1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia pada tahun 2004 sebanyak 12.
1
Berdasarkan laporan dari WHO pada “Global Status Report on Noncommunicable Diseases
2010” didapatkan bahwa pada tahun 2008, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian karena
penyakit tidak menular di seluruh dunia dengan angka kematian 17 juta jiwa.
2
Berdasarkan laporan dari WHO pada “Noncommunicable Diseases Country Profiles
2011” didapatkan bahwa pada tahun 2010, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 30 dari
angka kematian total.
3
Berdasarkan laporan data Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2007, didapatkan bahwa penyakit jantung memiliki prevalensi
nasional sebesar 7,2.
4
Penyakit jantung iskemik adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia pada tahun 2012 sebanyak 13,2. Penyakit jantung iskemik menyebabkan
6 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2000 dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 7,4 juta kematian.
5
Berdasarkan laporan RISKESDAS 2007, penyakit jantung iskemik menyebabkan 5,1 kematian pada semua kelompok umur.
4
Penyakit kardiovaskular yaitu penyakit jantung iskemik berada di peringkat ke 4 dari 20 penyebab utama Disability Adjusted Life Years Lost DALYs pada semua
usia. Penyakit jantung iskemik menyebabkan sekitar 62,6 juta DALYs pada tahun 2004. WHO memperkirakan bahwa penyakit jantung iskemik sebagai penyebab
DALYs yang menempati peringkat ke-4 pada tahun 2004 akan meningkat menempati peringkat ke-2 pada tahun 2030.
1
Sindrom Koroner Akut SKA adalah kondisi yang mengancam nyawa yang berkontribusi terhadap angka kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Walaupun sudah diberikan penanganan, namun sampai saat ini SKA masih tetap
memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Peran kunci dalam penanganan SKA yang efisien, aman dan cost-effective dilakukan dengan
mengevaluasi faktor prediktor agar dapat memberikan terapi yang optimal.
6
SKA terdiri dari Angina Pektoris Tidak Stabil APTS, non ST-segment elevation myocardial infarction NSTEMI, dan ST-segment elevation myocardial
infarction STEMI.
7
SKA ini lebih dari 90 terjadi akibat dari adanya ruptur
plak ateroma yang menyebabkan agregasi trombosit sehingga terbentuk trombus di dalam dinding pembuluh darah. Trombus ini bisa menyebabkan oklusi parsial
dan total. Oklusi parsial berkaitan erat dengan APTS dan NSTEMI, sedangkan oklusi total berkaitan erat dengan STEMI.
8
Major Adverse Cardiac Events MACE terdiri dari kematian kardiovaskular dan nonkardiovaskular, infark miokard berulang, stroke, dan
revaskularisasi intervensi koroner perkutan berulang. Angka mortalitas pasien SKA di Intensive Coronary Care Unit ICCU Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2010 sebanyak 17,5.
9
Pada Global Registry of Acute Coronary Events GRACE dari 14 negara didapatkan angka MACE 4,6.
10
Major Adverse Cardiac Events MACE pada pasien SKA dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu tekanan darah sistolik, denyut jantung, usia, jenis
kelamin, riwayat keluarga, diabetes, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, kadar asam urat, enzim jantung, syok kardogenik, dan deviasi segmen ST.
11-24
Tekanan darah sistolik admisi yang lebih rendah atau hipotensi merupakan faktor risiko terjadinya MACE pada pasien SKA. Pada penelitian menggunakan
analisis multivariat yang dilakukan Olivia dkk, didapatkan bahwa pasien SKA dengan tekanan darah sistolik ≤100 mmHg memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk terjadinya MACE OR 2,74; IK 95 1,28-5,88.
25
Denyut jantung admisi yang lebih tinggi merupakan faktor risiko terjadinya MACE pada pasien SKA. Pada penelitian Tobias dkk, didapatkan
bahwa pasien SKA dengan denyut jantung 100 kali per menit memiliki risiko terjadinya MACE yang lebih tinggi OR 1,38; IK 95 1,21-1,58.
26
Pada penelitian ini, dilihat dua faktor prediktor yang dapat mempengaruhi terjadinya MACE pada pasien SKA, yaitu tekanan darah sistolik dan denyut
jantung. Tekanan darah sistolik dan denyut jantung merupakan komponen dari tanda vital. Tanda vital terdiri dari tekanan darah sistolik, denyut jantung,
frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh. Berdasarkan penelitian Olivia dkk dan Tobias dkk, telah diketahui bahwa tekanan darah sistolik dan denyut jantung
merupakan faktor risiko terjadinya MACE pada pasien SKA.
25,26
Maka dari itu tekanan darah sistolik dan denyut jantung diteliti pada penelitian ini karena
keduanya adalah faktor risiko terjadinya MACE pada pasien SKA yang merupakan komponen dari tanda vital yang dapat diukur dengan cepat ketika
pasien pertama kali datang dengan keluhan SKA. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kohort retrospektif
berbasis penelitian prognostik dalam memprediksi kejadian MACE pada pasien sindrom koroner akut.
1.2. Rumusan Masalah