Diplomasi Publik Kerangka Konseptual

spesies yang dilindungi dan sekaligus memperkenalkan keindahan alam Indonesia yang belum banyak diketahui oleh masyarakat internasional.

1.7.2 Diplomasi Publik

Aktifitas diplomasi publik dapat melengkapi upaya-upaya diplomasi yang dilakukan aktor-aktor pemerintah. Keterlibatan publik diharapkan dapat membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan wakil-wakil pemerintah selain memberi masukan dan memberikan cara pandang yang berbeda dalam memandang suatu masalah. Dalam hal diplomasi jalur pertama memiliki keterbatasan karena bergerak dalam kerangka kekuasaan dan interaksi yang kaku, kekakuan ini dapat diimbangi oleh jalur diplomasi melalui berbagai upaya yang fleksibel dan informal. 27 Diplomasi publik juga bertujuan untuk menumbuhkan opini masyarakat yang positif dinegara lain melalui interaksi dengan kelompok-kelompok kepentingan. Oleh karena itu, pelakunya dituntut melakukan komunikasi antar budaya terkait dengan perubahan sikap masyarakat, saling pengertian dalam melihat persoalan-persoalan politik luar negeri. 28 Di dalam uraian mengenai berbagai hal yang melandasi diplomasi publik dan pengertiannya secara definitif, peneliti memberi kesimpulan bahwa diplomasi publik adalah suatu aktifitas diplomasi yang mengikutsertakan pihak publik. Perumpamaan ini mengemukakan dengan dasar bahwa diplomasi bukan lagi semata-mata hanya merupakan 27 Djelantik, Sukawarsini. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Aktor, Isu dan Metodologi, Graha Ilmu, Yogyakarta, Hal. 24. 28 Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktek, Graha Ilmu, Yogyakarta, Hal. 213. transformasi hubungan antar negara, tetapi mulai bergeser memberikan perluasan definisi dengan memperhitungkan perubahan masyarakat dari berbagai pihak yang berhubungan secara transnasional. Akses informatif yang membuat warga negara maupun pihak lain non-state menjadi partisipan aktif berbagai agenda diplomasi baru yang dibentuk untuk kepentingan masyarakat atau publik. 29 Pergeseran dalam pelaku diplomasi non-birokrat dan peran serta media yang sangat penting semakin mendorong pengaplikasian diplomasi publik. Sementara itu, Jan Mellisen mendefinisikan diplomasi publik sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi lain di luar negaranya dengan cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut terhadap suatu negara. 30 Berdasarkan definisi itu, dapat dikatakan bahwa diplomasi publik berfungsi untuk mempromosikan kepentingan nasional melalui pemahaman, menginformasikan, dan mempengaruhi publik di luar negeri. Karenanya, diplomasi publik merupakan salah satu instrumen soft power. 31 Pelaku diplomasi publik adalah pemerintah dan non-pemerintah termasuk organisasi non- pemerintah, media massa, serta masyarakat dan perorangan dengan tujuan untuk membentuk opini atau pandangan serta mengumpulkan dukungan publik tentang aspek-aspek yang menjadi muatannya. Diplomasi publik dalam bidang kebudayaan yang dilakukan pemerintah Indonesia, diharapkan dapat memperluas wawasan publik melalui informasi yang diberikan, membangun citra Indonesia serta mengurangi miss-persepsi negara lain terhadap negara Indonesia, sehingga 29 Ibid 30 Melissen, Jan. 2006. Public Diplomacy Between Theory and Practice:. A European Perspective, Hal. 43. 31 Hennida, Citra. 2010. Jurnal Masyarakat dan Kebudayaan , Diplomasi Publik dalam Politik Luar Negeri, , Volume 22 No. 1:17-23. diharapkan dapat menciptakan suatu suasana kondusif dalam kerjasama bilateral antar negara atau dalam berinteraksi dalam dunia internasional. Dalam percaturan di dunia internasional, soft diplomacy merupakan suatu upaya yang paling sering dilakukan oleh suatu negara karena dianggap lebih efektif untuk mencapai kepentingan nasional dibandingkan dengan cara-cara lainnya. Bentuk diplomasi bermacam-macam termasuk di dalamnya adalah diplomasi kebudayaan. 32 Diplomasi dengan menggunakan kebudayaan dianggap efektif untuk mencapai kepentingan nasional suatu bangsa karena pelaksanaannya dilakukan secara damai tanpa ada unsur pemaksaan atau tekanan dari salah satu pihak. 33 Pada masa sekarang ini penggunaan kebudayaan sebagai suatu sarana diplomasi menjadi semakin penting, karena dilakukan dengan cara damai dan tanpa menggunakan kekerasan serta tanpa unsur paksaan. Kebudayaan memiliki arti luas karena memiliki ruang lingkup bahasan yang sangat luas pula. Kebudayaan bukan sekedar suatu kesenian atau adat istiadat saja, tetapi juga merupakan segala bentuk hasil dan upaya manusia. Secara harfiah kata budaya sendiri mengandung arti „budi’ dan „akal’, baik yang terjabar sebagai „daya dari budi’ yang berupa cipta, rasa, karsa, maupun sebagai hasil dari cipta, rasa, dan karsa itu sendiri. 34 Diplomasi kebudayaan dianggap oleh banyak kalangan sebagai media sangat potensial karena semua masyarakat luas dapat berperan di dalamnya. 32 Warsito, Tulus dan Kartikasari, Wahyuni. 2007. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkem-bang, Studi Kasus Indonesia , Yogyakarta: Ombak, Hal. 27. 33 Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi , Jakarta: PT. Rineka Cipta, Hal.181. 34 Ibid, Hal. 181

1.7.3 Nation Branding