Pengertian Politik KAJIAN TEORI

7. Kamalat Syah, memerintah Aceh selama sebelas tahun 1688-1699, atas perintah kaum ulama berdasarkan surat fatwa Makkah, kemudian digantikan oleh Sultan Badr al- ‘Alam Syarif Hasyim Jamal al-Din. 8. Dayang Lela, menjadi Ratu Mempawa di Pantai Barat Kalimantan pada tahun 1790. Beliau adalah janda dari Panembahan Adi Jaya Kusuma. 9. Dayang Bomi, Raja Perempuan Negeri Gandis di tepi pantai Sungai Melawi, Kalimantan Barat, memerintah pada tahun 1824. 10. Aji Siti, memerintah Negeri Kota Bangun-Bangun Kutei pada tahun 1847. Beliau merupakan janda Sultan Kutei Muhammed Motslihu’uddin. 11. Pada tahun 1870, tidak sedikit kaum perempuan memegang tampuk pemerintahan di Kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan. Ratu Daeng Pasuli memegang pemerintahan Perserikatan Aja Tamparang daerah Sawito dan daerah Alita oleh Ratu Pada. Raja Perempuan Adi Matanang memegang pemerintahan di daerah Rapang Raja dan daerah Barru dipegang oleh Raja Perempuan Siti Aisya dan kemudian diberi nama Basse Barru. I Madina Daeng Bau, Raja Perempuan di daerah Tanah Turatea dan tanah perdikan Ternate pernah pula diperintah oleh seorang perempuan bernama We Tanri Ole. Pada masa perang melawan kolonial, perempuan-perempuan tanah air memiliki peranan yang cukup signifikan demi tercapainya kemerdekaan Indonesia. Kesadaran kaum perempuan dalam politik terbangun partisipasinya dalam berbagai bentuk diantaranya bermunculan organisasi-organisasi perempuan, baik yang kooperatif maupun non kooperatif. Melalui organisasi- organisasi, kaum perempuan memiliki peranan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa secara langsung maupun tidak langsung. Putri Mardika muncul sebagai organisasi perempuan pertama pada tahun 1912 di Jakarta, lantas disusul Kautmaan Istri di Tasikmalaya pada tahun 1913, Wanita Susilo pada tahun 1918 di Palembang. 12 Selain daripada itu organisasi- organisasi yang telah ada pun mempunyai bagian perempuan tersendiri, Muhammadiyah memiliki ‘Aisyiyah, Nahdatul Ulama memiliki Muslimat atau Fatayat, Persis didampingi Persistri-nya. Organisasi-organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong Islamitten Bond, Jong Ambon juga mendirikan seksi perempuan. 13 Semangat Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 telah menginspirasikan organisasi-organisasi perempuan untuk menyelenggarkan kongres yang diselenggarakan pertama kalinya pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Hampir tiga puluh perkumpulan perempuan mengikuti kongres ini, mengangkat isu pendidikan dan perkawinan. Sebagai gerakannya, Kongres mengajukan tiga permintaan kepada pemerintah kolonial sebagai berikut: 1 bahwa sejumlah sekolah untuk anak perempuan harus ditingkatkan, 2 penjelasan resmi arti taklik diberikan kepada calon mempelai perempuan pada saat akad nikah, 3 peraturan yang menolong para janda dan anak yatim piatu dari pegawai sipil harus diangkat. 14 Pada Kongres kedua, Nyonya Emma Puradireja dari Bandung dan Nona Sri Umiati dari Cirebon dan beberapa perempuan lainnya memperjuangkan hak 12 Ibid., h. 234 13 Cora Vreede-De Stures, Sejarah Perempuan Indonesia: Gerakan dan Pencapaian. Penerjemah Elvira Rosa dkk, Jakarta: Komunitas Bambu, 2008, h. 134 14 Cora Vreede-De Stures, Sejarah Perempuan Indonesia, h. 134