai kios. Belimbing yang dijual ada yang digantung dan ada juga yang disusun. Pada saluran II dan saluran III, petani menjual belimbing ke pedagang pengecer dan pedagang pengumpul. Penjualan ini dapat berlangsung di ladang petani maupun di rumah petani, apabila belimbing tersebut sudah dibawa pulang ke rumah oleh petani.

Gambar 6. Penjualan belimbing pada saluran I

Informasi pasar yaitu berupa harga belimbing diperoleh petani dari sesama petani juga. Pada setiap saluran petani bertanya kepada petani lain yang telah terlebih dahulu menjual belimbing kepada pedagang pengecer maupun ke pedagang pengumpul. Informasi harga ini menjadi dasar bagi petani pada saluran I untuk menjual belimbingnya kepada konsumen. Pada saluran II dan III, petani memperoleh informasi pasar dari pedagang.

Pedagang pengumpul melakukan fungsi penjualan, pembelian, pembiayaan dan informasi pasar. Sebagian pedagang pengumpul melakukan fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan. Pedagang pengumpul membeli belimbing yang dijual petani di ladang maupun di rumah. Pembelian dilakukan


(52)

dengan sistem tunai, yaitu pedagang langsung membayar belimbing yang dibeli kepada petani.

Apabila pedagang pengumpul membeli belimbing di ladang petani, pedagang tersebut akan membawa belimbing tersebut untuk dikumpulkan dengan yang belimbing lain yang telah dibeli. Namun apabila pedagang pengumpul membeli belimbing di rumah petani maka belimbing akan diangkut sewaktu pedagang besar datang ke desa tersebut.

Penyimpanan dilakukan oleh pedagang pengumpul apabila belimbing yang dibeli tidak dijual pada hari tersebut. Pedagang pengumpul menyimpan belimbing yang dibelinya di rumah maupun di tempat pengumpulannya. Pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berasal dari biaya sendiri. Apabila meminjam pun, pedagang pengumpul meminjam kepada saudara saja. Informasi harga belimbing diperoleh dari pedagang besar yang membeli belimbing tersebut.

Pedagang besar melakukan hampir semua fungsi – fungsi pemasaran, kecuali fungsi pemrosesan karena belimbing yang dijual tidak diproses lagi untuk mendapatkan nilai tambah. Pedagang besar membeli belimbing yang berasal dari pedagang pengumpul. Pedagang besar mengambil belimbing dari rumah pedagang pengumpul maupun dari tempat yang telah disepakati. Belimbing yang dibeli dibawa ke tempat lain untuk disortasi oleh pedagang besar. Sortasi ini dilakukan oleh pedagang sendiri maupun diupahkan kepada orang lain.


(53)

Gambar 7. Kegiatan sortasi pada saluran III

Pedagang besar akan mengangkut belimbing yang sudah disortasi ke pasar Central yang berada di jalan Bintang. Pedagang besar menjual belimbing tersebut kepada konsumen maupun ke pedagang pengecer. Pembayaran belimbing dilakukan dengan tunai. Artinya pembeli langsung membayar harga belimbing yang dibeli.

Gambar 8. Belimbing yang telah disortasi dan siap dibawa untuk dijual Apabila belimbing tersebut tidak habis dijual, maka disimpan di gudang yang juga berada di pasar tersebut. Penyimpanan ini dikenakan biaya tersendiri berdasarkan jumlah keranjang dan lama penyimpanan. Terkadang belimbing tersebut juga ada yang rusak karena benturan maupun busuk sehingga pedagang melakukan fungsi penanggungan resiko. Modal untuk melakukan pembelian belimbing berasal dari modal sendiri. Pedagang besar tidak meminjam baik kepada bank maupun saudara. Informasi harga belimbing berasal dari sesama


(54)

g

Gambar 9. Bongkar muat di jalan Bintang

Pedagang pengecer melakukan fungsi penjualan, pembelian, pengangkutan, penyimpanan, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Pada saluran II, pedagang pengecer yang membeli langsung belimbing ke petani akan membawa belimbing tersebut ke pasar Pancur Batu. Pedagang pengecer membawa belimbing tersebut dengan mobil angkutan umum maupun menggunakan becak barang. Apabila belimbing tidak habis terjual, maka akan dibawa pulang maupun dititipkan di gudang yang ada di pasar tersebut. Modal pembelian belimbing berasal dari modal sendiri. Dan harga penjualan belimbing berdasarkan informasi pasar.

Pada saluran III, pedagang pengecer membeli belimbing di pasar Central. Belimbing yang dibeli dibawa ke tempat penjualan masing – masing dengan angkutan becak. Pedagang pengecer menjual belimbing di tempat masing masing. Apabila belimbing tidak habis maka pedagang menyimpan belimbing tersebut. Biaya untuk modal penjualan merupakan modal sendiri. Informasi pasar mengenai harga diperoleh dari sesama pedagang.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi – fungsi pemasaran yang berbeda.


(55)

3. Biaya Pemasaran, Price Spread, share margin dan efisiensi pada setiap saluran pemasaran

Análisis pemasaran dapat digunakan untuk melihat distribusi marjin pemasaran yang terdiri dari biaya dan keuntungan. Untuk menganalisa biaya pemasaran, price spread dan marjin pemasaran maka perlu dihitung biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Hal tersebut dapat diperoleh dengan memperhatikan setiap saluran pemasaran belimbing yang ada di daerah penelitian.

a. Saluran I

Petani bertindak langsung sebagai pedagang. Biasanya yang menjadi pedagang adalah istri petani. Volume penjualan belimbing pada saluran ini tidak tetap. Dalam sehari, berdasarkan keterangan petani sampel, belimbing yang terjual sekitar 3 kg. Sebaran harga belimbing untuk saluran I dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Sebaran harga dan share margin harga belimbing pada saluran I, tahun

2009

No. Komponen Biaya

Desa Namoriam Desa Durin Simbelang Price

Spread(Rp.)

Share margin(%)

Price Spread(Rp.)

Share margin (%)

1 Harga jual petani 4,000.00 4,166.67

Biaya produksi 771.20 19.28 325.66 7.82

Biaya Plastik 50.00 1.25 33.33 0.80

Keamanan 0.00 0.00 22.22 0.53

Total Biaya 821.20 20.53 381.21 9.15

2 Harga beli Konsumen 4,000.00 100.00 4,166.67 100.00

Marjin Pemasaran 3,178.80 79.47 3,785.46 90.85

Sumber : analisis data primer (lampiran 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 25a, 25b)

Dari tabel 12, biaya produksi di Desa Namoriam terlihat lebih banyak daripada di Desa Durin Simbelang. Besarnya biaya produksi ini berasal dari biaya perawatan, seperti pupuk dan obat – obatan, biaya sewa tanah, dan biaya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi belimbing. Selain itu, perbedaan


(56)

besarnya biaya produksi karena jumlah petani sampel untuk saluran ini tidak sama banyak.

b. Saluran II

Pola saluran pemasaran ini memasarkan buah belimbing dari produsen ke pedagang pengecer kemudian diteruskan ke konsumen. Saluran ini relatif pendek karena lembaga pemasaran yang ikut dalam pemasaran belimbing cuma satu, yaitu pedagang pengecer. Panjang pendeknya saluran pemasaran ini akan mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. Marjin pemasaran untuk saluran ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 13. Sebaran harga dan share margin belimbing pada saluran II, tahun 2009 No. Komponen Biaya

Desa Namoriam Desa Durin Simbelang Price Spread(Rp.) Share margin(%) Price Spread(Rp.) Share margin(%)

1 Harga jual petani 2,500.00 58.82 2,500.00 58.82

Biaya produksi 434.53 10.22 348.80 8.21

Keranjang 100.00 2.35 0.00 0.00

Koran 70.00 1.65 0.00 0.00

Tali plastik 20.00 0.47 0.00 0.00

Total biaya 624.53 14.69 348.80 8.21

Marjin pemasaran 1,875.47 44.13 2,151.20 50.62

2 Harga beli pengecer 2,500.00 58.82 2,500.00 58.82

Pengangkutan 76.67 1.80 76.67 1.80

Pengemasan 36.00 0.85 36.00 0.85

Biaya timbang 40.00 0.94 40.00 0.94

Keamanan 9.00 0.21 9.00 0.21

Marketing loss 48.00 1.13 48.00 1.13

Total biaya 209.67 4.93 209.67 4.93

Marjin pemasaran 1,750.00 41.18 1,750.00 41.18

Profit pengecer 1,540.33 36.24 1,540.33 36.24

3 Harga beli konsumen 4,250.00 100.00 4,250.00 100.00 Total marjin pemasaran 1,750.00 41.18 1,750.00 41.18 Sumber : analisis data primer (lampiran 3, 4, 11, 12, 24, 26a, 26b, 28a, 29a)

Dari penelitian yang dilakukan, pedagang pengecer di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang adalah orang yang sama. Biaya yang paling besar adalah biaya produksi petani. Tidak ada perbedaan marjin pemasaran pada penjual. Yang


(57)

berbeda hanya pada biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani untuk memproduksi belimbing. Di Desa Namoriam lebih banyak mengeluarkan biaya produksi daripada Desa Durin Simbelang. Perbedaan biaya produksi ini karena luas lahan di Desa Namoriam lebih luas daripada di Desa Durin Simbelang.

Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer yang paling besar adalah biaya pengangkutan. Pedagang pengecer biasa menggunakan angkutan umum maupun becak barang untuk membawa belimbing ke pasar.

c. Saluran III

Pola pemasaran ini merupakan pola pemasaran yang paling banyak terjadi di daerah penelitian. Adapun analisis marjin pemasaran dan share margin yang dikeluarkan oleh masing – masing lembaga pemasaran untuk pola pemasaran saluran ini dapat dilihat pada tabel 14.

Pada saluran III ini, terlihat perbedaan harga jual petani pada kedua desa. Hal ini memberi perbedaan pada total marjinnya, walaupun tidak terlalu besar. Sedangkan besarnya biaya untuk yang dikeluarkan oleh pedagang adalah sama besar karena pedagang adalah orang yang sama.

Komponen biaya paling besar yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah biaya petik dan pengangkutan. Biaya petik ini berasal dari biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk memetik belimbing di lahan petani. Pedagang besar dan pedagang pengecer banyak mengeluarkan biaya pengangkutan. Besarnya biaya ini karena jarak yang ditempuh oleh pedagang besar lumayan jauh.


(58)

Tabel 14. Marjin pemasaran dan share margin belimbing saluran III, tahun 2009 No. Komponen Biaya

Desa Namoriam Desa Durin Simbelang Price Spread(Rp.) Share margin(%) Price Spread(Rp.) Share margin(%)

1 Harga jual petani 2,055.56 31.03 2,090.91 31.56

Biaya produksi 333.50 5.03 254.73 3.84

Keranjang 88.89 1.34 36.36 0.55

Koran 62.22 0.94 25.45 0.38

Tali plastik 26.67 0.40 16.36 0.25

Total biaya 511.28 7.72 332.90 5.02

Marjin pemasaran 1,544.28 23.31 1,758.01 26.54

2 Harga beli pengumpul 2,055.56 31.03 2,090.91 31.56

Pengangkutan 104.00 1.57 104.00 1.57

Pengemasan 96.52 1.46 96.52 1.46

Penyimpanan 5.43 0.08 5.43 0.08

Keamanan 3.64 0.05 3.64 0.05

Biaya timbang 10.00 0.15 10.00 0.15

Biaya petik 147.43 2.23 147.43 2.23

Total biaya 367.02 5.54 367.02 5.54

Profit pengumpul 677.42 10.23 642.07 9.69

Marjin pemasaran 1,044.44 15.77 1,009.09 15.23

3 Harga beli pedagang besar 3,100.00 46.79 3,100.00 46.79

Pengangkutan 79.31 1.20 79.31 1.20

Pengemasan 13.56 0.20 13.56 0.20

Sortasi 68.39 1.03 68.39 1.03

Penyimpanan 6.78 0.10 6.78 0.10

Sampah 13.56 0.20 13.56 0.20

Biaya timbang 20.34 0.31 20.34 0.31

Bongkar muat 6.78 0.10 6.78 0.10

Marketing loss 8.45 0.13 8.45 0.13

Total biaya 217.17 3.28 217.17 3.28

Profit pedagang besar 1,682.83 25.40 1,682.83 25.40

Marjin pemasaran 1,900.00 28.68 1,900.00 28.68

4 Harga beli pengecer 5,000.00 75.47 5,000.00 75.47

Pengangkutan 75.00 1.13 75.00 1.13

Pengemasan 39.67 0.60 39.67 0.60

Penyimpanan 9.17 0.14 9.17 0.14

Keamanan 8.67 0.13 8.67 0.13

Marketing loss 56.33 0.85 56.33 0.85

Total biaya 188.84 2.85 188.84 2.85

Profit pengecer 1,436.16 21.68 1,436.16 21.68

Marjin pemasaran 1,625.00 24.53 1,625.00 24.53

5 Harga beli konsumen 6,625.00 100.00 6,625.00 100.00 Total marjin pemasaran 4,569.44 68.97 4,534.09 68.44 Sumber : analisis data primer (lampiran 3, 4, 11, 12, 22, 23, 24, 27a, 27b, 28b, 29b)


(59)

Pedagang yang paling banyak mengeluarkan biaya adalah pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya petik yang memperbesar biaya pemasarannya. Keuntungan terbanyak diterima oleh pedagang besar.

Dengan uraian diatas maka identifikasi masalah 3 telah terjawab.

Selanjutnya rekapitulasi marjin pemasaran dan share margin belimbing saluran II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 15. Rekapitulasi share margin dan distribusi marjin pemasaran belimbing pada saluran II tahun 2009

No Komponen biaya

Desa Namoriam Desa Durin Simbelang share

margin

distribusi margin(%)

share margin

distribusi margin(%)

1 Pengangkutan 76.67 4.38 76.67 4.38

2 Pengemasan 36.00 2.06 36.00 2.06

3 Sortasi 0.00 0.00 0.00 0.00

4 Penyimpanan 0.00 0.00 0.00 0.00

5 Sampah dan keamanan 9.00 0.51 9.00 0.51

6 Biaya timbang 40.00 2.29 40.00 2.29

7 Bongkar muat 0.00 0.00 0.00 0.00

8 Marketing loss 48.00 2.74 48.00 2.74

9 Biaya petik 0.00 0.00 0.00 0.00

10 Profit 1,540.33 88.02 1,540.33 88.02

Total marjin pemasaran 1,750.00 100.00 1,750.00 100.00

Sumber : analisis data tabel 13

Dari tabel 15 diatas diperoleh bahwa pada saluran II, marjin yang paling besar adalah keuntungan pedagang, yaitu sebesar Rp 1.540/kg. Biaya yang paling banyak mempengaruhi harga pada saluran ini adalah biaya pengangkutan Rp 76,67/kg belimbing.

Rekapitulasi marjin pemasaran dan share margin belimbing saluran III dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini.


(60)

Tabel 16. Rekapitulasi share margin dan distribusi marjin pemasaran belimbing pada saluran III tahun 2009

No Komponen biaya

Desa Namoriam Desa Durin Simbelang share

margin

distribusi margin(%)

share margin

distribusi margin(%)

1 Pengangkutan 258.31 5.65 258.31 5.70

2 Pengemasan 149.75 3.28 149.75 3.30

3 Sortasi 68.39 1.50 68.39 1.51

4 Penyimpanan 21.38 0.47 21.38 0.47

5 Sampah dan keamanan 25.87 0.57 25.87 0.57

6 Biaya timbang 30.34 0.66 30.34 0.67

7 Bongkar muat 6.78 0.15 6.78 0.15

8 Marketing loss 64.78 1.42 64.78 1.43

9 Biaya petik 147.43 3.23 147.43 3.25

10 Profit 3,796.41 83.08 3,761.06 82.95

Total marjin pemasaran 4,569.44 100.00 4,534.09 100.00

Sumber : analisis data tabel 14

Pada tabel 14 diperoleh perbedaan marjin pemasaran dari saluran III. Perbedaan marjin ini diperoleh dari perbedaan harga jual pada tingkat petani. Biaya yang memperoleh marjin paling besar adalah keuntungan.

Berdasarkan uraian-uraian biaya pemasaran dan margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran belimbing diatas, maka dapat dihitung besarnya efisiensi pemasaran (EP) belimbing dari setiap saluran pemasaran yang ada. Dari nilai EP yang diperoleh akan dilihat efisiensi pemasaran belimbing dengan menggunakan kriteria yang dijelaskan oleh Gultom (1996), yaitu :

• apabila Ep > 50% maka pemasaran tidak efisien,

• apabila Ep < 50% maka pemasaran efisien.

Untuk saluran I, tidak dihitung nilai efisiensi pemasaran yang dilakukan. Hal ini dikarenakan dari rumus pemasaran yang ada, petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran.


(61)

Untuk saluran II di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang diperoleh :

Sehingga bahwa pada saluran II pola pemasaran saluran II adalah efisien karena bernilai 41,17% < 50% untuk kedua daerah penelitian. Pada saluran ini tidak ada perbedaan efisiensi dari kedua desa. Berdasarkan penjelasan di atas

hipotesis 1 telah terjawab.

Untuk saluran III pada kedua desa penelitian diperoleh :

• di Desa Namoriam

• di Desa Durin Simbelang

Sedangkan pada pola pemasaran saluran III tidak efisien karena nilai EP lebih besar lebih besar 50%. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai efisiensi pemasaran di Desa Durin Simbelang sedikit lebih efisien daripada di Desa Namoriam. Berdasarkan penjelasan di atas hipotesis 2 telah terjawab.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa makin pendek saluran pemasaran maka makin efisien pula nilainya. Karena makin panhang saluran pemasaran semakin banyak biaya yang dikeluarkan.


(62)

4. Kendala – Kendala yang Dihadapi dalam Pemasaran Belimbing di Daerah Penelitian

Masalah yang umum terjadi ada pemasaran belimbing ini hampir sama dengan masalah pemasaran produk pertanian pada umumnya. Masalah yang sering terjadi adalah rendahnya harga jual pada saat panen besar. Panen biasanya dilakukan 3 kali dalam 1 tahun, yaitu pada bulan Juli sampai Oktober, Oktober sampai Desember dan Desember sampai Februari. Dari 30 sampel yang diteliti diperoleh sebanyak 22 sampel yang menyatakan bahwa harga saat panen menjadi kendala pada pemasaran belimbing, sedangkan yang lain menganggap hal tersebut sebagai kejadian biasa saja.


(63)

b. Pembahasan

Saluran pemasaran belimbing di daerah penelitian ada tiga saluran. Saluran I melibatkan petani dan konsumen. Saluran II melibatkan petani, pedagang pengecer dan konsumen. Dan pada saluran III melibatkan petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Volume saluran pemasaran yang paling banyak terdapat di daerah penelitian adalah saluran III. Dan paling sedikit pada saluran I. Secara simbolis dapat dituliskan bahwa: pola pemasaran saluran I < pola pemasaran saluran II < pola pemasaran saluran III.

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran berbeda untuk setiap pola pemasaran. Saluran pemasaran yang paling banyak melakukan fungsi pemasaran adalah saluran III. Hamppir semua fungsi – fungsi pemasaran dilakukan pada saluran III. Dan ada terdapat empat fungsi pemasaran yang dilakukan pada saluran II dan saluran III, yaitu penjualan, pembelian, pembiayaan dan informasi pasar.

Pada saluran I, petani memperoleh semua bagian yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Kelebihan saluran ini adalah petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi. Pembeli langsung datang ke tempat penjualan petani, yang rata – rata terletak di depan rumah petani. Apabila jumlah permintaan belimbing yang dibutuhkan oleh pembeli, petani dapat mengambil lagi belimbing ke lahan yang letaknya dekat dengan rumah petani.

Saluran ini memiliki kelemahan juga. Kelemahannya adalah jumlah belimbing yang dijual tergantung pada jumlah pembeli yang lewat. Sehingga petani menjadi tidak mampu memperkirakan berapa banyak belimbing yang harus disediakan untuk penjualan harian.


(64)

Pada saluran II dan saluran III, petani tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga jual belimbing. Pada saluran II, lebih sedikit lembaga yang terlibat. Hal ini mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran. Pada saluran III, lembaga yang terlibat lebih banyak.

Efisiensi pemasaran digunakan untuk memperkirakan apakah saluran suatu komoditas sudah tergolong efisien atau tidak. Efisiensi pemasaran diperoleh dengan membandingkan marjin pemasaran dengan nilai yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Pada daerah penelitian, saluran II lebih efisien daripada saluran III. Dan Saluran III di Desa Durin Simbelang lebih efisien dari saluran III di Desa Namoriam. Hal ini karena banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dan banyaknya biaya pemasaran pada saluran tersebut.

Kendala yang dialami pemasaran ini terlihat pada harga belimbing pada panen raya. Tidak sedikit kerugian petani yang terjadi pada kondisi ini. Dalam hal ini amat dibutuhkan lembaga pemasaran maupun organisasi petani yang mendukung petani dalam memasarkan belimbingnya. Sehingga petani memiliki jaminan harga pada saat tersebt. Selain dengan adanya lembaga pemasaran, pada saat panen raya juga belimbing dapat diolah menjadi berbagai olahan. Dengan demikian tidak hanya menambah harga jual tetapi juga ada nilai tambah.


(65)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pola pemasaran di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang ada tiga jenis saluran pemasaran. Yaitu, saluran I petani –- konsumen sebanyak 13,33%; saluran II sebanyak 20% petani --- pedagang pengecer --- konsumen, dan saluran III petani --- pedagang pengumpul --- pedagang besar --- pedagang pengecer --- konsumen, yang berjumlah 66,67% dari keseluruhan pemasaran.

2. Setiap lembaga pemasaran yang terlibat pada pemasaran belimbing ini melakukan fungsi pemasaran yang berbeda. Perbedaan fungsi - fungsi ini membuat biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran juga berbeda. Panjang pendeknya saluran pemasaran belimbing mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan dan efisiensi pemasaran belimbing.

3. Pada saluran II, pemasaran belimbing di kedua daerah penelitian telah efisien. Pada saluran III, pemasaran belimbing tidak efisien dan Desa Durin Simbelang lebih efisien dibandingkan dengan desa Namoriam. 4. Kendala pemasaran yang dihadapi oleh petani belimbing pada masalah

harga belimbing yang jatuh pada saat musim panen raya.

Saran

-Kepada Petani

Agar petani memperoleh harga yang layak, sebaiknya petani membuat wadah pemasaran. Disarankan bagi petani untuk membuat suatu wadah berupa


(66)

belimbing. Sehingga petani dapat memasarkan belimbing langsung ke Jalan Bintang.

Koperasi ini akan mengorganisir petani untuk mengumpulkan belimbing yang dihasilkan petani. Kemudian koperasi ini akan mengorganisir pemasaran belimbing, mulai dari pengangkutan, sortasi dan pengemasan. Sehingga pemasarannya dikelola sendiri oleh petani. Koperasi ini diharapkan menambah untung yang diperoleh oleh petani.

-Kepada Pemerintah

Diharapkan pemerintah semakin memberdayakan koperasi terutama KUD. Dimana koperasi ini sebagai salah satu wadah petani untuk memasarkan belimbing. Bantuan pemerintah kepada petani dapat berupa :

a. Dana bagi koperasi untuk membeli kendaraan yang digunakan, modal awal petani untuk melakukan pemasaran.

b. Penyuluh yang membantu memanajemen petani untuk melakukan pemasaran


(1)

Lampiran 22. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul per Kg

No.Sampel Pengangkutan Pengemasan Sortasi Penyimpanan Keamanan dan Sampah

Biaya

Timbang Biaya Petik

1 100 0 0 10 4 10 240

2 100 164 0 7 3 10 257

3 100 0 0 0 4 10 240

4 100 158 0 0 3 10 0

5 120 160 0 10 4 10 0

Total 520.00 482.62 0.00 27.14 18.19 50.00 737.14

Rata-rata 104.00 96.52 0.00 5.43 3.64 10.00 147.43

Lampiran 23. Biaya Pemasaran Pedagang Besar per Kg

No.Sampel Pengangkutan Pengemasan Sortasi Penyimpanan Keamanan dan Sampah

Penanggungan Resiko

Bongkar Muat

Biaya Timbang

1 59 14 103 7 14 7 7 21

2 100 13 33 7 13 10 7 20

Total 159 27 136.78 13.56 27.13 16.90 13.56 40.69

Rata-rata 79.31 13.56 68.39 6.78 13.56 8.45 6.78 20.34


(2)

Lampiran 24. Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer per Kg

No.Sampel Pengangkutan Pengemasan Sortasi Penyimpanan Biaya Timbang

Keamanan dan Sampah

Penanggungan Resiko

1 100 53 0 0 40 13 60

2 67 27 0 0 40 7 60

3 80 32 0 0 40 8 36

4 60 32 0 0 40 8 36

5 100 67 0 0 0 13 87

6 100 32 0 20 0 8 52

7 50 33 0 17 0 7 43

8 50 27 0 0 0 7 43

Total 607 303 0 36.67 160.00 70.67 417.33


(3)

Lampiran 27. Tujuan Penjualan, Harga Jual dan Volume Penjualan Petani Berdasarkan saluran

Lampiran 27.a. Saluran III di Desa Namoriam

Sampel Tujuan Penjualan

Harga Jual (Rp)

Volume Penjualan

(Kg)

Volume per Tahun

(Kg)

Biaya

produksi Keranjang Koran

Tali

Plastik Plastik

Sampah dan Keamanan

Total Biaya 1 Pedagang Pengumpul 2,000 100 5,000 450.20 100.00 70.00 20.00 0.00 0.00 640.20 2 Pedagang Pengumpul 2,000 150 7,500 284.53 100.00 70.00 20.00 0.00 0.00 474.53 4 Pedagang Pengumpul 2,000 400 20,000 327.85 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 327.85 7 Pedagang Pengumpul 2,000 300 15,000 230.87 100.00 70.00 40.00 0.00 0.00 440.87 8 Pedagang Pengumpul 2,000 500 25,000 451.76 100.00 70.00 40.00 0.00 0.00 661.76 10 Pedagang Pengumpul 2,000 250 12,500 170.72 100.00 70.00 20.00 0.00 0.00 360.72 12 Pedagang Pengumpul 2,000 200 10,000 676.70 100.00 70.00 20.00 0.00 0.00 866.70 13 Pedagang Pengumpul 2,000 450 22,500 122.27 100.00 70.00 40.00 0.00 0.00 332.27 15 Pedagang Pengumpul 2,500 700 35,000 286.60 100.00 70.00 40.00 0.00 0.00 496.60

Total 18,500 3,050 152,500 3,002 800 560 240 0 0 4,602

Rata-rata 2,055.56 338.89 16,944.44 333.50 88.89 62.22 26.67 0.00 0.00 511.28


(4)

Lampiran 27.b. Saluran III di Desa Durin Simbelang

Sampel Tujuan Penjualan

Harga Jual (Rp)

Volume Penjualan

(Kg)

Volume per Tahun

(Kg)

Biaya

produksi Keranjang Koran

Tali

Plastik Plastik

Sampah dan Keamanan

Total Biaya

16 Pedagang Pengumpul 2,000 250 12,500 219.76 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

17 Pedagang Pengumpul 2,000 300 15,000 348.87 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

18 Pedagang Pengumpul 2,000 200 10,000 262.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

19 Pedagang Pengumpul 2,000 250 12,500 223.12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

20 Pedagang Pengumpul 2,000 250 12,500 185.28 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

21 Pedagang Pengumpul 2,000 300 15,000 226.47 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

23 Pedagang Pengumpul 2,500 200 10,000 288.40 100.00 70.00 20.00 0.00 0.00 190.00 24 Pedagang Pengumpul 2,000 600 30,000 242.07 100.00 70.00 80.00 0.00 0.00 250.00 25 Pedagang Pengumpul 2,500 250 12,500 268.64 100.00 70.00 40.00 0.00 0.00 210.00 26 Pedagang Pengumpul 2,000 250 12,500 355.44 100.00 70.00 40.00 0.00 0.00 210.00

29 Pedagang Pengumpul 2,000 350 17,500 181.37 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 23,000 3,200 160,000 2,802 400 280 180 0 0 860


(5)

Lampiran 28. Biaya pemasaran pedagang pengecer per kg menurut saluran Lampiran 28.a.

Saluran II

No.Sampel Pengangkutan Pengemasan Sortasi Penyimpanan Biaya Timbang

Keamanan dan Sampah

Penanggungan Resiko

1 100.00 53.33 0.00 0.00 40.00 13.33 60.00

2 66.67 26.67 0.00 0.00 40.00 6.67 60.00

3 80.00 32.00 0.00 0.00 40.00 8.00 36.00

4 60.00 32.00 0.00 0.00 40.00 8.00 36.00

Total 307 144 0 0.00 160.00 36.00 192.00

Rata-rata 76.67 36.00 0.00 0.00 40.00 9.00 48.00

Lampiran 28.b. Saluran III

No.Sampel Pengangkutan Pengemasan Sortasi Penyimpanan Biaya Timbang

Keamanan dan Sampah

Penanggungan Resiko

5 100.00 66.67 0.00 0.00 0.00 13.33 86.67

6 100.00 32.00 0.00 20.00 0.00 8.00 52.00

7 50.00 33.33 0.00 16.67 0.00 6.67 43.33

8 50.00 26.67 0.00 0.00 0.00 6.67 43.33

Total 300 159 0 37 0 35 225

Rata-rata 75.00 39.67 0.00 9.17 0.00 8.67 56.33


(6)

Lampiran 29. Biaya pemasaran pedagang pengecer per kg menurut saluran Lampiran 29.a.

Saluran II

No.Sampel Harga Beli Harga Jual Pengangkuta n Pengemasa n Sortas i Penyimpana n Biaya Timbang Keamana n dan Sampah Penanggunga n Resiko

1 2,500 4,000 100 53 0 0 40 13 60

2 2,500 4,500 67 27 0 0 40 7 60

3 2,500 4,000 80 32 0 0 40 8 36

4 2,500 4,500 60 32 0 0 40 8 36

Total 10,000 17,000 307 144 0 0 160 36 192

Rata-rata

2,500.0 0

4,250.0

0 76.67 36.00 0.00 0.00 40.00 9.00 48.00

Lampiran 29.b. Saluran III No.Sampel Harga

Beli Harga Jual Pengangkuta n Pengemasa n Sortas i Penyimpana n Biaya Timbang Keamana n dan Sampah Penanggunga n Resiko

5 5,000 6,500 100 67 0 0 0 13 87

6 5,000 7,000 100 32 0 20 0 8 52

7 5,000 6,500 50 33 0 17 0 7 43