7. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan
Tugas perkembangan pada umumnya bisa dilaksanakan dengan lancar bila tidak ada rintangan dari lingkungan maupun dari dalam diri remaja sendiri. Kesulitan
yang menghambat kelancaran pelaksanaan tugas perkembangan Gunarsa, 2008.
2.5 Hubungan Motivasi Orang Tua dengan Sikap Hygiene Reproduksi
Remaja Putri
Sikap bukan dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang hayatnya. Pembentukan sikap
merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Walgito 2001 dalam Saam Wahyuni 2013 menyebutkan pembentukan sikap seseorang adalah
perpaduan faktor internal dengan faktor eksternal. Faktor internal seperti keadaan fisiologis, emosi, motif, minat dan aspek-aspek psikologis lainnya. Faktor
eksternal seperti pengalaman, norma-norma, nilai dan pendidikan. Sikap itu muncul dari pengalaman pribadi, pemindahan pengalaman yang menyakitkan, dan
pengaruh sosial. Pengaruh sosial merupakan sumber pembentukan sikap yang paling penting yaitu orang tua, teman sebaya, dan media massa Calhoum
Acocella, 1990; dalam dalam Saam Wahyuni, 2013. Pada masa anak-anak, orang tua relatif lebih mudah untuk mengontrol
pengaruh teman-teman anaknya karena orang tua pada masa anak merupakan tokoh anak dalam pembentukan identitas diri. Pada masa remaja, terjadi
perubahan kelompok referensi reference group dari dalam keluarga kepada kelompok teman sebaya. Pengaruh kelompok teman sebaya sangat dominan pada
masa remaja ini, termasuk pembentukan sikap bagi para remaja Saam Wahyuni, 2013.
Pengaruh sosial yang lain dalam pembentukan sikap adalah media massa. Seperti televisi, surat kabar, majalah, dan radio. Media massa memberi pengaruh
yang mendalam terhadap pembentukan sikap terutama televisi, karena rata-rata orang menonton televisi satu sampai dua jam perhari Saam Wahyuni, 2013.
Kecenderungan remaja usia pubertas mencari informasi di luar keluarga atau orang tua menjadi hal yang bahaya bila tidak mendapat pengawasan dari
orang-orang yang lebih dewasa. Arus informasi yang semakin luas baik di media cetak maupun elektronik membuka kemungkinan bahwa remaja putri mendapat
informasi yang tidak terkendali dan tidak sesuai dengan tahap perkembangannya karena informasi yang mereka dapat memberikan substansi yang salah dan
menyesatkan. Hal ini yang menyebabkan banyak remaja putri meresponnya dalam sikap dan perilaku yang kurang tepat termasuk dalam perawatan hygiene
reproduksi Dewi, 2005. Sianipar 2000 menyatakan bahwa orang tua memegang peranan penting
untuk meningkatkan pengetahuan dan membimbing sikap dan perilaku remaja secara umum dan khususnya kesehatan reproduksi. Idealnya remaja putri
mendapatkan pengetahuan tentang menarche dan perawatan hygiene reproduksi dari ibunya. Dengan pola komunikasi yang baik dan terbuka, remaja dapat
memperoleh dasar pengetahuan tentang menarche dan perawatan hygiene reproduksi dari orang tuanya.
Peran orang tua lainnya yaitu peran edukatif dan peran protektif. Orang tua dalam fungsi edukatif bertanggungjawab tentang pentingnya pertumbuhan,
perkembangan, dan masa depan remaja secara keseluruhan termasuk dalam membimbing dan mengarahkan sikap hygiene reproduksi remaja putri. Peran
orang tua dalam fungsi protektif yaitu orang tua melarang atau menghindarkan remaja dari perbuatan yang tidak diharapkan, mengawasi atau membatasi
perbuatan remaja dalam hal-hal tertentu, menganjurkan untuk melakukan perbuatan yang diharapkan, mengajak bekerja sama dan saling membantu,
memberikan contoh dalam hal yang diharapkan terutama dalam hal pembentukan sikap hygiene reproduksi remaja putri Gunarsa, 2005.
2.6 Kerangka Teori