BIDADARI DUNIA AKHIRAT Nayla

BIDADARI DUNIA AKHIRAT
Nayla adalah seorang wanita soleha yang tidak hanya sekedar cantik,
perhiasan iman dan keikhlasannya menghiasi setiap langkah. Nayla cukup
terkenal dikalangan aktivis, bisa dibilang loyalitasnya lumayan tinggi. Nayla
mulai memasuki fase yang sering dialami wanita. Usianya memasuki angka
25 tahun, hatinya mulai dihiasi rasa rindu yang tidak bisa diurai oleh logika.
Perlahan Nayla menyusun keeping-keping keinginannya dan mengumpulkan
segenap kekuatan. Ia menemui kakaknya.
“Mbak Aisyah, saya ingin menikah, tolong carikan calon ya Mbak”.
“insyaallah Dik, biodata dan foto Adik sudah disiapkan?”. Dengan
wajah penuh semangat dan senyuman indah, Nayla meninggalkan rumah
kakaknya. Sejak itu ia tidak pernah berhenti berdoa. Setiap malam ia
semakin berserah diri kepada Allah. Sujudnya semakin panjang menghiasi
setiap sholatnya.
“Ya Allah, hamba menyerahkan semua padaMU. Engkau yang Maha
mengetahui apa yang terbaik untuk hamba. Hamba hanya ingin seorang lakilaki sholeh , yang mencintai hamba dengan ketaatannya padaMu.”
Hari berganti namun belum ada kabar dari mbak Aisyah. Di satu sisi
Nayla gelisah, disisi lain ia terus berusaha menenangkan dan menguatkan
hatinya. Baru beberapa hari ia menyerahkan biodatanya, sedangkan di luar
sana mungkin ada yang telah menunggu cintanya bertahun-tahun. “ah harus
tetap semangat” bisiknya dalam hati.

Ditempat lain sosok laki-laki sholeh sedang melamun dipenghujung
malam. Hatinya menangis pilu. Beberapa kali hatinya terluka, lamarannya
ditolak, sedangkan usia semakin menunjukkan angka semakin tua, belum
lagi orang tuanya yang semakin sedih melihatnya yang tidak kunjung
bersanding dengan bidadari. Keinginan untuk menikah pun tidak bisa di
bending lagi, ia tidak tahu harus berikhtiar apalagi. Ia hanya bisa mengadu
pada Allah, memohon segenap kekuatan dan semangat yang sempat padam.
“Nak, Bapak dan Ibu selalu mendoakan Kamu. Mungkin yang kemarin
memang belum yang terbaik untukmu”. Ryan tidak kuasa menahan haru
ketika teringat ucapan ibunya. Sebagai seorang laki-laki, ia cukup ideal. Ia
laki-laki yang sholeh, mapan, dan dari keluarga yang baik.
Suatu hari ia beranjak dari tempat duduknya setelah mengikuti
pengajian di masjid, ada seorang sahabat menyapanya.
“Ryan sahabatku….. istriku sekarang telah mengandung anak pertama,
kamu bagaimana? Sudah menikah?”

Ryan yang tadi ceria menyambut sapaan Adit kini berubah jadi sedih.
Adit mengajaknya duduk dibawah pohon rindang dekat masjid. Kemudian
Ryan menceritakan semua kegagalannya menjemput bidadari.
“Ryan sahabtku, kamu harus tetap semangat. Aku yakin bidadarimu

tidak jauh lagi, oh iya, kebetulan adik istriku beberapa hari yang lalu ada
yang mintak tolong dicarikan suami, gimana kalau kamu saja”.
“bener nih dit? Kamu serius?”
“ya iyalah Ryan, urusan begini gak boleh main-main”.
Beberapa hari kemudian Ryan bersilaturahmi ke rumah Adit. Adit adalah
suami Aisyah, guru mengaji Nayla, Adit dan aisyah memberikan amplop
tertutup yang isinya biodata muslimah. Tiga hari kemudian, Fahmi
menyampaikan kemantapannya dengan muslimah yang pertama kali ia
ambil biodatanya. Biodata yang menuliskan nama Nayla. Kemudian Aisyah
menyampaikan kepada Nayla hingga proses ta’aruf pun terjadi.
Mungkin inilah yang dinamakan jodoh, keluarga Nayla maupun Ryan
sangat bahagia dan merestui agar keduanya segera menikah. Pertemuan
keluarga pun digelar, kedua keluarga memilih untuk menggelar pernikahan
yang sederhana. Semua keluarga terlibat mempersiapkan pernikahan
mereka, termasuk Adit dan Aisyah yang menjadi jembatan diantara Nayla
dan Ryan.
Seperti sebuah mimpi yang akan menjadi kenyataan bagi Nayla dan
Ryan. Beberapa waktu lalu mereka masih dalam kegundahan, menanti
siapakah belahan jiwa mereka. Beberapa waktu lalu semua masih
terbungkus rahasia dan di selimuti misteri. Sekarang, tak terasa sampai hari

kedua menjelang pernikahan.
“astaghfirullah, undangan buat teman-teman di Kampus ketinggala”
gumam Nayla. Dengan secepat kilat Nayla bersiap-siap menuju kampusnya.
Ia akan menyampaikan undangannya ke teman-teman di kampus.
“mau
kemana
Nak,
kenpa
buru-buru
gitu?”
tiba-tiba
ibi
menghampirinya.
“mau ngantar undangan ke teman-teman di kampus Bu, kemarin
ketinggalan.”
“nitip ke teman kamu aja Nak, kamu jaga kesehatan, biar gak
kecapekan, kan kemarin udah muter-muter”.
“insyaallah tidak apa-apa Bu, sungkan kalau nitip gitu. Nayla
berangkat dulu ya Bu.”
Nayla akhirnya berangkat menuju kampus menaiki angkot. Pukul satu

siang, udara Medan sedang panas-panasnya tetapi Nayla masih
bersemangat. Saat turun dari angkot, menuju gerbang kampusnya, ia

melihat seorang anak kecil yang lucu sekali. Namun tiba-tiba anak itu
terlepas dari genggaman ibunya yang sedang merespon sapaan seorang
wanita. Anak itu lari, Nayla melihat sebuah mobil melaju cepat kearah anak
kecil itu. Refleks Nayla berlari dan mendorong anak itu.
“Brrraaaakkkkkkk………!”
Nayla tertabrak dan terlempar, tubuhnya terguling. Suasana menjadi
ricuh, banyak orang berdatangan mengerumuni tubuh Nayla yang
berlumuran darah. Nayla tidak sadarkan diri, ia dibawa kerumah sakit
terdekat. Kondisi Nayla semakin kritis. Dokter sedang berusaha
menyelamatkannya, keluarga mulai berdatangan, ibu, ayah, Aisyah dan Adit.
Mereka tidak bisa menahan isak tangis kesedihan, Nayla masih tidak
sadarkan diri. Ibunya mencoba untuk tegar, dipakaikannya jilbab pada
putrinya yang sholeha. Ibu Nayla ingin putrinya tetap cantik dalam balutan
jilbab putih kesayangannya.
Tidak lama kemudian Ryan datang bersama keduan orangtuany. Ibu
Ryan yang masuk keruang ICU, Ryan dan bapaknya menunggu diluar. Ibu
Ryan tak sanggup menahan airmata, ia mencium kening calon menantunya

yang tergeletak tak berdaya. Ryan pun tidak bisa menyembunyikan
kesedihannya, ia lebih banyak diam.
“ibu, Ryan punya satu permintaan. Tolong izinkan Ryan menikah
dengan Nayla sekarang bu”. Entah kenapa, ibu Ryan yang terlanjur
mencintai calon menantunya itu mengiyakan permintaan anaknya.
Setelah keinginan Ryan disampaikan kepada semua keluarga.
Pernikahan pun disiapkan diruang rumah sakit. Suasana begitu haru, ayah
Nayla sendiri yang akan menikahkan putrinya dengan Ryan.
“saya terima nikahnya Nayla Putri binti Arif Himawan dengan engkau
Ryan Aditama bin Hamadi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar
tunai”.
“saya terima nikahnya Nayla Putri binti Arif Himawan dengan mas
kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai”.
Dan saksi-saksi berkata,”Sah!” doa barokah pun mengalir menyambut
perjanjian suci dua hati. Kini hanya ada Ryan dan Nayla diruang ICU, Ryan
menggengam tanggan Nayla, mencium istrinya dan mendoakannya. Nayla
merespon dengan senyuman.
“Dik Nayla, bolehkan aku panggil dik Nayla? Aku senang sekali
akhirnya kita berdua dipertemukan Allah. Dik Nayla bahagiakan? Oh iya aku
hafal Surah Al-Humazah loh. Aku bacakan buat kamu ya”.

Ayat demi ayat Surah Al-Humazah mengalun menghiasi suasana
romantic dua hati yang sedang mensyukuri kebersamaan mereka. Mungkin

terlihat seperti kebersamaan yang sepi, namun dua hati mereka sedang
berdialog dengan cinta yang tidak bisa terlukiskan oleh tinta. Hanya mereka
dan Allah yang tahu. Dan ketika sampai di ayat yang terakhir, tanggan Nayla
menggengam erat tangan Ryan.
“Dik Nayla mau bilang sesuatu?”. Tanya Ryan. Namun tak terdengar
apa-apa. Ryan mencoba melihat getar bibir istrinya yang terlihat lemah.
Nayla pelan-pelan kembali menggerakkan bibirnya seakan mengucapkan
sesuatu. Terdiam, pelan-pelan Nayla tersenyum dan menutup mata untuk
selamanya. Ryan tak kuasa menahan air matanya. Istri yang dicintainya
telah pergi. Ryan teringat dengan sebuah hadist “istri yang meninggal dunia
dalam keridhaan suaminya akan masuk surga (Ibnu Majah, Tarmizi)”.
“Tunggu aku disurga ya Dik Nayla, Aku tahu Engkau adalah bidadari di
dunia dan akhirat yang diciptakan untukku”. Ucap Ryan dengan senyuman
dan air mata yang bersamaan.
***