Analisa Kadar Kromium (Cr) pada Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal

(1)

ANAL

AIR

R

LISA KAD

RESERVO

P

AN

UN

DAR KRO

OIR

DI PD

T

M. ADH

N

ROGRAM

ALIS FA

FAK

NIVERSIT

OMIUM

DAM TIR

TUGAS A

OLEH

HLI TAW

NIM 1124

M STUDI

ARMASI D

KULTAS F

TAS SUM

MEDA

2014

(Cr) PAD

RTANAD

AKHIR

H:

WAKKAL

410024

I DIPLOM

DAN MA

FARMAS

MATERA

AN

4

DA AIR B

DI (IPA) S

S.B.

MA III

AKANAN

SI

UTARA

BAKU DA

SUNGGA

AN

AL


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA KADAR KROMIUM (Cr) PADA AIR BAKU DAN

AIR

RESERVOIR

DI PDAM TIRTANADI (IPA) SUNGGAL

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

M. ADHLI TAWAKKAL S.B.

NIM 112410024

Medan, Juni 2014 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt.

NIP.195406281983031002

Disahkan Oleh: Pembantu Dekan I,


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisa Kadar Kromium (Cr) Pada Air Baku Dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya pada program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun, berkat dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga akhirnya terselesaikan Tugas Akhir ini. Terutama, dorongan dari kedua orang tua penulis baik moril maupun materil serta doa, Mereka adalah ayahanda Syamsul Bachri dan ibunda Salmah Dan kepada saudara penulis, yaitu Putri Asymah, Amk, Maega Wahyuni, B.Eng, dan M. Noor Ichsan yang telah memberi semangat agar penulis tidak pernah berhenti untuk memempuh cita - cita yang diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan nasehat dan bimbingan hingga selesainya tugas akhir ini.

4. Seluruh dosen/staf Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Sunggal yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.

6. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun. Oleh karena itu, penulis sangat membuka luas bagi yang ingin menyumbangkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Medan, Mei 2014

Penulis

M. Adhli Tawakkal S.B.


(5)

Analisa Kadar Kromium (Cr) Pada Air Baku Dan Air Reservoir

di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ABSTRAK

Air baku yang digunakan PDAM Titanadi IPA Sunggal adalah air sungai yang berasal dari sungai belawan yang dari hulu ke hilir melewati Kecamatan Pancur Batu dan Medan sunggal.

Banyak munculnya pemukiman-pemukiman warga di daerah tersebut, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air sungai. Pencemaran air sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg. kromium yang ditemukan diperairan adalah kromium trivalent (Cr3+) dan kromium heksavalent (Cr6+), namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalent tidak ditemukan. Apabila masuk keperairan kromium trivalent akan di oksidasi menjadi kromium heksavalent yang lebih toxic. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya terhadap manusia. Kandungan maksimal ion Cr pada air baku dan air reservoir adalah 0,05 mg/l.

Dari hasil analisis kromium pada air baku diperoleh 0.04mg/L dan air

reservoir diperoleh 0.03mg/L. Dimana baku mutu kromium menurut Peraturan

Pemerintah No. 82 Tahun 2001 kadar maksimal untuk parameter kromium di dalam air baku adalah 0.05 mg/L, dan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimal untuk parameter kromium di dalam air reservoir adalah 0.05 mg/L Dari data di atas dinyatakan bahwa analisa kadar kromium yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak melebihi batas ambang maksimal kadar yang telah ditetapkan.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.2 Sumber Air ... 5

2.1.1 Air Laut ... 5

2.1.2 Air Atmosfer ... 6

2.1.3 Air Permukaan ... 6

2.1.4 Air Tanah ... 8

2.3 Pengolahan Air ... 9


(7)

2.5.2 Logam Kromium ... 16

2.5.3 Efek Toksik Logam Kromium ... 17

2.6 Teori Umum Kolorimetri ... 18

2.7 Penetapan Kadar Logam Kromium secara Kolorimetri ... 20

BAB III METODE PENGUJIAN ... 21

3.1 Tempat ... 21

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 21

3.2.1 Sampel ... 21

3.2.2 Alat ... 21

3.2.3 Bahan ... 21

3.3 Prosedur ... 22

3.3.1 Prosedur Analisa Kromium ... 22

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil ... 23

4.2 Pembahasan ... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Data Analisa ... 30 Tabel 2. Baku Mutu Air Baku ... 32 Tabel 2. Baku Mutu Air reservoir ... 33


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Rata-Rata dan Deviasi ... 27

Lampiran 2. Gambar Alat Colorimeter DR/890 ... 31

Lampiran 3. Baku Mutu Air Baku Bulanan ... 32

Lampiran 4. Baku Mutu Air reservoir Bulanan ... 33

                                   


(10)

Analisa Kadar Kromium (Cr) Pada Air Baku Dan Air Reservoir

di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ABSTRAK

Air baku yang digunakan PDAM Titanadi IPA Sunggal adalah air sungai yang berasal dari sungai belawan yang dari hulu ke hilir melewati Kecamatan Pancur Batu dan Medan sunggal.

Banyak munculnya pemukiman-pemukiman warga di daerah tersebut, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air sungai. Pencemaran air sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg. kromium yang ditemukan diperairan adalah kromium trivalent (Cr3+) dan kromium heksavalent (Cr6+), namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalent tidak ditemukan. Apabila masuk keperairan kromium trivalent akan di oksidasi menjadi kromium heksavalent yang lebih toxic. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya terhadap manusia. Kandungan maksimal ion Cr pada air baku dan air reservoir adalah 0,05 mg/l.

Dari hasil analisis kromium pada air baku diperoleh 0.04mg/L dan air

reservoir diperoleh 0.03mg/L. Dimana baku mutu kromium menurut Peraturan

Pemerintah No. 82 Tahun 2001 kadar maksimal untuk parameter kromium di dalam air baku adalah 0.05 mg/L, dan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimal untuk parameter kromium di dalam air reservoir adalah 0.05 mg/L Dari data di atas dinyatakan bahwa analisa kadar kromium yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak melebihi batas ambang maksimal kadar yang telah ditetapkan.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, H, 2003). Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan manusia, seperti limbah industri dan limbah kegiatan rumah tangga. Masuknya logam yang dapat membuat air tercemar bisa berasal dari buangan limbah industri tersebut yang dapat menyebabkan tingginya kadar logam seperti Fe, Mn, Zn, Cr, Ni, dan Cu sehingga dapat menimbulkan masalah yang cukup serius pada air.

Secara umum dapat disebutkan bahwa potensi air permukaan di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kondisi daerah aliran sungai (DAS) dan ragam fisik sumber daya air, luas dan volume, tampungannya (alami maupun


(12)

buatan), pengaruh iklim, dan tentu saja aspek pengolahan sumber daya air itu sendiri oleh manusia.

Air bersih yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Air bersihpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen, segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Air bersih harus memenuhi persyaratan yang dijadikan standard kualitas air bersih. Salah satu parameter yang dijadikan persyaratan adalah kromium (Cr). Berdasarkan hal tersebut maka penulis berminat untuk menuliskan tentang

“Analisa Kadar Kromium (Cr) Pada Air Baku Dan Air Reservoir di PDAM

Tirtanadi IPA Sunggal”. karena penulis menganggap penting untuk mengetahui kualitas air bersih.

Metode analisa yang digunakan adalah metode kolorimetri. Prinsip dasar metode ini adalah tercapainya kesamaan warna bila jumlah penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi larutan persis sama. Metode ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun komponen yang belum berwarna. Namun dengan menggunakan reagen pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa berwarna yang merupakan fungsi dari kandungan komponennya


(13)

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

1. untuk mengetahui apakah air baku dan di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tanggal 14 Desember Tahun 2001.

2. untuk mengetahui apakah air reservoir dan di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tanggal 19 April 2010

1.2.2 Manfaat

1. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang kualitas air minum yang baik bila ditinjau dari kadar logam kromium.

2. Memberikan informasi tentang kadar logam kromium pada air baku dan air reservoir yang adadi PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung uap air sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001).

Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk berbagai keperluan seperti: untuk minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri, pertanian, pembangkit tenaga listrik, untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun laut (Wardhana, 2001).

Ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor karena lebih dari 97% air di muka bumi ini merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3% yang tersisa, 2% di antaranya tersimpan sebagai gunung es

(glacier) di kutub dan uap air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara

langsung. Air yang benar–benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh yang ada (Effendi, 2003).


(15)

Air baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia air baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadap, alat pengukuran, dan peralatan pemantauan sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya (Joko, 2010).

Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Supaya air yang masuk ke dalam tubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menjadi pembawa bibit penyakit (Mangku, 1997).

Dengan perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air (Sutrisno, 2004).

2.2 Sumber–sumber air

Menurut Sutrisno (2004), sumber–sumber air meliputi: 1. Air laut

2. Air atmosfir

3. Air permukaan

4. Air tanah

2.2.1 Air laut

Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi, mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl, dan memiliki kadar garam NaCl yang tinggi


(16)

dibandingkan dengan air daratan. Kadar garam NaCl dalam air laut adalah 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, 2004)

2.2.2 Air atmosfer

Air hujan dapat dipergunakan sebagai air irigasi pada sawah, dapat pula dipergunakan sebagai air rumah tangga dengan cara menampung air hujan dan dipergunakan saat kekurangan air.

Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa–pipa penyalur maupun bak–bak reservoir, sehingga akan mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 2004)

2.2.3 Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan dapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang–batang kayu, daun–daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini, untuk masing–masing air permukaan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteri (Sutrisno, 2004).

Air permukaan ada 2 macam yakni: a. Air sungai


(17)

a. Air Sungai

Air sungai merupakan aliran yang berasal dari mata air yang kadang-kadang bercampur dengan limbah manusia, hewan dan tumbuh–tumbuhan, termasuk campuran dari air hujan.

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali (Sutrisno, 2004).

Sungai mempunyai karakteristik umum yaitu debit aliran pengeluaran dan fluktuasi kualitas air sepanjang tahun, hari bahkan jam. Debit aliran minimum biasanya terjadi pada akhir periode musim kering. Debit aliran maksimum yang disertai dengan kualitas air yang buruk biasanya terjadi sesudah hujan lebat selama periode musim hujan. Untuk merekayasa (design) bangunan penangkap air sungai (river intakes) dengan menggunakan pompa-pompa submersible

(submersible pump), perlu diperhitungkan debit aliran minimum, dan tinggi

permukaan air sungai minimum (Joko, 2010).

Untuk bangunan penangkap air sungai dengan bangunan pelimpah

(spillways) perlu juga diketahui debit aliran maksimum dan tinggi permukaan air maksimum. Debit aliran maksimum dan minimum dan tinggi permukaan air terkadang dapat diketahui dari data yang dikumpulkan untuk tujuan irigasi. Untuk sungai-sungai yang lebih kecil biasanya data yang diperlukan tidak tersedia namun dapat diperoleh dari penduduk setempat. Sungai dapat tercemar dan terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari kota-kota yang dilewatinya. Jika


(18)

memungkinkan bangunan penangkap air (intakes) sebaiknya ditempatkan di daerah bagian hulu kota (Joko, 2010).

b. Air Rawa/Danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2 (Sutrisno, 2004).

2.2.4 Air tanah

Menurut Sutrisno (2004), air tanah terbagi atas: a. Air tanah dangkal

b. Air tanah dalam c. Mata air

a. Air tanah dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan bertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapis tanah di sini berfungsi sebagai saringan. Di samping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal di mana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal (Sutrisno, 2004).


(19)

b. Air tanah dalam

Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologi, karena sewaktu proses pengaliran ia mengalami penyaringan alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya. Namun, kadar kimia air tanah dalam tergantung dari cara atau pengaliran air tersebut. Pada proses ini, mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut (Slamet, J. 1994).

c. Mata air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak berpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam (Sutrisno, 2004).

2.3 Pengolahan air

Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan yang mahir/lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut. Oleh karena itu dalam praktik sehari-hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan


(20)

apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak. Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut (Sutrisno, 2004).

Proses pengolahan air baku menjadi air bersih di IPA Sunggal memerlukan unit-unit pengolahan. Unit-unit serta proses pengolahan air yang terdapat di IPA Sunggal adalah sebagai berikut:

1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal. Untuk menampung air tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang 25 m (sesuai dengan lebar sungai) dan tinggi ± 4 m. Pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake. Bendungan dibuat dengan sistem melintang.

2. Intake

Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadap air baku. Bangunan ini

merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) yang berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar (>10 cm) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran–kotoran maupun sampah berukuran kecil yang terbawa arus sungai (>5 cm). Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu ketinggian air


(21)

saringan dilakukan secara periodik dan manual untuk menjaga kestabilan air masuk.

3. Raw Water Tank (RWT)

Raw water tank atau bak air baku merupakan bangunan yang dibangun

setelah intake yang terdiri dari dua unit (empat sel). Setiap unit berdimensi 50 m x 25 m, tinggi 5 m yang dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlet gate, sluice gate dan pintu bilas dua buah. Raw water tank berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem sedimentasi (pengendapan alamiah). Di IPA Sunggal volume air baku pada dua RWT memiliki ± 14.000 m3. Waktu pengendapan (detention time) untuk air baku yang akan diolah di RWT IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar menghasilkan air baku dengan turbidity (kekeruhan) rendah. Tiap sel dalam raw water tank dibersihkan sekali dalam empat bulan, dan dilakukan secara bergilir setiap bulannya. Hal ini dilakukan agar proses pengolahan air terus berjalan, karena pada saat melakukan pembersihan, sel Raw Water Tank ditutup, sehingga air baku dari intake tidak dapat masuk. Pembersihan sel Raw Water Tank

dilakukan pada malam hari secara manual dengan menggunakan nozle dan dibuang ke lagoon.

Di Raw Water Tank ini terjadi penginjeksian klorin yang disebut

prechlorination. Prechlorination berfungsi mengoksidasi zat-zat organik,

anorganik dan mengendalikan pertumbuhan lumut (alga) dan membunuh spora dari lumut, jamur dan juga menghilangkan polutan-polutan lainnya.


(22)

4. Raw Water Pump(RWP)

Raw Water Pump atau pompa air baku berfungsi untuk memompakan air

dari RWT ke clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap pompa adalah 110 l/detik dengan rata-rata 18 m, memakai motor AC nominal 75 KW.

5. Clearator(Clarifier)

Bangunan clearator terdiri dari lima unit dengan kapasitas masing-masing 400 l/detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent. Hasil clearator

dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke

filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat

ketebalannya secara otomatis. 6. Filter

Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses

penyaringan flok-flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak tertahan (lolos) dari clearator. Filter yang dipakai di IPA Sunggal adalah sistem penyaringan permukaan (surface filter). Filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara paralel, menggunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter) berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter ini berfungsi menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter.

7. Reservoir


(23)

melewati media filter. IPA Sunggal mempunyai dua buah reservoir (R1 dan R2) dengan kapasitas total 12.000 meter3. Reservoir berfungsi untuk menampung air bersih yang telah disaring melalui filter dan juga berfungsi sebagai tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi klor (post chlorination) yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen dan penambahan larutan kapur jenuh untuk menetralisasi pH air karena dengan adanya kandungan alum dalam air akan membuat pH air bersifat asam. Kapur disalurkan dari saturator. Saturator adalah sebuah tabung besar yang merupakan terminal larutan kapur untuk diinjeksikan ke air hasil olahan. Di PDAM Tirtanadi terdapat dua saturator yang dialirkan ke masing-masing

reservoir 1 dan reservoir 2.

8. Finish Water Pump (FWP)

Finish water pump (FWP) IPA Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi

untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir

distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi lima jalur dengan kapasitas 150 liter/detik. Air hasil olahan tersebut dapat didistribusikan bila air memenuhi syarat kualitas air. Untuk memastikan kualitas air, perlu dilakukan pengendalian mutu. Pengendalian mutu mutlak diperlukan agar kualitas air bersih dapat dijamin sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi aspek fisika, kimia dan mikrobiologi.


(24)

9. Lagoon

Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke lagoon untuk didaur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di IPA Sunggal dengan kapasitas 9.600 m3 (berdimensi 80 x 40 m).

Lagoon terdiri dari tiga sel. Sel pertama adalah sebagai tempat lumpur. jika sel telah penuh, lumpur akan disedot ke atas dan digunakan untuk menimbuh tanah sekitar lagoon. Air dari sel pertama ini akan dialirkan ke sel berikutnya yang difiltrasi dengan batu bronjong. Air dari sel kedua ini difiltrasi lagi dengan batu bronjong ke sel ketiga pada tiap-tiap unit produksi, dibuang ke lagoon untuk diproses lagi menjadi air bersih. Sehingga tidak ada air yang dibuang kembali ke badan air apabila sudah memasuki intake.

2.4 Syarat-syarat air minum

Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum (PAM) di kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya memenuhi syarat-syarat kualitas air minum.

Menurut Gabriel (2001), air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum


(25)

Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri coliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut :

− Harus jernih, transparan dan tidak berwarna

− Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik

− Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum

− Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standard

− Bebas kuman/LKM coliform dalam batas aman

2.5 Kandungan bahan kimia

Menurut Sutrisno (2004), air mempunyai sifat melarutkan bahan kimia. Air rumusnya adalah : H2O + X, dimana X merupakan zat-zat yang dihasilkan air buangan oleh aktivitas manusia selama beberapa tahun. Dengan bertambahnya aktivitas manusia, maka faktor X tersebut dalam air akan bertambah dan merupakan masalah. Faktor X merupakan zat-zat kimia yang mudah larut dalam air dan dapat menimbulkan masalah sebagai berikut:

a. Toksisitas

b. Reaksi-reaksi kimia yang menyebabkan 1. Pengendapan yang berlebihan.

2. Timbulnya busa yang menetap, yang sulit untuk dihilangkan. 3. Timbulnya respon fisiologis yang tidak diharapkan terhadap rasa. 4. Perubahan dari perwujudan fisik air.


(26)

2.5.1 Logam kromium

Kata kromium berasal dari bahasa yunani (chroma) yang berarti warna. Dalam bahan kimia, kromium dilambangkan dengan Cr dan pertama kali ditemukan oleh Vagueline pada tahun 1797. Logam berat kromium (Cr) merupakan logam berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu tinggi, mengkilat, keras, bersifat paramagnetik, dan mempunyai bentuk senyawa-senyawa berwarna (Widowati,w dkk dan palar.2008).

Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mg/kg. kromium yang ditemukan diperairan adalah kromium trivalent (Cr3+) dan kromium heksavalent (Cr6+), namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalent tidak ditemukan. Apabila masuk keperairan kromium trivalent akan di oksidasi menjadi kromium heksavalent yang lebih toxic. (Widowati,w dkk dan palar.2008).

Dalam badan perairan, Kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Masuknya kromium yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktifitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga. (palar.2008).

Dalam badan perairan terjadi bermacam-macam proses kimia mulai dari proses pengompleksan sampai pada reaksi redoks. Proses kimia tersebut juga


(27)

pengompleksan dan sistem redoks. Dapat terjadinya pengendapan dan atau sedimentasi logam Cr di dasar perairan. Proses-proses kimiawi yang berlangsung dalam badan perairan juga dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa reduksi dari senyawa-senyawa Cr6+ yang sangat beracun menjadi Cr3+ yang kurang beracun. Peristiwa reduksi yang terjadi atas senyawa Cr6+ menjadi Cr3+ dapat berlangsung bila badan perairan berada dan atau mempunyai lingkungan yang bersifat asam, untuk perairan yang bersifat basa. Ion-ion Cr3+ akan mengendap (palar.2008).

2.5.2 Efek toksik logam kromium

Kromium merupakan mikronutrien bagi mahluk hidup, tetapi bersifat toksik dalam dosis tinggi. Kromium dibutuhkan untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Kromium bisa menyebabkan hiperglisemia, glikosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh, munculnya penyakit radiovaskuler, menurunnya jumlah sperma dan menyebabkan infertilitas (Widowati,W 2008).

Logam kromium adalah bahan kimia yang bersifat persisten, bioakumulatif, dan toksik yang tinggi serta tidak mampu terurai dalam lingkungan. Sulit diuraikan, dan akhirnya diakumulasi dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya terhadap manusia secara berurutan, mulai dari tingkat toksisitas terendah yakni, Cr(0), Cr(III), Cr(VI). Cr(VI) pada umumnya 1000 kali lipat lebih toksik dibandingkan Cr(III). Kromium Cr(III) bersifat kurang toksksik dibandingkan Cr(VI). Tidak bersifat iritatif, serta tidak korosif (Widowati,W 2008).


(28)

Kromium sebagai ion bervalensi enam bersifat karsinogenik pada saluran pernapasan kumulatif pada tingkat konsentrasi mg/l dalam air minum. Konsentrasi unsur ini dalam air minum yang melebihi standar maksimum yang ditetapkan kemungkinan dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada sistem pencernaan dan sistem pernapasan. (Palar, 2008).

Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai standar oleh Depatemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mg/l. angka ini sesuai dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service,

maupun WHO European, maupun WHO Internasional. (sutrisno, 2004).

2.6 Teori umum kolorimetri

Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metoda ini didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu larutan.

Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik oleh ahli kimia. Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan ditambahkannya reagensia yang tepat, intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan menangani kuantitas yang diketahui dari zat itu dengan cara yang sama.


(29)

Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun komponen yang belum berwarna, namun dengan menggunakan reagen pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa berwarna yang merupakan fungsi dari kandungan komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti jumlah molekul zat penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini dijadikan dasar perhitungan.

Kolorimetri terbagi atas 2 metoda yaitu : a) Kolorimetri visual

Menggunakan mata sebagai detektor b) Kolorimetri Fotolistrik

Menggunakan fotosel sebagai detektornya.

Syarat metoda kolorimetri adalah harus berwarna. Jika larutan tidak berwarna maka dilakukan dahulu pengomplekan dengan penambahan reagen pewarna. Sedangkan syarat pewarnaan ini antara lain :

- Warna yang terbentuk harus stabil

- Reaksi pewarnaan harus selektif

- Larutan harus transfaran

- Kesensitifannya tinggi

- Ketepatan ulang tinggi

- Warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi

Asas dasar kebanyakan pengukuran kolorimetri terdiri dari pembandingan warna yang dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tidak diketahui dengan warna


(30)

yang sama yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan itu. Pembandingan kuantitatif kedua larutan itu pada umumnya dapat dilakukan oleh salah satu dari beberapa metode. Dan metode yang digunakan pada metode ini adalah metode fotometer fotolistrik.

2.7 Penetapan Kadar Logam Kromium secara Kolorimetri

Logam kromium termasuk logam kelompok mikroelemen, sehingga jumlahnya sangat sedikit sekali dalam kondisi normal. Larutan kromium dapat diukur dengan menggunakan alat kolorimetri. Transmitans larutan diukur pada 365 – 370 nm.

Cara pengujian kadar kromium di dalam air dengan menggunakan alat kolorimetri fotolistrik. Kromium dan logam lain dalam sampel bereaksi dengan penambahan Croma Ver 3 yang berisikan acidic buffer dan 1,5 diphenylcarbohydrazide yang memberikan warna purple (ungu). Larutan sampel diukur dengan menggunakan kolorimetri.


(31)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Analisa kadar kromium (Cr) dilakukan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Sunggal, bagian Instalasi Pengolahan Air (IPA) di laboratorium Pengendalian Mutu yang bertempat di Jln. Pekan Sunggal No. 1a Medan Sunggal.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan

3.2.1 Sampel

1. Air baku, yaitu air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu di kecamatan Pancur Batu dan melintasi kecamatan Medan Sunggal.

2. Air reservoir, yaitu merupakan air yang telah melalui serangkaian proses pengolahan yang siap untuk diteruskan pada konsumen.

3.2.2 Alat

Colorimeter DR/890, kuvet 25 ml.

3.2.3 Bahan


(32)

3.3 Prosedur

3.3.1 Prosedur Analisa Kromium

1. Dihidupkan alat DR/890 Colorimeter

2. Ditekan “PRGM” kemudian tekan ”13” untuk analisa Kromium 3. Ditekan “ENTER”, layar akan menunjukkan mg/l Cr6+

4. Diisi kuvet pertama (sebagai blanko) dan kuvet kedua (sebagai sampel) dengan 10 ml sampel air

5. Ditambahkan 1 bungkus Croma Ver 3 Reagent Powder Pillow ke dalam kuvet pertama dan kuvet kedua, diaduk hingga larut

6. Ditekan “TIMER” kemudian “ENTER” ditunggu sampai 5 menit

7. Setelah waktunya tercapai, diletakkan blanko pada dudukan kuvet dan ditutup

8. Ditekan “ZERO”, layar akan menunjukkan 0.00 mg/l Cr6+

9. Diletakkan kuvet kedua (sampel) pada dudukan kuvet dan ditutup. Ditekan “READ”, Dicatat hasil analisa Kromium yang ditunjukkan layar, percobaan dilakukan sebanyak tiga kali. Kemudian dihitung kadar rata-rata dan data yang diambil adalah rata-rata-rata-rata dari deviasi terkecil. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 27.


(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil analisis kadar kromium (Cr) pada air baku dan air reservoir pada tanggal 26 Februari 2014 pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Data Analisa

No. Sampel Kadar (mg/l) Deviasi (%) Kadar sebenarnya (mg/l)

1 Air Baku 1 0.045 11,11 -

2 Air Baku 2 0.04 0 0,04

3 Air Baku 3 0,045 11,11 -

1 Air Resevoir 1 0,025 20 -

2 Air Resevoir 2 0,03 0 0,03

3 Air Resevoir 3 0,025 20 -

4.2 Pembahasan

Analisa kadar kromium menggunakan alat Colorimeter DR/890. Pada sampel air baku dapat dilihat pada table diatas. Kadar yang digunakan adalah kadar dengan deviasi terendah yang dalam hal ini adalah Kadar Air Baku 2 = 0,04

mg/L dengan deviasi = 0% . Dimana menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, kadar maksimal air baku untuk kromium adalah 0.05 mg/L. Dari data di atas dinyatakan bahwa air baku sungai Belawan yang mengalir dari hulu ke hilir melintasi kecamatan Pancur Batu dan kecamatan Medan Sunggal layak untuk


(34)

digunakan sebagai air baku untuk pengolahan air, karena tidak melewati ambang batas air baku yang telah ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.

Sedangkan, Analisa kadar kromium pada sampel air reservoir. Kadar yang digunakan adalah kadar dengan deviasi terendah yang dalam hal ini adalah air

Reservoir 2 = 0,03 mg/L dengan deviasi = 0%. Dimana menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, kadar maksimal air Reservoir

untuk kromium adalah 0.05 mg/L. Dari data di atas dinyatakan bahwa air

Reservoir layak untuk digunakan oleh masyarakat/konsumen, karena tidak

melewati ambang batas air baku yang telah ditetapkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, dan pengolahan air baku menjadi air reservoir yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi IPA Sunggal adalah baik.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa air sungai belawan layak digunakan sebagai air baku di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal karena tidak melewati batas kadar maksimal menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tanggal 14 Desember tahun 2001.

2. Dari analisis yang dilakukan pada air Reservoir yang terdapat di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal, dapat disimpulkan bahwa pengolahan yang dilakukan di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal baik karena kadar kromium pada air baku berkurang setelah melewati proses pengolahan, dan memenuhi syarat baku mutu air reservoir menurut Peraturan Menteri Kesahatan No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tanggal 19 April 2010

5.2Saran

Diharapkan pemerintah menata pemukiman yang ada disekitar aliran sungai belawan yang melewati kecematan pancur batu dan medan sunggal untuk mencegah terjadinya pencemaran air


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Alamtsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman. 221.

Basset. J, dkk, 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit: Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Gabriel, J.F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman 11.

Joko, T. (2010). Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Baku. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Halaman 11, 53, 113

Mangku, (1997). Air Untuk Kehidupan. Jakarta: Penerbit Grasindo. Halaman 9. Palar, Heryando.(2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Jakarta:

Penerbit Rineka Cipta

Slamet, S.J. (2002). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Universitas Gadjah Mada. Halaman 82.

Sutrisno, T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Halaman 1-2, 8, 12-19, 52-60.

Wardhana, A.W. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf, R. (2008). Efek Toksik Logam Pencegahan


(37)

Lampiran 1

Perhitungan Rata-Rata dan Deviasi:

1. Rata-Rata dan Deviasi Kadar Kromium (Cr) pada Air Baku:

Hasil Uji : 1. Percobaan 1(K1) = 0,04 mg/L 2. Percobaan 2 (K2) = 0,05 mg/L 3. Percobaan 3 (K3) = 0,04 mg/L

 Rata-rata data 1dan 2

Kadar rata-rata 1 (Krt1) = (K1+K2)/2

= (0,04+0,05)/2

= 0,045 mg/L

Deviasi (d1) = %

= , ,

, %

= 11,11 %

 Rata-rata data 1dan 3

Kadar rata-rata 2 (Krt2) = (K1+K3)/2

= (0,04+0,04)/2

= 0,04 mg/L

Deviasi (d2) = %

= , ,

, %


(38)

Lampiran 1 (sambungan)

 Rata-rata data 2 dan 3

Kadar rata-rata 3 (Krt3) = (K2+K3)/2

= (0,05+0,04)/2

= 0,045 mg/L

Deviasi (d3) = % = , ,

, %

= 11,11 %

 Kadar yang digunakan adalah kadar dengan deviasi terendah yang dalam hal ini adalah Kadar rata-rata 2 (Krt2) = 0,04 mg/L dengan deviasi = 0%

2. Rata-Rata dan Deviasi Kadar Kromium (Cr) pada Air Reservoir:

Hasil Uji : 1. Percobaan 1(K1) = 0,03 mg/L 2. Percobaan 2 (K2) = 0,02 mg/L 3. Percobaan 3 (K3) = 0,02 mg/L

Rata-rata data 1dan 2

Kadar rata-rata 1(Krt1) = (K1+K2)/2 = (0,03+0,02)/2


(39)

Lampiran 1 (sambungan)

Deviasi (d1) = % = , ,

, %

= 20%

 Rata-Rata data 1dan 3

Kadar rata-rata 2(Krt2) = (K1+K3)/2

= (0,03+0,03)/2

= 0,03 mg/L

Deviasi (d2) = % = , ,

, %

= 0 %

 Rata-Rata data 2dan 3

Kadar rata-rata 3 (Krt3) = (K2+K3)/2

= (0,02+0,03)/2

= 0,025 mg/L

Deviasi (d3) = % = , ,

, %


(40)

 Kadar yang digunakan adalah kadar dengan deviasi terendah yang dalam hal ini adalah Kadar rata-rata 2 (Krt2) = 0,03 mg/L dengan deviasi = 0%

Lampiran 1 (sambungan)

3. Tabel data analisis kromium pada air baku dan air reservoir

  Hasil perhitungan kadar kromium (Cr) diatas dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Data Analisa

No. Sampel Kadar (mg/l) Deviasi (%) Kadar sebenarnya (mg/l)

1 Air Baku 1 0.045 11,11 -

2 Air Baku 2 0.04 0 0,04

3 Air Baku 3 0,045 11,11 -

4 Air Resevoir 1 0,025 20 -

5 Air Resevoir 2 0,03 0 0,03

6 Air Resevoir 3 0,025 20 -

Keterangan : 1. Rata-rata Percobaan Air Baku 1 dan 2

2. Rata-rata Percbaan Air Baku 1 dan 3

3. Rata-rata Percobaan Air Baku 2 dan 3

4. Rata-rata Percobaan Air Resevoir 1 dan 2


(41)

Lampiran 2


(42)

Lampiran 3

Peraturam Pemerintah No. 82 Tahun 2001 standar kualitas baku mutu air baku dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 2. Baku Mutu Air Baku

No Parameter Satuan *Kadar maks air minum

1. Temperatur 0C Deviasi 3

2. Kekeruhan NTU -

3. Warna - -

4. Alkalinitas mg/L -

5. Kesadahan mg/L -

6. Besi (Fe) mg/L 0.3

7. Mangan (Mn) mg/L 0.1

8. Aluminium (Al) mg/L -

9. Nitrat (sebagai N) mg/L 10

10. Nitrit (sebagai N) mg/L 0.06

11. Amonia mg/L 0.5

12. pH mg/L 6-9

13. DO mg/L -

14. CO2 Agresif mg/L -

15 Seng (Zn) mg/L 0.05

16. Sianida mg/L 0.02

17. Kromium mg/L 0.05

18. Daya hantar listrik µs/cm -

19. Klorida mg/L -

20. Sulfida mg/L 0.002


(43)

Lampiran 4

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 3. Baku Mutu Air Reservoir

No Parameter Satuan *Kadar maks air minum

1. Temperatur 0C Suhu udara ±3 0C

2. Kekeruhan NTU 5

3. Sisa Chlor mg/L 0.3 – 1.0

4. Alkalinitas mg/L -

5. Kesadahan mg/L 500

6. CO2 Agresif mg/L -

7. Daya Hantar Listrik µs/cm -

8. Besi (Fe) mg/L 0.3

9. Mangan (Mn) mg/L 0.4

10. Aluminium (Al) mg/L -

11. Nitrat (NO3) mg/L 50

12. Nitrit (NO2) mg/L 3

13. Amonia mg/L 1.5

14. pH - 6.5-8.5

15. Seng (Zn) mg/L 3

16. Sianida mg/L 0.07

17. Kromium mg/L 0.05

18. Klorida mg/L 250


(1)

Lampiran 1 (sambungan)  Rata-rata data 2 dan 3

Kadar rata-rata 3 (Krt3) = (K2+K3)/2

= (0,05+0,04)/2 = 0,045 mg/L

Deviasi (d3) = %

= , ,

, %

= 11,11 %

 Kadar yang digunakan adalah kadar dengan deviasi terendah yang dalam hal ini adalah Kadar rata-rata 2 (Krt2) = 0,04 mg/L dengan

deviasi = 0%

2. Rata-Rata dan Deviasi Kadar Kromium (Cr) pada Air Reservoir:

Hasil Uji : 1. Percobaan 1(K1) = 0,03 mg/L

2. Percobaan 2 (K2) = 0,02 mg/L

3. Percobaan 3 (K3) = 0,02 mg/L

Rata-rata data 1dan 2

Kadar rata-rata 1(Krt1) = (K1+K2)/2

= (0,03+0,02)/2 = 0,025 mg


(2)

Lampiran 1 (sambungan)

Deviasi (d1) = %

= , ,

, %

= 20%  Rata-Rata data 1dan 3

Kadar rata-rata 2(Krt2) = (K1+K3)/2

= (0,03+0,03)/2 = 0,03 mg/L

Deviasi (d2) = %

= , ,

, %

= 0 %  Rata-Rata data 2dan 3

Kadar rata-rata 3 (Krt3) = (K2+K3)/2

= (0,02+0,03)/2 = 0,025 mg/L

Deviasi (d3) = %

= , ,

, %


(3)

 Kadar yang digunakan adalah kadar dengan deviasi terendah yang dalam hal ini adalah Kadar rata-rata 2 (Krt2) = 0,03 mg/L dengan

deviasi = 0%

Lampiran 1 (sambungan)

3. Tabel data analisis kromium pada air baku dan air reservoir

  Hasil perhitungan kadar kromium (Cr) diatas dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Data Analisa

No. Sampel Kadar (mg/l) Deviasi (%) Kadar sebenarnya (mg/l) 1 Air Baku 1 0.045 11,11 -

2 Air Baku 2 0.04 0 0,04 3 Air Baku 3 0,045 11,11 - 4 Air Resevoir 1 0,025 20 - 5 Air Resevoir 2 0,03 0 0,03 6 Air Resevoir 3 0,025 20 -

Keterangan : 1. Rata-rata Percobaan Air Baku 1 dan 2

2. Rata-rata Percbaan Air Baku 1 dan 3

3. Rata-rata Percobaan Air Baku 2 dan 3

4. Rata-rata Percobaan Air Resevoir 1 dan 2

5. Rata-rata Percobaan Air Resevoir 1 dan 3


(4)

Lampiran 2


(5)

Lampiran 3

Peraturam Pemerintah No. 82 Tahun 2001 standar kualitas baku mutu air baku dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 2. Baku Mutu Air Baku

No Parameter Satuan *Kadar maks air minum

1. Temperatur 0C Deviasi 3

2. Kekeruhan NTU -

3. Warna - -

4. Alkalinitas mg/L -

5. Kesadahan mg/L -

6. Besi (Fe) mg/L 0.3 7. Mangan (Mn) mg/L 0.1 8. Aluminium (Al) mg/L - 9. Nitrat (sebagai N) mg/L 10 10. Nitrit (sebagai N) mg/L 0.06

11. Amonia mg/L 0.5

12. pH mg/L 6-9

13. DO mg/L -

14. CO2 Agresif mg/L -

15 Seng (Zn) mg/L 0.05 16. Sianida mg/L 0.02 17. Kromium mg/L 0.05 18. Daya hantar listrik µs/cm -

19. Klorida mg/L -

20. Sulfida mg/L 0.002


(6)

Lampiran 4

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 3. Baku Mutu Air Reservoir

No Parameter Satuan *Kadar maks air minum

1. Temperatur 0C Suhu udara ±3 0C

2. Kekeruhan NTU 5

3. Sisa Chlor mg/L 0.3 – 1.0

4. Alkalinitas mg/L -

5. Kesadahan mg/L 500

6. CO2 Agresif mg/L -

7. Daya Hantar Listrik µs/cm -

8. Besi (Fe) mg/L 0.3

9. Mangan (Mn) mg/L 0.4

10. Aluminium (Al) mg/L -

11. Nitrat (NO3) mg/L 50

12. Nitrit (NO2) mg/L 3

13. Amonia mg/L 1.5

14. pH - 6.5-8.5

15. Seng (Zn) mg/L 3

16. Sianida mg/L 0.07

17. Kromium mg/L 0.05

18. Klorida mg/L 250