orang 68,4, tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner sejumlah 394 orang 84,2, tidak memiliki riwayat diabetes melitus sejumlah
318 orang 67,9. Jenis sindrom koroner akut pada sebagian besar subjek penelitian adalah Unstable Angina Pectoris UAP atau Angina Pektoris Tidak
Stabil APTS sejumlah 209 orang 44,7.
4.2.2. Hubungan Tekanan Darah Sistolik dengan kejadian MACE
Penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tekanan darah sistolik dengan kejadian MACE p0,001. Dengan analisis multivariat regresi logistik,
didapatkan bahwa pasien dengan sindrom koroner akut yang memiliki tekanan darah sistolik admisi ≤100 mmHg memiliki risiko mengalami kejadian MACE
selama masa perawatan 6.80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan sindrom koroner akut yang memiliki tekanan darah admisi 100 mmHg OR 6,80;
IK 95 3,53-13,09; p0,001. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Olivia dkk,
dimana pasien SKA dengan tekanan darah sistolik admisi ≤100 mmHg memiliki
risiko mengalami MACE lebih tinggi OR 2,74; IK 95 1,28-5,88.
25
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Christos dkk, dimana didapatkan bahwa pasien dengan sindrom koroner akut yang
memiliki tekanan darah sistolik admisi 100 mmHg memiliki laju mortalitas in- hospital yang lebih tinggi daripada pasien sindrom koroner akut yang memiliki
tekanan darah sistolik admisi 100 mmHg p0,001. Dengan analisis multipel regresi logistik dan di adjust, didapatkan bahwa kemungkinan mortalitas in-
hospital 27 lebih rendah setiap peningkatan tekanan darah sistolik setiap 10 mmHg pada saat admisi OR 0,73; IK 95 0,66-0,90.
11
Hasil penelitian ini sesuai degan penelitian Christopher dkk, bahwa pada analisis regresi logistik setiap penurunan tekanan darah sistolik admisi sebanyak
20 mmHg, maka memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dengan OR 1,4 IK 95 1,27-1,45.
11
Tekanan darah sistolik admisi yang rendah menunjukan bahwa kombinasi antara curah jantung dan resistensi perifer total tidak seimbang. Tekanan darah
sistolik admisi yang rendah dapat terjadi karena pasien mengalami infark yang masif sehingga terjadi disfungsi ventrikel kiri dan gangguan pada sistem konduksi
atrioventrikular. Tekanan darah sistolik admisi yang rendah juga dapat terjadi karena pasien mengalami STEMI inferior yang menyebabkan terjadinya
hiperaktivitas autonom sehingga membuat aktivitas parasimpatis berlebih. Tekanan darah sistolik admisi yang rendah juga dapat terjadi karena pasien
mengalami syok kardiogenik. Ketika tekanan darah sistolik admisi menurun maka akan terjadi gangguan perfusi pembuluh darah koroner sehingga akan
meningkatkan kemungkinan terjadi MACE.
8
4.2.3. Hubungan Denyut Jantung dengan kejadian MACE