Observasi respon perilaku dan fisiologis

8 9. Respon afektif Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, dan banyak faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri klien.

b. Observasi respon perilaku dan fisiologis

Banyak respon nonverbal yang bisa dijadikan indikator nyeri. Salah satu yang paling utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar, menggigiti bibir bawah, dan seringai wajah dapat mengindikasikan nyeri. Selain ekspresi wajah, respon perilaku lain yang dapat menandakan nyeri adalah vokalisasi mis., erangan, menangis, berteriak, immobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri, gerakan tubuh tanpa tujuanmis., menendang-nendang, membolak-balikkan tubuh diatas kasur, dll. Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada sumber dan durasi nyeri. Pada awal awitan nyeri akut, respon fisiologis dapat meliputi peningkatan tekanan darah, nadi, dan pernafasan, serta dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis. Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama, dan saraf simpatis telah beradaptasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan berkurang bahkan tidak ada. Karenanya, penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu respon fisiologis sebab bisa jadi respons tersebut merupakan indikator yang buruk untuk nyeri Mubarak Chayatin, 2007. 9 Hayward 1975 mengembangkan sebuah alat ukur nyeri painometer dengan skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 untuk keadaan tanpa nyeri dan ujung lainnya nilai 10 untuk kondisi nyeri paling hebat. Untuk mengukurnnya, penderita memilih salah satu bilangan yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut waktu. Intensitas nyeri ini sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan keluarga. Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan beberapa kategori Mubarak Chayatin, 2007. Skala Nyeri Hal yang dirasakan Tidak nyeri 1 Seperti gatal, kesetrumnyut-nyutan 2 Seperti melilit atau terpukul 3 Seperti perih 4 Seperti keram 5 Seperti tertekan tergesek 6 Seperti terbakarditusuk-tusuk 7-9 Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol pasien dengan aktivitas yang biasa dilakukan 10 Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh pasien Keterangan 0 Tidak nyeri 1-3 Nyeri ringan 4-6 Nyeri sedang 7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol 10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol 10 Sedangkan skala nyeri McGill McGill scale mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan lima angka, yaitu 0: tidak nyeri, 1: nyeri ringan, 2: nyeri sedang, 3: nyeri berat, 4: nyeri sangat berat, dan 5: nyeri hebat. Selain kedua skala di atas, ada pula skala wajah, yakni Wong-Baker FACES Rating Scale yang ditujukan untuk klien yang tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami gangguan kognisi dan berkomunikasi Mubarak Chayatin, 2007.

2. Analisa Data