Hubungan Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Remaja Putri Dengan Tindakan Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan Tahun 2015

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN

DI SMA SUTOMO 2 MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

VINETHA SIMANJUNTAK 1010000065

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ix

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI DENGAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN

DI SMA SUTOMO 2 MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

VINETHA SIMANJUNTAK NIM: 101000065

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ii

ABSTRAK

Personal hygiene vagina adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan. Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap personal higiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

Penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah semua murid kelas X, XI, dan XII berjumlah 433. Sampel adalah sebagian besar dari populasi berjumlah 79 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tergolong sedang (78,5%), sikap responden tergolong sedang (91,1%), tindakan responden tergolong sedang (75,9%). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan personal hygiene dengan pencegahan keputihan (0,00), dan hubungan yang signifikan antara sikap dengan pencegahan keputihan (0,00).

Disarankan kepada siswi SMA Sutomo 2 Medan mencari informasi tentang bagaimana cara menjaga kebersihan vagina yang baik dan benar. Pihak sekolah juga perlu memberikan dorongan kepada anak didiknya untuk secara aktif mencari tahu informasi mengenai personal hygiene dan pencegahan keputihan.


(5)

ABSTRACT

Personal hygiene vagina is action to maintain cleanliness and hygiene in the area of femininity to prevent discharge. Whitish among medically known as leukorrhea or fluorine albus, ie discharge from the vagina. The aim of this study was to determine the relationship of personal hygiene knowledge and attitudes of young women with vaginal discharge prevention in SMA Sutomo 2 Medan 2015.

This research is descriptive analytic survey with cross sectional design. Population are all students of class X, XI, and XII amounts to 433. The sample is largely a population of 79 people.

The results showed that the respondents 'knowledge was moderate (78.5%), the respondents' attitudes were moderate (91.1%), the action of the respondents classified as moderate (75.9%). There is a significant correlation between knowledge of personal hygiene in the prevention of vaginal discharge (0.00), and a significant relationship between attitudes to the prevention of vaginal discharge (0.00).

Suggested to SMA Sutomo 2 field looking for information on how to maintain good vaginal hygiene and correct. The school also needs to encourage their students to actively seek out information on personal hygiene and the prevention of vaginal discharge.


(6)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vinetha Uli M Simanjuntak

Tempat/tanggal lahir : Medan, 10 November 1991

Agama : Kristen Protestan

Alamat Rumah : Jln. Sei Mencirim No. 187- Medan Baru

Nama Orangtua : Ayah : Anter Kitos, S.P.

Ibu : Fatima Yunita Tobing

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996 – 1997 : TK Methodis 1 Medan

Tahun 1997 – 1999 : SD Methodis 1 Medan

Tahun 1999 - 2003 : SDN 173106 Tarutung

Tahun 2003 – 2006 : SMP Swasta St. Maria Tarutung

Tahun 2006 – 2009 : SMA Swasta Sutomo 2 Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI DENGAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA SUTOMO 2 MEDAN TAHUN 2015”.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik dari segi moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku ketua departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman selama menuntut ilmu di FKM USU

4. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.kes, selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Namora Lumongga Lubis, Msc, Phd, selaku dosen penguji 1 yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.


(8)

vi

7. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS, selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar Departemen Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara, terimakasih untuk pembelajaran yang telah diberikan kepada ppenulis selama ini.

9. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina Dra., MSi, selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan petunjuk selama penulis mengikuti perkulihaan di FKM USU.

10. Bapak Hendra, S.T., M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Sutomo 2 Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMA Sutomo 2 Medan

11. Orangtua penulis, Anter Kitos Simanjuntak, S.P. serta adik tersayang Joshua Simanjuntak, SE, Regina Simanjuntak, Yolanda Simanjuntak, Natan Fernando, Abigael Simanjuntak terimakasih atas dukungan moril, materil serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

12. Ronny Tamba, terimakasih sudah banyak memberikan dukungan kepada penulis, terimakasih telah banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat: Christ malau, Bernike, Only, Rosmawati Sinaga, Mentari, Arsika, Deshtry, terimakasih untuk motivasi dan kebersamaannya

14. Teman seperjuangan selama skripsi : Melda, Ayu, Hesty, kak Fatimah, Ina, dan semua teman-teman PKIP yang telah banyak memberikan


(9)

15. dukungan serta semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak yang belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Oktober 2015


(10)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Umum ... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 perilaku ... 11

2.1.1 konsep perilaku ... 11

2.1.2 Bentuk Perilaku ... 12


(11)

2.2.1 Pengertian Remaja ... 22

2.2.2 Tumbuh Kembang Remaja ... 23

2.2.3 Perubahan Fisik Pada Remaja ... 24

2.3 Personal Hygiene ... 26

2.3.1 Pengertian Personal Hygiene ... 26

2.3.2 Tujuan Personal Hygiene ... 26

2.3.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Personal Hygiene ... 27

2.4 Keputihan ... 30

2.4.1 Pengertian Keputihan ... 30

2.4.2 Penyebab Keputihan... 31

2.4.3 Pencegahan Keputihan ... 36

2.5 Kerangka Konsep ... 39

2.6 Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Populasi dan Sampel ... 42

3.3.1 Populasi ... 42

3.3.2 Sampel ... 42

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4.1 Data Primer ... 44


(12)

x

3.5 Definisi Operasional... 45

3.6 Aspek Pengukuran ... 47

3.7 Tehnik Analisa Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

4.2 Analisis Univariat... 51

4.2.1 Karakteristik Personal Responden ... 51

4.2.2 Sumber Informasi Responden ... 52

4.2.3 Pengetahuan Tentang Personal Hygiene ... 53

4.2.4 Sikap Tentang Personal Hygiene ... 59

4.2.5 Tindakan Terhadap Pencegahan keputihan ... 63

4.3 Hasil Analisa Bivariat ... 66

BAB V PEMBAHASAN ... 69

5.1 Karakteristik Responden ... 69

5.2 Pengetahuan Tentang Personal Hygiene ... 69

5.2.1 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan... 69

5.2.2 Pengetahuan Remaja Putri tentang Pengertian Kebersihan Vagina ... 70

5.2.3 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan Saat Menstruasi ... 72

5.2.4 Pengetahuan Remaja Putri Dalam Membasuh vagina ... 73

5.2.5 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Manfaat Mencukur Bulu Vagina ... 75


(13)

5.3 Sikap Tentang Personal Hygiene ... 77

5.3.1 Sikap Remaja Putri Dalam Penggunaan Celana Dalam ... 77

5.3.2 Sikap remaja Putri Dalam Penggunaan Pembalut dan Pantyliner ... 78

5.3.3 Sikap Remaja Putri Dalam Penggunaan cairan Antiseptic Vagina ... 79

5.3.4 Sikap Remaja Putri Tentang manfaat Mencukur Bulu Vagina ... 80

5.3.5 Kategori Sikap Responden Tentang Personal Hygiene ... 81

5.4 Tindakan Pencegahan Remaja Putri... 82

5.4.1 Tindakan Remaja Putri Dalam Membasuh Vagina ... 82

5.4.2 Tindakan remaja Putri Dalam Menggunakan Celana Dalam ... 83

5.4.3 Tindakan Remaja Putri Dalam Menggunakan Cairan Pembersih Vagina .... 84

5.4.4 Tindakan Remaja Putri Dalam Mencukur Bulu Vagina ... 85

5.4.5 Kategori Tindakan Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri ... 86

5.5 Hubungan Pengetahuan Personal Hygiene Dengan Pencegahan Keputihan ... 87

5.6 Hubungaan Pengetahuan Personal Hygiene Dengan sikap personal hygiene ... 88

5.7 Hubungan Sikap Personal Hygiene Dengan Pencegahan Keputihan ... 90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 92

6.1 Kesimpulan ... 92

6.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 91 DAFTAR LAMPIRAN


(14)

xii Hasil Output

Surat Penelitian


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 Medan berdasarkan tiap kelas ... 51 Tabel 4.2 Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 berdasarkan umur... ... 52 Tabel 4.3 Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 Berdasarkan Informasi... 52 Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Personal Hygiene

Dalam Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan Tahun 2015 ... 53 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

di SMA Sutomo 2 Medan... 58 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Personal

Hygiene Terhadap Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan ... 59 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap di SMA

Sutomo 2 Medan ... 62 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pencegahan

Terhadap Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan ... 63 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan

di SMA Sutomo 2 Medan... 65 Tabel 4.10 Hasil uji Chi Square Hubungan Variabel Independen (Pengetahuan

dan Sikap Personal Hygiene) Terhadap Tindakan Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan

Tahun 2015... ... ...66 Tabel 4.11 Hasil uji Chi Square Hubungan Variabel Independen (Pengetahuan

Personal Hygiene) Terhadap Sikap Personal Hygiene di SMA Sutomo 2 Medan


(16)

ii

ABSTRAK

Personal hygiene vagina adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan. Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap personal higiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

Penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah semua murid kelas X, XI, dan XII berjumlah 433. Sampel adalah sebagian besar dari populasi berjumlah 79 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tergolong sedang (78,5%), sikap responden tergolong sedang (91,1%), tindakan responden tergolong sedang (75,9%). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan personal hygiene dengan pencegahan keputihan (0,00), dan hubungan yang signifikan antara sikap dengan pencegahan keputihan (0,00).

Disarankan kepada siswi SMA Sutomo 2 Medan mencari informasi tentang bagaimana cara menjaga kebersihan vagina yang baik dan benar. Pihak sekolah juga perlu memberikan dorongan kepada anak didiknya untuk secara aktif mencari tahu informasi mengenai personal hygiene dan pencegahan keputihan.


(17)

ABSTRACT

Personal hygiene vagina is action to maintain cleanliness and hygiene in the area of femininity to prevent discharge. Whitish among medically known as leukorrhea or fluorine albus, ie discharge from the vagina. The aim of this study was to determine the relationship of personal hygiene knowledge and attitudes of young women with vaginal discharge prevention in SMA Sutomo 2 Medan 2015.

This research is descriptive analytic survey with cross sectional design. Population are all students of class X, XI, and XII amounts to 433. The sample is largely a population of 79 people.

The results showed that the respondents 'knowledge was moderate (78.5%), the respondents' attitudes were moderate (91.1%), the action of the respondents classified as moderate (75.9%). There is a significant correlation between knowledge of personal hygiene in the prevention of vaginal discharge (0.00), and a significant relationship between attitudes to the prevention of vaginal discharge (0.00).

Suggested to SMA Sutomo 2 field looking for information on how to maintain good vaginal hygiene and correct. The school also needs to encourage their students to actively seek out information on personal hygiene and the prevention of vaginal discharge.


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Yusuf, 2007). Remaja atau asolescene berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”, mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik (Proverawati).

Masa pubertas, menggambarkan dampak perubahan fisik dan pengalaman emosional mendalam. Pada saat yang sama, perubahaan sosial melainkan peran utama dalam masa remaja (Masland, 2006). Remaja memiliki tumbuh kembang yang berbeda,tingkat masa remaja ada beberapa hal Masa remaja awal (10-12 tahun), Masa remaja tengah (13-15 tahun), Masa remaja akhir (16-19 tahun), (Kusmiran, 2011).

Menurut hasil sensus jumlah remaja di Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau 18,5% dari seluruh penduduk di Indonesia (Sarwono, 2011). Remaja akan mengalami masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi. Masa remaja akan dikenal sebagai masa storm dan stress dimana terjadi pergolakan emosi yang


(19)

diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi.

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Laksamana, 2010). Personal hygiene adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan (Laksamana, 2010).

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik yang cukup ramai dibicarakan di Indonesia sejak sekitar menjelang awal tahun 2000, antara lain sebagai dampak dari gencarnya penyelenggaraan pertemuan regional dan internasional yang membahas secara lebih cermat masalah-masalah kependudukan dan pembangunan. Masalah reproduksi menyajikan fakta seputar kesehatan reproduksi, baik positif maupun negatif, mendorong berbagai pihak, baik pemerintah, perorangan, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam menyosialisasikan sekaligus memberikan jalan keluar yang tepat atas masalah kesehatan reproduksi yang terjadi . Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Remaja kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga menghasilkan generasi yang sehat (Proverawati, 2009).


(20)

3

Dalam kehidupannya, seorang wanita akan mengalami berbagai tahapan dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga tua. Puncak dari serangkaian perubahan-perubahan tersebut adalah mulainya seorang remaja putri mengalami menstruasi. Pada sebagian orang saat menjelang menstruasi akan mengalami keputihan. Keputihan ini normal (fisiologis) selama jernih (beniing) tidak berbau, tidak terasa gatal dan dalam jumlah yang tidak berlebihan, bila cairan berubah menjadi kuning, bau dan disertai rasa gatal maka akan terjadi keputihan patologis.

Keputihan adalah keluhan yang sering menyerang perempuan dan tidak mengenal usia. Sedangkan pengertian keputihan sendiri adalah keluaranya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak disertai rasa gatal setempat, dapat terjadi secara normal (fisiologis) maupun abnormal (patologis). Pada masa remaja akan mengalami perkembangan pada organ reproduksinya, organ reproduksi pada remaja pempuan akan lebih sensitive daripada laki-laki karena saluran reproduksinya lebih pendek (Kusmiran, 2011).

Keputihan abnormal disebabkan oleh infeksi atau peradangan , ini terjadi karena perilaku yang tidak sehat dan tidak menjaga kebersihan alat genital nya. Contonya seperti, mencuci vagina dengan air kotor, menggunakan cairan pembersih vagina yang berlebihan, cara cebok yang salah, stress yang berkepanjangan, merokok dan menggunakan alkohol, penggunaan bedak tacum / tissu dan sabun dengan pewangi pada daerah kwanitaan, serta sering memakai atau meminjam barang-barang seperti perlengkapan mandi yang memudshkan penularan keputihan (kusmiran, 2011).


(21)

Pada kondisi normal vagina dapat mengeluarkan cairanyang berasal dari rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbahui. Jika cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina yang berlebih keadaan tersebut disebut keputihan. Keputihan patologis, merupakan keputihan yang tidak normal yang terjadi infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena keganasan. Infeksi bisa akibat dari virus, bakteri, jamur dan parasit bersel satu Tricomonas Vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi saat berhubungan seks, penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi (Pratiwi, 2012)

Akibat dari keputihan sangat fatal bila lambat ditangani. Tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar kandungan dikarenakan terjadi penyumbatan pada salur tuba, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang merupakan pembunuh nomor satu bagi wanita dengan angka insiden kanker servik mencapai 100 per 100.000 penduduk pertahun yang bisa berujung dengan kematian (Iskandar SS, 2011). Sedangkan jumlah penderita kanker rahim dinegara maju seperti Amerika Serikat, mencapai sekitar 12.000 per tahun dan untuk penderita kanker rahim di Indonesia diperkirakan 90-100 per 100.000 penduduk (Nasdaldy, 2010).

Jumlah wanita di dunia pada tahun 2013 sebanyak 6,7 milyar jiwa dan yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%. Untuk indonesia jumlah wanita sekitar 237.641.326 jiwa 75%. Penelitian di Sumatera utara sebanyak 37,4 juta jiwa menunjukkan 75% remaja mengalami keputihan, di kota Medan pada 2013 sebanyak 855.281 jiwa dan sebanyak 45% pernah mengalami keputihan


(22)

5

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 79% wanita termasuk remaja putri di dunia pernah menderita keputihan, minimal sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih. Di Indonesia, 75% wanita mengalami keputihan minimal 1 kali dalam hidupnya (Shadine, 2012).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena negaara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum kawin atau remaja putri yang berumur 15-24 tahun yang termasuk dalam kategori remaja akhir yaitu sekitar 31,8%. Hal ini menunjukkan bahwa remaja lebih beresiko mengalami keputihan (Egan 2011)

Di Indonesia sekitar 70% remaja putri mengalami keputihan. Usia terbanyak adalah (16-20 tahun) sekitar 42%. Hal tersebut akan berkaitan erat dengan kondisi cuaca yang lembab sehingga wanita di Indonesia mudah terkena keputihan. Karena mudah terkena infeksi jamur. Keputihan tersebut cenderung disebabkan oleh minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama pada bagian organ genitalianya (Dechacare, 2010).

Dari berbagai penelitian 30 tahun terakhir menunjukkan bahwa infeksi saluran kemih (ISK), Human Papiloma Virus (HPV), disebabkan karena kurangnya pengetahuan seorang wanita pada saat keputihaan sehingga virus tersebut akan berkembangbiak dalam organ kelamin wanita dalam kondisi lembab (Proverawati 2009). Masalah fisik yang timbul dari kurangnnya pengetahuan


(23)

tentang personal hygiene beresiko untuk terjadi infeksi saluran kemih (ISK) (Proverawati, 2009).

Pada kondisi normal vagina dapat mengeluarkan cairanyang berasal dari rahim. Umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, dan tidak berbahui. Jika cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina yang berlebih keadaan tersebut disebut keputihan. Keputihan patologis, merupakan keputihan yang tidak normal yang terjadi infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena keganasan. Infeksi bisa akibat dari virus, bakteri, jamur dan parasit bersel satu Tricomonas Vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi saat berhubungan seks, penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi (pratiwi, 2012).

Faktor-faktor yang memicu berkembangnya PHS antara lain karena pengetahuan yang rendah, apalagi remaja yang secara biologis servik-nya belum matang. Karena berada dalam masa peralihan, maka pada remaja sering ditemukan masalah-masalah yang berkaitan erat dengan tumbuh kembang tubuhnya. Terutama dalam hal ini adalah organ reproduksi yang memberi dampak besar terhadap kehidupan remaja di masa datang. Terlebih pada remja putri yang memang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa dengan bentuk dan fungsi tubuh yang sangat istimewah dan juga sangat rentan terhadap gangguan dari luar, dalam hal ini Infeksi pada Saluran Reproduksi (ISR) dengan gejala yang umum adalah keputihan (Pratiwi, 2012)

WHO menyatakan bahwa 5% remaja didunia terjangkit PMS dengan gejala keputihan setiap tahunnya, bahkan di Amerika Serikat 1 dari 8 remaja


(24)

7

penelitian yang dilakukan dibagian Obgya RSCM, diperoleh data tahun 2005-2010 sebanyak 2% (usia 11-15 tahun), 12 % (usia 16-20 tahun) dari 223 remaja mengalami keputihan karena tidak mengetahui cara menjaga kebersihan alat genitalnya (Gay dkk., 2010). Gejala keputihan yang dialami oleh remaja puteri berumur 15-24 tahun , sesuai dengan data (SKRRI, 2010), dalam 12 bulan terakhir menunjukkan pada remaja tersebut cukup banyak sekitar 31,8%. Ini menunjukkan remaja putri mempunyai resiko lebih tinggi terhadap infeksi atau keputihan patologis, (SKRRI, 2010).

Berdasarkan penelitian Julianti (2010) pada remaja putri SMUN 16 Medan, pengetahuan dan sikap remaja putri tentang keputihan bahwa ditemukan 46,7% tidak mengetahui pengertian keputihan dan distriibusi frekuensi yang menjawab sikap positif 73,3%, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aprisia (2013) di SMAN 3 Medan remaja dengan pengetahuan baik tentang keputihan 74,6% dan sikap positif sebanyak 78%. Begitu juga di Indonesia, perilaku sehat pencegahan keputihan patologis masih perlu diperhatikan. Berdasarkan penelitian di dusun serba jadi Kecamatan Natur Lampung selatan tentang kebersihan organ reproduksi dalam mencegah keputihan dari 69 responden, yang memiliki kategori baik 25,86%, cukup 67,24%, dan kategori kurang 6,8%. Vivi (2011) tentang gambaran prilaku kebersihan vagina terhadap pencegahan keputihan remaja putri di SMAN 2 Medan, pengetahuan baik 11,5%, sedang 57,8%, dan cukup 30,7%.

Berdasarkan survey awal pada bulan Febuari 2015 di SMA Sutomo 2 , 10 siswi ada 7 orang yang menyatakan kurang memahami masalah keputihan dan tidak adanya penyuluhan kesehatan reproduksi mengenai keputihan dari petugas


(25)

kesehatan. Seluruh siswi bersikap malu-malu jika membicarakan tentang kesehatan reproduksi terutama tentang cara merawat alat reproduksi yang baik, jika ada masalah keputihan mereka enggan untuk memeriksakan diri kepuskesmas dan para siswi kurang memperhatikan kebersihan organ genital nya dengan alasan tertentu. Dari 10 orang remaja, 5 orang remaja ditemukan merasa bingung, belum mengerti cara membersihkan atau merawat alat kelamin/alat reproduksi, 3 orang mengatakan sudah mendapat informasi tentang keputihan dan perawatan alat kelamin baik dari orang tua, maupun buku-buku. Yang lebih memprihatinkan 2 orang masih belum memahami bahaya dari keputihan dan tidak mengerti bahwa keputihan berlebih bisa menyebabkan kanker.

Dari 10 orang siswi ditemukan juga mengakui masih lebih suka menggunakan celana dalam ketat dengan alasan tertentu. Masih ada 4 siswi juga ditemukan mengganti pembalut hanya pagi dan malam hari saja pada saat menttruasi.

Dari uraian di atas, tingkat pengtahuan remaja tentang tentang personal hygiene genital masih kurang, dan cara menjaga kebersihan organ genital untuk mencegah keputihan perlu dikaji lebih dalam, untuk itu perlu diadakan suatu penelitian yang mengkaji tentang masalah tersebut dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut; apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap


(26)

9

personal higiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di Sma Sutomo 2 Medan.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap personal higiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui karakteristik remaja putri (umur, kelas, tempat tinggal) tentang personal hygiene dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

2. Untuk mengetahui pengetahuan personal hygiene remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

3. Untuk mengetahui sikap personal hygiene remaja putri tentang pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

4. Untuk mengetahui tindakan pencegahan keputihan di SMA sutomo 2 Medan tahun 2015

5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015. 6. Untuk mengetahui hubungan sikap personal hygiene remaja putri dengan

pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.

7. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene remaja putri dengan sikap personal hygiene di SMA Sutomo 2 Medan tahun 2015.


(27)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak :

1. Bagi SMA Sutomo 2 Medan

Untuk memberika informasi tentang keputihan khususnya bagaimana menjaga kebersihan alat genital sehingga tidak terjadi keputihan kepada siswi SMA Sutomo 2 Medan.

2. Bagi Mahasiswi FKM USU

Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain yang ingin meneliti tentang hubungan pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri dengan pencegahan keputihan.

3. Bagi peneliti

Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera utara dan merupakan pengalaman dalam membuat karya tulis ilmiah.


(28)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Perilaku

2.1.1. Konsep perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahkluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahkluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan dilakukan, yaitu antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori skinner disebut “S-O-R” (Stimulus -Organisme-Respons). Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


(29)

a. Perilaku tertutup (Cover Behaviour)

Perilaku tertutup terjadi bila respons stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus bersangkutan.

b. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar “observeable bahaviour)

Menurut Green Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu, faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Perilaku sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), meliputi ;

Pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2. Faktor pendukung (enabling factor), meliputi :

Lingkungan fisik, fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat, kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3. Faktor pendorong ( renforcing factor), meliputi:

Sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.


(30)

13

2.1.2. Bentuk perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge) b. Sikap (attitude)

c. Tindakan (practice) a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau


(31)

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obejek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagi penggunaan hokum- hokum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk meletakkan atau ,menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(32)

15

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obejk. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

Menurut teori WHO, faktor-faktor perilaku dapat dibedakan menjadi dua,yaitu :

a. Faktor-faktor Internal

Yaitu faktor-faktor yang ada di dalam diri individu itu sendiri, misalnya : karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, sikap, dan sebagainya) yang dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab, pertumbuhan profesional dan intelektual yang dialami seseorang. Sebaliknya, apabila seseorang merasa tidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya, dapat dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar diri individu.

b. Faktor-faktor Eksternal

Yaitu faktor-faktor yang ada di luar individu yang bersangkutan. Faktor ini mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan/motif untuk berbuat sesuatu, misalnya pengalaman, fasilitas, sumber informasi, penyuluhan dan pembinaan.


(33)

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama antara berbagai faktor, baik faktor internal dan eksternal.

Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu untuk menentukan manusia berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk medapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga mendapat kualitas hidup (Notoadmojo 2010)

b) Pekerjaan

Menurut Thomas (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenanga, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. c) Umur

Menurut Elisabet BH (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan


(34)

17

2. Faktor Eksternal a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

System sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempegaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

b. Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berprestasi dan merasa dalam menghadapi, obek, iide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek. Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat, dan emosi yang bersangkutan senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya.

Menurut Newcomb, yang dikutip (Notoatmodjo, 2007) salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Seperti halnya penegetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :


(35)

1. Menerima (receiving)

Menerima diiartikan sebagi seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Sikap terjadi karena adanya rangsangan sebagai objek sikap yang harus diberi respon baik responya positif ataupun negative, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju dan sebaginya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai dua kemungkinan, yaitu sikap positif ataupun sikap negative terhadap suatu objek atau sikap. Siikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetuji, mendukung, memihak (favorable) atau tidak menyetujui, tidak mendukung, tidak memihak (unfavorable) suatu objek sikap . bila seseorang mempunyai sikap mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap berarti


(36)

19

mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan (Fishbein 1978 dalam simangunsong 2011).

Sikap ini ditunjukkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontiniu dar positif melalui areal netral kearah negatif. Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif kearah menuju negatif, sebagai hasil penilaian terhadap objek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan ekstrim positif dan negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut menunjukkan suatu prosedur pengukuran yang menempatkan sikap seseoorang dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif menuju ekstrim negatif .

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” , dan “tidak setuju” terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

c. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap, menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses


(37)

selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan. Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kwalitasnya, yakni :

1. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila suatu subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau mengunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hati, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tidakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

Teori WHO dalam Notoadmodjo (2007) menjelaskan 4 alasan pokok mengapa seseorang berperilaku, yaitu :


(38)

21

1. Pemikiran dan perasaan ( Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimabangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal refrence) merupakan faktor penganut sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimabangan indiviidu.

3. Sumberdaya (resources) yang tersedia merupakan ppendukung untuk bersikap positif atau negative terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan individu tersebut.

4. Sosial budaya (culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.

(Notoatmodjo, 2007).

Teori Shenandu B Kar dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa 5 determinan perilaku yaitu :

a. Adanya niat (intention) : niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya. Misalnya orang mau membuat jamban/WC keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai “niat” untuk melakukan tindakan tersebut.

b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya didalam kehidupan seseorang dimasyarakat, perilaku tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia


(39)

akan merasa kurang atau tidak “nyaman”. Demikian pula untuk berperilaku orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya.

c. Terjangkaunya informasi (accessibility of information) adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang.

d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi 9personal otonomy) dalam mengambil keputusan untuk bertindak.

e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation) untuk bertidak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya, jelas sangat tergantung ppada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan.

2.2.Remaja

2.2.1. Pengertian Remaja

Remaja atau asolescene berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”, mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik (Proverawati). Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Yusuf, 2007).


(40)

23

2.2.2. Tumbuh Kembang Remaja Putri

Remaja putri memiliki tumbuh kembang (kusmiran, 2011), yaitu :

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur. Fungsi patologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal, kelenjar organ reproduksi (kusmiran, 2011).

2. Perkembangan

Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek kualitatif. Terdapat dua konsep perkembangan remaja yaitu nature dan nurture. Konsep nature mengatakan bahwa masa remaja adalah masa badai dan tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan tekanan karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Sedangkan konsep nurture mengatakan tidak semua remaja mengalami badai dan tekanan, hal tersebut tergantung pada pola asuhan dan lingkungan dimana remaja itu tinggal (Kusmiran, 2011).

Perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri, yaitu secara aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. Dalam penyesuaian remaja terdiri dari tiga tahap perkembangan remaja :


(41)

a. Masa remaja awal (10-12 tahun), ciri khasnya: 1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuh dan mulai berpikir abstrak b. Masa remaja tengah (13-15 tahun), ciri khasnya:

1) Mencari identias diri

2) Timbulnya keinginan untuk kencan 3) Punya rasa cinta yang mendalam

4) Mengembang kemampuan berpikir abstrak 5) Berkhayal tentang aktivitas seks

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun), ciri khasnya: 1) Pengungkapan kebebasan diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya 3) Punya citra jasmani diri

4) Dapat mewujudkan rasa cinta 5) Mampu berpikir abstrak

2.2.3. Perubahan Fisik Pada remaja

1. Tanda seks primer

Tanda seks primer adalah organ seks. Pada laki-laki gonade/tetes. Organ itu terletak didalam skrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama 1 atau 2 tahun, kemudian pertumbuhan menurun. Testes berkembang penuh pada usia 20 tahun atau 21 tahun. Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ reproduksi


(42)

25

pria matang, lazimnya terjadi mimpi basah, artinya bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan berhubungan seksual, sehingga mengeluarkan sperma.

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dengan yang lainnyaberbeda. Berat uterus pada anak usia 11 tahun atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang menopause. Menopause bisa terjadi sekitar 50 an (Widyastuti, 2009).

2. Tanda-tanda seks sekunder

Menurut Widyastuti (2009), tanda-tanda seks sekunder adalah: a. Pada laki-laki

1) Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testesdan penis mulai membesar.

2) Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar.

3) Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi lebih aktif, sering kali menyebabkan jerawat karena produksi minyak meningkat.\

4) Otot-otot pada tubuh remaja bertambah besar dan kuat.

5) Terjadi perubahan suara yang mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga meningkat.


(43)

6) Pada usia remaja 12-14 tahun muncul benjolan kecil-kecil sekitar kelenjar susu. Setelah beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun.

b. Pada wanita:

1) Rambut kemaluan pada wanita tumbuh setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.

2) Panggul menjadi berkembang, membesar, dan membulat 3) Payudara membesar dan putting susu menonjol.

4) Kulit menjadi kasar, lebih tebal dan pori-pori membesar.

5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat, kelenjar keringat baunya menusuk sebelum dan sesudah masa haid. Suara berubah menjadi merdu, suara serak jarang terjadi pada wanita (Widyastuti dkk, 2009).

2.3.Personal Hygiene

2.3.1. Pengertian Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Laksamana, 2003). Personal hygiene vagina adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan (Laksamana, 2003).


(44)

27

2.3.2. Tujuan Personal Hygiene

Menurut (Laksaman, 2003) personal hygiene mempunyai tujuan antara lain:

1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2) Memelihara kebersihan diri

3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang 4) Mencegah penyakit

5) Menciptakan keindahan

6) Meningkatkan rasa percaya diri

2.3.3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Personal hygiene

Menurut Sibagaring dkk (2010), selalu menjaga kebersihan daerah intim merupakan tindakan pencegahan keputihan, selain itu mencegah berulangnya keputihan dengan:

1. Perawatan kulit dan wajah

Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi seorang remaja terutama remaja putri. Masalah jerawat pada remaja terkait dengan penampilan mereka. Sangat dianjurkan untuk membersihkan muka dua sampai tiga kali sehari guna membatu mencegah timbulnya jerawat.

2. Kebersihan rambut

Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lain.


(45)

3. Kebersihan tubuh

Kebersihan tubuh sangatlah penting diperhatikan, dan sebaiknya mandi dua kali sehari, dengan sabun mandi biasa, pada saat mandi organ reproduksi perlu cermat dibersihkan.

4. Kebersihan genitalia

Kebersihan vagina adalah kebersihan dan kesehatan daerah kewanitaan untuk mencegah terjadinya keputihan (sibagaring, 2010).

a. Mencuci bagian luar organ seksual setiap buang air kecil dan buang air besar, membasuh dari arah depan kebelakang.

b. Menggunakan air yang bersih (air keran langsung) untuk membasuh organ reproduksi.

c. Mengganti celana dalam dua kali sehari, memakai pakaian dalam berbahan katun untuk mempermudah penyerapan keringat.

d. Membiasakan diri mencukur rambut sekitar daerah kemaluan untuk menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal pada daerah genetalia. Rambut yang tumbuh disekitar daerak kewanitaan pun perlu diperhatikan. Jangan mencabut rambut tersebut. Lubang ini akan menjadi jalan masuk bakteri, kuman dan jamur, yang dikhawatir kan dapat menimbulkan iritasi dan keputihan. Rambut didaerah kewanitaan dapat merangsang pertumbuhan bakteri.


(46)

29

e. Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus tidak dianjurkan. Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat keputihan banyak saja dan jangan memilih pantyliner yang berparfum karena dapat menimbulkan iritasi kulit.

f. Pemakaian pantyliner yang lebih dari > 6 jam akan menyebabkan ntimbulnya bakteri

g. Pada saat menstruasi menggunakan pembalut yang memiliki daya serap yang baik, agar tidak terjadi lembab yang dapat menimbulkan bakteri. h. Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan

cairan pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan semakin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan PH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-PH netral. Setelah memakai sabun hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang tertinggal dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, tetapi jangan digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan genetalia dapat memberikan kesegaran pada tubuh dan memperlancar peredaran darah.

5. Kebersihan pakaian sehari-hari

Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam, gunakan pakaian dalam yang kering dan menyerap keringat karena pakaian dalam yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pemakaian celana dalam yang terlalu ketat sebaiknya dihindari, karena hal ini menyebabkan


(47)

kulit susah bernafat dan akhirnya bisa menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab dan iritasi, untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan yang nyaman dan menyerap keringat, seperti misalnya katun.

2.4.Keputihan

2.4.1. Pengertian Keputihan

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore adalah semua pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ reproduksi. Pengertian lebih khusus keputihan merupakan infeksi jamur candida pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans (Manuaba, 2007).

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 saat mentruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genetalia (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut Rahim, Rahim dan jaringan penyangga, dan pada saat infeksi penyakit hubungan seksual) (Manuaba, 2007).

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis. Gejala keputihan Karena faktor fisiologis antara lain, cairan dari vagina


(48)

31

berwarna kuning, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal, jumlah cairan bisa sedikit. Sedangkan gejala keputihan patologis antara lain, cairan dari vagina keruh dan kental, warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan, berbau busuk, amis, dan terasa gatal, jumlah cairan banyak (Katharini, 2009).

2.4.2. Penyebab Keputihan

Keputihan bukan merupakan suatu penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit, sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genetalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan melalui pewarnaan gram (untuk infeksi jamur), preparat basah (inferksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenis bakteri penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya sel ganas) (Manuaba, 2007).

Menurut ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal adalah infeksi. Organ genetalia pada perempuan yang dapatt terkena infeksi adalah vulva, vagina, leher Rahim, dan rongga Rahim. Infeksi ini disebebkan oleh :

a. Bakteri (kuman) 1. Gonococcus

Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual, yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini menyebabkan kencing nanah, sedangkan pada perempuan menyebabkan keputihan.


(49)

2. Chlamydia trachomatis

Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit gonore.

3. Gardnerella vaginalis

Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina.

a. Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan vagina. Bila jamur candida dalam vagina terdapat jumlah banyak dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Gejala yang timbul sangat bervariasi, tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan yang keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti kepala susu atau susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan berbau asam. Daerah vulva (bibir genetalia) dan vagina meradang disertai maserasi, fisura, dan kadang disertai papulopustular.

Keputihan akibat candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut, jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi pengobatan. Pada suatu saat jamur yang tertelan tadi akan mnyebar ke organ


(50)

33

lain, termasuk ke alat kelamin dan menimbulkan keputihan pada bayi perempuan..

b. Parasit

Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikominiasis. Infeksi akut akibat parasite ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap kelua. Keputihan akibat parasite ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik perdarahan seperti buah strawberry. Bila keputihan sangat banyak, dapat menimbulkan iritasi dilipat paha dan sekitar bibir genetalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abu-abu atau hijau muda sampai kuning. Parasite lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing kremi. Cacing ini biasanya menyerang anak perempuan umur 2-8 tahun. Infeksi terjadi akibat sering main ditanah, atau penjalaran cacing dari lubang dubur kealat genital. Keputihan akibat cacing kremi disertai rasa gatal, sehingga anak sering menggaruk genitalianya sampai menimbulkan luka.

c. Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh virus herpes simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papiloma Virus (HPV). Infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan virus herpes simpleks tipe 2 dapat sebagai faktor pendamping.


(51)

Keluhan yang timbul pada VHS tipe 2 berupa rasa terbakar, nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut. Pada pemeriksaan tampak gelembung-gelembung kecil berisi vesikel (cairan), berkelompok, dengan dasar kemerahan yang cepat pecah dan membentuk tukak yang basah. Kelenjar limfe setempat teraba membesar dan nyeri. Pada perempuan penyakit ini dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan radang dimulut Rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini adalah stres, aktivitas seks, sengatan matahari, beberapa jenis makanan dan kelelahan.

Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2009) antara lain:

a. Benda asing dalam vagina

Benda asing divagina akan meransang produksi cairan yang berlebihan. Pada anak-anak, benda asing dalam vagina berupa biji-bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing dapat berupa tampon, kondom yang tertinggal didalam akibat lepas, saat melakukan senggama, cincin pesarium yang dipasang pada penderita hernia organ kandungan (prolapse uteri), atau adanya IUD pada perempuan yang ber-KB spiral.

Cairan yang keluar mula-mula jernih dan tidak berbau. Tetapi jika terjadi luka dan infeksi dengan jasad renik normal yang biasanya hidup di vagina, keputihan menjadi keruh dan berbau, tergantung penyebab infeksinya.


(52)

35

Keputihan juga dapat ditimbulkan jika ada penyakit diorgan kandungan, misalnya peradangan, tumor atau kanker. Tumor, misalnya papilloma sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada kanker Rahim atau kanker serviks (leher Rahim), cairan yang keluar biasanya banyak disertai bau busuk dan kadang disertai darah.

c. Penyakit menahun atau kelelahan kronis

Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung lama, perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut, terlalu lama berdiri dilingkungan yang panas, peranakan turun (prolapse uteri), dan dorongan seks tidak terpuaskan dan dapat juga menimbulkan keputihan. Keputihan juga berhubungan dengan keadaan lain seperti kencing manis (diabetes mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang mengandung esterogen-progesteron sepertu pil-KB atau memakai obat steroid jangka panjang.

d. Gangguan keseimbangan hormone

Hormone esterogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan lactobacilli doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel epitel skumosa vagina sehingga membrane mukosa vagina membentuk barrier terhadap ivasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal-hal diatas terjadi karena sel epitel vagina yang menebal banyak mengandung glikogen. Lactobacilli doderlein yang dalam keadaan normal hidup di vagina, akan memanfaatkan glikogen tadi selama pertumbuhannya dan hasil metabolismenya akan menghasilkan asam laktat. Timbulnya suasana asam laktat akan menyburkan pertumbuhan lactobacilli dan corynebacteria


(53)

acidogenic, tetapi mencegah pertumbuhan bakteri lainnya. Proses diatas akan mempertahan pH vagina yang dalam keadaan normal memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,5-4,5. Keluarnya mucus servix (lendir leher Rahim) sehingga vagina tidak tersa kering juga dipengaruhi oleh stimulus esterogen.

Hormone esterogen dihasilkan oleh indung telur akan berkurang pada perempuan menjelang dan sesudah menepouse (tidak haid). Akibatnya dinding vagina menjadi kering, produksi glikogen menjadi turun dan lactobacilli menghilang. Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya suasana sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul gatal. Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan menyebabkan terjadinya luka-luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan keputihan. Kekurangan atau hilangnya esterogen juga dapat menyebabkan terjadinya luka-luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan keputihan. Kekurangan atau hilangnya esterogen juga dapat diakibatkan dibuangnya ovarium (indung telur) akibat kista atau kanker, atau karena radiasi (penyinaran) indung telur yang terserang kanker.

Pada masa pubertas, remaja putri masih mengalami ketidak seimbangan hormonal. Akibatnya mereka juga sering mengeluh keputihan selama beberapa tahun sebelum dan sesudah menarche (haid pertama)..

e. Fistel di vagina

Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina dengan kandung kemih atau usu, bisa terjadi akibat cacat bawaab, cedera


(54)

37

persalinan, kanker, atau akibat penyinaran pada pengobatan kanker serviks. Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur feses atau air kemih. Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya.

2.4.3. Pencegahan Keputihan

Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah keputihan patologis antara lainnya:

a. Menjaga kebersihan diantaranya:

1. Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering untuk mencegah timbulnya bakteri dan jamur.

2. Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan lembab (miinimal satu kali 4 jam), sebab jika pembalut sudah penuh dan tidak dapat menyerap lagi akan terjadi kelembaban yang mengakibatkan timbulnya jamur atau bakteri. Haid merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor. Sewaktu haid sering mengganti pembalut karena pembalut juga menyimpan bakteri kalo lama tidak diganti. Bila permukaan pembalut sudah ada segumpal darah haid meskipun sedikit, sebaiknya segera diganti. Gumpalan haid yang ada dipermukaan pembalut tempat sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur.

3. Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi pada vagina.

4. Menghindari penggunann cairan pembersih kewanitaan yang mengandung deodoran dan bahan kimia yang terlalu berlebihan, Karenna hal itu dapat


(55)

mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat meransang munculnya jamur atau bakteri.

5. Setelah buang air besar bersihkan dengan air dan keringkan dari arah depan kebelakang untuk mencegah penyebab bakteri dari anus ke vagina. 6. Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi candida

akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi dan cebok. b. Memperhatikan pakaian, diantaramya:

1. Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya segera diganti dengan kering dan bersih.

2. Menghindari pemakaian celana dalam atau celana panjang yang terlalu ketat karena dapat menyebabkan kelembaban organ kewanitaan.

3. Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya:selesai olahraga dan selesai renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang lembab).

4. Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun menyerap kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:

1. Menghindari seks bebas atau berganti-ganti pasangan tanpa mengguanakan alat pelindung seperti kondom.

2. Mengendalikan stress.

3. Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan yang tinggi gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan.


(56)

39

4. Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat membuat kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi udara meningkatkan kelembaban sekitar vagina.

Apabila mengalami keputihan dan mendapat pengobatan antibiotic oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotic tersebut sampai habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan keputihan tidak datang lagi.

Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang kefasilitas pelayanan kesehatan agar mendapat penaganan dan tidak memperparah keputihan.

Menurut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah keputihan anatara lain:

a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dapat mengganti pakaian dalam dua kali sehari.

b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, menggunakan celana dalam yang harus pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang kedepan.

c. Cara cebok atau membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari dubur kealat genitalia dan saluran kencing.

d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang berlapis-lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan


(57)

menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam dari bahan katun atau kaos.

e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur candida, trichomonas, atau virus yang cukup besar.

2.5.Kerangka Konsep

Berdasarkan pada landasan teori diatas, maka pada penelitian ini dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut.

Karakteristik personal: - Umur

- Kelas

Pengetahuan personal

higiene Sumber informasi :

-media cetak -media eletronik -sekolah

-keluarga

Sikap personal

higiene

Tindakan Pencegahan keputihan


(58)

41

Kerangka konsep ini dibuat berdasarkan teori Benyamin Bloom yang menyatakan tingkat ranah perilaku adalah pengetahuan, sikap, tindakan. Pengetahuan diperoleh berdasarkan faktor internal karakteristik personal yaitu (pendidikan, pekerjaan, usia) dan berdasarkan faktor eksternal berdasarkan informasi yang didapatkan berasal dari lingkungan.

2.6.Hipotesis penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan personal hygiene remaja putri dengan pencegahan keputihan.

2. Ada hubungan antara sikap personal hygiene remaja putri dengan pencegahan keputihan


(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional (Notoatmodjo, 2007) yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putrid dengan pencegahan keputihan.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Sutomo 2 Medan dari bulan Febuari sampai dengan Agustus 2015. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini:

1. Dari hasil survey pendahuluan diketahui

a. 7 dari 10 siswi tidak mengetahui apa pengaruh personal hygiene dengan terjadinya keputihan.

b. Dari 10 orang siswi, 5 orang siswi ditemukan merasa bingung, belum mengerti cara membersihkan atau merawat vagina/alat reproduksi,.

c. 2 orang masih belum memahami bahaya dari keputihan dan tidak mengerti bahwa keputihan berlebih bisa menyebabkan kanker.

d. 6 dari 10 siswi yang selalu memakai pakaian dalam terlalu ketat dengan alasan tertentu.

e. masih banyak siswi tidak rajin mengganti pembalut pada saat mentruasi (hanya pagi dan malam hari saja).


(60)

43

2. Dari hasil survey belum adanya penyuluhan atau informasi tentang kesehatan reproduksi di sekolah baik yang diadakan pihak sekolah, maupun pihak dari luar (petugas kesehatan).

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah 433 pelajar SMA Sutomo 2 Medan yang terdiri dari 163 Siswi kelas X, 140 siswi kelas XI , dan 130 siswi kelas XII.

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus penelitian non-eksperimental dengan N (jumlah populasi) diketahui (Isgiyanto 2009):

NZ 2P (1-P)

n=

Nd2+ Z2P (1-P

Keterangan:

n = Besar sampel

N = besar populasi

d = Galat pendugaan (0,1)


(61)

p = Proporsi populasi (0,5)

Maka:

433 (1,96)2 0,5 (1-0,5)

n =

433 (0,1)2 + (1,96)2 0,5 (1-0,5) 415,853

=

5,2904

= 78,60

= 79 Orang

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi yang dipilih untuk menjadi anggota sampel dan teknik yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling yaitu teknik sampling yang digunakan bila anggota tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 1999). Untuk


(62)

45

mempermudah penelitian maka besar sampel yang diperoleh dari setiap kelas yaitu:

163

kelas X = X 79 = 30 orang

433

: 140

kelas XI = X 79 = 25 orang

433

130

kelas XI = X 79 = 24 orang

433

Maka Total seluruhnya adalah 79 orang.

Dengan pembagian kelas yaitu:

Kelas X

Kelas X1 6responden


(63)

Kelas X3 6 responden

Kelas X4 6 responden

Kelas X5 6 responden

Kelas XI

Kelas XI IPA1 5 responden

Kelas XI IPA2 5 responden

Kelas XI IPA3 5 responden

Kelas XI IPS1 5 responden

Kelas XI IPS2 5 responden

Kelas XII

Kelas XII IPA1 5 responden

Kelas XII IPA2 5 responden

Kelas XII IPA3 5 responden

Kelas XII IPS1 5 responden


(64)

47

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling yaitu pengambilan secara acak pada masing-masing kelas (Isgiyanto, 2009).

3.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data primer

a. Pengetahuan personal hygiene remaja putri mengenai pencegahan keputihan

b. Sikap personal hygiene remaja putri mengenai pencegahan keputihan. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. Pelaksanaan wawan cara berpedoman kepada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran umum sekolah yang diperoleh dari dokumen sekolah sebagai lokasi penelitian, serta data mengenai jumlah kelas X, kelas XI dan Kelas XII.

3.5.Defenisi Operasional 1. Karakteristik siswa

a. Umur adalah usia responden dari mulai lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir.

b. Kelas adalah jenjang tingkat pendidikan responden

c. Tempat tinggal adalah tempat yang digunakan responden untuk tinggal atau beristirahat dalam waktu yang lama


(65)

2. Sumber informasi adalah asal informasi yang diperoleh Siswi SMA Sutomo 2 Medan tentang personal hygiene dan pencegahan keputihan

a. Media cetak adalah penyampaian informasi-informasi, dari kertas yang tertulis, yang berisikan kalimat dan gambar tentang personal hygiene dengan pencegahan keputihan.

b. Media elektronik sarana komunikasi yang mempergunakan alat elektronik sebagai perantara dalam penyampaian informasi tentang personal hygiene.

c. Sekolah adalah tempat siswi untuk mendapatkan ilmu dan informasi mengenai personal hygiene yaitu SMA Sutomo 2 Medan.

d. Keluarga adalah Orang yang memiliki hubungan darah dengan siswi SMA Sutomo 2, yang memberikan informasi tentang personal hygiene dengan pencegahan keputihan.

e. Teman adalah seseorang yang memiliki hubungan baik dan memiliki komunikasi yang baik dengan siswi SMA Sutomo 2 Medan, yang memberikan informasi tentang personal Hygiene dengan pencegahan keputihan

3. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan disini menyangkut segala sesuatu yang diketahui siswi tentang personal hygiene dan pencegahan keputihan


(66)

49

4. Sikap merupakan respon yang masih tertutup siswi terhadap personal hygiene.

5. Personal hygiene adalah memelihara kebersihan dan kesehatan pada daerah kewanitaan untuk mencegah keputihan.

6. Keputihan adalah cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ reproduksi.

7. Tindakan pencegahan keputihan adalah memelihara kebersihan dan kesehatan vagina agar tidak terjadi keputihan.

3.6.Aspek pengukuran

1. Untuk mengukur tingkat pengetahuan, setiap pertanyaan diberikan bobot nilai 2 jika benar 1 dan 0 jika jawaban salah, nilai maksimal = 40 dan nilai minimal = 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden sebagai berikut : (Arikunto, 1998)

f. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 75%

g. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 45%-75%

h. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden < 45%

2. Untuk mengukur tingkat sikap, jenis pertanyaan dibagi menjadi 2 jenis pertanyaan, yaitu positif dan negative. Untuk pertanyaan positif , Setujul (S) diberi nilai 1 dan tidak setuju (TS) diberi nilai 0. Sedangkan untuk


(67)

pertanyaan negatif sikap setuju (S) diberi nilai 0,dan tidak setuju (TS) diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat sikap responden sebagai berikut :

a. Tingkat sikap baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 11

b. Tingkat sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar antara 10-7

c. Tingkat sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh responden < 6 3. Untuk mengukur tingkat tindakan, setiap pertanyaan diberikan bobot nilai

1 jika benar dan 0 jika jawaban salah. Untuk pertanyaan 2, 4, 5, 7,8,13 adalah jenis pertanyaan negatif, yang apabila menjawab ya mendapat nilai 0 dan apabila menjawab tidak mendapat nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat tindakan responden sebagai berikut :

a. Tingkat tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 11 b. Tingkat tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden

berksar antara 10-7

c. Tingkat tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden , 6. 3.7.Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisa dan dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan selanjutnya diuraikan dalam bentuk narasi sesuai literature yang ada. Jenis analisis yang digunakan adalah :


(68)

51

1. Analisa univariat

Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variable yang diteliti.

2. Analisa bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (pengetahuan dan sikap personal hygiene remaja putri) dengan variable dependen (ketepatan dalam pencegahan keputihan). Dari hasil ini akan diketahui variable independen yang bermakna secara statistik dengan variable dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (p , 0,05). Jika p , 0,05, untuk melihat hubungan antara variable independen dengan variabel dependen.


(69)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Perguruan Sutomo adalah sekelompok sekolah swasta di Medan, Indonesia yang dikelola yayasan perguruan Sutomo, yang terdiri dari Sutomo 1 dan Sutomo 2. Lebih dari 15 ribu siswa bersekolah di perguruan Sutomo. Mayoritas siswanya adalah warga keturunan Tionghoa (sekitar 80%), sedangkan etnis Tionghoa mewakili 40% komposisi guru. Kebanyakan guru SD adalah masyarakat etnis tionghoa, sedangkan kebanyakan guru SMP/SMA adalah masyarakat etnis Batak. Siswa Sutomo telah beberapa kali mengikuti olimpiade sains (baik Fisika, Biologi, Kimia

SMA Sutomo terletak di jalan Deli Indah IV no.6, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Di SMA Sutomo 2 Medan, terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuler, beberapa diantaranya yaitu, bahasa jepang dan jerman, majalah dinding (majalah dinding berbahasa inggris, majal dinding berbahasa Indonesia, majalah dinding tentang Jepang), olahraga (ataletik Bola Basket, bola voli, bulu tangkis, tenis meja), kesenian (dance, fotografi, kerajinan tangan, korps musik, paduan suara, seni lukis, rubik’s cube), bimbingan olimpiade (biologi, ekonomi, fisika, kimia, geografi, matematika, komputer, astronomi).

SMA Sutomo 2 Medan memiliki beberapa fasilitas yang berguna untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, yaitu ruangan laboratorium, perpustakaan,


(70)

53

ruangan untuk belajar agama, mushollah, dan ruangan kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Adapun ruangan untuk siswa terdiri dari:

Kelas X : terdiri dari 5 Kelas

Kelas XI : terdiri dari 5 kelas

Kelas XII : terdiri dari 5 kelas

4.2.Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel karakteristik personal, variabel sumber informasi, variabel pengetahuan, variabel sikap, dan variabel tindakan siswi SMA Sutomo 2 Medan tentang personal hygiene dalam pencegahan keputihan.

4.2.1. Karakteristik Personal Responden

Responden dalam penelitian ini adalah siswi perempuan SMA Sutomo 2 Medan yang berjumlah 79 orang. Karakteristik personal yang diambil adalah umur dan kelas responden.

a. Kelas

Berdasarkan hasil penelitian, gambaran kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(71)

Tabel4.1. Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 Medan Berdasarkan Tiap Kelas

Kelas Jumlah (n) Presentase (%)

X XI XII

30 25 24

38,0 31,6 30,4

Jumlah 79 100,0

Dari tabel 4.1. dapat dilihat bahwa berdasarkan kelas dari sampel yang diambil, kelas X 30 orang (38,0%), kelas XI 25 orang (31,6%), dan kelas XII 24 orang (30,4%).

b. Umur

Berdasarkan hasil penelitian, didtribusi umur dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Distribusi Siswi SMA Sutomo 2 Medan Berdasarkan Umur

Umur Jumlah (n) Presentase (%)

16 tahun 17tahun 18 tahun

34 26 19

43,0 32,9 24,1

Jumlah 79 100,0

4.2.2. Sumber Informasi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, dari 79 responden dapat kita ketahui sumber informasi responden tentang personal hygiene dengan pencegahan keputihan. Distribusi sumber informasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(1)

N Percent N Percent N Percent

total * sikap 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%

total * sikap Crosstabulation Count

Sikap

Total baik sedang Kurang

total baik 0 6 0 6

sedang 1 56 5 62

kurang 0 10 1 11

Total 1 72 6 79

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 51.426a 4 .000

Likelihood Ratio 24.532 4 .000

Linear-by-Linear Association

19.974 1 .000

N of Valid Cases 79

a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,05.


(2)

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb

Approx. Sig. Nominal by

Nominal

Phi .807 .000

Cramer's V .571 .000

Interval by Interval Pearson's R .506 .138 5.148 .000c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation

.504 .146 5.127 .000c

N of Valid Cases 79

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.


(3)

(4)

(5)

(6)